Anda di halaman 1dari 20

Kamis, 17 April 2014

Makalah PDAM

ABTRAKSI KASUS
Dalam suatu perusahaan pasti mempunyai suatu permasalahan, karena dengan
suatu permasalahan tersebut perusahaan lebih tahu bagaimana cara perusahaan untuk dapat
mempertahankan usahanya tersebut dan bisa mengetahui kelemahan kelemahan perusahaan
agar dapat diperbaiki kembali, salah satu perusahaan yang kami bahas adaalah PDAM,
PDAM adalah merupakan salah satu unit usaha milik daerah yang bergerak dalam distribusi air
bersih bagi masyarakat umum yang diawasi dan dimonitor oleh aparat aparat eksekutif maupun
legislatif.PDAM terdapat di setiap provinsi,kabupaten, dan kotamadya di saluruh Indonesia.
Dalam pembahasan ini kami membahas tentang PDAM KulonProgo yang dalam
perkembangannya sudah dapat meluncurkan produksi air minum dalam kemasan yaitu airku

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
dan Hidayahnya-nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,serta sesuai
dengan harapan. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenaiPDAM.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai PDAM. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak
ada
sesuatu
yang
sempurna
tanpa
sarana
yang
membangun.
Semoga makalah yang kami kerjakan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Dan semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan
dan
kami
memohon
kritik
dan
saran
yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta,27 November
2013

penyusun

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI KASUS............................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1
B. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH..............................................................2
C. RUMUSAN MASALAH....................................................................................2
D. LANDASAN TEORI..........................................................................................2
BAB 2.PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN PDAM...........................................................................................3
B.SEJARAH AIR MINUM DI INDONESIA............................................................3
C.KENDALA PDAM................................................................................................ 7
D.SIFAT DAN TUJUAN PDAM............................................................................... 8
E. VISI PDAM............................................................................................................9

F. MISI PDAM............................................................................................................9
G.CONTOH PERUSAHAAN PDAM.......................................................................9
H.GAMBAR...............................................................................................................11
BAB 3. PENUTUP
A . KESIMPULAN...................................................................................... 12
B . SARAN.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... .13

iii

BAB I :
PENDAHULUAN
A Latar Belakang.
Pengelolaan bisnis di era mendatang menuntut kemampuan yang adaptif dari pelaku bisnis. Hal
ini disebabkan begitu banyak perubahan yang cepat terjadi di dunia usaha. Perubahan-perubahan
yang terjadi dipicu oleh berbagai faktor seperti: global competition, dan government
deregulation. Implikasinya adalah pengelola bisnis di era mendatang jelas berbeda dengan era
sebelumnya.

Perusahaan harus sanggup menawarkan produk atau jasa yang berkualitas , karena mutu produk
atau kualitas pelayanan yang diterima konsumen saat ini belum tentu diterima pula pada esok
harinya. Begitu pula iklim layanan yang ada tidak sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan.
Merenda harapan dengan kualitas layanan: customers first, kami mengutamakan pelanggan,
itulah yang selalu dikatakan oleh para pimpinan pada hampir semua perusahaan, terutama yang
membidangi jasa. Namun Zeithaml et al., (1990) menyampaikan adanya suatu gap atau
kesenjangan karena perbedaan persepsi jika kualitas layanan tersebut tidak diramu dengan baik,
yaitu antara si pemberi jasa dengan pengguna jasa. Layanan yang bagus akan membuat
pelanggan loyal, walau belum tentu berkorelasi lurus dengan produktivitas (SWA 16/XVII/9 22
Agustus 2001).
Di samping perbedaan dalam pengelolaan bisnis, perkembangan yang terjadi karena desakan
lingkungan pun membawa implikasi yang sangat besar terhadap visi maupun manajemen
perusahaan. Dalam peraturan tentang Otonomi Daerah (UU Nomor 22 Tahun 1999) terkandung
beberapa prinsip, peran Daerah Tingkat II sebagai daerah yang memiliki otonomi yang nyata dan
bertanggung jawab diharapkan semakin berarti. Prinsip ini memandang bahwa daerah
mempunyai kewajiban untuk menyejahterakan masyarakatnya. Daerah/Kota kemudian
memperoleh penambahan kewenangan dalam pengelolaan sumber kekayaan alam, di antaranya
adalah sumber air.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh kebijakan teknis operasional Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, bahwa landasan daya saing usaha pengelolaan air adalah keunggulan komparatif
dan keunggulan kompetitif di pasar yang berbasis sumber daya alam, dan komoditas yang
berakar di bumi Indonesia. Masih berdasarkan dokumen Deperindag, salah satu kebijakan
pemerintah juga diprioritaskan pada industri yang berbasis pada sumber daya alam.
Mengingat pentingnya sumber daya alam, khususnya sumber air bersih yang peranannya sangat
penting bagi kehidupan manusia, maka pengelolaannya menjadi wewenang negara yang telah
diatur dalam pasal 33 UUD 1945 ayat 2 dan ayat 3. Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Daerah
menyerahkan wewenang pengelolaan air bersih ini kepada Pemerintah Daerah dalam suatu
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tersedianya
air bersih dan sehat merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh masyarakat.
Bagi masyarakat Kota Surabaya kebutuhan akan air bersih menjadi masalah yang sangat pelik
dan rumit, karena rendahnya mutu persediaan air tanah atau air sumur penduduk sebagai akibat
adanya pencemaran air. Tujuan dibentuknya PDAM adalah untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat terhadap penyediaan sarana dan prasarana air bersih yang berkualitas, dan memenuhi
kaidah-kaidah kesehatan.

B. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

Adapun tujuan dari makalah ini adalah memenuhi tugas pengantar bisnis setelah melakukan
kunjungan ke kulonprogo khususnya di PDAM (perusahaan daerah air minum). Dan kelompok
kami akan membahas lebih lengkap lagi tentang PDAM.

C. RUMUSAN MASALAH

1.Apa tujuan didirikannya PDAM?

2.Apa saja kendala yang dialami PDAM?

3. Bagaimana perkembangan PDAM dari awal di bangun hingga sekarang?

4. Apa Visi-Misi PDAM?

D. LANDASAN TEORI

Landasan terbentuknya PDAM adalah untuk memenuhi kebutuhan


masyarakat dengan penyediaan dan pelayanan air bersih.PDAM merupakan
perusahaan daerah yang didirikan dam dimiliki pemerintah daerah, dan
tujuan dari Perusahaan Daerah yaitu:
1.

Memberikan sumbangsih pada perekonomian nasional dan penerimaan kas


negara

2.

Mengejar dan mencari keuntungan

3.

Pemenuhan hajat hidup orang banyak

4.

Perintis kegiatan-kegiatan usaha

5.

Memberikan bantuan dan perlindungan pada usaha kecil dan lemah


Ciri ciri Perusahaan Daerah
1. Didirikan berdasarkan peraturan daerah (perda).
2. Dipimpin oleh direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala
daerah atas pertimbangan DPRD.
3. Masa jabatan direksi selama empat tahun.
4. Bertujuan memupuk pendapatan asli daerah guna membiayai
pembangunan daerah.
Dalam PDAM biasanya terdapat juga suatu usaha yang dikelola oleh PDAM
tersebut yang berupa air mineral kemasan yang diproduksi dan dikelola
untuk dapat menambah laba agar optimal. Di setiap provinsi, kabupaten
memiliki PDAM, karena suatu daerah mempunyai kewajiban untuk dapat
memenuhi air bersih terhadap masyarakatnya. Dan dalam perusahaan
PDAM itu harus dapat memenuhi kebutuhan dan tanggap terhadap
pelanggan untuk kemajuan perusahaan itu sendiri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PDAM
PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit usaha milik daerah,
yang yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum. PDAM terdapat di setiap
provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah
sebagai sarana penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor oleh aparataparat eksekutif
maupun legislatif daerah.
Perusahaan air minum yang dikelola negara secara modern sudah ada sejak jaman penjajahan
Belanda pada tahun 1920an dengan nama Waterleiding sedangkan pada pendudukan Jepang
perusahaan air minum dinamai Suido Syo.

