Anda di halaman 1dari 3

Ketika Kesibukan Tak Terelakkan

Oleh Frans Hendarsah


(penulis adalah alumnus dari Universitas Islam Bandung)

Di zaman serba canggih dan modern ini, segalanya berjalan terasa lebih cepat. Jarak yang
semula jauh, kini terasa dekat karena canggihnya transportasi. Komunikasi yang awalnya harus
bertatap muka, kini cukup tekan tombol handphone, maka tersambunglah dengan orang yang
kita inginkan untuk berbicara. Sehingga sejauh apapun orang yang kita ajak bicara, seperti dekat
dan berhadapan dengan kita.
Namun demikian, gaya hidup dan sosial budaya yang bergerak cepat seperti ini menuntut
kita untuk bergerak cepat pula. Tuntutan kerja dengan hasil optimal semakin tinggi sehingga
waktu yang tersedia---24 jamterasa kurang karena selalu saja ada pekerjaan yang belum
terselesaikan. Bahkan karena begitu sibuknya kita dengan segala urusan, ibadah kepada sang
Pencipta waktu justeru terabaikan dan tersisihkan. Kalaupun ibadah, hanya menggunakan waktu
sisa atau waktu luang yang terkadang ada, terkadang tiada.
Zaman inilah mungkin yang Rasulullah Saw kabarkan, Abu Hurairah r.a meriwayatkan,
bahwa Rasulullah SAW bersabda, Hari Kiamat belum akan terjadi sampai zaman (terasa)
saling berdekatan. Sehingga, satu tahun terasa seperti satu bulan, satu bulan seperti satu pekan,
satu pekan seperti satu hari, satu hari seperti satu jam, dan satu jam seperti api yang membakar
ujung ranting. Artinya, bahwa di akhir Zaman, waktu akan terasa cepat, seperti kayu bakar
yang menyala dan padam dengan cepat.
Lalu agar kita tidak terjebak lagi ke dalam kondisi seperti di atas, maka hendaknya kita
lakukan beberapa hal berikut :
Pertama, usahakanlah untuk tetap menjaga ibadah makhdah, khususnya ibadah shalat,
termasuk shalat jumat bagi pria. Sesibuk apapun kita, janganlah pernah meninggalkan shalat
wajib walau hanya sekali saja karena shalat adalah tiangnya agama. Sebagaimana sabda
Rasulullah Saw, Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkan shalat,maka
berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia
merobohkan agama. (HR. Bukhari Muslim)

Shalatlah jika waktunya telah tiba, walaupun kita sedang berada di pesawat, kapal atau di
luar negeri yang tidak ada masjidnya. Bahkan ketika sakit sekalipun, tetaplah lakukan shalat
semampu kita. Jika tak mampu berdiri, lakukan dengan duduk. Jika tak kuat duduk, lakukan
sambil berbaring dengan isyarat.
Kedua, usahakanlah tetap zikrullah (mengingat Allah) dimanapun kita berada. Zikir ini
bisa berupa ucapan kalimat thayyibah seperti yang Rasulullah Saw sabdakan, Dari Juwairiyah
(Ummul Mukminin Radhiyallahu`anha), Nabi Saw keluar dari sisinya pagi-pagi untuk shalat
shubuh di masjid. Beliau kembali (ke kamar Juwairiyah) pada waktu dhuha, sementara ia masih
duduk di sana. Lalu Rasulullah Saw bertanya, Engkau masih duduk sebagaimana ketika aku
tinggalkan tadi? Juwairiyah menjawab, Ya. Maka Rasulullah Saw bersabda, Sungguh, aku
telah mengatakan kepadamu empat kata sebanyak tiga kali, yang seandainya empat kata itu
ditimbang dengan apa saja yang engkau baca sejak tadi tentu akan menyamainya, (empat kata
itu) yakni:

Subhanallahi wa bihamdihi adada khalqihi, wa ridhaka nafsihi, wa ziinata

Arsyihi, wa midada kalimatihi (HR Muslim), bisa juga berupa bacaan Alquran (dengan
artinya) yang kita baca tiap hari walau hanya beberapa ayat saja.
Ketiga, biasakanlah untuk istighfar (memohon ampun) karena istighfar dapat menghapus
berbagai dosa yang kita lakukan baik disadari ataupun tidak. Istighfar juga dapat melancarkan
urusan kita dan mendatangkan pertolongan-Nya sebagaimana firman Allah SWT : Maka aku
katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12).
Keempat, biasakanlah untuk selalu berdoa dalam setiap melakukan aktivitas, mulai dari
bangun tidur, makan-minum, bekerja sampai tidur kembali. Dengan merutinkan kebiasaan ini,
maka hati dan pikiran kita tidak akan terlalaikan dari mengingat Allah. Disamping itu, setiap
pekerjaan kita akan senatiasa berada dalam keberkahan dan lindungan-Nya.
Kelima, sempatkanlah untuk selalu merenungkan kematian karena hanya dengan
mempercayai kehidupan akhirat setelah kematian yang akan membuat kita tidak lupa diri.
Apalah artinya kita hidup sejahtera di dunia, bekerja dari pagi sampai malam, jabatan menjulang
tinggi kalau bekal untuk akhirat tidak ada. Karena sebanyak apapun harta kita di dunia, setinggi
apapun jabatan kita, semuanya akan ditinggalkan. Dan kematianlah sebagai gerbang awal
kehidupan akhirat yang kekal.

Semoga dengan senantiasa melakukan 5 hal di atas, kita tidak digolongkan sebagai orang
yang lalai dari mengingat Allah sebagaimana tercantum dalam firman-Nya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orangorang yang rugi. (Al-Munafiqun, 63: 9). Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa
kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hasyr : 19).
Jadi walaupun kita selalu dalam kesibukan, kita tetap berada dalam rahmat-Nya dan
digolongkan sebagai orang-orang yang senantiasa berada dalam ketaatan dan mendapatkan
ampunan serta pahala, sebagaimana firman-Nya : Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, laki-laki dan perempuan yang mumin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, lakilaki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang shaum, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.( QS. Al-Ahzab : 35).

Anda mungkin juga menyukai