DAFTAR ISI
PL 3105..................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................4
DAFTAR TABEL........................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................6
1.1 Latar Belakang...............................................................................................6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Hirarki Faktor Penentu Prioritas Moda Transportasi Mudik....18
Gambar 3.2 Pembobotan Kriteria.............................................................................21
Gambar 3.3 Pembobotan Alternatif pada Kriteria Kenyamanan
sebelum Normalisasi.......................................................................................25
Gambar 4.3 Pembobotan Alternatif pada Kriteria Kenyamanan
Setelah Normalisasi........................................................................................25
Gambar 3.5 Pembobotan Alternatif pada Kriteria Keamanan
Sebelum Normalisasi......................................................................................27
Gambar 3.6 Pembobotan Alternatif pada Kriteria Keamanan
Setelah Normalisasi........................................................................................27
Gambar 3.7 Pembobotan Alternatif pada Kriteria Biaya Sebelum Normalisasi........28
Gambar 3.8 Pembobotan Alternatif pada Kriteria Biaya Setelah Normalisasi..........28
Gambar 3.9 Pembobotan Alternatif pada Kriteria Lama Waktu Tempuh
Sebelum Normalisasi......................................................................................30
Gambar 3.10 Pembobotan Alternatif pada Kriteria Lama Waktu Tempuh
Setelah Normalisasi........................................................................................30
Gambar 3.11 Prioritas Moda Transportasi Mudik.....................................................31
Gambar 3.12 Grafik Prioritas Moda Transportasi Mudik..........................................31
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Kriteria dan Parameter Penentuan Prioritas Moda Transportasi Mudik..19
Tabel III.2 Pembobotan Matriks Pendapat................................................................20
Tabel III.3 Matriks Alternatif dengan Kriteria Kenyamanan.......................................24
Tabel III.4 Matriks Alternatif dengan Kriteria Keamanan...........................................26
Tabel III.5 Matriks Alternatif dengan Kriteria Biaya...................................................28
Tabel III.6 Matriks Alternatif dengan Kriteria Waktu Tempuh.....................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hari raya lebaran merupakan salah satu momen yang sangat ditunggu oleh umat Islam
terutama di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan penganut agama Islam
yang besar, jadi setiap saat hari raya lebaran pasti berlangsung dengan ramai dan meriah. Pada
lebaran biasanya ada tradisi mudik atau mengunjungi sanak saudara di kampung halaman. Pada
saat mudik lebaran, hal yang pasti terjadi adalah pergerakan manusia dengan berbagai moda
transportasi menuju kampung halamannya. Pada umumnya, arus mudik di Pulau Jawa
berlangsung dari kota-kota besar seperti Jakarta atau Bandung menuju timur dari Pulau Jawa.
Data yang disampaikan oleh Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal menyatakan bahwa
terjadi lonjakan pemudik besar-besaran jumlah pemudik pada tahun 2009. Kenaikannya akan
mencapai 16,25 juta orang dari sebelumnya hanya 15,3 juta orang di 2008. Untuk mengantisipasi
peningkatan volume ini, pemerintah akan berupaya mengalihkan para pemudik motor ini ke
angkutan
umum.
Untuk kereta api sudah tersedia kapasitasnya sepeda motor sebanyak 800 unit per hari yang
terdiri dari 400 ke arah selatan dan 400 ke utara. Sedangkan untuk kapal bisa mengangkut 200
motor sekali trip, di Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas, dan Tanjung Perak. Sementara untuk
jumlah pemudik yang menggunakan mobil pribadi juga bakal mengalami kenaikan sebesar 4,6
persen dari tahun sebelumnya atau sebanyak 1, 373 juta unit.
Pergerakan manusia tersebut tentu membutuhkan moda transportasi yang mampu
memindahkan mereka dari satu tempat ke tempat lain. Pergerakan manusia ini sangat berpotensi
menyebabkan kemacetan akibat dari ketidakseimbangan antara volume pergerakan dengan
kapasitas angkutan dan infrastruktur penunjang. Kemacetan yang kerap terjadi selama arus mudik
lebaran juga turut dipengaruhi oleh pemilihan alternatif moda transportasi mudik yang dianggap
sesuai dengan keinginan pemudik. Pemilihan moda transportasi mudik ini akan sangat bervariasi
tergantung dari kemauan dan kemampuan setiap orang. Setiap orang memiliki taste dan
preference masing-masing dalam menentukan moda transportasi yang akan digunakan untuk
perjalanan mudik, entah itu menggunakan bis, sepeda motor, kereta api, mobil pribadi, dan
pesawat. Pemilihan moda transportasi mudik ini menjadi penting mengingat hal tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap kebijakan mengatasi kemacetan yang sering terjadi selama musim
arus mudik lebaran. Ada beberapa alternatif moda transportasi yang beroperasi selama masa arus
mudik dan arus balik lebaran seperti bis, sepeda motor, mobil pribadi, kereta api, dan pesawat.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperdiksi adanya peningkatan jumlah pemudik yang
menggunakan sepeda motor pada arus mudik Lebaran 2010 yakni sebesar 14,9% dari tahun
sebelumnya.
