1.
2.
3.
4.
EFEK SAMPING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pada dasarnya obat antipiretik aman untuk dikonsumsi. Namun yang sering
menimbulkan masalah ialah pasien mengonsumsi dalam dosis yang terlalu
banyak dan dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Efek samping yang muncul tergantung jenis obat antipiretiknya. Beberapa efek
samping yang pernah ditemui antara lain:
Alergi kulit;
Gatal-gatal;
Pusing;
Mual, muntah;
Nyeri ulu hati;
Buang air besar berdarah;
Gangguan fungsi hati;
Gangguan penyembuhan luka.
DOSIS
Dosis obat antipiretik tergantung pada jenis obat yang digunakan. Berikut dosis
obat antipiretik yang sering digunakan:
Untuk paracetamol, dosisnya sebesar 325-650 mg, 3-4 kali sehari. Untuk
anak-anak dosisnya ialah 10-15 mg/kg berat badan, 3-4 kali sehari.
Untuk ibuprofen dosisnya ialah 300-800 mg, 4 kali sehari. Untuk anakanak dosisnya ialah 5-10 mg/kg berat badan, 3-4 kali sehari.
b. Gangguan hati(hepar)
Obat yang dapat menimbulkan hepar adalah parasetamol karena penderita gangguan hati
disarankan mengganti dengan obat lain.
c.
Reaksi obat
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan reaksi alergi. Reaksi dapat berupa asma
bronkial hingga mengakibatkan syok.
d. Alergi obat, gatal-gatal, pusing, mual muntah, dan nyeri ulu hati.
Jenis-Jenis Obat Antipiretik
1. Paracetamol
Nama
dagang
Asetaminopen,
Panadol
(glaxso),
Tylenol,
Tempra,
Nipe,
pamol(intrbat),sanmol (sanbe) .
Paracetamol merupakan derivat-asetanilida, adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu
banyak digunakan sebagai analgetik, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran
karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen).Komposisi dari obat parasetamol :
Kontraindikasi :
Tidak boleh digunakan pada penderita dengangangguan fungsi hati berat, hipersensitif
terhadap paracetamol. Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glucose-6 fosfat
dehidrogenase.
Peringatan dan Perhatian :
Pemberian harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal serta penggunaan jangka
lama pada pasien anemia
Harap ke dokter bila gejala demam belum sembuh dalam waktu 2hari atau rasa sakit tidak
berkurang selama5 hari.
Oral 2-3x sehari 0,5-1 gram, maximum 4 gram per hari, pada gangguan kronis maksimum
2,5 gram per hari, anak-anak 4-6x 10mg/kg BB, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60mg, 1-4
tahun 120-180mg,4-6 th 180mg, 7-12 th 240-360mg, 4-6x sehari.
b. Rectal 20mg/kg setiap kali, dewasa 4x sehari 0,5-1 gram. Anak-anak usia 3-12 bulan 2-3x
120mg, 1-4 th 2-3x 240mg, 4-6 th 4x 240mg, dan 7-12th 2-3 x 0,5 g.
Cara penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, dapat terlindung dari cahaya.
2. Asam Asetilsalisilat
Nama dagang : asetosal, Aspirin, Cafenol, Naspro
Asetosal adalah obat anti nyeri tertua (1899), yang sampai kini paling banyak digunakan di
dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam kuat. Komposisi dari obat asam asetilsalisilat yaitu
tiap tablet mengandung asam asetilsalisilat 100mg . Cara kerja obat asam asetilsalisilat
bekerja dengan mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga dapat
Jangan digunakan lebih dari 7 hari atau melebihi dosis yang dianjurkan kecuali atas petunjuk
dokter
Sistem pencernaan terasa mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal
Pada sistem saraf akan terasa ngantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.
Cara penyimpanannya dapat disimpan pada suhu kamar (25-30) OCdan tempat kering serta
terhindar dari cahaya langsung.
4. Praxion
Praxion adalah obat untuk menurunkan demam, meringankan rasa sakit pada keadaan sakit
kepala dan sakit gigi.
Komposisi :
Praxion drops tiap ml mengandung 100 mg paracetamol micronized.
Praxion 120 suspensi tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol micronized.
Cara kerja obat
Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, segera
hubungi unit pelayanan kesehatan.
Penggunaan obat ini penderita mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan kerusakan hati.
Efek samping pada penggunaa obat jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan hati dan reaksi hipersensitifitas.
Obat Antipiretik
Obat antipiretik adalah adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang
tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik (Anonim A,
2011).
Mekanisme Kerja Obat Antipiretik
Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik
yang efektif. Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus
anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen) (Jumiarti, 2007).
Contoh Obat Antipiretik
Parasetamol dalam paramex,panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin,
poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida (Nick, 2010).
Anonim A. 2011. Analgesik Antipiretik.
(http://www.farmasiku.com/index.php?target=categories&category_id=170&page=2).
Diakses pada tanggal 15 November 2011.
yang
bekerja
pada
pusat
termoregulasi
hipotalamus
untuk
seperti
eksotoksin
dan
endotoksin
menginduksi
leukosit
untuk
mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan
TNF, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf
pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis) yang dikelilingi
oleh bagian medial dan lateral nukleus preoptik, hipotalamus anterior, dan
septum palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT
terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme
asam arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan
suhu tubuh terutama demam (Nelwan dalam Sudoyo, 2006). Mekanisme demam
dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen nervus
vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory
protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam Sudoyo,
2006). Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas,
sementara
vasokonstriksi
kulit
juga
berlangsung
untuk
dengan
cepat
Dengan
demikian,
pembentukan
demam
sebagai
respon
terhadap
rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh
kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001). 2.1.3 Penyebab Demam
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon normal
tubuh
terhadap
adanya
infeksi.
Infeksi
adalah
keadaan
masuknya
lagi
penggunaan
termometer
kaca
berisi
merkuri
karena
kebocoran merkuri dapat berbahaya bagi anak dan juga meracuni lingkungan.
Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak usia di atas 4
tahun, karena sudah dapat bekerjasama untuk menahan termometer di mulut.
Pengukuran ini juga lebih akurat dibandingkan dengan suhu ketiak (aksila).
Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, namun hanya menggambarkan suhu
perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan
keringat sehingga kurang akurat. Pengukuran suhu melalui anus atau rektal
cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling
sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun pemeriksaannya tidak nyaman bagi
anak (Faris, 2009). Pengukuran suhu melalui telinga (infrared tympanic) tidak
dianjurkan karena dapat memberikan hasil yang tidak akurat sebab liang telinga
masih sempit dan basah (Lubis, 2009). Pemeriksaan suhu tubuh dengan
perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak dapat
mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan.
Pengukuran suhu inti tubuh yang merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat
dilakukan dengan mengukur suhu dalam tenggorokan atau pembuluh arteri paru.
Namun hal ini sangat jarang dilakukan karena terlalu invasif (Soedjatmiko, 2005).
Menurut Breman (2009), adapun kisaran nilai normal suhu tubuh adalah suhu
oral antara 35,5-37,5 C, suhu aksila antara 34,7-37,3 C, suhu rektal antara
36,6-37,9 C dan suhu telinga antara 35,5-37,5 C. Suhu tubuh yang diukur di
mulut akan lebih rendah 0,5-0,6 C (1 F) dari suhu rektal. Suhu tubuh yang
diukur di aksila akan lebih rendah 0,8-1,0 C (1,5- Universitas Sumatera Utara
2,0F) dari suhu oral. Suhu tubuh yang diukur di timpani akan 0,5-0,6 C (1F)
lebih rendah dari suhu aksila (Soedjatmiko, 2005)
Definisi Demam Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur
pada rektal >38C (100,4F), diukur pada oral >37,8C, dan bila diukur melalui
aksila >37,2C (99F). (Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National
Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3
bulan suhu rektal melebihi 38 C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila
dan oral lebih dari 38,3 C. Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk
mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan,
dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih
dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh
secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka
sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut
sejauh ini belum diketahui. (Sherwood, 2001). 2.1.2 Mekanisme Demam Sebagai
yang
bekerja
pada
pusat
termoregulasi
hipotalamus
untuk
seperti
eksotoksin
dan
endotoksin
menginduksi
leukosit
untuk
mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan
TNF, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf
pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis) yang dikelilingi
oleh bagian medial dan lateral nukleus preoptik, hipotalamus anterior, dan
septum palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT
terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme
asam arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan
suhu tubuh terutama demam (Nelwan dalam Sudoyo, 2006). Mekanisme demam
dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen nervus
vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory
protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam Sudoyo,
2006). Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas,
sementara
vasokonstriksi
kulit
juga
berlangsung
untuk
dengan
cepat
Dengan
demikian,
pembentukan
demam
sebagai
respon
terhadap
rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh
kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001). 2.1.3 Penyebab Demam
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon normal
tubuh
terhadap
adanya
infeksi.
Infeksi
adalah
keadaan
masuknya
lagi
penggunaan
termometer
kaca
berisi
merkuri
karena
kebocoran merkuri dapat berbahaya bagi anak dan juga meracuni lingkungan.
Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak usia di atas 4
tahun, karena sudah dapat bekerjasama untuk menahan termometer di mulut.
Pengukuran ini juga lebih akurat dibandingkan dengan suhu ketiak (aksila).
Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, namun hanya menggambarkan suhu
perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan
keringat sehingga kurang akurat. Pengukuran suhu melalui anus atau rektal
cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling
sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun pemeriksaannya tidak nyaman bagi
anak (Faris, 2009). Pengukuran suhu melalui telinga (infrared tympanic) tidak
dianjurkan karena dapat memberikan hasil yang tidak akurat sebab liang telinga
masih sempit dan basah (Lubis, 2009). Pemeriksaan suhu tubuh dengan
perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak dapat
mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan.
Pengukuran suhu inti tubuh yang merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat
dilakukan dengan mengukur suhu dalam tenggorokan atau pembuluh arteri paru.
Namun hal ini sangat jarang dilakukan karena terlalu invasif (Soedjatmiko, 2005).
Menurut Breman (2009), adapun kisaran nilai normal suhu tubuh adalah suhu
oral antara 35,5-37,5 C, suhu aksila antara 34,7-37,3 C, suhu rektal antara
36,6-37,9 C dan suhu telinga antara 35,5-37,5 C. Suhu tubuh yang diukur di
mulut akan lebih rendah 0,5-0,6 C (1 F) dari suhu rektal. Suhu tubuh yang
diukur di aksila akan lebih rendah 0,8-1,0 C (1,5- Universitas Sumatera Utara
2,0F) dari suhu oral. Suhu tubuh yang diukur di timpani akan 0,5-0,6 C (1F)
lebih rendah dari suhu aksila (Soedjatmiko, 2005)
dapat
menyebabkan
koma
(Soedjatmiko,
2005).
Tindakan
simptomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara kerja obat
demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat pembuluh
darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Beberapa
golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun
tidak menyebabkan hipotermia bila tidak ada demam, seperti: asetaminofen,
asetosal, ibuprofen (Ismoedijanto, 2000). Demam 39C, anak cenderung tidak
nyaman dan pemberian obat-obatan penurun panas sering membuat anak
merasa lebih baik (Plipat et al, 2002).
Parasetamol (Asetaminofen) Parasetamol (asetaminofen) merupakan metabolit
fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun
dengan
mekanisme
yang
diduga
juga
berdasarkan
efek
sentral.
Parasetamol
sedikit
terikat
pada
protein
plasma
dan
sebagian
dimetabolisme oleh enzim mikrosomal hati dan diubah menjadi sulfat dan
glikoronida asetaminofen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang dari 5%
diekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif
(N-acetyl-p-benzoquinone) adalah penting dalam dosis besar karena efek
toksiknya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh asetaminofen adalah 2-3 jam
dan relatif tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan kuantitas toksik atau
penyakit hati, waktu paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih
(Katzung,
2002).
Reaksi
alergi
terhadap
parasetamol
jarang
terjadi.
Manifestasinya berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa
demam dan lesi pada mukosa. Methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia
jarang menimbulkan masalah pada dosis terapi karena hanya kira-kira 1-3 % Hb
yang diubah menjadi met-Hb. Penggunaan sebagai analgesik dalam dosis besar
secara menahun Universitas Sumatera Utara terutama dalam kombinasi
berpotensi menyebabkan nefropati diabetik (Wilwana dan Gan, 2007). Akibat
dosis toksik yang serius adalah nekrosis hati. Nekrosis tubuli renalis serta koma
hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian
dosis tunggal 10-15 gram (200-250mg/kgBB) parasetamol. Anoreksia, mual, dan
muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung
selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua,
dengan gejala peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase,
kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protrombin. Kerusakan hati dapat
mengakibatkan ensefalopati, koma, dan kematian. Kerusakan hati yang tidak
berat dapat pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan (Katzung,
2002).
2.2.2
Ibuprofen
Ibuprofen
adalah
turunan
sederhana
dari
asam
fenilpropionat. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak
terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Efek antiinflamasinya
terlihat dengan dosis 1200-2400 mg sehari (Katzung, 2002). Absorpsi ibuprofen
dengan cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai
setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 99% ibuprofen terikat
dalam protein plasma. Ibuprofen dimetabolisme secara ekstensif via CYP2C8
(cytochrome
P450,
family
2,
subfamily
C,
polypeptide
8)
dan
CYP2C9
yang
diabsorpsi
metabolit/konjugatnya.
akan
diekskresi
melalui
hasil
urin
sebagai
hidroksilasi
dan
dan
analgetiknya
melalui
mekanisme
pengurangan
sintesis
Proris (Wilmana dan Gan, 2007). 2.2.3 Aspirin Aspirin atau asam asetilsalisilat
adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai
analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri), antipiretik (terhadap demam), dan
antiinflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis
rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Beberapa contoh
aspirin yang beredar di Indonesia ialah Bodrexin dan Inzana (Wilmana dan
Gan, 2007). Efek-efek antipiretik dari aspirin adalah menurunkan suhu yang
meningkat, hal ini diperantarai oleh hambatan kedua COX (cyclooxygenase)
dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama
proses inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang
hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan atau superfisial dan
disertai keluarnya keringat yang banyak (Katzung, 2002). Aspirin merupakan
obat yang efektif untuk mengurangi demam, namun tidak direkomendasikan
pada anak. Aspirin, karena efek sampingnya merangsang lambung dan dapat
mengakibatkan perdarahan usus maka tidak dianjurkan untuk Universitas
Sumatera Utara demam ringan (Soedjatmiko, 2005). Efek samping seperti rasa
tidak enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat
dihindarkan bila dosis per hari lebih dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid
atau antagonis H2 dapat mengurangi efek tersebut (Wilmana dan Gan, 2007).
Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan
darah) dan dapat memicu risiko perdarahan sehingga tidak dianjurkan untuk
menurunkan suhu tubuh pada demam berdarah dengue (Wilmana, 2007).
Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko
Sindroma Reye (Katzung, 2002) 2.3 KOMPRES DEMAM Selain pemberian
antipiretik, demam juga dapat diturunkan dengan melakukan pengompresan. Hal
ini dikarenakan manusia mempunyai komponenkomponen dalam menjaga
keseimbangan energi dan keseimbangan suhu tubuh. Diantaranya adalah
hipotalamus, asupan makanan, kelenjar keringat, pembuluh darah kulit dan otot
rangka. Dan juga manusia memiliki mekanisme untuk menurunkan suhu tubuh
apabila tubuh memperoleh terlalu banyak panas dari aktifitas otot rangka atau
dari lingkungan eksternal yang panas. Suhu tubuh harus diatur karena kecepatan
reaksi kimia sel-sel bergantung pada suhu tubuh dan panas yang berlebihan
dapat merusak protein sel (Sherwood, 2001). Hipotalamus adalah pusat integrasi
utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus
berfungsi sebagai termostat tubuh. Dengan demikian hipotalamus sebagai pusat
integrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di
berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi
yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan pengurangan suhu
sesuai dengan keperluan untuk mengorekasi setiap penyimpangan suhu inti dari
patokan normal. Hipotalamus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu
kulit dan suhu inti melalui reseptor-reseptor khusus yang peka terhadap suhu
yang disebut termoreseptor. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit
diseluruh
tubuh
dan
menyalurkan
informasi
mengenai
perubahan
suhu
oleh
suhu
dingin
dan
kemudian
memicu
refleks-refleks
yang