Oleh
MARIANUS ANTIMUS
NIM. 00.013/TA
Oleh
MARIANUS ANTIMUS
NIM. 00.013/TA
Mengetahui
Dosen Wali,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Judul Skripsi
PENDUGAAN LAPISAN PEMBAWA AIR ASIN DENGAN METODE
RESISTIVITY SOUNDING DI CEKUNGAN WATES KABUPATEN KULON
PROGO PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
1.2. Alasan Pemilihan Judul
Dewasa ini masalah kelangkaan akan air bersih sangat dirasakan, terutama air
yang dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi seharihari, baik untuk keperluan
rumah tangga maupun industri, sehingga air yang dahulu bukan barang ekonomis
kini sudah menjadi barang komoditi yang cukup vital.
Di beberapa daerah di Kulon Progo, diperoleh informasi terdapatnya air asin.
Hal ini yang menyebabkan kelangkaan air bagi kelangsungan hidup sehari-hari bagi
masyarakat setempat. Dengan adanya kegiatan penyelidikan ini diharapkan akan
terlihat sejauh mana penyebaran air asin dan adanya kemungkinan adannya air tawar
yang berada di bawah lapisan air asin yang terdapat di Cekungan Wates Kabupaten
Kulon Progo agar di masa mendatang data ini bisa mendukung kegiatan pemboran
air tanah.
1.2
1.
Untuk mencari dan mengetahui penyebaran lapisan pembawa air asin yaitu
letak, kedalaman, dan ketebalannya
2.
1.3
tanah dalam, pada metode geolistrik tahanan jenis dikenal berbagai macam
konfigurasi elektroda, diantaranya yang sering digunakan, yaitu :
Konfigurasi Wenner
Konfigurasi Schlumberger
Perbedaan dari kedua konfigurasi elektroda, yaitu terletak pada penyusunan
elektrodanya, di mana dalam konfigurasi Wenner apabila elektroda arus positif dan
negatifnya masingmasing M dan N , maka jarak AM = BN = MN. Dalam
konfigurasi Schlumberger, jarak spasi elektroda arusnya (AB), jauh lebih besar dari
pada jarak spasi elektroda potensialnya (MN), adapun sebagai acuannya adalah jarak
MN 1/5 AB.
Konfigurasi Wenner lebih banyak diaplikasikan untuk keperluan mapping
yaitu analisa variasi tahanan jenis bawah permukaan secara horizontal, sedangkan
konfigurasi Schlumberger biasanya diterapkan untuk pengukuran sounding, yaitu
mengetahui variasi tahanan jenis bawah permukaan secara vertikal. Untuk keperluan
sounding, pengoperasian konfigurasi Sclumberger lebih sederhana dibandingkan
konfigurasi Wenner. Hal ini disebabkan karena pada metoda Schlumberger yang
dilakukan hanya memperpanjang jarak spasi arusnya saja dalam rangka untuk
mengetahui tahanan jenis lapisan yang lebih dalam, sedangkan untuk beda potensial
hanya dilakukan beberapa perpindahan saja.Oleh karena itu dalam penelitian ini
penulis menggunakan konfigurasi Schlumberger.
1.4
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Akuifer
Air tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah dimana air tersebut mengisi
ruang-ruang antar butir-butir tanah atau mengisi pori-pori atau retakan pada batuan
pada batuan. Air tanah ditemukan pada lapisan/formasi yang permeabel, artinya
lapisan tersebut dapat dilalui oleh air/tembus air. Air tanah ini tersimpan dalam
akuifer. Akuifer dapat didefinisikan sebagai formasi/kelompok formasi satuan
geologi yang dapat menyimpan dan meloloskan air dan dapat dimanfaatkan secara
ekonomis. Akuifer berdasarkan kelolosannya, dibagi menjadi :
Akuifer pori
Karst akuifer
Beberapa istilah penting dalam hidrogeologi yang perlu diketahui definisinya, yaitu :
Aquiclude
Aquitard
Aquifuge
Akuifer biasanya ditemukan pada formasi endapan glasial pasir dan kerikil,
kipas aluvial dataran banjir, dan endapan delta pasir. Berdasarkan konduktivitas
hidrolik/permeabilitasnya, akuifer dibagi menjadi :
Akuifer tertekan
merupakan lapisan permeabel yang sepenuhnya jenuh air dan dibatasi oleh
lapisan-lapisan impermeabel (confining beds) baik bagian atas maupun
bagian bawahnya. Air di dalam akuifer tersebut dalam keadaan tertekan,
sehingga jika terdapat sumur yang menembus akuifer tersebut, muka air tanah
pada sumur tersebut akan lebih tinggi dari batas atas akuifer. Apabila air
pada sumur lebih tinggi dari pada permukaan tanah disebut akuifer artesis.
Akuifer bebas
pada akuifer ini hanya sebagian dari ketebalan lapisan yang permeabel terisi
oleh air/jenuh air, bagian bawah dibatasi oleh lapisan impermeabel, batas atas
akuifer berbentuk muka air tanah yang dalam keadaan setimbang dengan
tekanan udara.
Akuifer menggantung
merupakan suatu akuifer yang mempunyai massa air tanah terpisah dari air
tanah induk oleh suatu lapisan yang relatif kedap air yang tidak begitu luas
dan terletak pada zona tidak jenuh.
Harga K (konduktivitas hidrolik) merupakan unit kecepatan dari kemampuan
lapisan batuan untuk meloloskan air, dan konduktivitas hidrolik ini sering disebut
dengan istilah permeabilitas.
Gambar 3.1.
Macam-macam akuifer berdasarkan harga K batuan
Gambar 3.2.
Penampang melintang jenis-jenis akuifer
3.2. Kondisi air tanah
Air tanah berkaitan dengan pengembangan air dapat diklasifikasikan menjadi 5
jenis sesuai dengan kondisi air tanah tersebut (Takeda K, 1985), yakni :
Air resapan, ialah air tanah dalam lapisan yang mengendap di dataran banjir
ditambah langsung dari peresapan sungai.
Air tanah lapisan dalam, yaitu air tanah yang diendapkan sampai kedalaman
ratusan meter dari permukaan tanah di dataran alluvial dan sifatnya selalu
tertekan.
Air tanah sepanjang pantai, biasanya air tanah di sini sudah tercampur dengan
air asin tetapi bisa juga tidak bila pemborannya pada lapisan yang tidak
terkena intrusi air laut (gambar 3.3a).
Endapan pada bagian tengah kipas terutama mengandung lapisan pasir yang
merupakan air tanag bebas.
Air tanah yang terdapat di bawah endapan pada ujung bawah kipas adalah air
tanah terkekang.
Pada bagian ujung bawah kipas dapat terbentuk juga zona air tanah tertetan
yang dangkal tetapi tertutup lapisan lempung.
7
Pada bagian lembah dari batuan dasar (bed rock) terdapat akuifer yang tebal
dan mata air yang akan keluar pada bagian yang letak batuan dasarnya
dangkal.
Jika teras itu bersambungan dengan endapan kasar gunung itu, maka
pengisian air tanah akan menjadi besar meskipun daerah aliran teras itu kecil.
Di kaki gunung api curah hujannya tinggi sehingga pengisian air tanah lebih
banyak
Gambar 3.3.
Jenis-jenis kondisi air tanah (Takeda K, 1985)
3.3. Cara Pendugaan Air Tanah
Keberadaan akuifer dikontrol oleh bentuk topografi dan kondisi geologi, oleh
karena itu pengukuran topografi dan penyelidikan geologi dilakukan pada awal
kegiatan eksplorasi, dilanjutkan dengan pengukuran muka air tanah (misalnya dari
sumur pantau yang sebelumnya telah ada, dari sumur-sumur penduduk, dari sumur
bor), pendugaan potensi dengan geofisika (metode geolistrik sounding), pembuatan
9
sumur uji, dan test pemompaan untuk mengetahui karakteristik akuifer dan kondisi
hidrolika sumur sebelum dimanfaatkan/dikembangkan lebih lanjut.
3.3.1. Penyelidikan geolistrik sounding
3.3.1.1. Prinsip dan tujuan
Metode geolistrik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika untuk
mengetahui kondisi geologi bawah permukaan dengan memanfaatkan sifat-sifat
kelistrikan batuan, antara lain : tahanan jenis (resistivitas), konduktivitas, self
potential dan lain-lain. Pada metodegeolistrik tahanan jenis, yang dipakai adalah
sifat resistivitas batuan untuk mendeteksi keadaan bawah permukaan (keadaan
perlapisan batuan, lapisan yang mengandung air). Prinsip dari pengukuran geolistrik
tahanan jenis adalah dengan mengalirkan dan menginjeksikan arus listrik searah atau
bolak-balik frekuensi rendah melalui elektroda arus ke dalam bumi. Beda potensial
listrik yang muncul sebagai respon dari injeksi arus listrik yang mengalir, diukur
melalui dua buah elektroda potensial pada titik-titik tertentu di permukaan tanah.