Untuk dapat menentukan alternatif pemilihan moda transportasi untuk mudik lebaran di
antara bis, kereta api, pesawat, mobil pribadi, dan pesawat pribadi diperlukan beberapa kriteria
yang turut mempengaruhi keputusan pemilihan moda transportasi. Faktor-faktor atau kriteria yang
dapat mempengaruhi keputusan alternatidf moda transportasi mudik contohnya harga,
kenyamanan, keamanan, waktu tempuh moda, ketersediaan moda, kualitas fisik dari moda
tersebut dan lainnya. Hasil dari keputusan pemudik dalam menentukan moda transportasi dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan upaya-upaya yang harus dilakukan agar mudik
lebaran menjadi lebih lancar dan aman.
1.2
Rumusan Masalah
Arus mudik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun mendorong perbaikan kualitas
dan kuantitas moda transportasi yang akan digunakan pemudik. Setiap moda transportasi untuk
mudik memilki karakteristik tersendiri terutama dari aspek keamanan, kenyamanan, waktu, harga.
Pemilihan moda transportasi mudik akan menentukan kebijakan pemerintah dalam menuntaskan
masalah selama mudik lebaran. Berdasarkan hal tersebut, disusunlah beberapa rumusan
permasalahan antara lain:
1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kriteria utama dalam penentuan moda
transportasi mudik lebaran?
2. Moda transportasi apa yang menjadi pilihan pemudik untuk digunakan selama masa
mudik lebaran?
1.3
Tujuan
Tujuan dari laporan penelitian ini adalah untuk mengetahui moda transportasi apa yang
paling dipilih oleh pemudik berdasarkan kriteria harga, keamanan, kenyamanan, dan waktu.
1.3.2
Sasaran
Sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan seperti yang telah disebutkan sebelumnya
antara lain :
1. Identifikasi kriteria-kriteria yang mendasari pemilihan berbagai alternatif moda transportasi
yang akan dipilih oleh pemudik.
2. Identifikasi jenis-jenis moda transportasi yang biasa digunakan untuk mudik lebaran.
1.4
Ruang Lingkup
Pembahasan ruang lingkup terbagi menjadi tiga bagian, yakni ruang lingkup materi, ruang
lingkup waktu, dan ruang lingkup wilayah. Yang termasuk ruang lingkup materi yakni mengenai
transportasi yang digunakan pemudik selama arus mudik dan arus balik lebaran. Untuk ruang
lingkup waktu, penelitian ini dilakukan selama lebih dari dua minggu terhitung sejak 16 November
2010 hingga 3 Desember 2010. Cakupan dari ruang lingkup wilayah pada penelitian kali ini adalah
di Pulau Jawa karena arus mudik di Pulau Jawa terhitung lebih ramai jika dibandingkan dengan
pulau-pulau lainnya.
1.5
Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam pembahasan laporan penelitian kali ini terbagi menjadi
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan survey data primer dan data sekunder.
Untuk survey data primer digunakan kuisioner kepada 15 responden. Responden yang diambil
adalah mahasiswa jurusan Planologi ITB 2008 yang kerap mudik saat lebaran tiba. Metode
pengambilan sampel tidak bersifat random, melainkan purposive sampling. Responden yang
dipilih untuk mengisi kuisioner setidaknya pernah merasakan mudik lebaran dengan menggunakan
moda transportasi tertentu. Untuk data sekunder, jenis data yang diambil adalah data seputar arus
mudik lebaran dari tahun ke tahun, arus mudik dan arus balik dengan moda transportasi tertentu,
dan berbagai data lainnya yang menunjang dan terkait dengan informasi mengenai mudik lebaran
beserta transportasinya.
