Anda di halaman 1dari 5

SEPUTAR SHALAT BERJAMAAH - TANYA JAWAB

FIQIH
5 September 2011 pukul 20:38
Meluruskan shof adalah wajib hukumnya, dalilnya adalah hadist Numan bin Basyir r.a ,
bahwasanya Rosulullah saw bersabda :

Luruskan (samakanlah) shaf-shaf kalian (beliau mengulangi 3 kali), maka demi Allah
hendaklah kalian meluruskan shaf kalian atau sungguh Allah akan menyelisihkan diantara hatihati kalian. (Hadist Shahih Riwayat Abu Dawud).

Di dalam riwayat lain disebutkan :

Hendaklah Kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan menyelisihkan di antara
wajah-wajah kalian. (HR. Bukhari).

Perintah dalam dua hadist di atas mempunyai arti wajib, karena dibelakangnya terdapat ancaman
bagi yang tidak melaksanakan perintah tersebut.

Jika seseorang dalam sholat jamaah, hendaknya meluruskan barisan sholat menurut
kemampuannya dan mengajak orang yang ada disampingnya untuk meluruskan barisan juga.
Jika orang tersebut enggan merapatkan barisan dan selalu bergeser ketika didekati, maka tidak
ada kewajiban baginya untuk memaksanya karena dia dalam keadaan sholat. Ketika sholat
selesai, hendaknya dia menasehati orang tersebut dan memberitahu akan pentingnya meluruskan
dan merapatkan barisan dalam sholat, karena barangkali kengganan orang tersebut berangkat dari
ketidaktahuan akan pentingnya merapatkan dan meluruskan barisan.

Sahkah orang yang shafnya sendirian saat shalat berjamaah?

Jawaban :

Orang yang sholat jamaah dan berdiri di shof belakang sendirian, maka tidak lepas dari dua
keadaan :

Pertama : Shof di depannya masih kosong, dan dia sengaja berdiri di belakang sendirian tanpa
ada udzur, maka sholatnya sah, tetapi perbuatannya ini makruh.

Kedua : Shof di depannya penuh sesak, dan tidak mungkin dia masuk ke dalam shof tersebut,
maka orang seperti ini sholatnya sah dan tidak makruh.

Adapun dalil tentang sahnya orang yang berdiri sendirian di shof belakang adalah hadist Abu
Bakrah ra :

Bahwasanya dia sampai di masjid, sedang Rasulullah saw sedang ruku, maka dia ikut ruku
padahal dia belum sampai kepada shof. Setelah selesai sholat, hal itu dilaporkan kepada
Rasulullah saw, kemudian beliau bersabda : Mudah-mudahan Allah menambah semangatmu
untuk sholat jamaah, tetapi jangan mengulangi sholat di shof sendirian ( HR Bukhari )

Hadist di atas menunjukkan sahnya orang yang berdiri di shof sendirian dengan dalil bahwa
Rasulullah saw tidak menyuruhnya untuk mengulangi sholat.

Adapun hadist yang berarti :

Menghadaplah kiblat ketika kamu shalat, maka tidak ada shalat bagi seorang yang sendirian
di belakang shaf. (Hadist Shohih Riwayat Ibnu Khuzaimah).

Maksud dari kalimat : tidak ada sholat dari hadist di atas adalah tidak sempurna sholat yang
sendirian di belakang shof, artinya hukum makruh jika tidak ada udzur.
Begitu juga hadist yang berarti :

Sesungguhnya Rasulullah saw melihat seorang laki-laki shalat sendirian di belakang shaf,
maka Rasul menyuruhnya untuk mengulangi shalatnya. (Hadist Shohih Riwayat Abu Dawud,
Tirmidzi dan Ibnu Hibban ).

Maksud perintah untuk mengulangi sholat pada hadist di atas adalah dianjurkan untuk
mengulangi sholat dan tidak wajib, ini jika dia berdiri sendirian di belakang shof tanpa ada
udzur. Jika ada udzur, maka tidak dianjurkan untuk mengulanginya.

