Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai komposisi,
struktur dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul, serta perubahan
atau transformasi serta interaksi untuk membentuk materi yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam mempelajari ilmu kimia yang selalu melibatkan
reaksi-reaksi kimia, dibutuhkan suatu tempat yang disebut laboratorium.
Laboratorium tidak terlepas dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam
mempelajari ilmu kimia.
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun
pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan
dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Di dalam laburatorium
kimia terdapat bahan-bahan kimia yang memiliki sifat mudah meledak, mudah
terbakar, beracun, berbahaya bagi lingkungan, dan lain-lain. Bahan-bahan kimia
yang memiliki sifat tersebut membutuhkan berbagai penanganan dalam proses
penyimpanan hingga proses penggunaannya, khususnya pada bahan yang
memiliki sifat beracun (toxic).
Bahan kimia yang memiliki sifat beracun (toxic) adalah zat atau senyawa
yang dapat masuk ke dalam tubuh makhluk hidup dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu,
disusunlah makalah dengan judul bahan berbahaya dan beracun (B3) yang

mambahas tentang bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) khususnya


bahan-bahan kimia yang memiliki sifat beracun (toxic).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)?
2. Apa yang dimaksud dengan bahan kimia yang memiliki sifat beracun (toxic)?
3. Apa akibat yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia yang memiliki sifat
beracun (toxic)?
4. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan bahan kimia yang memiliki
sifat beracun (toxic)?
5. Bagaimana proses penyimpanan bahan kimia yang memiliki sifat beracun
(toxic) di dalam laboratorium?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian bahan berbahaya dan beracun (B3)
2. Mengetahui pengertian bahan kimia yang memiliki sifat beracun (toxic)
3. Mengetahui akibat yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia yang memiliki
sifat beracun (toxic)

4. Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan bahan kimia yang


memiliki sifat beracun (toxic)
5. Mengetahui proses penyimpanan bahan kimia yang memiliki sifat beracun
(toxic) di dalam laboratorium
D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang bahan-bahan kimia berbahaya dan
beracun (B3) khususnya bahan-bahan kimia yang memiliki sifat beracun (toxic).

BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Bahan berbahaya dan beracun (B3), adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau Konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya (Atma, 2016).
Bahan berbahaya dan beracun (B3) menurut OSHA (Occupational Safety
and Health of the United State Government) adalah bahan yang karena sifat kimia
maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan
manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan (Alamendah, 2014).
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun mendefinisikan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) sebagai zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain (Anonimous, 2016).
Salah satu peraturan yang mengatur pengelolaan B3 adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun. Dalam PP ini, B3 diklasifikasikan menjadi :
4

1. mudah meledak (explosive), yaitu bahan yang pada suhu dan tekanan
standar (25 0C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan
atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya;
2. pengoksidasi (oxidizing), yaitu bahan yang memiliki waktu pembakaran
sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar;
3. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable), yaitu B3 padatan
dan cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0 derajat C dan titik didih
lebih rendah atau sama dengan 35 0C;
4. sangat mudah menyala (highly flammable), yaitu bahan yang memiliki
5.
6.
7.
8.

titik nyala 0-210C;


mudah menyala (flammable);
amat sangat beracun (extremely toxic);
sangat beracun (highly toxic);
beracun (moderately toxic), yaitu bahan yang bersifat racun bagi manusia
dan akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke

dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut;


9. berbahaya (harmful), yaitu bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas
yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu;
10. korosif (corrosive), yaitu bahan yang menyebabkan iritasi pada kulit,
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan
laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun, atau mempunyai pH sama atau
kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5
untuk yang bersifat basa;
11. bersifat iritasi (irritant), yaitu bahan padat atau cair yang jika terjadi
kontak secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan
kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan;

12. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), yaitu bahaya


yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya
CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat
merusak lingkungan;
13. karsinogenik (carcinogenic), yaitu bahan yang dapat menyebabkan sel
kanker;
14. teratogenik (teratogenic), yaitu bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio;
15. mutagenik (mutagenic), yaitu bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom (merubah genetika).
(Almendah, 2014).
B. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan beracun (Toxic) merupakan bahan kimia yang menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan kematian apabila terserap
kedalam tubuh baik tertelan, lewat jalur pernapasan maupun kontak lewat kulit.
Pada umumnya zat beracun masuk lewat jalur pernapasan (misalnya terhirup) dan
juga kulit, lalu menyebar ke seluruh tubuh dan menuju organ tertentu seperti hati,
dan paru - paru. Tapi bisa juga zat toxic berakumulasi dalam tulang, darah, hati,
dan cairan limfa hingga pada akhirnya menghasilkan efek dalam jangka panjang.
Pengeluaran zat beracun visa melalui urin, saluran pencernaan sel efitel dan
keringat (Pita, 2013).