1.5.2
Metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitic Hierarchy Process (AHP)
dengan diolah oleh perangkat lunak Expert Choice versi 11.5 dan Microsoft Excel 2007.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada laporan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan sistematika pembahasan dari penelitian mengenai
alternatif pemilihan moda transportasi selama masa mudik lebaran.
Bab ini berisi penjelasan mengenai moda transportasi selama mudik lebaran dan juga
Analitic Hierarchy Process (AHP) yang merupakan teori dan juga metode yang digunakan
dalam penelitian ini.
BAB III INPUT DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisi mengenai input data yang merupakan tabel data dari survei primer yang telah
dilakukan, analisis output data yang berisi hasil analisis perangkat lunak Expert Choice versi
11.5 dengan penjelasannya, dan hasil interpretasi dari output piranti lunak tersebut terkait
dengan alternatif pemilihan moda transportasi untuk mudik dan kaitannya dengan
perencanaan wilayah dan kota.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan rangkuman hasil analisis mengenai data yang
telah didapatkan dan juga saran yang diberikan mengenai analisis dalam penelitian ini.
BAB II
DASAR TEORI
Setelah
mendefinisikan
permasalahan/persoalan,
perlu
dilakukan
dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya, sampai yang
sekecil-kecilnya.
b. Comparative Judgement. Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Hasil
penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison.
c. Synthesis of Priority. Dari setiap matriks pairwise comparison, vektor cirinya (eigen) adalah
untuk mendapatkan prioritas lokal. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap
tingkat, maka untuk mengetahui prioritas global harus dilakukan sintesis di antara prioritas
lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki.
d. Logical Consistency, yakni konsistensi yang memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa
obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansinya.
Kedua adalah tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Dalam AHP, penetapan prioritas kebijakan dilakukan dengan menangkap secara rasional
persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang intangible (yang tidak terukur) ke
dalam aturan yang biasa, sehingga dapat dibandingkan. Adapun tahapan dalam analisis data
adalah sebagai berikut (Saaty, 1994):
RC adalah nilai yang berasal dari tabel acak seperti Tabel 2. Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR > 01, maka
nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Jika tidak
konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan baik dalam unsur kriteria
maupun alternatif harus diulang. Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar,
sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas
mengingat akan terjadinya penyimpangan jawaban yang sebenarnya. Hasil akhirnya berupa
prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh pengambil keputusan berdasarkan skor yang
tertinggi.
mobilitas paksawan
Pengembangan wilayah
Tingkat tinggi mobilitas orang,barang dan jasa demi kelancaran kehidupan social ekonomi
dan budaya
Kesejahteraan masyarakat
BAB III
INPUT DAN ANALISIS HASIL AHP
Dalam bab ini dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penanganan moda
transportasi mudik berdasarkan prioritas moda transportasi yang digunakan oleh pemudik.
Pemilihan prioritas ini didasarkan pada bobot masing-masing alternatif moda transportasi,
diantaranya bus, kereta api, pesawat, mobil pribadi,dan sepeda motor pribadi. pemberian bobot
pada moda transportasi ini didasarkan pada beberapa kriteria yang diolah berdasarkan metode
proses hirarki analitik.
masa lebaran, tarif angkutan umum cenderung naik dikarenakan banyaknya jumlah
permintaan. Masyarakat umum cenderung mencari moda transportasi dengan harga yang
cukup bersaing dan tetap. Besarnya pengaruh pertimbangan tarif angkutan umum
menyebabkan banyaknya terjadi praktik-praktik kecurangan, seperti munculnya calo dan
penjualan tiket oleh oknum-oknum internal angkutan tersebut.
4. Waktu Tempuh
Waktu tempuh dipengaruhi oleh kecepatan moda transportasi yang bersangkutan. Waktu
tempuh juga berkaitan dengan efisiensi waktu dan produktivitas seseorang dalam
berkegiatan. Penduduk kalangan menengah ke atas umumnya lebih mempertimbangkan
waktu tempuh dalam pemilihan moda transportasi. Moda transportasi yang memiliki jalur
khusus, seperti kereta api dan pesawat terbang cenderung menjadi pilihan apabila
mempertimbangkan waktu tempuhnya karena terbebas dari kemacetan. Akan tetapi, kedua
transportasi ini juga tidak lepas dari resiko keterlambatan.
