Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PELAYANAN KB

PENANGGULANGAN DAN PENANGANAN PENGGUNAAN


ALAT KONTRASEPSI (KONDOM)

DISUSUN OLEH :
Desmi Gitriana

Dina Tri Novrianti

Devi Ambar Sari

Dona Lafina

Dewi Aprilia Ningsih

Eani Gusti Sapalili

Kelas

: II A Kebidanan

Dosen

: ELIANA, MPH

Mata kuliah: Pelayanan KB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN

2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pelayanan KB yang
berjudul Penanggulangan Dan Penanganan Penggunaan Alat Kontrasepsi (Kondom).
Maksud dan tujuan penulisan tugas ini adalah sebagai syarat mnyelesaikan tugas serta
bahan seminar dan konseling mata kuliah Pelayanan KB.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dari semuanya yang bersifat membangun agar tugas
ini dapat menjadi lebih baik. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu,

April 2010

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Upaya mengatur jarak kehamilan dapat dilakukan dengan menggunakan kontrasepsi


atau alat kontra konsepsi yang mencegah proses konsepsi alias pertemuan antara sel telur dan
sperma. Ada beragam alat kontrasepsi yang dapat digunakan. Efektivitas dan kecocokan dari
penggunaan masing-masing alat kontrasepsi tentu saja bergantung pada kondisi fisik, pola
hidup, kebiasaan, juga kedisiplinan pemakainya. Ada yang cocok memakai pil KB, ada juga
yang lebih cocok dengan suntik atau lainnya. Untuk mengetahui cocok-tidaknya, mau tak mau
Anda perlu memilih dan mencoba dulu, baru kemudian dapat diketahui apakah cocok atau
tidak berdasarkan perkembangan selanjutnya.
Semua alat kontrasepsi dapat mencapai efektivitasnya hingga 90-99%, tentunya bila
digunakan dengan prosedur yang benar. Pil KB wajib diminum tiap hari. Kondom harus
digunakan setiap kali berhubungan intim. KB suntik diberikan setiap bulan atau per tiga bulan.
Sekali terlupa atau diabaikan, boleh jadi efektivitasnya berkurang atau bahkan gagal.
Nah, berikut ini penulis akan membahas mengenai alat kontrasepsi kondom. Semoga
bermanfaat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Pengenalan
Kondom adalah bentuk kontrasepsi yang pertama kali ditemukan. Kondom dibuat dari
banyak bahan yang tidak lazim dan pada awalnya lebih dianggap sebagai perlindungan
terhadap penyakit menular seksual daripada sebagai pencegahan kehamilan. Pria mesir yang
dilaporkan pertama kali memakai kondom untuk melindungi dirinya sendiri terhadap infeksi
pada tahun 1350-1220 SM. Selanjutnya pada tahun 1564 M, seorang ahli anatomi
berkebangsaan Italia bernama Gabrielle Fallopius sebagai penemu kondom yang terbuat dari
linen sebagai sebagai perlindungan terhadap sifilis. Selama masa Casanova pada tahun 1700an, kondom dipakai tidak hanya untuk melindungi diri terhadap infeksi tetapi juga kehamilan.
Di masa lalu, kondom dibuat dari kandung kemih hewan, sutra berminyak, kertas dan kulit
(Durex, 1993).
Kondom atau istilah bahasa Indonesianya Sarkon merupakan alat kontrasepsi yang
tertua walaupun dulu terutama dipergunakan sebagai pencegah penyakit kelamin.
Asal nama kondom mungkin dari Dr. Condom, dokter pribadi raja Charles II ari Perancis yang
menciptakan alat bagi majikannya untuk mencegah keturunan haram yang lebih banyak.
Ada yang menduga asalnya dari perkataan latin Condus yang berari receptacullum
atau dari perkataan Persia Kendu atau Kondu ialah tempat berbentuk panjang untuk
menyimpan gandum, terbuat dari usus binatang. Kondom pertama kali disebut oleh seorang
ahli anatom Italia dalam tahun 1854; dalam abad ke- 18 sudah lazim dipewrgunakan dirumahrumah prostitusi.
Kondom mula-mula terbuat dari usus (coecum) domba tapi sejak 1870 dapat dibuat
dari karet dan dapat diproduksi dalam jumlah lebih banyak dan lebih murah.
B. Jenis Kondom
Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:
1. Kondom biasa.
2. Kondom berkontur (bergerigi).
3. Kondom beraroma.

4. Kondom tidak beraroma.


Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun
belum populer.
C. Cara Kerja
1. Mencegah spermatozoa (sel mani) bertemu dengan ovum (sel telur) pada waktu
bersenggama.
2. Khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil mencegah penularan
mikroorganisme penyebab IMS termasuk HBV (virus hepatitis B) dan HIV/AIDS dari
satu pasangan kepada pasangan yang lain.
D. Efektivitas
Efektivitas

kondom bervariasi-pada

pemakaian

yang

cermat

dan konsisten

efektivitasnya dapat mencapai 98% atau serendah-rendahnya 85%. Efektivitas yang rendah
cenderung terjadi pada pria dan wanita yang berusia muda dan lebih subur dan kurang
pengalaman dalam menggunkan metode ini (Trussell et al., 1994).
E. Kerugian
-

Efektifitas tidak terlalu tinggi

Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi

Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).

Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi

Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual

Dianggap merepotkan

Membutuhkan perencanaan ke depan

Kehilangan sensitivitas

Kondom lateks tidak dapat digunakan bersamaan dengan penggunaan lubrikan berbahan
dasar minyak.

Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum

Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.

F. Keuntungan
Keuntungan kondom yang terpenting ialah :

1. Dapat diandalkan karena cukup efektif.


Kegagalan pada kondom biasanya bukan karena kekurangan kondomnya tetapi karena
kelalaian pihak si pemakai.
2. Murah
3. Merupakan suatu cara non medis artinya pemakaiannya tidak perlu diawasi oleh tenaga
dokter dan demikian pula distribusi dan pemasarannya dapat bebas.
4. Tidak mempunyai efek samping
5. Member perlindungan terhadap penyakit kelamin dan juga terhadap infeksi alat kandungan
lainnya seperti trichomoniasis dan moniliasis.
6. Dapat sebagai perlindungan terhadap neoplasia serviks
7. Merupakan suatu cara dimana pihak pria aktif ikut bertanggung jawab dalam usaha
Keluarga Berencana.
8. Di Indonesia kondom perlu lebih luas disebarkan, sehingga dapat dibeli di toko-toko obat,
agar dapat menjadi suatu cara yang penting dalam program Keluarga Berencana.
Kontrasepsi

Efektif bila digunakan dengan benar

Tidak mengganggu produksi ASI

Tidak mengganggu kesehatan klien

Tidak mempunyai pengaruh sistemik dalam tubuh

Murah dan dapat dibeli secara umum

Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

Nonkontrasepsi
Memberi dorongan kepada pria untuk ikut ber-KB
Dapat mencegah penularan IMS
Mencegah ejakulasi dini
Membantu mencegah terjadinya kanker leher rahim (kanker serviks) karena dapat
mengurangi terjadinya iritasi akibat masuknya bahan pemicu/penyebab kanker dari luar
(karsinogenik eksogen) pada serviks.
Saling berinteraksi sesama pasangan
Mencegah imuno infertilitas

G. Indikasi Dan Kontraindikasi


-

Alergi terhadap lateks dan spermisida

Masalah ereksi seperti gagal mempertahankan ereksi.


