Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

ALELOPATI

NAMA : ROSY MEILINDA


NIM : A1C414015
KELOMPOK : 7

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1 Zea mays
Jenis Ekstrak

Panjang Kecambah (cm) dalam perlakuan


1:3
4
1
2
3
4
1

1
5,5
11
11,5
13
-

1
2,5
5,5
7
9
-

1:1

Hari ke
0
2
4
6
8
10
12

: Acacia mangium

Jenis Ekstrak

Hari ke
0
2
4
6
8
10
12

0
2
4
6
8
10
12

1
10,3
17,5
23
27
-

2
2,5
10
11
13

: Imperata cylindrical
1:1
1

3
15
19
27
29
-

3,5
12
15,5
16
16,3
-

Panjang Kecambah (cm) dalam perlakuan


1:3
4
1
2
3
4
1

Kontrol

Hari ke

1:6
2

Panjang Kecambah (cm)


dalam perlakuan
Kontrol
1
2
3
4
-

0,1
-

2,5
11,5
16
22
28
-

1:6

2. Phaseolus radiates
Jenis Ekstrak

1:1

Hari ke
0
2
4
6
8
10
12

: Acacia mangium

1
8
14
17
17,5
-

1,5
2,5
3
3,5
4
-

Jenis Ekstrak

Hari ke
0
2
4
6
8
10
12

Panjang Kecambah (cm) dalam perlakuan


1:3
4
1
2
3
4
1

0,1
1,7
2
-

0,4
1
2
3,5
5
-

2
3
4
-

0
2
4
6
8
10
12

1
7
-

0,5
1
-

0,5
1,5
3
-

0,5
1,5
2
-

: Imperata cylindrical
1:1
1

1
-

1,6
12,5
14
-

2
14
23
24,5
25
-

Panjang Kecambah (cm) dalam perlakuan


1:3
4
1
2
3
4
1
-

Kontrol

Hari ke

4
16,5
18
-

1:6

Panjang Kecambah (cm)


dalam perlakuan
Kontrol
1
2
3
4
1,5
-

0,5
-

2,5
12
14
14
15,5
-

0,7
-

3,2
15
17
-

1:6

4.2 Pembahasan
Alelopati merupakan suatu teknik yang dikeluarkan oleh suatu organisme dengan cara
memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (alelokimia) ke lingkungan dan
senyawa tersebut mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di
sekitarnya. Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh alelopati/ jenis tumbuhan
terhadap perkecambahan tanaman palawija. alelopati yang digunakan yaitu ekstrak dari daun
akasia (Acacia mangium) dan daun alang-alang (Imperata cylindrica) serta tanaman palawija
yang digunakan yaitu tanaman jagung (Zea mays) dan kacang hijau (Phaseolus radiatus).
Salah satu bentuk interaksi antar organisme dalam suatu habitat adalah amensalisme.
Amensalisme sendiri dapat didefinisikan sebagai bentuk interaksi antara dua organisme atau
lebih dimana salah satu organisme tersebut akan tertekan sedangkan yang lain tetap stabil
(sama sekali tidak berpengaruh). Salah satu contohnya adalah interaksi alelokhemis, yaitu
berupa senyawa yang merupakan produk metabolisme bersifat racun, di mana dapat
mempengaruhi aktivitas beberapa spesies tertentu tetapi spesies yang lain sama sekali tidak
terpengaruh atau yang lainnya sedikit terpengaruh. Menurut Odum (1995: 177) Beberapa ahli
biologi berpendapat bahwa alelokemis hanya merupakan mekanisme keagresifan dari
kompetisi tetapi tidak terjadi kompetisi. Kompetisi merupakan interaksi yang dalam
prosesnya menyatakan sumber-sumber daya disekitarnya dan interaksi alelokemis
menyertakan tambahan substrat disekitarnya.
Dalam interaksi alelokemis menurut Fitter (1991: 346), tumbuhan bersaing secara
interaksi biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan/mengekskresikan senyawa
beracun ke lingkungan sekitarnya dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuhan yang lain yang berbeda di lingkungan
tersebut. Gangguan-gangguan tersebut antara lain adalah gangguan perkecambahan biji,
kecambah menjadi abnormal, pertumbuhan memanjang akan terhambat, perubahan susunan
sel sel akar dan lain sebagainya. Zat kimia yang bersifat racun tersebut dikenal sebagi
senyawa allelopathy. Zat ini dapat berupa gas atau cairan dan dapat keluar dari akar, batang,
maupun daun tumbuhan penghasilnya.
Alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium) merupakan contoh
tumbuhan yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan tanaman lainnya dengan zat
metabolit sekundernya yang sering kita kenal sebagai alelopati. Dari hasil pengamatan selama
2 minggu dapat dilihat hasil secara menyuluruh bahwa pada tanaman jagung sangat sedikit