3.2 Penyusunan Struktur Keputusan
Total responden dalam penyusunan hirarki ini adalah sebanyak 15 orang yang merupakan
mahasiswa yang kerap melakukan perjalanan mudik. Penyusunan struktur keputusan dalam
penentuan prioritas pemilihan moda transportasi mudik dilakukan dengan melakukan dekomposisi
dari permasalahan yang ada sehingga akan tergambar faktor-faktor yang mempengaruhi serta
alternatif keputusan. Penyusunan struktur keputusan dapat dilihat pada diagram di bawah.
Penyusunan hirarki mernjadi salah satu tahapan dalam melakukan analisis data AHP.
Penyusunan struktur hirarki diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan, kriteria
dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah. Dalam penelitian ini,
penulis menetapkan satu tujuan, 4 aspek kriteria dan 5 alternatif solusi sebagaimana ditampilkan
pada gambar.
Gambar 3.1
Struktur Hirarki Faktor Penentu Prioritas Moda Transportasi Mudik
Struktur
dasar
dalam
pelaksanaan perbandingan
Parameter
Kualitas pelayanan angkutan umum
Resiko terjadinya kecelakaan maupun
Biaya
gangguan social
Tingkat tarif angkutan maupun biaya
Waktu Tempuh
perjalanan
Lama perjalanan
Keamana
an
n
Kenyamanan
1,00
1,62
Keamanan
0,62
1,00
Biaya
0,42
0,39
Waktu tempuh 0,47
0,39
Sumber:Output Analisis Microsoft Excel 2007
Biaya
Waktu Tempuh
2,38
2,55
1,00
0,67
2,12
2,41
1,49
1,00
Gambar 3.2
Pembobotan Kriteria
Tabel III.3
Matriks Alternatif dengan Kriteria Kenyamanan
Kereta Api
Bus
Pesawat
Mobil Pribadi
Sepeda Motor
Pribadi
Kereta
Api
1,00
0,26
3,26
0,86
0,31
Bus
3,80
1,00
4,48
1,17
0,40
Pesa
wat
0,31
0,22
1,00
0,26
0,21
Mobil
Pribadi
1,16
0,85
3,83
1,00
0,23
Sepeda Motor
Pribadi
3,27
2,47
4,67
4,33
1,00
Gambar 3.3
Pembobotan Alternatif pada Kriteria Kenyamanan sebelum Normalisasi
Gambar 4.3
Pembobotan Alternatif pada Kriteria Kenyamanan Setelah Normalisasi
Kereta Api
Kereta
Api
1,00
Bus
0,33
Pesawat
1,04
Mobil Pribadi
0,49
Sepeda Motor
Pribadi
0,25
Bu
s
3,0
2
1,0
0
3,2
3
2,2
2
0,3
6
Pesaw
at
0,96
Mobil
Pribadi
Sepeda Motor
Pribadi
2,03
4,07
0,31
0,45
2,76
1,00
2,47
3,67
0,41
1,00
3,60
0,27
0,28
1,00
Gambar 3.5
Pembobotan Alternatif pada Kriteria Keamanan Sebelum Normalisasi
Gambar 3.6
Pembobotan Alternatif pada Kriteria Keamanan Setelah Normalisasi
1,00
Bus
0,40
Pesawat
0,38
Mobil Pribadi
0,86
Sepeda Motor
Pribadi
0,52
Bu
s
2,4
7
1,0
0
0,4
5
1,0
9
0,6
1
Pesaw
at
2,62
Mobil
Pribadi
1,16
Sepeda Motor
Pribadi
1,91
2,23
0,92
1,63
1,00
1,48
2,04
0,67
1,00
1,69
0,59
0,59
1,00
Gambar 3.7
Pembobotan Alternatif pada Kriteria Biaya Sebelum Normalisasi
Gambar 3.8
Pembobotan Alternatif pada Kriteria Biaya Setelah Normalisasi
Kereta Api
Bus
Kereta
Api
1,00
0,36
Bu
s
2,8
0
1,0
0
Pesaw
at
0,85
Mobil
Pribadi
2,81
Sepeda Motor
Pribadi
4,00
0,21
0,76
2,33
Pesawat
1,17
Mobil Pribadi
0,36
Sepeda Motor
Pribadi
0,25
4,8
4
1,3
2
0,4
3
1,00
4,15
4,60
0,24
1,00
2,87
0,22
0,35
1,00
Gambar 3.9
Pembobotan Alternatif pada Kriteria Lama Waktu Tempuh
Sebelum Normalisasi
Gambar 3.10
Pembobotan Alternatif pada Kriteria Lama Waktu Tempuh Setelah Normalisasi
Gambar 3.11
Prioritas Moda Transportasi Mudik
Gambar 3.12
Grafik Prioritas Moda Transportasi Mudik
Kedua gambar di atas merupakan gabungan dari pembobotan yang dilakukan per aspek
pada subbab sebelumnya. Gambar tersebut menunjukkan prioritas moda transportasi yang
digunakan pemudik untuk melakukan perjalan mudik berdasarkan kriteria kenyamanan,
keamanan, biaya, dan lama waktu tempuh. Hasil perhitungan dengan menggunakan Expert
Choice 11.5 menunjukkan bahwa moda transportasi yang menjadi prioritas pemudik adalah
pesawat terbang, disusul kereta api, mobil pribadi, bus, dan terakhir sepeda motor pribadi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya:
1. Pemilihan kriteria yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan moda transportasi atau
preferensi pemudik adalah aspek kenyamanan, keamanan, biaya, dan lama waktu tempuh.
2. Kenyamanan menjadi aspek paling penting dalam mempertimbangkan prioritas moda
transportasi mudik. Kenyamanan disini menyangkut daya tampung dan pelayanan moda
transportasi tersebut.
3. Moda transportasi yang menjadi prioritas pemudik untuk melakukan perjalanan mudik
adalah pesawat terbang. Angkutan ini unggul dalam aspek kenyamanan, keamanan, dan
lama waktu tempuh. Sementara jika berdasarkan pertimbangan aspek biaya, kereta api
menjadi prioritas pemudik
4. Sepeda motor merupakan moda transportasi yang menjadi prioritas terakhir pemudik untuk
melakukan perjalanan. Sepeda motor lebih beresiko, baik resiko terhadap kecelakaan,
gangguan social, maupun cuaca. Sepeda motor pun tidak nyaman untuk digunakan.
5. Tarif pesawat terbang seringkali tidak dapat dijangkau oleh para pemudik, terutama
mahasiswa. Hal ini diperkuat dengan adanya Revisi Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 9 Tahun 2002 tentang Penerapan Tarif Pesawat Komersial Kelas Ekonomi dimana
batas atas tarif pesawat akan dinaikkan.
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis terhadap kuisioner dengan responden mahasiswa Planologi ITB,
didapat bahwa yang menjadi kriteria yang dianggap penting oleh responden dalam menentukan
moda transportasi untuk mudik lebaran adalah kenyamanan dan moda transportasi yang memiliki
tingkat kenyamanan yang baik adalah pesawat terbang. Berdasarkan hasil di atas, maka ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi pertimbangan dalam merespon hasil analisis di
atas.
1. Peningkatan layanan bandara dan pesawat
Demand responden yang cukup tinggi terhadap faktor kenyamanan yang dimiliki pesawat
sebaiknya
menjadi
masukan
untuk
meningkatkan
kinerja
bandara
dan
maskapai
load
factor
pesawat,
peningkatan
kualitas
jasa
pelayanan
maskapai
penerbangan, perbaikan akses, ketepatan jadwal penerbangan, dan lain sebagainya. Kinerja
bandara dan maskapai penerbangan ini perlu ditingkatkan agar sesuai dengan ekspektasi
kriteria kenyaman yang menjadi aspek terpenting dalam menentukan pilihan moda
transportasi saat mudik lebaran.
2. Peninjauan terhadap kenaikan tarif pesawat
Pada musim mudik lebaran, biasanya tarif angkutan meningkat dari hari biasanya. Begitu pula
yang terjadi dengan tarif pesawat terbang. Hal ini disebabkan oleh jumlah demand terhadap
pesawat terbang saat musim mudik lebaran yang jauh lebih banyak dari hari biasanya. Hal ini
perlu diatur oleh pemerintah terkait dengan tarif pesawat terbang, mengingat moda inilah yang
menjadi alternatif utama responden saat mudik lebaran. Jika tarif pesawat tersebut naik, maka
mahasiswa yang menjadi responden tentu berpikir ulang dalam menentukan moda
transportasi saat mudik lebaran. Demand dari responden dalam penelitian kali ini bersifat
elastis dan sensitif terhadap perubahan harga. Dengan demikian, harus direncanakan secara
matang mengenai strategi bagaimana meningkatkan kenyamanan penumpang tanpa perlu
menaikkan harga tiket pesawat dan tidak merugikan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN