Anda di halaman 1dari 13

KOMPOSISI DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan
Yang Dibina Oleh Ibu Dra. Annie Istanti, M. Kes dan Nuning Wulandari, S. Si, M.
Si

Disusun oleh :
Kelompok 3 / Offering B
Anggota :
1. Atika Nurlailika O.
130341614795
2. Devy Widyatama P.
130341603395
3. Edy Kurniawan
130341614816
4. Evi Wulandari
130341614815
5. Firmanya Marsudi W.
130341614810
6. Luluk Faricha
130341614805

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2014

A. Topik
Komposisi darah
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk :
a) Mengetahui kandungan protein dalam darah
b) Mengetahui kandungan glukosa dalam darah
c) Mengetahui kandungan klorida dalam darah
d) Mengtahui kandungan kalsium dalam darah
C. Dasar Teori
Darah dapat dibagi menjadi plasma darah dan sel darah. 92% plasma
darah terdiri dari air, sementara 7% adalah protein dan 1% lainnya adalah
molekul organic terlarut (asam amino, glukosa, lipid dan sisa nitrogen), ion
(Na, K, Cl, H, Ca dan HCO3), vitamin, Oksigen dan Karbondioksida terlarut.
Protein pada plasma yang utama adalah albumin (60%), sedangkan protein
lainnya diantaranya adalah globulin, fibrinogen dan transferin (Silverthorn,
2010).

Gambar 1.
Komposisi darah
(Sumber: Silverthorn,
2010).
Untuk mengetahui komposisi darah dapat dilakukan uji komposisi darah.
Uji protein dilakukan dengan meneteskan reagen Millon pada plasma oksalat.
Reaksi positif akan menunjukkan endapan dengan warna merah (Bankowski,
2013). Uji glukosa dilakukan dengan meneteskan reagen Benedict pada plasma
oksalat dan dipanaskan. Reaksi positif akan menunjukkan warna merah bata. Uji
klorida dilakukan dengan meneteskan perak nitrat. Reaksi positif menunjukkan

warna putih tulang. Sedangkan uji kalsium dapat dilakukan pada endapan darah,
dimana ketika ditetesi HCl endapan akan larut.
D. Alat dan Bahan
Alat :
1. Sentrifius
2. Tabung sentrifius
3. Beaker glass
4. Gelas arloji
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Kaki tiga
8. Kawat kasa
9. Pembakar spirtus
10. Corong
11. Tabung reaksi
Bahan :
1. Korek api
2. Kertas saring
3. Aquades
4. Reagen Millon
5. Benedict
6. Perak nitrat
7. HCl
8. Natrium oksalat
9. Asam asetat 1 %
E. Prosedur Percobaan
a) Persiapan pengambilan darah dan pembuatan plasma oksalat
Darah Lembu
Darah diukur sebanyak 500 mL
Na oksalat 1 gram dimasukkan dalam 200 mL NaCl 0,9 %
Dicampur dengan 500 mL darah
Dimasukkan 25 mL ke dalam tabung sentrifius
Disentrifugasi selama 45 menit dengan kecepatan 3000 rpm
Hasil
b) Pembuatan filtrat
Plasma oksalat

Diambil 3 mL dimasukkan beaker glass


Ditambahkan 30 mL aquades
Dipanaskan sampai mendidih

Ditambahkan 2 3 tetes asam asetat 1 %


Didinginkan
Disaring dengan corong dan kertas saring

Hasil
c) Uji protein
Koagulan

Diteteskan dalam gelas arloji


Ditambahkan beberapa tetes aquades
Ditambahkan 10 tetes reagen Millon
Disaring dengan corong dan kertas saring

Hasil

d) Uji glukosa
Filtrat

Diambil 5 mL dimasukkan dalam tabung reaksi


Ditetesi benedict 10 tetes
Dipanaskan

Hasil
e) Uji klorida
Filtrat
Diambil 5 mL
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditetesi 2 3 perak nitrat
Hasil
f) Uji kalsium
Endapan putih
Ditetesi aquades dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditetesi 2- 3 tetes HCl

