Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

A. Definisi bayi baru lahir


Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia 4 minggu,
biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (Wong,
2003).
Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk
memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya.
Perubahan fisiologis dan psikososial yang besar yang terjadi pada saat bayi
lahir memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterin ke lingkungan
ekstrauterin, Perubahan ini menjadi dasar petumbuhan dan perkembangan
kemudian hari (Bobak, 2005).
B. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan
dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam
kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan
nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Saat
dilahirkan, bayi baru lahir memiliki prilaku dan kesiapan interaksi social
(Bobak, 2005).
C. Adaptasi pernapasan
Penyesuaian paling kritis yang harus di alami bayi baru lahir ialah
penyesuaian system pernafasan. Paruparu bayi cukup bulan mengandung
sekitar 20 ml cairan/kg. Polavpernafasan tertentu menjadi karakteristik bayi
baru lahir normal yang cukup bulan. Setalah pernafasan mulai berfungsi, nafas
bayi menjadi dangkal dan tak teratur, berfariasi dari 30 sampai 60 x/menit.

Disertai apnea singkat (kurang dari 15 detik). Periode apnea singkat ini paling
sering terjadi selama siklus tidur aktif (Rapid Eye Movement/REM). Durasi
dan frekuensi apnea menurun seiring peningkatan usia. Periode apnea lebih
dari 15 detik harus dievaluasi (Bobak, 2005)
D. Adaptasi kardiovaskuler
Sistem kardio vaskuler mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi
lahir. Foramen ovale, diuktus arterosus, dan duktus venosus menutup . arteri
umbilikalis, dan arterihepatika menjadi ligamen. Napas pertama yang
dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru mengalir. Tekanan arteri
pulmonari menurun. Rangkain pristiwa besar ini merupakan mekanisme besar
yang menyebabkan tekanan arteri kanan menurun. Aliran darah pulmoner
kembali meningkat ke jantung dan masuk ke jantunmg bagian kiri, sehingga
tekanan atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen
ovale menutu6p. Selama beberapa hari pertama kehidupan, tangisan dapat
mengembalikan aliran darah melalui foramen ovale untuk sementara dan
mengakibatkan sianosis ringan.
Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/menit saat lahir, dengan
variasi berkisar antara 120 sampai 160 kali/menit. Frekuensi saat bayi tidur
berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada usia satu minggu, frekuensi
denyut jantung bayi rata-rata ialah 128 kali/menit saat tidur dan saat bangun
163 kali/menit. Pada usia satu bulan frekuensi138 kali/menit saat tidur dan
167 kali/menit saat bangun. Aritmia sinus (denyut jantung yang tidak teratur )
pada usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis dan
sebagai indikasi fungsi jantung yang baik.
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir ialah 78 dan tekanan diastolik ratarata ialah 42. tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama
kehamilan. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg )
selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.

Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 sampai 110 ml/kg selama
beberapa hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama.
Secara proporsional, bayi baru lahir memilki volume darah sekitar 10 % lebih
besar dan memilki jumlah sel darah mertah hamper 20 % lebih banyak
daripada orang dewasa. Akan tetapi, darah bayi baru lahir mengandung
volume plasma sekitar 20 % lebih kecil bila dibandingkan dengan kilogram
berat badan orang dewasa. Bayi premature memilki volume darah yang
relative lebih besar daripada bayi baru lahir cukup bulan. Hal ini disebabkan
bayi prematur memilki proporsi volume plasma yang lebih besar, bukan
jumlah sel darah merah yang lebih banyak (Bobak, 2005)
E. Perubahan termoregulasi dan metabolic
Menurut Bobak (2005), bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
tubuhnya, sehingga akan mengalami Stress Dingin atau Cold Stress
terutama karena perubahan lingkungan dari dalam rahim ke dunia luar yang
jauh lebih dingin.
Secara fisiologis, tubuh bayi akan menggunakan timbunan lemak coklat
(Brown Fat) untuk menghasilkan panas. Namun cadangan lemak coklat ini
akan habis dan bayi akan mudah mengalami hipoglisemia, hipoksia dan
asidosis. Untuk itu, pencegahan kehilangan panas sangatlah diperlukan
Mekanisme Kehilangan Panas
1. Evaporasi
Kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan. Akibatnya cairan
ketuban pada permukaan tubuh menguap
2. Konduksi
Kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin
3. Konveksi
Kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih
dingin
4. Radiasi
Kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda yang
temperaturnya lebih rendah dari temperatur tubuh bayi
3

Upaya mencegah kehilangan panas :


1. Keringkan bayi secara seksama.
2. Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat.
3. Tutupi kepala bayi.
4. Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI.
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi.
6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi oleh ibu. Saat
bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar
glukosanya sendiri.
Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran )
yang sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia.
Pencegahan Penurunan Kadar Glukosa Darah :
1. Melalui penggunaan ASI
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis)
Jika cadangan glukosa tubuh habis digunakan, sementara bayi tidak
mendapat asupan dari luar, beresiko terjadinya hipoglisemia dengan gejala
kejang, sianosis, apnoe, tangis lemah, letargi dan menolak makan. Akibat
jangka panjang dapat merusak sel-sel otak.
F. Adaptasi neurologist
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan
menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan
gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi
lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup
diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap
cahaya (Bobak, 2005)
G. Adaptasi gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme
dan mengabsorbsi protein dan karbihidrat sederhana, serta mengemulsi lemak.
Kecuali mylase pancreas, karakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan
4

sudah ditemukan pada bayi yang berat badan lahirnya rendah. Adapun
beberapa perubahan fisiologis pada system cerna antara lain :
1. Pencernaan
Keasaman lambung bayi pada saat lahir pada umumnya sama dengan
keasaman lambung orang dewasa, tetapi akan menurun dalam satu minggu
dan tetap rendah selama dua sampai tiga bulan. Penurunan keasaman
lambung ini dapat menimbulkan kolik. Bayi yang mengalami kolik tidak
dapt tidur, menangis dan tampak distress di antara waktu makan.gejala ini
akan hilang setelah bayi berusia 3 bulan. Bising usus bayi dapat didengar 1
jam setalah lahir. Kapasitas lambung berfariasi dari 30 sampai 90ml
tergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung sangat
bervariasai. Beberapa factor seperti waktu pemberian makanan dan
volume makanan, jenis dan suhu makanan serta strees psikis dapat
mempengaruhi waktu pengosongan lambung(Bobak, 2005)
2. Tinja
Bayi lahir dengan bagian bawah yang penuh mekonium. Mekonium
dibentuk selama janin dalam kandungan berasal dari cairan amnion dan
unsure-unsurnya, dari sekresi usus dan dari sel-sel mukosa. Mekonium
berwarna hijau kehitaman, konsistensinya kental, dan mengandung darah
samar. Mekonium pertama keluar steril, tetapi mekonium setelah beberapa
jam mengandung bakteri. Sekitar 69% bayi normal yang cukup bulan
mengeluarkan mekonium dalam 12 jam pertama kehidupannya, 94%
dalam 24 jam dan 99,8% dalam 48 jam (Bobak,2005)
H. Adaptasi sistem imun
Sel-sel yang menyupali imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan
janin. Namun sel ini tidak aktif beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama
kehidupannya, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu.
Barier alami seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin yang
mempertahankan kesterilan usus halus.
IgA sebagai pelindung membran lenyap dari traktus naps dan traktus
urinarius dan traktus gastrointestinal kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai

menyintesa IgG dan mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia
1 tahun, sedangkan kadar orang dewasa dicapai pada usia 9 bulan. IgA, IgD
dan IgE diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai
sampai pada masa kanak-kanak dini (Bobak, 2005)
I. Kebutuhan nutrisi dan ciran bayi baru lahir
Menurut Marllyn. E, Doenges (2001), kebutuhan energy bayi baru lahir
sebagai berikut;
1. Kebutuhan Energi ( kalori )
a. 110-120 kkal/kg BB selama beberapa bulan pertama kehidupan
b. 100 kkal/ kg BB pada waktu bayi mencapai usia 1 tahun
2. Kebutuhan Cairan
a. Hari 1 : 60 cc / kg BB / hari
b. Hari II : 90 cc / kg BB / hari
c. Hari III : 120 cc / kg BB / hari
d. Hari IV : 150 cc/ kg BB / hari
e. Frekuensi pemberian cairan tergantung pada berat badan bayi
1) BB < 1.250 gr : 24 x / hari tiap jam
2) BB 1.250 gr 2000 gr : 12x / hari tiap 2 jam
3) BB > 2000 gr : 8 x/ hari tiap 3 jam
J. Pemeriksaan penunjang
Menurut Marllyn. E, Doenges (2001), pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada bayi baru lahir adalah.
1. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
3. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal).
4. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl
1-2 hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
5. Golongan darah RH.
K. Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir
1. Pengkajian bayi baru lahir

a. Identitas
1) Klien
2) Penanggung jawab
b. Riwayat obstetri ibu
1) Usia kehamilan
2) Pemeriksaan antenatal
3) Komplikasi antenatal
c. Riwayat perkawinan
1) Perkawinan ke
2) Usia waktu menikah
3) Lama perkawinan
d. Riwayat Persalinan
1) BB/TB ibu
2) Keadaan umum ibu
3) Jenis persalinan
4) Indikasi
5) Komplikasi persalinan
6) Lamanya ketuban pecah
7) Tempat persalinan
8) TTV
e. Keadaan Bayi Saat Lahir
1) Lahir tanggal
2) Jenis kelamin
3) Kelahiran
4) Apgar score
5) Tindakan resusitasi
6) Plasenta
f. Pemeriksaan Fisik
1) Umur
2) BB / PB
3) Lingkar kepala
4) Lingkar dada
5) TTV
6) Keadaan umum
7) Kepala
8) Leher
9) Dada
10) Abdomen
11) Lanugo
12) Vernik
13) Ekstermitas
14) Genetalia
15) Status neurologist
g. Pengkajian Sistem
1) Aktivitas/istirahat
2) Eliminasi

3) Nutrisi
2. Diagnosa bayi baru lahir
a. Bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan
nafas banyaknya mukus.
b. Resiko infeksi
c. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor resiko paparan
dingin/sejuk: perubahan suhu infra uteri ke extra uteri.