B. SEJARAH AIR MINUM DI INDONESIA


Kurun 1400an
Ditahun 1443 terekam adanya bukti tertulis sebagaimana dilaporkan bahwa pada masa itu air
yang merupakan minuman sehari-hari orang Asia Tenggara dialirkan dari gunung mengalir
kerumah-rumah penduduk dengan pipa bambu.
Kurun 1600an
Air minum disalurkan langsung ke Istana Aceh sedangkan sumur diperuntukan bagi daerah yang
jauh dari sungai seperti dilaporkan terjadi pada tahun 1613.
Dimulailah penjajahan Belanda melalui misi dagangnya yang terkenal VOC (mulanya pada
tahun 1613 VOC menyewa mendirikan loji tidak permanen dengan sewa 1.200 rijkdaader atau
3.000 gulden tapi kemudian mereka dengan liciknya membuat bangunan tembok permanen
dengan bahan batu dan beton dan dijadikan benteng pertahanan mereka), kemudian mereka
membumi hanguskan Bandar Sunda Kelapa dan mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia,
resmilah Belanda menjajah Indonesia dengan diselingi oleh penjajah Perancis ( 1808-1811) dan
penjajahan Inggris (1811-1816) penduduk Jakarta waktu itu sekitar 15.000 jiwa dan air minum
masih sangat sederhana dengan memanfaatkan sumber air permukaan (sungai) yang pada masa
itu kualitasnya masih baik.
Di Asia Tenggara kebiasaan penduduk untuk mengendapkan air sungai dalam gentong atau kendi
selama 3 minggu atau satu bulan telah dilakukan untuk mendapatkan air minum yang sehat.

3
Kurun 1800an
Di Pulau Jawa sebagaimana dilaporkan oleh Raffles pada tahun 1817 penduduk selalu memasak
air terlebih dulu dan diminum hangat-hangat untuk menjamin kebersihan dan kesehatan dan
dilaporkan bahwa orang Belanda mulai mengikuti kebiasaan ini terutama di Kota Banjarmasin
yang airnya keruh.
Pada tahun 1818 salah satu syarat penting untuk pemilihan pusat kota serta Istana Raja
ditentukan oleh faktor tersedianya air minum.

Di Jakarta tahun 1882 tercatat keberadaan air minum di Tanah Abang yang mempunyai kualitas
jernih dan baik yang dijual oleh pemilik tanah den gan harga F 1,5 per drum, sedangkan untuk air
sungai dijual 2-3 sen per pikul (isi dua kaleng minyak tanah).
Pada masa pra-kemerdekaan, Dinas Pengairan Hindia Belanda (1800 - 1890) membangun
saluran air sepanjang 12 kilometer dan bendungan yang mengalirkan air dari Sungai Elo ke pusat
kota Magelang untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengairi sawah di wilayah Magelang.

Mata air Umbulan di tahun 1915-1916Pemerintah Penjajahan Hindia Belanda di Surabaya, tahun
1890, memberikan hak konsesi kepada pengusaha Belanda warga Kota Surabaya, Mouner dan
Bernie, yang dinilai berjasa merintis penyediaan air bersih di Surabaya. Konsesi ini berupa
pengelolaan mata air Umbulan, Pasuruan, untuk dialirkan ke Kota Surabaya dengan memasang
pipa sepanjang 20 kilometer selama dua tahun. Tahun 1900, pemerintah mendirikan perusahaan
air minum dan instalasinya diresmikan tiga tahun kemudian. Untuk memberikan proteksi pada
perusahaan tersebut, pemerintah mewajibkan penghuni rumah mewah untuk menjadi pelanggan.
Tiga tahun setelah berdirinya perusahaan air minum itu, sambungan instalasi air minum di
Surabaya mencapai 1.588 pelanggan. Status perusahaan air minum pada bulan Juli 1906
dialihkan dari pemerintah pusat menjadi dinas air minum kotapraja (kini PDAM Kota Surabaya).
4
Kurun 1900-1945

Pada tahun 1905 terbentuklah Pemerintah Kota Batavia dan pada tahun 1918 berdiri PAM
Batavia dengan sumber air bakunya berasal dari Mata Air Ciomas, pada masa itu penduduk
kurang menyukai air sumur bor yang berada di Lapangan Banteng karena bila dipakai menyeduh
teh menjadi berwarna hitam (kandungan Fe/besi nya tinggi).
Kurun 1945-1965
Urusan ke-Cipta Karya-an masih sekitar pembanguan, perbaikan dan perluasan Gedung Gedung
Negara. Pemerintah Pusat belum menangani air minum dikarenakan keterbatasan keuangan serta
tenaga ahli dibidang air minum. Tahun 1953 dimulailah pembangunan Kota Baru Kebayoran di
Jakarta, pada saat itu dilakukan pelimpahan urusan air minum ke pemerintah Propinsi Pulau
Jawa dan Sumatera. Pada tahun 1955 diadakan Pemilu yang pertama.
Ditahun 1959 terbentuklah Djawatan Teknik Penjehatan yang mulai mengurusi air minum,
dimulai pembangunan air minum di kota Jakarta (3.000 l/dt), Bandung (250 l/dt), Manado (250
l/dt), Banjarmasin (250 l/dt), Padang (250 l/dt) dan Pontianak (250 l/dt) dengan sistim turn key
project loan dari Pemerintah Perancis. Terbitlah UU no. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan
Daerah dan mulailah dibentuk PDAM sampai sekarang.
Kurun 1965-1969
Melalui SK Menteri PUTL no 3/PRT/1968 lahir Direktorat Teknik Penyehatan, Ditjen Cipta
Karya.
Tiga waduk yang dibangun di wilayah Jawa Barat dengan membendung Sungai Citarum, yaitu
Waduk Jatiluhur (1966), Waduk Cirata (1987), dan Waduk Saguling (1986) menandai era
dimulainya penanganan sumberdaya air secara terpadu. Waduk Jatiluhur, seluas sekitar 8.300
hektar, dimanfaatkan untuk mengairi sekitar 240.000 hektar sawah di empat kabupaten di utara
Jawa Barat. Air waduk juga digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan
kapasitas terpasang 150 MW dan sebagai sumber air baku untuk air minum Jakarta (sekitar 80%
kebutuhan air baku untuk Jakarta dipasok dari waduk ini melalui Saluran Tarum Barat).
Kurun 1969-1973 (Pelita I- Pelita II)
Pembangunan sistem air minum secara lebih terencana mulai dilaksanakan pada periode
pembangunan lima tahunan (Pelita). Dalam Pelita I (1969 - 1973), kebijaksanaan pembangunan
air minum dititikberatkan pada rehabilitasi maupun perluasan sarana-sarana yang telah ada, serta
peningkatan kapasitas produksi melalui pembangunan baru dan seluruhnya didanai oleh APBN.
Target pembangunan sebesar 8.000 l/detik. Pembangunan air minum melalui pinjaman OECF
(overseas economic cooperation fund) di kota-kota Jambi, Purwekerto, Malang, Banyuwangi dan
Samarinda.

5
Pada Pelita II (1974 - 1978) pemerintah mulai menyusun rencana induk air bersih, perencanaan
rinci dan pembangunan fisik di sejumlah kota Pada saat itu Pemerintah mulai menyusun Rencana
Induk (master plan) Air Minum bagi 120 kota, DED untuk 110 kota dan RAB untuk 60 kota, dan
pengembangan institusi Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki
pengelolaan air minum dengan mendorong dilakukannya peralihan status dari Jawatan/Dinas
menjadi Perusahaan Daerah Air Minum.
Dimulai pembangunan Air Minum di 106 Kabupaten/Kota, yang dilanjutkan pembentukan
BPAM (Badan Pengelola Air Minum) sebagai embrio PDAM yang mengelola prasarana dan
sarana air minum yang telah selesai dibangun. Pemerintah Pusat bertanggung jawab dalam
pembangunan unit produksi dan Pemda di jaringan distribusi, dalam perjalanan waktu
kebijakan ini agak tersendat oleh karena keterlambatan Pemda dalam menyiapkan dana
sharingnya.
Kurun 1979-1983 (Pelita III)
Periode berikutnya (Pelita III, 1979 - 1983), pembangunan sarana air minum diperluas sampai
kota-kota kecil dan ibu kota kecamatan (IKK), melalui pendekatan kebutuhan dasar. Pada awal
tahun 1981 pula diperkenalkan dekade air minum (Water Decade) yang dideklerasikan oleh
PBB.
Terjadi penyerahan kewenangan pembangunan air minum perdesaan dari Departemen Kesehatan
kepada Departemen Pekerjaan Umum. Program pembangunan dengan menitik beratkan pada
pemanfaatan kapasitas terpasang, o/p prasarana yang telah terbangun, pengurangan kebocoran.
Kurun 1984-1998 (Pelita IV- Pelita VI)
Pada Pelita IV (1984 - 1988) pembangunan sarana air minum mulai dilaksanakan sampai ke
perdesaan Target perdesaan 14 juta jiwa di 3.000 desa. Diawal era 90-an terjadi perubahan
organisasi yang tadinya berbasis sektoral, menjadi berbasis wilayah. Dimulai
didengungkannya program KPS (kerjasama pemerintah dan swasta) di sektor air minum,
contohnya mulai digarap Air Minum Umbulan Kabupaten Pasuruan sayang belum bisa
terealisir karena adanya kendala tarif air minum-nya serta masalah kebijakan Pemda lainnya.
Pembangunan pada periode berikutnya (Pelita VI, 1994 - 1998) merupakan pinjakan landasan
baru bagi pemerintah untuk memulai periode PJP II, akan tetapi krisis moneter yang berlanjut
menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang disertai dengan pergantian pemerintahan
beberapa kali, telah mempengaruhi perkembangan air minum di Indonesia, banyak PDAM yang
mengalami kesulitan, baik karena beban utang dari program investasi pada tahun-tahun
sebelumnya, maupun akibat dari dampak krisis ekonomi yang terjadi.

6
Kurun Waktu 1998 - sekarang
Pada tahun terbit Permen OTDA No. 8/2000 tentang Pedoman Sistim Akuntasi PDAM yang
berlaku sampai sekarang. Program WSSLIC I dilanjutkan pada tahun ini dengan nama WSLIC II
(Water and Sanitation for Low Income Community),
Pada tahun 2002 Terbit Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum, yang akan menjadikan pedoman dalam monitoring
kualitas air minum yang diproduksi oleh PDAM. Dalam rangka meningkatkan kinerja PDAM
dan pembangunan sistem penyediaan air minum, dilakukan upaya perumusan kebijakan melalui
Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur (KKPPI), untuk merumuskan
kebijakan dan strategi percepatan penyehatan PDAM melalui peningkatan kerjasama kemitraan
dengan pihak swasta/investor.
Dimulai tahun 2004 inilah merupakan tonggak terbitnya peraturan dan perundangan yang
memayungi air minum yaitu dimulai dengan terbitnya UU no 7 Tahun 2004 tentang SDA
(sumber daya air). Setelah 60 tahun Indonesia merdeka ditahun ini Indonesia baru memiliki
peraturan tertinggi disektor air minum dengan terbitnya PP (peraturan pemerintah) No 16 Tahun
2005 tentang Pengembangan SPAM (sistim penyediaan air minum). Dengan dimulainya kembali
pembinaan Air Minum dari yang semula berbasis wilayah menjadi berbasis sektor lahir
kembali Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Pengembangan Air Minum keluarlah
kebijakan Penyehatan PDAM yang dimulai dengan dilakukannya Bantek Penyehatan PDAM.
Tahun 2009 adanya gagasan 10 juta SR (Sambungan Rumah) dimana Direktorat Jenderal Cipta
Karya,Dep PU telah menghitung dana yang dibutuhkan sekitar Rp 78,4 trilyun, yang terdiri dari
kebutuhan pembangunan unit air baku 85.000 l/detik sebesar Rp 7,4 trilyun, peningkatan unit
produksi 65.000 l/detik sebesar Rp. 17 trilyun, dan peningkatan unit distribusi dan sambungan
rumag sebesar Rp. 54 trilyun Pembangunan IKK yang telah dimulai kembali tahun 2007 juga
dilanjutkan dengan membangun 150an IKK (bp).