Tabel 1
Seleksi Klien Pengguna Kondom
KONDOM
Sesuai untuk pria yang :

Ingin berpartisipasi dalam program

Tidak sesuai untuk pria yang :

KB

Mempunyai pasangan yang berisiko


tinggi apabila terjadi kehamilan

Ingin segera mendapatkan alat

Alergi terhadap bahan dasar kondom

kontrasepsi

Menginginkan kontrasepsi jangka

Ingin kontasepsi sementara

Ingin kontrasepsi tambahan

Hanya ingin menggunakan alat

berbagai persiapan untuk melakukan

kontrasepsi jika akan berhubungan

hubungan seksual

Berisiko tinggi
tertular/menularkan IMS

panjang

Tidak mau terganggu dengan

Tidak peduli berbagai persyaratan


kontrasepsi

H. Keputusan pilihan
Bagi banyak pria dan wanita, kondom merupakan bentuk kontrasepsi yang mudah
didapat. Kondom memungkinkan pria berbagai dan mengambil tanggung jawab untuk
mencegah kehamilan. Kondom dapat meningkatkan kenikmatan dengan memungkinkan pria
dan wanita menyentuh dan mengeksplorasi penis. Pemasangan kondom dapat dilakukan oleh
pria atau wanita, yang menciptakan kesetaraan dalam hubungan.
Bagi banyak klien, memlilih metode ini merupakan keputusan sesaat yang diambil
karena dorongan tiba-tiba. Pilihan ini sering kali digunakan pada awal hubungan seksual, dan

klien ini biasanya berusia lebih mudah. Banyak pria dan wanita lebih memilih memakai
kondom untuk melindungi diri mereka terhadap HIV.
Secara hukum, tidak ada batasan usia yang melarang penjualan kondom. Hal ini
membuat kisaran usia pemakai kondom luas dan dapat digunakan oleh anak muda. Banyak
pria dan wanita berhenti memakai kondom dengan keluhan kehilangan sensitivitas. Sering kali
peralihan ke metod lain diperburuk oleh kegagalan pengguna seperti kondom bocor atau
kondom terlepas selama koitus.
Cara Penggunaan/Instruksi bagi Klien

Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual

Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom

Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam
lainnya pada saat membuka kemasan

Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis
(kepala penis) dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan
gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis.
Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina

Bila kondom tidak mempunyai penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka saat
memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat
ejakulasi

Kondom dilepas sebelum penis melembek

Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak
terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi
tumpahan cairan sperma di sekitar vagina

Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai

Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman

Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat
digunakan

Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut

Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan petrolatum
karena akan segera merusak kondom.

Memberikan persediaan kondom kepada klien

Jumlah kondom yang diberikan dapat bervariasi menurut pertimbangan orang per
orang. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah frekuensi hubungan seksual,
jarak dari klinik/tempat pelayanan dan permintaan khusus. Kondom diberikan dalam
jumlah yang cukup untuk melindungi pasangan selama 6 bulan

Kondom yang diberikan pada klien harus terjamin mutunya dan petugas klinik harus
mengetahui jenis dan spesifikasi dari kondom yang disalurkan dan sudah melalui
pengkajian mutu. Kalau ada keraguan tentang mutu kondom sebaiknya jangan
diberikan, kalau terpaksa diberikan sebaiknya dipakai bersama-sama dengan
spermisida.

Kujungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan kalau ada masalah dalam
penggunaan kondom dan kepuasan klien dalam menggunakannya. Kalau masalah timbul
karena kekurangtahuan dalam penggunaan sebaiknya informasi diulangi kembali kepada klien
dan pasangannya. Kalau masalah menyangkut ketidanyamanan dan kejemuan dalam
menggunakan kondom sebaiknya dianjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.
I. Masalah Yang Dihadapi Dan Cara Penangananya
1. Kondom Rusak/Bocor/Robek
- Gejala Dan Keluhan
Cairan sperma keluar dari kondom
- Penyebab
a. Kondom sudah kadaluarsa
b. Pemasangan kondom tidak benar
c. Mutu kondom tidak memenuhi standar
d. Aktivitas/gerakan dalam berhubungan terlalu keras
- Penanggulangan Dan Pengobatan

a. KIE

Jelaskan kemungkinan sebab terjadinya

Jelaskan cara memasang kondom yang benar

Periksa kondom yang terpasang pada penis sebelum


penetrasi ke vagina

Jika ditemukan/dicurigai kondom bocor/robek, segera ganti


dengan kondom baru.

b. Tindakan Medis

Jika terjadi hubungan seksual dengan kondom yang


bocor/robek/rusak kurang dari 72 jam, pertimbangkan pemberian pil pascasenggama/pil khusus pencegah kehamilan (pil darurat) kepada pasangan
wanitanya, yaitu pil KB (atau pil Postinor)
Dosis pil khusus pencegah kehamilan
Permulaan 2 tablet, 12 jam kemudian 2 tablet (terangkan efek mual dan muntah).
Bila klien muntah-muntah 1 jam setelah minum 2 tablet, disarankan untuk
mengulangi dosis.
Dosis pil Postinor
Permulaan 1 tablet, 12 jam kemudian 1 tablet

2. Iritasi Lokal Pada Penis/Reaksi Alergi


- Gejala/keluhan

Adanya rasa nyeri/lecet/gatal pada kulit penis

Pada keadaan tertentu bila terjadi bentuk reaksi alergi lainnya (bengkak, merah
atau panas), namun hal ini jarang terjadi.

- Penyebab
Reaksi alergi terhadap bahan kondom (biasanya yang terbuat dari lateks).
- Penanggulangan dan Pengobatan
a.KIE

Jelaskan sebab terjadinya

Gejala ini bersifat individu dan jarang sekali, bila terjadi reaksi ringan tidak perlu
pengobatan.

b. Tindakan medis
Pastikan bahwa gejala tersebut adalah reaksi alergi, bukan infeksi
Reaksi alergi yang mengganggu obati dengan antihistamin dengan dosis:
CTM 3 x 1 tablet selama 3-5 hari

Anjurkan untuk mengganti jenis kondom yang lain (dari bahan alami), atau
memakai metoda kontrasepsi yang lain.

3. Kurangnya Kenikmatan Hubungan Seks


- Gejala Dan Keluhan
Orgasme tidak tercapai/tidak merasa puas
- Penyebab
Kondom menghalangi/mengurangi sensitivitas
- Penanggulangan Dan Pengobatan
a. KIE

Jelaskan sebab terjadinya

Gejala ini umumnya terjadi pada waktu permulaan dan ada


faktor psikis yang mempengaruhi. Lama-kelamaan menjadi biasa dan tidak
mengganggu. Pada kasus ejakulasi dini, kondom dapat membantu mengatsasinya.

Memotivasi agar tetap memakai kondom

b. Tindakan Medis: Tidak ada


4. Iritasi Vagina
- Gejala Dan Keluhan
Adanya rasa nyeri/lecet/gatal pada vagina
- Penyebab

Reaksi alergi terhadap bahan kondom

Aktifitas
berlebihan

seksual

yang

terlampau

sering

atau

- Penanggulangan Dan Pengobatan


a. KIE

Jelaskan sebab terjadinya

Gejala ini bersifat individu dan sangat jarang terjadi.

Memotivasi agar tetap memakai kondom, namun perhatikan


frekuensi hubungan seksualnya.

b. Tindakan Medis :Tidak ada


5. Kesulitan Memasang Kondom-Kondom Terlalu Kecil Atau Terlalu Besar
Tabel 2
Penanganan efek samping dan masalah kesehatan lainnya
Efek samping atau Masalah
Penanganan
Kondom rusak atau diperkirakan bocorBuang dan pakai kondom baru atau pakai
(sebelum berhubungan)
spermisida digabung kondom
Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di Jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan
vagina saat berhubungan
Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida)

pemberian Morning After Pill


Reaksi alergi, meskipun jarang, dapat sangat
mengganggu

dan

bisa

berbahaya.

Jika

keluhan menetap sesudah berhubungan dan


tidak ada gejala IMS, berikan kondom alami
(produk hewani: lamb skin atau gut) atau
Mengurangi kenikmatan hubungan seksual

bantu klien memilih metode lain


Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolerir
biarpun dengan kondom yang lebih tipis,
anjurkan pemakaian metode lain

Anda mungkin juga menyukai