Dari hasil pengukuran arus listrk yang mengalir, beda potensial untuk setiap jarak
spasi elektroda yang berbeda dapat diturunkan variasi harga tahanan jenis masingmasing lapisan batuan di bawah titik duga (sounding point).
3.3.1.2. Dasar kelistrikan
Arus listrik adalah gerakan elektron pada materi dalam proses mengatur diri
menuju suatu keseimbangan. Peristiwa ini terjadi apabila materi mengalami
gangguan karena adanya medan listrik. Apabila medan listrik arahnya selalu tetap
menuju ke satu arah, maka arus listrik yang mengalir akan tetap juga arahnya. Arus
listrik yang demikian disebut dengan arus listrik searah atau direct current(DC). Jika
arus listrik arahnya berbalik secara periodik, aliran muatannya juga akan mengikuti,
arus listrik yang demikian disebut dengan arus listrik bolak-balik atau alternating
current (AC).
Secara matematik pengertian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. Arus
listrik yang mengalir pada suatu penghantar adalah banyaknya muatan elektron yang
menembus penampang penghantar tersebut tiap satuan waktu, dinyatakan secara
matematik :
I=
Q
....................................................................... (1)
t
10
dimana :
= waktu (detik)
Sedangkan yang dimaksud dengan rapat arus didefinisikan sebagai arus per satuan
luas penampang yang ditembus.
Secara matematis dinyatakan : I = J . A ...........................(2)
Dalam notasi biasa
Dimana
J=
I
................................(3)
A
Hubungan antara besarnya beda potensial listrik, kuat arus, dan besarnya tahanan
listrik suatu penghantar menurut hukum Ohm adalah sebagai berikut :
V = I . R.................................................................................(4)
Dimana :
Gambar 3.4.
Bahan yang dilalui arus listrik
11
Hubungan antara rapat arus (J), medan listrik (E) dan beda potensial listrik adalah
sebagai berikut :
V = . E ...............................................................................(5)
V
=
. E ....................................................................(6)
R
R
berikut : J =
. E .............................................................(7)
RA
Besarnya
RA
penghantar, besaran ini merupakan besaran skalar dan biasa disebut konduktivitas
listrik bahan.
..................................................................................(8)
RA
Dimana :
= 1 = RA ........................................................................(9)
Dimana :
.E =
E .....................................................................(10)
Persamaan (10) ini biasa disebut sebagai hukum Ohm yang banyak digunakan dalam
pembahasan berikutnya.
3.3.1.3. Distribusi potensial listrik di dalam bumi
Dalam pendugaan geolistrik dengan menggunakan tehanan jenis, diambil
asumsi bahwa bumi merupakan suatu medium yang homogen isotropis. Jika A
12
adalah elemen luas permukaan dan J adalah rapat arus dalam Ampere/m 2, maka
besarnya elemen arus I yang lewat melalui elemen permukaan A adalah :
I = J . A ................................................................................(11)
Sedangkan rapat arus (J) dan medan listrik (E) dihubungkan dengan hukum Ohm :
J=
. E...................................................................................(12)
Dimana :
i+
j+
J=-
k...................................(14)
V..................(15)
Jika didalam medium yang dilingkupi oleh permukaan A tidak terdapat sumber arus
JA = 0 ...........................................................(16)
maka :
Gambar 3.5.
Aliran listrik dalam bumi
Menurut teorema Gauss menyatakan bahwa integral volume dari divergensi arus
yang keluar dari volume V yang dilingkupi permukaan A adalah sama dengan jumlah
total muatan listrik yang terdapat di permukaan A, sehingga berlaku :
J .A
A
karena
.J V
J .A =
A
= 0.............................................................(17)
didapat :
.J = . ( .V ) = 0
13
= - ( V ) = 0
= - .V .V = 0
= - .V 2V = 0
= .V 2V = 0.....................................................(18)
Jika konduktivitas listrik medium ( ) konstan, maka suku pertama di bagian kiri
persamaan (18) berharga 0, sehungga didapat persamaan :
2V 0 ......................................................................................(19)
1 2 V
1
V
1
2V
r
sin
0 .....(20)
r
r 2 r
r 2 sin
r 2 sin 2 2
Karena anggapan bumi homogen isotropis maka bumi mempunyai simetri bola,
sehingga potensial (V) merupakan fungsi (r) saja, jika ditulis V = Vr, sehingga
penyelesaian umum persamaan laplace adalah sebagai berikut :
2V
1 2 V
r
= 0.............................................................(21)
r
r r
misal :
V
r r
2
C1
V C1
2 .......................................................................................(22)
r
r
V
C1
r
r2
1
V C r
1
r V
C1
C 2 .................................................(23)
r
C1
..............................................................(24)
r
14
intensitas medan listrik (E) atau gradien potensial dengan rapat arus yaitu :
J=
. E..............................................................................(25)
Apabila hukum kekekalan muatan menyatakan bahwa arus total sama dengan
JS = 2 r2. J..............................................................(26)
1 C1
..................................(27)
r2
Maka dengan mensubstitusikan persamaan (26) dan (27) akan didapatkan persamaan:
C1 = -
I C1
...................................................................................(28)
r2
Dengan demikian potensial pada suatu titik berjarak r dari suatu sumber arus dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Vr =
I 1
..................................................................................(29)
2 r
Dari persamaan tersebut dapat digunakan untuk pendugaan air tanah dengan cara
menempatkan titik duga ( )terletak di tengah-tengah. Arus listrik (I) dihubungkan
dengan katub-katub arus listrik A dan B, lalu diukur beda potensial antara M dan N,
rangkaian pemasangan ini disebut dengan konfigurasi Schlumberger (gambar 3.6),
kemudian korelasikan antara satu titik pengukuran dengan dengan titik pengukuran
lainnya sehingga terbentuk penampang geolistrik, dan dari sini dapat direncanakan
suatu pemboran eksplorasi air tanah.
3.3.1.4. Distribusi potensial listrik disekitar elektroda arus ganda di permukaan bumi
Dalam kasus ini terdapat dua buah elektrode arus yang dipakai untuk
mengalirkan arus listrik kedalam bumi (dua elektroda yang berlawanan polaritasnya).
Jika pada permukaan bumi tersebut dialirkan arus listrik melalui satu buah elektroda,
berdasarkan perhitungan pada sub bab terdahulu, perhitungan potensial listrik di
suatu titik berjarak r dari elektroda arus dapat digunakan rumus seperti yang tertulis
pada persamaan (29).
15
Sekarang kalau pada permukaan bumi tersebut ada dua sumber arus yang
berlawanan polaritasnya (menggunakan dua buah elektroda arus), maka besarnya
potensial di titik M adalah :
VM
I
I
2 1 2 2
I
2
1
1
...............................................................(30)
r1 r2
dimana :
Jika dua buah titik yaitu M dan N yang terletak didalam bumi, maka besarnya beda
potensial antara dua titik M dan N adalah :
MN = VM - VN
I
2
1
I 1
1
1
r1 r
2 r3 r4
I
2
1 1
1
1
r1 r2 r3 r4
dimana :
......................................................(31)
Gambar 3.6.
Susunan elektroda Schlumberger
Dengan jarak MN 1/5 AB
16
V = VM-VN
1
I 1
I 1
2 r
2 AM BM
1
1
AN BN
8MN
I
2
2 .......................................................(32)
2 AB MN
Karena bumi tidak homogen isotropis, maka tahanan jenis yang terukur adalah
tahanan jenis semu, jadi :
AB 2 MN 2 V
......................................................(33)
4 MN
a =
Apabila mengacu pada gambar 3.6 diatas, maka persamaan tersebut menjadi :
a
V
= Ks I ..................................................................................(34)
Dimana :
17
BAB III
PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA
Faktor geologi
18
terukur dari transmiter melalui kedua elektroda arus. Beda potensial yang disebabkan
oleh adanya arus yang mengalir diterima oleh receiver.
Gambar 4.1.
Rangkaian elektroda terpasang
Dalam pegukuran ini digunakan jarak AB/2 terjauh 400 meter dan MN/2
terjauh
80 meter dan keseluruhan titik duga sebanyak 111 titik. Dari hasil
19
pengukuran dengan konfigurasi Schlumberger ini di lapangan diperoleh harga aus (I)
dalam mA, harga beda potensial (V) dalam Volt dan tahanan jenis semu (a) dalam
Ohm meter.
3.2. Pengolahan Data
Setelah hasil pengukuran didapatkan a (apparent resistivity), maka untuk
mengolah hasil pengukuran dapat digunakan analisa kurva - r (gambar 4.2). Dalam
pendugaan air tanah, kurva - r sering dipakai untuk memperkirakan dalamnya
akuifer, keadaan batuan dasar atau adanya akuifer yang besar. Banyak cara yang
digunakan dalam menggambarkan kurva - r, diantaranya matching, Automatic
Interpretation dan Linier Filter.