3. Tujuan, kriteria hasil (NOC), dan intervensi keperawata (NIC)


No Diagnosa Keperawatan
1
Bersihkan jalan nafas
tidak efektif

NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas
selama X 24 jam, klien diharapkan
mampu menunjukan jalan nafas yang paten
dengan KH :
Status Respirasi : Patensi Jalan Nafas

Pasien tampak tenang (tidak cemas)


RR: 30-60X/menit
Irama nafas teratur
Pengeluaran sputum pada jalan

nafas
Tidak ada suara nafas tambahan
Warna kulit kemerahan

Buka jalan nafas


Posisikan klien untuk memak-simalkan ventilasi
Identifikasi klien perlunya pema-sangan alat

jalan nafas buatan


Keluarkan sekret dengan suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan
Monitor respirasi dan ststus O2

Suction Jalan Nafas

Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah

suctioning
Informasikan pada keluarga tentang suctioning
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk

memfasilitasi suction nasotracheal


Gunakan alat yang steril setiap melakukan

tindakan
Berikan waktu istirahat pada klien setelah kateter

dikeluarkan dari naso trakeal


Hentikan suction dan berikan O2 jika klien
menunjukan bradikadi, peningkatan saturasi O2,

Resiko infeksi

dll.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mengontrol Infeksi
selamaX 24

jam, pasien diharapkan

Bersihkan box / incubator setelah dipakai bayi

lain
Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-

penyakit menular
Batasi pengunjung
Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan

sebelum dan sesudah berkunjung


Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-kukan

tindakan keperawatan
Pakai sarung tangan dan baju sebagai pelindung
Pertahankan
lingkungan
aseptik
selama

pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan

dressing sesuai ketentuan


Tingkatkan intake nutrisi
Beri antibiotik bila perlu.

terhindar dari tanda dan gejala infeksi


dengan KH:
Status Imun

RR : 30-60X/menit
Irama napas teratur
Suhu 36-37
Integritas kulit baik
Integritas nukosa baik
Leukosit dalam batas normal

10

Mencegah Infeksi

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

local
Batasi pengunjung
Skrining pengunjung terhadap penyakit menular
Pertahankan teknik aseptik pada bayi beresiko
Bila perlu pertahankan teknik isolasi
Beri perawatan kulit pada area eritema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

kemerahan, panas, dan drainase


Dorong masukan nutrisi yang cukup
Berikan antibiotik sesuai program

Resiko

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mengatur temperature

ketidakseimbangan

selamaX 24 jam diharapkan klien

suhu tubuh dengan

terhindar dari ketidak-seimbangan suhu

faktor resiko paparan

tubuh dengan KH :

dingin/sejuk

Termoregulasi Neonatus

Suhu axila 36-37 C


RR : 30-60 X/menit

Monitor temperatur klien sampai stabil


Monitor nadi, pernafasan
Monitor warna kult
Monitor tanda dan gejala hipotermi / hipertermi
Perhatikan keadekuatan intake cairan
Pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal :
segera ganti pakaian jika basah)

11

HR 120-140 X/menit
Warna kulit merah muda
Tidak ada distress respirasi
Hidrasi adekuat
Tidak menggigil
Bayi tidak gelisah
Bayi tidak letargi

Bungkus bayi dengan segera setelah lahir untuk

mencegah kehilangan panas


Jelaskan kepada keluarga tanda dan gejala

hipotermi / hipertermi
Letakkan bayi setelah lahir di bawah lampu sorot

/ sumber panas
Jelaskan kepada keluarga cara untuk mencegah
kehilangan panas / mencegah panas bayi

berlebih
Tempatkan bayi di atas kasur dan berikan
selimut.

12

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan,
serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
Evaluasi dalam asuhan keperawatan pada bayi baru lahir, sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
a. Jalan napas paten, respirasi normal
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi
c. Suhu tubuh normal

DAFTAR PUSTAKA

13

Bobak ( 2005 ), Buku Ajar Maternitas, Jakarta: EGC


Istiningtas, A (2015), Buku Panduan Keperawatan Maternitas, Surakarta: Stikes
Kusuma Husada Surakarta
Marilyn. E, Doenges (2001), Rencana Asuhan keperawatan, Ed. 3, Jakarta: EGC
Nurarif A H, Kusuma H ( 2015 ), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Jogjakarta: Mediaction
Wong, Donna. L(2003), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai