DISUSUN OLEH :
Desmi Gitriana
Dona Lafina
Kelas
: II A Kebidanan
Dosen
: ELIANA, MPH
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pelayanan KB yang
berjudul Penanggulangan Dan Penanganan Penggunaan Alat Kontrasepsi (Kondom).
Maksud dan tujuan penulisan tugas ini adalah sebagai syarat mnyelesaikan tugas serta
bahan seminar dan konseling mata kuliah Pelayanan KB.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dari semuanya yang bersifat membangun agar tugas
ini dapat menjadi lebih baik. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu,
April 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Pengenalan
Kondom adalah bentuk kontrasepsi yang pertama kali ditemukan. Kondom dibuat dari
banyak bahan yang tidak lazim dan pada awalnya lebih dianggap sebagai perlindungan
terhadap penyakit menular seksual daripada sebagai pencegahan kehamilan. Pria mesir yang
dilaporkan pertama kali memakai kondom untuk melindungi dirinya sendiri terhadap infeksi
pada tahun 1350-1220 SM. Selanjutnya pada tahun 1564 M, seorang ahli anatomi
berkebangsaan Italia bernama Gabrielle Fallopius sebagai penemu kondom yang terbuat dari
linen sebagai sebagai perlindungan terhadap sifilis. Selama masa Casanova pada tahun 1700an, kondom dipakai tidak hanya untuk melindungi diri terhadap infeksi tetapi juga kehamilan.
Di masa lalu, kondom dibuat dari kandung kemih hewan, sutra berminyak, kertas dan kulit
(Durex, 1993).
Kondom atau istilah bahasa Indonesianya Sarkon merupakan alat kontrasepsi yang
tertua walaupun dulu terutama dipergunakan sebagai pencegah penyakit kelamin.
Asal nama kondom mungkin dari Dr. Condom, dokter pribadi raja Charles II ari Perancis yang
menciptakan alat bagi majikannya untuk mencegah keturunan haram yang lebih banyak.
Ada yang menduga asalnya dari perkataan latin Condus yang berari receptacullum
atau dari perkataan Persia Kendu atau Kondu ialah tempat berbentuk panjang untuk
menyimpan gandum, terbuat dari usus binatang. Kondom pertama kali disebut oleh seorang
ahli anatom Italia dalam tahun 1854; dalam abad ke- 18 sudah lazim dipewrgunakan dirumahrumah prostitusi.
Kondom mula-mula terbuat dari usus (coecum) domba tapi sejak 1870 dapat dibuat
dari karet dan dapat diproduksi dalam jumlah lebih banyak dan lebih murah.
B. Jenis Kondom
Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:
1. Kondom biasa.
2. Kondom berkontur (bergerigi).
3. Kondom beraroma.
kondom bervariasi-pada
pemakaian
yang
cermat
dan konsisten
efektivitasnya dapat mencapai 98% atau serendah-rendahnya 85%. Efektivitas yang rendah
cenderung terjadi pada pria dan wanita yang berusia muda dan lebih subur dan kurang
pengalaman dalam menggunkan metode ini (Trussell et al., 1994).
E. Kerugian
-
Dianggap merepotkan
Kehilangan sensitivitas
Kondom lateks tidak dapat digunakan bersamaan dengan penggunaan lubrikan berbahan
dasar minyak.
F. Keuntungan
Keuntungan kondom yang terpenting ialah :
Nonkontrasepsi
Memberi dorongan kepada pria untuk ikut ber-KB
Dapat mencegah penularan IMS
Mencegah ejakulasi dini
Membantu mencegah terjadinya kanker leher rahim (kanker serviks) karena dapat
mengurangi terjadinya iritasi akibat masuknya bahan pemicu/penyebab kanker dari luar
(karsinogenik eksogen) pada serviks.