Bagaimana solusinya jika kita masuk masjid sedang shof sudah penuh ?

Jawaban :

Jika anda masuk masjid sedang shof sudah penuh, maka berusahalah untuk mencari shof yang
agak renggang untuk kemudian berusaha masuk dalam shof, walaupun dengan menggeser
sebagian jamaah yang sedang sholat. Jika tidak bisa karena benar-benar padat, maka
berusahalah untuk menembus shof untuk bisa berdiri dan sholat di samping imam. Jika benarbenar tidak bisa juga karena jamaah sangat banyak, maka silahkan untuk berdiri sendiri di shof
paling belakang, dan insya Allah sholat anda sah, dalilnya adalah firman Allah swt :

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu ( Qs At Taghabun : 16 )

Apa hukumnya seseorang yang menarik salah satu jamaah yang ada di shof depan agar
mundur dan berdiri di shof belakang bersamanya ?

Jawaban :

Ada sebagian ulama yang membolehkan perbuatan tersebut, tetapi kalau kita teliti ternyata hadist
yang menerangkan hal itu adalah hadist lemah. Hadist tersebut berarti :

Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah bersabda, Apabila seseorang di antara kamu tidak
mendapatkan shaf karena sudah sempurna (penuh), maka hendaklah ia menarik kepadanya
seorang laki-laki supaya berdiri di sampingnya. (Hadist Lemah Riwayat Thabrani).

Begitu juga hadist yang berarti :

Dari Wabidhah bin Mabad ra, Bahwasanya ada seorang laki-laki shalat sendirian di belakang
shaf, maka Nabi saw berkata kepadanya, Apakah kamu sudah masuk ke dalam shaf atau
engkau telah menarik seorang laki-laki untuk shalat bersamamu? Maka ulangilah shalat. (HR.
Abu Yala dan di dalam sanadnya ada kelemahan )

Selain dua hadist di atas derajatnya lemah, perbuatan menarik salah satu jamaah untuk berdiri di
shof belakang bisa mengganggu konsentrasi orang yang sedang sholat. Bahkan hal ini bisa
membawa fitnah jika yang ditarik tidak paham dan merasa diganggu sholatnya, bahkan tidak

sedikit dari mereka yang membatalkan sholatnya karena berkeyakinan bahwa pindah tempat dan
berjalan kebelakang termasuk sesuatu yang membatalkan sholat.

Dengan demikian, jika berdiri sendiri di shof belakang, dianjurkan untuk tidak menarik salah
satu jamaah kebelakang, tapi cukup dia berdiri sendiri jika memang tidak ada tempat lagi,
dengan harapan ada jamaah lain yang menyusul dan bergabung dengannya. Jika ternyata sampai
akhir sholat tidak ada jamaah lain yang bergabung, maka insya Allah sholatnya tetap sah,
sebagaimana yang telah diterangkan di atas

Apakah diperbolehkan shalat dengan shaf sejajar antara laki-laki dan perempuan
meskipun dibatasi dengan hijab? Perlu diketahui di daerah kami banyak masjid yang
membagi dua bagian masjid (untuk putra dan putri) kanan dan kiri.

Jawaban :

Sebaiknya shof lelaki di depan, dan shof perempuan di belakang, sebagaimana riwayat dari Ibnu
Masud bahwasanya ia berkata :

Akhirkan mereka ( di dalam shof ) sebagaimana Allah swt mengakhirkan mereka ( Riwayat
Ibnu Huzaimah, Thobari dan Abdur Rozak )

Tapi, jika shof laki-laki sejajar dengan perempuan dengan menggunakan pemisah, maka hal itu
makruh, tetapi sholatnya tetap syah.

Ditulis Oleh DR. Ahmad Zain An-Najah, M.A

Anda mungkin juga menyukai