Ditambahkan Na oksalat untuk mengendapkan kembali


Hasil

F. Hasil Pengamatan
a) Uji Protein
Perlakuan
Ditetesi reagen Millon

Hasil
Terbentuk endapan

b) Uji Glukosa
Perlakuan
Ditetesi benedict dipanaskan

Hasil
Setelah dipanaskan berwarna merah
bata

c) Uji Klorida
Perlakuan
Ditetesi perak nitrat

Hasil
Warna semakin putih

d) Uji Kalsium
Perlakuan
Ditetesi HCl

Hasil
Endapan larut

Diberi Na Oksalat

Terbentuk endapan

G. Analisis Data
a) Uji Protein
Uji protein

dilakukan

dengan

mengambil

koagulan

dan

meletakkannya ke dalam gelas arloji. Warna awal koagulan adalah putih.


Setelah itu diberi perlakuan dengan memberikan 10 tetes Millon untuk
menguji protein yang terkandung didalamnya dan mendiamkannya
beberapa menit, hasil yang didapatkan pada koagulan yang telah ditetesi
reagen millon terbentuk endapan berwarna putih. Endapan tersebut adalah
koagulan yang tidak dapat larut di dalam millon. Hal ini menunjukkan
reaksi negatif dari koagulan, sehingga dapat disimpulkan koagulan tidak
memiliki kadungan protein.

b) Uji Glukosa
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui saat filtrat ditambahkan
10 tetes benedict dan kemudian dipanaskan, larutan berubah warna
menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan hasil positif dengan uji
Benedict, sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa filtrat darah
mengandung glukosa.
c) Uji Klorida
Uji klorida menggunakan filtrat dan perak nitrat. Langkahnya
dengan mengambil 5 cc filtrat dan memasukkannya ke dalam tabung
reaksi dan menambahkan 5 tetes perak nitrat, kemudian mendiamkannya
beberapa saat. Setelah didiamkan beberapa menit campuran tersebut
berubah warna menjadi semakin putih keruh, sehingga dapat disimpulkan
positif mengandung klorida.
d) Uji Kalsium
Berdasarkan hasil pengamatan, saat endapan putih yang diperoleh
dari hasil sentrifugasi diteteskan 2 tetes HCl pada endapan. Menunjukkan
hasil bahwa endapan menjadi larut dan berwarna keruh. Kemudian saat
ditetesi larutan Na oksalat, menunjukkan hasil menjadi endapan kembali
dengan warna yang hampir sama dengan warna semula. Sehingga dapat
disimpulkan sementara bahwa uji kalsium menunjukkan reaksi positif,
darah mengandung kalsium.
H. Pembahasan
a) Uji Protein
Pengamatan yang pertama adalah pengamatan yang dilakukan untuk
menguji adanya protein pada darah lembu. Protein memiliki prosentasi
tertinggi dibanding zat-zat lainnya karena memiliki fungsi yang lebih
kompleks, diantaranya sebagai transpor CO2 dan O2, memiliki Ph (buffer),
mengikat dan mengedarkan Natrium, dll (tim pembina mk fisiologi hewan
fmipa um, 2012). Maka dari itu, dilakukan uji protein untuk membuktikan
bahwa salah satu zat penyusun komponen darah adalah protein. Uji protein
ini menggunakan reagen Millon yang akan memberikan hasil positif
terhadap protein yang mengandung asam amino yang memiliki gugus
fenol, misalnya tirosin. Pereaksi Millon terdiri atas larutan merkuro nitrat
dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Protein dengan pereaksi Millon akan