yang dapat tumbuh dibandingkan dengan kacang hijau. Pada jagung dengan ekstrak akasia
terlihat bahwa pada konsentrasi 1:1 yang paling banyak tumbuh dibandingkan dengan 2
konsentrasi lainnya, pada jagung dengan ekstrak alang-alang juga terlihat pertumbuhan
paling banyak terjadi pada konsentrasi 1:1. sedangkan pada tanaman kacang hijau dengan
ekstrak akasia terlihat pertumbuhan paling banyak terdapat pada konsentrasi 1:3 dan pada
kacang hijau dengan ekstrak alang-alang terlihat pertumbuhan paling banyak juga terjadi
pada konsentrasi 1:3. Untuk control kacang jagung hanya pada yang no.4 tumbuh saat
pengamatan hari ke 2, sedangkan pada control kacang hijau hanya pada yang no. 1 dan 2
yang tumbuh sampai pengamatan hari ke 2 dan selanjutnya mati.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dari tumbuhnya tanaman ini yaitu kandungan
pada alelopati yang memang sebenarnya sebagai zat penghambat bagi pertumbuhan tanaman
lainnya, lalu melihat kondisi biji jagung dan kacang hijau yang kurang baik saat mulai
penanaman, dimana biji jagung terlalu lama direndam sehingga bisa mengakibatkan biji tidak
berkecambah melaikan busuk karena banyaknya biji yang tidak tumbuh diakibatkan oleh biji
yang berjamur. Adanya gangguan dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat juga
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan. Jika diperhatikan dengan seksama,
pertumbuhan kecambah kacang hijau lebih pesat dibanding dengan pertumbuhan jagung. Hal
ini oleh Heddy dkk (1986: 56) dijelaskan bahwa kemiripan gulma dalam hal ini ilalang
dengan tanaman dalam hal ini jagung mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman
memiliki asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang mirip dengan
pertanamannnya, kita ketahui bahwa ilalang dengan jagung memiliki banyak kesamaan
karena keduanya termasuk golongan monocotyledoneae.
Lebih jelasnya, alelopati oleh Fitter (1991: 345) diartikan produksi substansi atau zat
oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain atau mikroba. Ini merupakan topik yang
kontroversial. Misalnya saja adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas
yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati
dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-bijian atau bibit tanaman lain.
Terlepas dari kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang
cocok, karena tidak terdapat dialam. Ekstrak tersebut seringkali tidak steril sehingga
transformasi bakteri bakteri barangkali tidak berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman
tersebut tidak memiliki hubungan ekologis.

Menurut Ewusie (1990:102) Jelas kiranya bahwa alelopati dapat merupakan faktor
dalam suksesi tumbuhan, dalam kemenonjolan spesies tunggal, dan dalam pembentukan pola
nabatah pada umumnya.Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan
senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan
bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan
hasilnya semakin menurun dalam hal ini tanaman palawija (seperti jagung, kacang hijau).

BAB II
KESIMPULAN

BAB III
REFLEKSI
a) Pengetahuan dan pengalaman apa yang di dapat dari praktikum?
Jawab: setelah melakukan praktikum kami lebih mengetahui pengaruh alelopati bagi
tanaman lain yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain bahkan membuat
tanaman tersebut tidak dapat tumbuh.
b) Kendala (kesulitan) apa saja yang ditemukan saat pelaksanaan praktikum?
Jawab: adapun kendala yang terjadi dalam kegiatan praktikum yaitu kurang akuratnya
pengukuran dan saat membawa pulang untuk pengamatan di rumah, biji sering
berpindah tempat karna terguncang sehingga sering tertukar.
c) Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan pelaksanaan praktikum yang akan
datang.
Jawab: untuk selanjutnya diharapkan pengamatan di lakukan di kampus, karna
sepertinya hasil akan lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Ewusie, J. 1990. Ekologi Tropika. Bandung : ITB.


Fitter, A. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: UGM PRESS.
Heddy, S. 1986. Pengantar Ekologi . Jakarta : Rajawali.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI
PRESS.
Odum, E. 1995. Dasar-Dasar Ekologi, Edisi Ketiga. Yogyakarta : UGM PRESS.

Results of plagiarism analysis from 2016-10-16 19:36 UTC


1.5%
Unnamed

Date: 2016-10-16 19:36 UTC


All
sources 0

3 pages, 783 words


PlagLevel: selected / overall
0 matches from 0 sources, of which 0 are online sources.
Settings
Data policy: Compare with web sources

Sensitivity: Medium
Bibliography: Consider text
Citation detection: No detection
Whitelist: --

Anda mungkin juga menyukai