C. KENDALA PDAM

Ketersediaan sumber air baku berupa mata air yang biaya operasionalnya paling effisien
semakin sulit diperoleh sehingga untuk peningkatan cakupan pelayanan harus
memanfaatkan air bawah tanah dengan sumur bor atau mengolah air sungai yang biaya
operasionalnya lebih mahal.

Investasi pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) cukup besar 150 juta
sampai dengan 200 juta untuk setiap penambahan 1 l/dt dan untuk mendapatkan
pembiayaan dari APBN harus ada dana pendamping dari APBD

Kenaikan harga beberapa komponen biaya seperti BBM, TDL, Bahan Kimia, dan
Pendataan Teknik sangat mempengaruhi biaya operasional penyediaan air minum
sehingga harus diikuti dengan kenaikan tarif.
7

D. SIFAT DAN TUJUAN PDAM


Berdasarkan Perda Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 1976 pasal 3, dan pasal 4 disebutkan bahwa
sifat dan tujuan didirikan PDAM adalah: (1) Pasal 3 menyebutkan sifat Perusahaan Daerah Air
Minum adalah memberi jasa dan menyelenggarakan manfaat umum, dan (2) Pasal 4
menyebutkan tujuan didirikan PDAM adalah memberi pelayanan air minum bagi seluruh
masyarakat secara adil dan merata serta secara terus-menerus memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Sebagai perusahaan pemberi jasa dan menyelenggarakan manfaat umum yang sifatnya nirlaba,
PDAM tidak seharusnya berorientasi pada keuntungan, melainkan harus lebih berorientasi pada
mutu pelayanan yang berkualitas, mampu menyediakan air dengan mutu tinggi yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan (tidak berwarna, dan tidak berbau), kontinuitas, inovatif, sehingga
PDAM dapat mempertahankan diri, dan di masa depan diharapkan dapat menjadi sebuah
perusahaan pemberi jasa yang mandiri, memiliki performance yang dapat dipercaya serta
dibanggakan oleh masyarakat khususnya Kota Surabaya.

E. Visi PDAM
1. Memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
2. Memproduksi dan mendistribusikan air minum berstandart kesehatan.
3. Mengoptimalkan profesionalisme sumber daya manusia.
4. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengelolaan efisien.
F. Misi PDAM
1. Memberikan pelayanan prima
2. Memperoleh keuntungan untuk kelangsungan perusahaan
3. Memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah
4. Meningkatkan SDM yang profesional
5. Meningkatkan kesejahteraan pegawai perusahaan
G. CONTOH PERUSAHAAN PDAM
Contoh perusahaan PDAM salah satunya di Kulon Progo yaitu Perusahaan AIRKU.
Perusahaan ini didirikan sejak Juli 2013, karena adanya beberapa alasan dan tujuan yaitu:
1.Kabupaten Kulon Progo kekurangan air bersih.
2.Kebutuhan Air bersih untuk masyarakat.
3.Air merupakan kebutuhan vital semua orang.
Perusahaan Airku merupakan perusahaan yang baru berdiri dan masih dalam tahapan
berkembang untuk memproduksi air dalam kemasan. Perusahaan ini masih mengandalkan air
dari PDAM, dan pada saat musim kemarau perusahaan ini mengambil air dari Waduk
Cermo.Dalam satu hari perusahaan AirKu dapat memproduksi 150 kardus air mineral,dalam 1
kardus itu berisi 45 dengan bentuk kemasan 240 ml cup.

ALUR PROSES PRODUKSI AMDK AirKu


AMDK KU merupakan air minum yang siap dikonsumsi secara langsung tanpa harus melalui
proses dimasak terlebih dahulu.AMDK dengan merk KU dikemas dalam bentuk kemasan 240 ml
cup.AMDK KU diproses dalam beberapa tahap menggunakan proses Water Treatment
Proccesing (Mineral).Sumber air yang digunakan adalah Mata Air Clereng,yang berada di
Sendangsari,Pengaih,Kulon Progo yang benar-benar berkualitas baik secara fisika maupun kimia
serta kapasitasnya cukup dan berlebih sesuai kapasitas yang diharapkan.
A. Lingkup Penerapan
1. Telah memenuhi persyaratan teknis industri Air Minum Dalam Kemasan dari peraturan
Menteri Perindustrian Republik Indonesia no :96/M.IND/PER/12/2011.

2. Telah disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LsPr)Yogyakarta.


3. 3.Telah sesuai SNI 01-3553-2006 Air Minum Dalam Kemasan dengan persyaratan mutu air
minum dalam kemasan dengan kategori air mineral yang mengandung mineral dalam jumlah
tertentu tanpa menambahkan mineral.
4. Telah mengacu persyaratan sistem manajemen mutu dengan ISO 9001:2008

Adapun proses pengolahan air untuk menjadi air minum siap dikemas melalui beberapa
tahapan sebagai berikut:
1.Proses Water Treatment System
Proses Water Treatment System atau proses pengolahan air untuk menjadi bersih higienis
dan bebas dari segi fisika maupun kimia.AMDK KU menggunakan pasir lambat yang ada di
Instalasi Pengelolahan Air (slow sand filter) Clereng.
Proses ini harus memenuhi persyaratan yang di perlukan agar kondisi mesin selanjutnya tidak
cepat rusak dan aus.
2. Proses Water Sterilisasi
Setelah melalui proses saringan pasir lambat di tampung ke dalam bak penampung dengan
kapasitas 1500 Liter, selanjutnya dilakukan proses filtrasi dialirkan dengan tekanan pompa
melalui 3(tiga) Media Filter: Sand Filter Proses sterilisasi Ultra Violet bertujuan untuk
mensterilkan air yang aka masuk ke proses selanjutnya ( kemasan).
Proses Ozonisasi bertujuan untuk membunuh kuman, bakteri serta virus-virus yang
kemungkinan masih ada dalam air, serta sebagai pengawet yang foot grade yang tidak ada efek
samping terhadap tubuh manusia.

10

3. Proses Quality Control


PDAM Tirta Binangun Kabupaten Kulon Progo bekerja sama dengan UPTD Laboratorium
Keseshatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Dengan perjanjian kerjasama Nomor:
690/117/PDAM.KP/IV/2012 dan 690/034.b/UPTD.LABKES.KP/IV.2012 Tentang Pekerjaan
Pelayanan Pemeriksaan Kualitas Air Minum Tanggal 23 April 2012.
Pemeriksaan Kualitas Air Minum berupa pemeriksaan fisika, kimiawi dan bakteriologis
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 492/MENKES/PER/IV/2010 Tangal 19 April
2010 Tentang persyaratan Kualitas Air minum.
4. Proses Pengemasan
Proses Pengemasan berupa cup 240 ml yang masa proses ini menggunakan mesin yang
otomatic agar kontak tangan maupun tubuh operator dihindari sekecil mugkin agar tidak terjadi
kontaminasi dari tubuh operator ke dalam kemasan maupun air hasil.
5. Proses Pengepakan
Untuk proses pengepakan dilakukan dengan cara manual yang terpenting di sini pengemasan
dilakukan dengan rapih dan bersih dan dapat dinikmati konsumen dengan tingkat kepuasan yang
tinggi. Tersedia dalam 1(satu) dos berisi 45 cup.
6. Proses Distribusi
Proses distribusi dilakukan 5-6 jam setelah proses pengemasan agar kondisi gas ozon yang
terkandung dalam air hasil menguap dan gas ozon tersebut kembali menjadi oksigen, baru
setelah 5-6 jam produk di perbolehkan dikonsumsi maupun di distribusikan.
H. GAMBAR

11

BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan

1. Membantu masyarakat dalam kesulitan mendapatkan air bersih


2. Memanfaatkan sumber air agar dapat digunakan secara optimal
3. Menambah pendapatan pemerintah daerah
4. Memberikan lapangan pekarjaan bagi masyarakat sekitar
5. PDAM sangat berperan untuk memberikan air bersih kepada masyarakat

B . Saran
1. Pengelolaan dengan teknologi yang lebih maju
2. Pendistribusian air kepada masyarakat terus dioptimalkan
3. Memperbesar volume air yang akan diolah
4. Mempercepat proses pengelolaan
5. Lebih memperhatikan kebersihan pengelolaan
6. Merawat peralatan yang digunakan untuk mencegah kerusakan

Anda mungkin juga menyukai