membentuk endapan putih. Jika dipanaskan, warnanya berubah menjadi


merah.
Zat uji yang digunakan pada uji protein adalah koagulan. Koagulan
merupakan padatan berwarna putih hasil penggumpalan plasma oksalat
yang dididihkan dengan asam asetat encer. Alasan digunakannya koagulan
dalam pengujian protein dikarenakan plasma darah mengandung 90% air,
7-8% protein yang larut, 1% elektrolit, dan 1-2% berbagai macam zat lain,
maka dari itulah digunakan koagulan yang merupakan hasil pemadatan
dari plasma darah yang diduga mengandung protein. Alasan digunakannya
asam asetat (CH3COOH) dalam reaksi pembuatan koagulan dikarenakan
asam asetat merupakan larutan asam lemah yang dapat direaksikan dengan
air. Jadi, pada pengamatan ini dilakukan penambahan asam asetat pada
koagulan yang dipanaskan karena diharapkan akan terjadi reaksi antara
asam asetat dengan air dalam plasma yang kemudian akan membentuk
solut.
Uji Millon akan bereaksi positif pada protein yang mengandung gugus
fenol. Jika fenol dilarutkan dalam air, akan berlaku prinsip kelarutan
timbal balik atau kelarutan biner. Sistem biner fenol-air merupakan sistem
dua fasa, fenol dalam bentuk solid dan akuades dalam bentuk cair. Fenol
dapat larut dalam akuades dan akuades dapat larut dalam fenol. Fenol akan
mudah larut dalam akuades jika jumlah fenol lebih sedikit dari akuades.
Sebaliknya,

molekul

air

akuades

dapat

menyatu

dengan

fenol

jika jumlahnya lebih sedikit dari fenol.


Ketika ditambahkan Millon pada koagulan, warna koagulan tidak
langsung berubah. Beberapa menit pertama, warna koagulan dalam gelas
arloji masih berwarna putih. Hal tersebut berlangsung sekitar 10 menit.
Warna koagulan tetap berwarna putih. Reaksi negatif ini menunjukkan
bahwa koagulan tidak memiliki kadungan protein, khususnya protein yang
memiliki gugus fenol. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
warna koagulan menjadi merah ini disebabkan karena zat uji tidak
dipanaskan setelah ditetesi reagen Millon. Cara untuk mempercepat
perubahan warna pada uji Millon adalah dengan dipanaskan agar segera

terbentuk garam merkuri pada reaksi antara Millon dan larutan uji. Karena
tidak dipanaskan, maka perubahan warna koagulan pada uji protein ini
tidak berlagsung. Menurut Soewolo (2000), ada empat protein utama yang
terkandung dalam plasma darah.Empat protein utama tersebut adalah
albumin, globulin, fibrinogen dan hemoglobin.
Sedangkan

globulin

merupakan

molekul

yang

dapat

diuji

keberadaannya menggunakan larutan penguji fenol melalui suatu uji yang


disebut sebagai uji Pandy. Jika larutan positif mengandung globulin maka
larutan akan bercampur dalam fenol. Secara tidak langsung, prinsip ini
menjelaskan bahwa globulin merupakan protein plasma yang mengandung
gugus fenol. Jadi selain albumin, keberadaan globulin juga dapat
memberikan pengaruh terhadap perubahan warna koagulan yang berubah
menjadi merah setelah ditetesi reagen Millon pada uji protein ini. Menurut
teori, selain globulin dan albumin, fibrinogen sebagai protein plasma
utama yang lain juga memiliki gugus fenol berupa cincin benzena sebagai
komponen strukturalnya. Protein plasma utama yang terakhir adalah
haptoglobin yang merupakan pengikat hemoglobin bebas yang dilepaskan
oleh eritrosit. Berbeda dengan ketiga protein plasma lainnya yang telah
diketahui mengandung gugus fenol, karena keterbatasan literatur, belum
dapat diketahui dengan pasti apakah haptoglobin juga mengandung gugus
fenol seperti halnya ketiga protein plasma yang lain.
Namun, dari pengamatan yang telah dan melalui pembahasan yang
telah dilakukan, dapat ditarik pernyataan secara umum bahwa reaksi
Millon beraksi positif berubah warna menjadi merah karena setidaknya
ada tiga protein plasma darah utama yaitu albumin, globulin dan
fibrinogen yang mengandung fenol sebagai gugus fungsi asam amino
penyusunnya dan bereaksi negatif jika koagulan tidak berubah warna.
Hasil negatif ini dikarenakan praktikan kurang teliti dalam pembuatan
koagulan.
b) Uji Glukosa
Untuk mengetahui kandungan glukosa dalam darah lembu, dilakukan
uji benedict yang mengandung kuprum biru (II) atau Cu 2+ yang dapat
direduksi menjadi ion kuprum yang menghasilkan kupro oksida (Cu 2O)