C. Akibat Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Bahan kimia yang masuk ke badan dapat mempengaruhi fungsi tubuh
manusia sehingga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan atau

keracunan, bahkan dapat menimbulkan kematian. Racun masuk ke dalam tubuh


melalui kulit atau selaput lendir, misal pada jalan pencernaan, pernapasan atau
mata. Kemudian melalui peredaran darah akhirnya dapat masuk ke organ-organ
tubuh secara sistematik. Organ-organ tubuh yang biasanya terkena racun adalah
paru-paru, hati (hepar), susunan saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang),
sumsum tulang, ginjal, kulit, susunan saraf tepi, dan darah. Efek racun pada tubuh
juga akan memberikan efek lokal seperti iritasi, reaksi alergi, dermatitis, ulkus,
jerawat, dan gejala lain. Gejala-gejala keracunan sistematik juga tergantung pada
organ tubuh yang terkena. Racun yang masuk ke tubuh akan mengalami proses
detoksikasi (dinetralisasi) di dalam hati oleh fungsi hati (hepar). Senyawa racun
ini akan diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap
tubuh. Jika jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh relatif kecil/sedikit dan
fungsi detoksikasi hati (hepar) baik, dalam tubuh kita tidak akan terjadi gejala
keracunan. Namun, apabila racun yang masuk jumlahnya besar, fungsi detoksikasi
hati (hepar) akan mengalami kerusakan (Arzadz, 2010).
Efek bahan kimia bagi tubuh manusia dibagi menjadi dua yaitu akut dan
kronis. Efek akut adalah pengaruh sejumlah tertentu yang akibatnya dapat dilihat
atau dirasakan atau dalam waktu singkat. Contoh keracunan fenol yang dapat
menyebabkan diare sedangkan keracunan gas CO dapat menimbulkan hilangnya
kesadaran atau kematian. Kronis adalah suatu akibat keracunan bahan-bahan
kimia dalam dosis kecil tetapi terus-menerus dan efeknya baru terasa dalam
jangka waktu yang cukup lama (minggu, bulan, dan tahun). Menghirup gas
benzena atau senyawa karbon terklorinasi dalam keadaan/kadar rendah tetapi

terus-menerus akan menimbulkan penyakit pada hati setelah beberapa tahun. Uap
timbal dalam waktu yang cukup lama diketahui dapat menimbulkan kerusakkan
dalam darah. Efek kronis biasanya mendapatkan perhatian tetapi sikap seperti ini
tidak dapat dibenarkan (Santoso, 2012).
Bahan kimia berbahaya bila ditangani dengan baik dan benar akan aman
digunakan. Tidak terdapat batasan yang jelas antara bahan kimia berbahaya dan
tidak berbahaya. Menurut Paracelsus (1493-1541) semua bahan kimia adalah
racun, tidak ada bahan apapun yang bukan racun, hanya dosis yang benar
membedakan apakah menjadi racun atau obat. Untuk mengetahui toksisitas
bahan dikenal LD50, semakin rendah LD50 suatu bahan, maka makin berbahaya
bagi tubuh dan sebaliknya (Arzadz, 2010).
Toksistas bahan kimia terutama sangat diperlukan untuk diketahui oleh
para pekerja laboratorium karena lingkup kerjanya mengandung resiko yang
cukup besar. Dengan demikian perlu diketahui derajat bahan-bahan kimia yang
digunakan. Dari hasil penelitian telah diketahui derajat bahaya beberapa bahan
kimia, yaitu :
No
.

Tingkat toksisitas

Kemungkinan

Golongan

LD50 untuk

LD50 untuk

senyawa

tikus

manusia
(mg/kg)
1
Tidak toksis
5 gr/kg
Propilon glikol
26000
2
Sedikit toksis
5-15 g/kg
Asam sorbat
7400
3
Toksis sedang
0,5-5 g/kg
Isopropanol
5800
4
Toksis
50-500 mg/kg Hidrokuinan
320
5
Sangat toksis
5-50 mg/kg
Timbal arsenat
100
6
Super toksis
5 mg/kg
Nikotin
50
Catatan : LD50 : leithal 50 yaitu dosis yang memberikan respon berupa kematian
terhadap 50% binatang percobaan

Efek kronis ukuran toksisitas yang dipakai menggunakan istilah nilai


ambang batas (NAB). Nilai tersebut didasarkan pada konsentrasi zat yang dihirup
selama 8 jam / hari selama 5 hari/minggu tanpa menimbulkan gangguan kesehatan
yang berarti. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan-bahan kimia dengan
nilai ambang batas rendah lebih toksis dibanding bahan kimia yang memiliki nilai
ambang batas tinggi. nilai ambang batas tidak selalu menunjukkan sifat bahaya
suatu bahan kimia. NaCN dan HCN mempunyai nilai ambang batas batas yang
sama karena efek toksisnya berasal dari sianida namun, HCN memiliki sifat
bahaya lebih besar dari pada NaCN karena mudah terhirup.
No

Nama bahan kimia

NAB

No

Nama bahan kimia

NAB (ppm)

(ppm)
1
Air raksa
21 CO2
2
Amoniak
25
22 CS2
3
Anilin
2
23 CO2
4
Asam bromida
3[
24 CCl4
5
Asam klorida
5
25 Asam formiat
6
Asam florida
3[
26 Asam nitrat
7
Aseton
750
27 Asam sianida
8
Benzene
10
28 Asam sulfat
9
Benzilklorida
1
29 Asam sulfida
10 Brom
0,1
30 Astes
11 DDT
31 Klor
12 Dioksana
25
32 Kloroform
13 Etil asetat
400
33 Nitrobenzene
14 Etil ester
400
34 NO2
15 Fenol
5
35 SO2
16 Flourin
1
36 O3
17 Formaldehida
1
37 Tetraetil timbal
18 Heksana
100
38 Timbal
19 Iodin
0,1[
39 Vinilklorida
20 Cadmium
40 metanol
[ = batas konsentrasi tertinggi dalam udara tempat kerja
(Santoso, 2012).

1000
10
50
5
5
2
10[
10
1
10
1
3
12
0,1
5
200

D. Pencegahan dan Penanggulangan Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Usaha-usaha pencegahan secara preventif perlu dilakukan dalam setiap
industri yang memproduksi maupun menggunakan baik bahan baku maupun
bahan penolong yang bersifat racun agar tidak kerugian ataupun keracunan yang
setiap waktu dapat terjadi di lingkungan pekerja yang menangani bahan kimia
beracun. Pencegahan secara preventif tersebut adalah sebagai-berikut:
1. Management program pengendalian sumber bahaya, yang berupa
perencanaan, organisasi, kontrol, peralatan, dan sebagainya.
2. Penggunaan alat pelindung diri (masker, kaca mata, pakaiannya khusus,
krim kulit, sepatu, dsb)
3. Ventilasi yang baik.
4. Pemeliharaan yang baik dalam proses produksi, kontrol, dan sebagainya.
5. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.
6. Penyempurnaan produksi: Mengeliminasi sumber bahaya dalam proses
produksi, dan mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan
kerja.
7. Pengendalian/peniadaan debu, dengan memasang dust collector di setiap
tahap produksi yang menghasilkan debu.
8. Isolasi, yaitu proses kerja yang berbahaya disendirikan.
9. Operasional praktis: Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, serta
analisis keselamatan dan kesehatan kerja.
10. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan
jam pemaparan.

10

11. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan, job training masalah penanganan


bahan kimia beracun.
12. Monitoring lingkungan kerja, yaitu melakukan surplus dan analisis.
13. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus, dan screening, serta
monitoring biologis (darah, tinja, urine, dan sebagainya).
14. House keeping, yaitu kerumahtanggaan yang baik, kebersihan, kerapian,
pengontrolan.
15. Sanitasi, yakni dalam hal hygiene perorangan, kamar mandi, pakaian,
fasilitas kesehatan, desinfektan, dan sebagainya.
16. Eliminasi, pemindahan sumber bahaya.
17. Enclosing, menangani sumber bahaya.
(Saaeepoodiin, 2009).
Langkah-langkah pencegahan bahan kimia beracun (toxic), yaitu :
1. Proses pengerjaan dilakukan di lemari asam;
2. Pastikan alat sirkulasi udara bekerja dengan baik;
3. Pastikan alat pelindung diri seperti masker, kaca mata, pakaiannya khusus,
4.
5.
6.
7.
8.
1.

krim kulit, sepatu, dsb masih layak pakai;


Pastikan air mengalir/safety water tersedia;
Pastikan kotak P3K tersedia;
Pastikan alat komunikasi dalam kondisi baik;
Jauhkan dari sumber panas atau api;
Pastikan tersedia alat pemadam api.
Langkah-langkah penanganan bahan kimia beracun (toxic), yaitu :
Kontak dengan kulit atau mata
- Jangan digosok jika terasa gatal
- Segera menuju ke fasilitas safety water
- Alirkan air pada bagian yang terkena bahan beracun selama 15-20
-

menit
Segera ke medical room
Bahan kimia diisolasi agar tidak ada korban lain yang terkena kontak

11

2. Masuk melalui mulut atau terminum


- Kurangi kadar racun dengan meminum air putih
- Segera ke rumah sakit
- Bahan kimia diisolasi agar tidak ada korban lain
3. Terhirup/terpapar melalui pernapasan
- Jika korban pingsan, baringkan di tempat aman
- Periksa bagian pernapasan dan denyut nadi
- Segera bawa korban ke medical room
- Bahan kimia diisolasi agar tidak ada korban lain
4. Terjadi tumpahan
- Isolasi area tumpahan agar tidak meluas
- Tutup saluran air ke drainase
- Bersihkan tumpahan menggunakan serbuk gergaji atau majun
- Segera laporkan ke security
(Syukur, 2014).

E. Proses Penyimpanan Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Bahan kimia beracun (toxic) dalam kondisi normal atau dalam kondisi
kecelakaan dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun
harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang terdapat peredaran udara,
jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur)
harus dipisahkan satu sama lainnya. Panas mengakibatkan proses penguraian pada
bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik,
tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas (Anwar, 2012).
Terdapat beberapa panduan dalam penyimpanan bahan kimia, diantaranya
adalah sebagai berikut :
-

Menyediakan

tempat

khusus

untuk

penyimpanan

bahan

mengembalikan bahan yang sudah digunakan pada tempat semula.

12

serta

Menghindari penyimapanan bahan di atas bangku atau di atas lemari

Tempat menyimpan bahan (rak) yang digunakan tidak terlalu tinggi

Membuat label pada wadah tempat penampungan bahan kimia

Menyimpan bahan kimia berdasarkan abjad serta karakteristiknya, seperti


bahan yang mudah menguap, mengakibatkan korosi, teroksidasi dan lain
sebagainya

Bertanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan diperiksa paling tidak


1 kali dalam setahun
Syarat penyimpanan bahan beracun (toxic), yaitu :

1. Ruangan dingin dan berventilasi


2. Jauh dari bahaya kebakaran
3. Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
4. Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak
sedang dipergunakan
5. Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
(Damayanti, 2013).

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat
kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan.
2. Bahan beracun (Toxic) merupakan bahan kimia yang menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan kematian apabila
terserap kedalam tubuh baik tertelan, lewat jalur pernapasan maupun kontak
lewat kulit.
3. Bahan kimia beracun (Toxic) dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada
makhluk hidup dan lingkungan. Pada manusia, bahan kimia beracun dapat
mengakibatkan gangguan pada paru-paru dan hati. Bahan kimia yang masuk
ke dalam tubuh dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan atau keracunan, bahkan dapat
menimbulkan kematian. Racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau
selaput lendir, misal pada jalan pencernaan, pernapasan atau mata.
4. Usaha-usaha pencegahan secara preventif dapat dilakukan

dengan

management program pengendalian sumber bahaya, penggunaan alat


pelindung diri, ventilasi yang baik, pemeliharaan yang baik, membuat label
dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya, penyempurnaan produksi,
pengendalian/peniadaan

debu,

isolasi,

operasional

praktis,

kontrol

administrasi, pendidikan kesehatan, job training masalah penanganan bahan

14

kimia beracun, monitoring lingkunga, pemeriksaan kesehatan awal, house


keeping, sanitasi, pemindahan sumber bahaya, dan menangani sumber
bahaya.
5. Penyimpana bahan kimia beracun (toxic) dilakukan di dalam ruangan yang
sejuk, berventilasi dan tempat yang terdapat peredaran udara, jauh dari
bahaya kebakaran, dan dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi.
B. Saran

Saran yang dapat diberikan melalui penyusunan makalah ini yaitu agar
cara penggunaan, penanganan dan penyimpanan bahan kimia berbahaya dan
beracun (B3) dapat diterapkan sesuai dengan standar keamanan. Sehingga, tidak
ada pihak yang dirugikan oleh bahan-bahan kimia tersebut.

15

Anda mungkin juga menyukai