Gambar 4.2.
Kurva - r
Sedangkan dalam penelitian ini dipakai metoda matching. Metoda ini
mengaplikasikan empirical marker curve yang terdiri dari dua bagian yaitu kurva
standar dua lapisan dan kurva bantu. Kurva bantu terdiri dari empat yaitu :
Kurva H (123)
Kurva A (123)
20
Kurva K (123)
Kurva Q (123)
2.
Himpitkan bagian kurva sounding spasi pendek dengan kurva dua lapisan.
Koordinat titik asal kurva standar yang dibaca pada kurva sounding
meupakan tahanan jenis dan ketebalan lapisan pertama (I), kurva standar
yang sesuai tadi menunjukan harga perbandingan tahanan jenis antara lapisan
kedua dan lapisan pertama.
3.
Titik asal pertama (I) diletakan tepat pada titik asal kurva bantu dari jenis
yang sesuai dengan tipe kurva yang sebanding. Kemudian pada kertas
bilogaritma dibuat kurva bantu. Kurva bantu ini merupakan tempat
kedudukan asal selanjutnya (II) yang selanjutnya menentukan harga tahanan
jenis lapisan ketiga dan merupakan perkalian ordinat asal (II) dengan
perbandingan 1/2 yang didapat.
4.
5.
Untuk bagian kurva sounding dengan spasi lebih besar, ulangi langkahlangkah di atas. Ketelitian dari metoda ini sanngat tergantung pada
kecermatan dalam menentukan titik asal (I) dan kualitas data sounding spasi
pendek
Dalam tulisan ini juga dipergunakan hasil dari program geolistrik tahanan jenis
dalam mendapatkan hasil kurva lapangan untuk kedalaman dan resistivitas batuan
terukur di tiap titik sounding.
3.4. Interpretasi Hasil Pengukuran
Harga tahanan jenis perlapisan dan kedalaman yang didapat, diinterpretasikan
dalam diagram pagar penempang geolistrik untuk setiap lokasi pengukurannya.
21
Dalam memberikan gambaran pada intepretasi jenis perlapisan tersebut tidak terlepas
dari kondisi geologi daerah setempat, sedangkan kisaran nilai dari masing-masing
lapisan didasarkan pada klasifikasi pada tabel 4.1. Dan untuk memudahkan dalam
mengetahui potensi air tanah daerah penelitian ini dibuat sayatan yang
menghubungkan titik pengamatan.
Tabel 4.1
Harga Tahanan Jenis Dari Lapisan (Takeda K., 1985)
(Ohm meter)
Lapisan
Air permukaan
Air tanah
Aluvium-Diluvium
a. silt-lempung
b. pasir
c. pasir dan kerikil
Neo tersier
a. batu lumpur
b. batu pasir
c. konglomerat
d. tufa
Kelompok andesit
Kelompok granit
Kelompok hert,slate
80-200
30-100
10-200
100-600
100-1000
20-200
50-500
100-500
20-200
100-2000
1000-2000
200-2000
22
instansi terkait
5. Pengolahan data
Dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran,
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau rangkaian perhitungan pada
penyelesaian dalam suatu proses tertentu.
6. Analisis hasil pengolahan data
Dilakukan dengan tujuan untuk untuk memperoleh kesimpulan sementara.
Selanjutnya kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian
pembahasan.
7. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan
permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua
masalah yang dibahas.
23
Jenis Kegiatan
1
Minggu
6 7
10 11 12
1
Studi Literatur
2
Observasi
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
5 Pembuatan Laporan
3.7. Rencana Daftar Isi
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
ii
iii
iv
RINGKASAN ..................................................................................................
vi
vi
viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................
ix
xi
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................
1.2. Maksud dan Tujuan ...........................................................
1.3. Metoda Yang Digunakan .................................................
1.4. Hasil Yang Diharapkan .....................................................
BAB II.
TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah .......................................
2.2. Geologi Daerah .................................................................
2.3. Hidrologi ...........................................................................
2.4. Hidrogeologi .....................................................................
BAB III.
DISARM TEORI
3.1. Kondisi Air Tanah ............................................................
24
BABV.
PEMBAHASAN
5.1. Penentuan Jenis Batuan ....................................................
5.2. Analisa Penampang Tahanan Jenis ...................................
5.3. Jenis-Jenis Akuifer Daerah Penelitian ..............................
5.4. Penentuan Lapisan Pembawa Air Asin .............................
BAB VI
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
25