yang tidak larut dalam air dan berwarna merah bata.. Uji benedict adalah
uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula
pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi
dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha
hidroksi keton. Gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi Cu2+.
Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun
karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah
menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil
positif dengan pereaksi benedict. Bahan uji yang mengandung gula
pereduksi akan bereaksi positif dengan bukti adanya perubahan warna
bahan uji dengan merah bata pada uji benedict ini dikarenakan gugus
aldehid atau keton bebas akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu2O yang
berwarna merah bata.
Pada percobaan ini yang digunakan adalah filtrat, bukan koagulannya,
hal ini dikarenakan koagulan telah dilakukan untuk uji protein dengan uji
milon dan bereaksi positif, sehingga sudah jelas bahwa koagulan
mengandung protein dan sudah tidak lagi digunakan untuk pengujian
glukosa. Dari pengamatan dapat diketahui bahwa hasil pengamatan
menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya warna merah bata, yang
menandakan pada filtrat yang merupakan plasma darah terkandung
glukosa. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan bahwa salah satu
penyusun plasma darah adalah glukosa (Soewolo, 2000). Glukosa sendiri
dapat ditemukan pada darah karena aliran darah sendiri pad dasarnya
mendistribusikan glukosa ke seluruh jaringan tubuh untuk sumber energi.
c) Uji Klorida
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, uji klorida pada darah
menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan warna larutan yang
menjadi lebih putih keruh. Hal ini menunjukkan bahwa dalam plasma
darah terdapat elektrolit dan ion ion yang terlarut didalamnya. Menurut
Soewolo

(1994) plasma darah tersusun atas salah satunya adalah

elektrolit. Saat filtrat ditambahkan 10 tetes perak nitrat terjadi perubahan


warna, yaitu dari yang semula berwarna bening kekuningan menjadi

berwarna putih. Adanya perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa


plasma darah mengandung klorida. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa klorida banyak terdapat pada plasma darah. Endapan
yang terbentuk merupakan reaksi antara ion klorida dengan perak nitrat
sebagai reagennya yang nantinya akan bereaksi dan menghasilkan AgCl
dalam bentuk solid dan NO3- yang terlarut. Reaksi yang terjadi dapat
ditulis sebagai berikut:
Cl- + AgNO3 AgCl(s) endapan putih + NO3- .
Klorida merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada
cairan ekstraseluler (diluar sel), berperan penting dalam keseimbangan
cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Klorida di angkut di
dalam darah dan limfe akibat kerja jantung dan otot rangka.
d) Uji Kalsium
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, uji kalsium pada darah
menunjukkan hasil positif terhadap keberadaan kalsium dalam darah. Hal
ini ditunjukkan oleh adanya perubahan yang terjadi pada endapan putih
setelah ditetesi HCl dan Na Oksalat. Endapan putih diperoleh dari darah
yang disentrifugasi kemudian diambil bagian supernatan dan residunya
hingga hanya tersisa endapan putih tersebut di dasar tabung sentrifius.
Secara teoritis, endapan tersebut merupakan kumpulan kalsium yang
terpisah dari plasma darah setelah dilakukan pemusingan. Pernyataan
tersebut didukung oleh Tim Pembina MK Fisiologi Hewan (2012) yang
menyatakan bahwa plasma darah tersusun oleh air, zat padat yang larut,
dan gas terlarut. Zat padat terlarut dalam darah meliputi protein plasma,
asam amino, elektrolit, protein terlarut, dan aneka ragam zat organik dan
anorganik dalam jumlah kecil.
Keberadaan kalsium dalam plasma darah dibuktikan melalui
perlakuan penambahan sejumlah larutan pada endapan putih darah dalam
pengamatan kali ini. Endapan putih yang masih menempel pada dinding
tabung sentrifus ditambahkan dengan larutan HCl (berwarna bening) dan
memberikan hasil dimana endapan tersebut menjadi larut sehingga
menghasilkan warna larutan yang keruh. Melarutnya endapan putih pada