Saling berinteraksi sesama pasangan
Mencegah imuno infertilitas
KB
kontrasepsi
hubungan seksual
Berisiko tinggi
tertular/menularkan IMS
panjang
H. Keputusan pilihan
Bagi banyak pria dan wanita, kondom merupakan bentuk kontrasepsi yang mudah
didapat. Kondom memungkinkan pria berbagai dan mengambil tanggung jawab untuk
mencegah kehamilan. Kondom dapat meningkatkan kenikmatan dengan memungkinkan pria
dan wanita menyentuh dan mengeksplorasi penis. Pemasangan kondom dapat dilakukan oleh
pria atau wanita, yang menciptakan kesetaraan dalam hubungan.
Bagi banyak klien, memlilih metode ini merupakan keputusan sesaat yang diambil
karena dorongan tiba-tiba. Pilihan ini sering kali digunakan pada awal hubungan seksual, dan
klien ini biasanya berusia lebih mudah. Banyak pria dan wanita lebih memilih memakai
kondom untuk melindungi diri mereka terhadap HIV.
Secara hukum, tidak ada batasan usia yang melarang penjualan kondom. Hal ini
membuat kisaran usia pemakai kondom luas dan dapat digunakan oleh anak muda. Banyak
pria dan wanita berhenti memakai kondom dengan keluhan kehilangan sensitivitas. Sering kali
peralihan ke metod lain diperburuk oleh kegagalan pengguna seperti kondom bocor atau
kondom terlepas selama koitus.
Cara Penggunaan/Instruksi bagi Klien
Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam
lainnya pada saat membuka kemasan
Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis
(kepala penis) dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan
gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis.
Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina
Bila kondom tidak mempunyai penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka saat
memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat
ejakulasi
Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak
terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi
tumpahan cairan sperma di sekitar vagina
Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat
digunakan
Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut
Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan petrolatum
karena akan segera merusak kondom.
Jumlah kondom yang diberikan dapat bervariasi menurut pertimbangan orang per
orang. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah frekuensi hubungan seksual,
jarak dari klinik/tempat pelayanan dan permintaan khusus. Kondom diberikan dalam
jumlah yang cukup untuk melindungi pasangan selama 6 bulan
Kondom yang diberikan pada klien harus terjamin mutunya dan petugas klinik harus
mengetahui jenis dan spesifikasi dari kondom yang disalurkan dan sudah melalui
pengkajian mutu. Kalau ada keraguan tentang mutu kondom sebaiknya jangan
diberikan, kalau terpaksa diberikan sebaiknya dipakai bersama-sama dengan
spermisida.
Kujungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan kalau ada masalah dalam
penggunaan kondom dan kepuasan klien dalam menggunakannya. Kalau masalah timbul
karena kekurangtahuan dalam penggunaan sebaiknya informasi diulangi kembali kepada klien
dan pasangannya. Kalau masalah menyangkut ketidanyamanan dan kejemuan dalam
menggunakan kondom sebaiknya dianjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.
I. Masalah Yang Dihadapi Dan Cara Penangananya
1. Kondom Rusak/Bocor/Robek
- Gejala Dan Keluhan
Cairan sperma keluar dari kondom
- Penyebab
a. Kondom sudah kadaluarsa
b. Pemasangan kondom tidak benar
c. Mutu kondom tidak memenuhi standar
d. Aktivitas/gerakan dalam berhubungan terlalu keras
- Penanggulangan Dan Pengobatan
a. KIE
b. Tindakan Medis
Pada keadaan tertentu bila terjadi bentuk reaksi alergi lainnya (bengkak, merah
atau panas), namun hal ini jarang terjadi.
- Penyebab
Reaksi alergi terhadap bahan kondom (biasanya yang terbuat dari lateks).
- Penanggulangan dan Pengobatan
a.KIE
Gejala ini bersifat individu dan jarang sekali, bila terjadi reaksi ringan tidak perlu
pengobatan.
b. Tindakan medis
Pastikan bahwa gejala tersebut adalah reaksi alergi, bukan infeksi
Reaksi alergi yang mengganggu obati dengan antihistamin dengan dosis:
CTM 3 x 1 tablet selama 3-5 hari
Anjurkan untuk mengganti jenis kondom yang lain (dari bahan alami), atau
memakai metoda kontrasepsi yang lain.
Aktifitas
berlebihan
seksual
yang
terlampau
sering
atau
dan
bisa
berbahaya.
Jika