Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jakarta - Lunturnya kearifan lokal masyarakat pesisir rupanya berdampak besar
terhadap perubahan ekosistem laut. Saat ini banyak ekositem laut yang diketahui sudah
rusak.
\\\"Jaman dahulu Indonesia dikenal dengan kearifan lokal yang dimiliki masing-masing
daerah, nilai-nilai tersebut yang sebenarnya menjaga keberadaan ekosistem pesisir,\\\"
ujar anggota Terangi divisi pengelolaan terumbu karang, Idris saat berbincang dengan
detikcom, di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, Rabu (24\/4\/2013).
Idris mengatakan, salah satu kearifan lokal yang mulai memudar adalah perburuan ikan
paus di Halmahera, Kepulauan Maluku. Dahulu, perburuan ikan paus dilakukan hanya
jika ada acara-acara tertentu. Namun semenjak ritual itu menjadi daya tarik wisatawan,
masyarakat Halmahera sudah mulai memburu ikan paus secara gila-gilaan.
\\\"Tradisi yang biasa dilakukan setiap satu tahun sekali, dimana ikan tersebut menjadi
sumber penghasilan mereka, namun belakangan semenjak menjadi daerah wisata mereka
sudah berburu paus tanpa memikirkan kearifan lokalnya,\\\" kata Idris.
Menurut Idris, sikap pemerintah cenderung tidak peduli untuk melakukan perawatan
kondisi ekosistim laut. Padahal, saat ini sudah banyak NGO (Non-governmental
organization) yang mengeluarkan dana tak sedikit untuk memperbaiki dan menjaga
ekosistim laut di Indonesia.
\\\"Bahkan triliunan dolar dikeluarkan orang asing untuk memperbaiki ekosistem,
mungkin masyarakat kita masih belum menyadari pentingnya ekosistem tersebut, ketika
hilang baru kita kebingungan,\\\" ujarnya.
Idris mencontohkan dalam kegiatan merawat terumbu karang, sejauh ini pemerintah

hanya melakukan transplantasi, tidak melakukan perawatan lebih lanjut. Alhasil terumbu
karang tersebut tidak dapat bertahan hidup lebih lama.
Sudah saatnya masyarakat kembali kepada kearifan lokal di masing-masing
daerah. \\\"Nah kesempatan ini mulai dimanfatkan oleh pemerintah dalam
memberdayakan atau menjaga ekosistem lingkungan pesisir laut, seperti kearifan lokal
Panglima Laut di Aceh, Awig-Awig di Bali, dan Sasi di Papua. Dimana masyarakat atau
nelayan tidak diperbolehkan menangkap ikan di lokasi tertentu,\\\" tandasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pendekatan apa yang dilakukan oleh masyarakat di artikel tersebut dalam
belajar kearifan lokal !
2. Analisa bagaimana kearifan lokal tersebut berpengaruh terhadap upaya konservasi !
3. Jelaskan tantangan apa yang dihadapi dengan lunturnya kearifan lokal !
4. Sebutkan beberapa solusi yang kalian tawarkan untuk mengatasi tantangan tersebut
agar nilai nilai kearifan lokal tetap lestari !
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendekatan apa yang dilakukan oleh masyarakat di artikel tersebut
dalam belajar kearifan lokal
2. Untuk mengetahui pengaruh kearifan lokal terhadap upaya konservasi
3. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi dengan lunturnya kearifan lokal
4. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi tantangan tersebut agar nilai nilai
kearifan lokal tetap lestari

Anda mungkin juga menyukai