larutan

HCl

menunjukkan

bahwa

terdapat

suatu

reaksi

yang

mengindikasikan adanya kalsium.


Dalam reaksi tersebut, maka jelas terlihat bahwa endapan putih
(kalsium) menjadi larut dengan larutan HCl sehingga memunculkan
larutan yang tampak keruh. Setelah ditunggu beberapa saat,larutan yang
keruh tersebut kemudian ditetesi dengan larutan natrium oksalat.
Hasil pengamatan menunjukkan larutan keruh lama kelamaan kembali
menjadi bening dengan beberapa endapan tampak di dasar tabung.
Hasil pengamatan menunjukkan larutan keruh lama kelamaan kembali
menjadi bening menyatakan bahwa Kalsium oksalat adalah persenyawaan
garam antara ion kalsium dan ion oksalat. Senyawa ini terdapat dalam
bentuk kristal padat non volatil, bersifat tidak larut dalam air namun larut
dalam asam kuat.. Pernyataan kelarutan kalsium oksalat hanya terjadi
pada asam kuat tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam
pengamatan mengingat sebelum ditambahkan larutan natrium oksalat,
endapan putih terlebih dahulu ditambahkan larutan HCl. HCl merupakan
salah satu jenis asam kuat. Sehingga pantaslah apabila larutan yang
terbentuk tesebut dikatakan sebagai larutan natrium oksalat. Sementara itu,
endapan yang terbentuk merupakan butir-butir garam yang terbentuk
melalui reaksi antara kation Na+dengan anion Cl-.
Unsur kalsium dalam darah memiliki peran penting dalam proses
fisiologis yang menunjang fungsi darah bagi suatu organisme. Menurut
teori Howell tentang proses koagulasi darah, ion kalsium membantu
pengubahan prothrombin menjadi thrombin, dimana pada perkembangan
selanjutnya,

thrombin

akan

membentuk

benang-benang

fibrin.

Keseimbangan jumlah kalsium dalam darah dikontrol oleh suatu sistem


hormon tertentu agar homeostasis makhluk hidup terus terjaga.
I. Kesimpulan
1. Uji protein dalam darah menunjukkan hasil negatif karena warna koagulan
tidak berubah menjadi merah dan tetap berwarna putih. Darah tidak
mengandung protein.

2. Uji glukosa dengan reagen Benedict menunjukkan reaksi positif pada


filtrat terbukti dengan derubahnya larutan menjadi merah bata setelah
dibakar, yang berarti pada darah terdapat glukosa.
3. Uji klorida menunjukkan hasil positif. Darah mengandung ion klorida.
4. Uji kalsium pada darah menunjukkan reaksi yang positif, yang berarti
pada darah mengandung kalsium yang membantu dalam pembentukan
protrombin menjadi trombin.

Daftar Pustaka

Bankowski, Edward. 2013. Biochemistry Workbook. Bialystok.


Silverthorn, Dee. U. 2010. Human Physiology: An Integrated Approach Fifth
Edition. San Fransisco: Pearson Education. Inc.
Soewolo; Basoeki, S; Yudani, T. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press.
Tim Pembina MK Fisiologi Hewan. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Malang: Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai