Anda di halaman 1dari 4

Assalamu alaikam wr. Wb.

Dewan juri yang saya hormati, hadirin dan para peserta lomba yang berbahagia
Kali ini saya akan membawakan sebuah cerita rakyat yang berjudul DAO-DALO OSI
Konon, disuatu negeri, tinggalah satu keluarga yang bernama langgai moriana dan
istrinya bernawa anaway. Tidak lama beruma tangga, langgai moriana meninggal dunia
dengan meninggalkan seorang istri dan seorang anak yang bernama dao-dalo osi.
Tiga tahun istrinya itu menjanda, ada sesorang yang juga bernama langgai moriana
ingin meminang dan mengawininya. Lamaran langgai moriana diterima oleh anaway dengan
syarat, asalkan langgai moriana berjanji akan menyayangi anaknya dan tidak membencinya,
Lalu langgai moriana pun menerima syarat tersebut.
Menjelang sebulan perkawinannya, langgai moriana sudah tidak mau kalau anak
tirinya tidur bersama dengan istrinya, bahkan setelah enam bulan lamanya suaminya itu
sudah tidak mau kalau anak tirinya tinggal di rumah. Dia telah mengingkari janjinya. langgai
moriana menyuruh istrinya agar anaknya, Dao-dalo osi pergi dari rumah, jika tidak, maka
dia akan membunuhnya. Secara terpaksa Anaway menuruti kemauannya.
Sambil menangis anaway membuat ketupat dan jenis-jenis makanan lain untuk bekal
anaknya di perjalanan. Sesudah itu anaway dengan

terpaksa harus melepas kepergian

anaknya dan mengantarnya sambil menjunjung bakul yang berisikan bekal. Setelah sepuluh
gunung mereka lalui, ibunya berkata lanjutkanlah perjalananmu wahai anaku, ibu akan
pulang. Lalu bekal itu diserahkannya kepada anaknya.
Dao-dalo osi segera mengambil bakul itu dengan perasaan haru kemudian
melanjutkan perjalanannya, setiap sepuluh gunung dan sepuluh lembah yang dia lalui ia
berhenti dan beristrahat sambil memakan bekalnya. Selesai makan ia berjalan lagi hingga
tidak terasa olehnya perjalannanya sudah tujuh hari tujuh malam. tiba-tiba ia mendengar
bunyi gemuruh. Ia berhenti sebentar lalu memperhatikan asal bunyi yang gemuruh tadi.
Ternyata, seorang raksasa perempuan sedang menumbuk padi. Dao-dalo osi berpikir sejenak
dan mengambil kesimpulan, bahwa biarpun dibunuh tetap dia akan menemui raksasa itu.
Pergilah ia ketempat raksasa itu dengan penuh kewaspadaan dan langsung berpegang
pada betisnya. Raksasa itu segera membuang alunya seraya berkata. Siapakah gerangan
yang menyia-nyiakan anak ini. Lalu digendongnya anak itu dan dibawah ke rumahnya. Tiba
di rumah, anak itu diberinya makan dan dibawah ke kamarnya.
Ke esokan harinya, raksasa itu pergi mencari ikan. Kira-kira matahari mulai turun
raksasa itu datang membawa ikannya. Lalu dao-dalo osi berkata, janganlah wahai neneku
menyimpanku di dalam kamar, aku tidak tahan, karena panas. Lalu raksasa perempuan itu
menjawab saya tidak mau mengeluarkanmu karena aku khawatir kalau-kalau raksasa lakilaki, suamiku melihatmu dan memakanmu.
Hari berikutnya lagi, raksasa perempuan itu pergi lagi mencari ikan. Kira-kira
matahari mulai turun dia datang lagi membawa ikan, lalu dao-dalo osi berkata lagi,biarlah
1

wahai nenek, saya akan turun di tanah, saya ingin melihat pemandangan di sekitar ini.
Permohonan dao-dalo osi dikabulkan raksasa perempuan. Ketika dao-dalo osi sedang
menikmati pemandangan di sekitar rumah itu, tiba-tiba ia melihat burung yang sangat
banyak. Setelah raksasa itu kembali, dia beritahukan supaya dibuatkan sumpit untuknya.
raksasa perempuan itu segera mengambilkan sumpit yang ada di rumah, lalu diberikan
kepada dao-dalo osi dan berkata, kalau engkau jalan jangan terlalu jauh, nanti engkau di
lihat dengan raksasa laki-laki dan memakanmu.
Sesudah itu di ambilnyalah sumpitan itu lalu dia berangkat. semua binatang dan
burung-burung yang dilihatnya dia sumpit dan ia bawa kerumahnya. Setiba dirumah dia
berikan kepada raksasa perempuan itu semua hasil sumpitannya. Lalu raksasa itu memilih
dan memisahkan lalu dimasaknya dan binatang-binatang yang tidak dimakan dibuangnya.
Esok harinya setelah raksasa perempuan itu pergi mencari ikan, dao-daloosi mengambil
sumpitannya lagi dan berangkat,

tiba-tiba dia melihat sebuah sungai kecil dan banyak

ikannya lalu dia menyumpit beberapa ekor dan dibawahnya pulang.


Setiba dirumah dia memberitahukan kepada raksasa perempuan itu bahwa dia
mendapatkan sebuah sungai kecil yang banyak sekali ikannya, kiranya nenek raksasaku
membuatkan bubu, nanti aku pergi memasangnnya, lalu nenek raksasa itu segera pergi
mengambil bubu. Besok paginya ia pergi melihat bubunya. Dao-daloosi sangat bergembira
karena bubu yang dipasangnya itu penuh dengan ikan.
Pada hari berikutnya masih pagi-pagi sekali dia sudah berangkat lagi melihat bubunya
pada pagi itu bubunya kosong. Dengan perasaan kecewa ia kembali. Ditempat yang kering
dekat bubunya ia melihat jejak manusia. Rupanya isi bubunya diambil orang. Ia bertambah
kesal dan berjanji dalam hatinya agar besok melihat bubunya lebih pagi lagi agar mengetahui
siapa yang selalu mencuri ikannya dalam bubu itu
Subuh-subuh dao-daloosi telah bangun dan segera berangkat ke laut melihat bubunya.
Sampai disana ia melihat seorang jin. Ketika jin itu melihat dao-daloosi ia mengangakan
mulutnya besar-besar. Dao-daloosi tidak kehilangan akal ia melompat lalu berpegang kepada
janggutnya yang panjang sampai keperutnya.
Mulai saat itu mereka berguling sampai malam hari. dao-daloosi tetap berpegang pada
janggutnya sehingga jin itu berteriak lepaskan aku! Kalau tidak aku mati! biarlah kau
mati! kaulah yang selalu mencuri ikanku seru dao-daloosi dengan marahnya. Jin itu
berteriak terus, lepaskan aku dan asalkan kau lepas, aku berikan sisi mamboune-unenggu
ini, dibukanyalah sisi une-unenya itu dari jarinya lalu diberikannya kepada dao-daloosi.
Dao-daloosi sangat senang menerima sisi une-une itu, sehingga dia lepaskan.
Keesokan harinya jin tadi pergi lagi mencari ikan, dao-daloosi begitu juga ia pergi
menyumpit ikan. Tiba-tiba ia melihat seekor babi berjalan diatas laut. Ia mendekatinya seraya
bertanya alat apa yang engkau pakai sehingga bisa berjalan diatas laut? babi itu menjawab
yang aku gunakan tak lain hanya memakai langge)
2

Dao-daloosi bertanya lagi apakah boleh aku mencobannya babi itu segera membuka
dan diberikan kepadanya. Dao-daloosi langsung mencobanya. Ternyata benar, ia bisa
berjalan diatas laut.
Karena lamanya ia mencoba, maka babi berteriak memintanya kembali, tetapi DaoDaloosi tidak menghiraukannya, bahkan dibawanya terus.
Pada hari berikutnya dia ambil lagi sumpitannya lalu pergi. Ketika tiba ditepi laut, ia
melihat sebuah perahu, dengan langgenya ia bisa berjalan diatas air sampai diperahu. Tiba
diperahu ia bertanya kepada awak perahu, apa yang kamu andalkan dalam hidupmu dilaut?
tidak lain hanya sebilah keris. Keris itu dapat menikam sendiri kata awak perahu boleh
aku lihat sebentar? dao-dalo osi meminta. boleh saja, kata awak perahu. Keris itu
diserahkan kepadanya. Dao-daloosi mengambil keris itu, kemudian membisiknya, yaitu
kalau nanti dikembalikan keris itu akan menusuk awak perahu itu sampai mati semuanya.
Selesai dibisik keris itu dikembalikan lagi kepada yang empunya. Baru saja diterima, keris itu
mulai melompat kesana kemari menikam semua awak perahu hingga mati semuanya. setelah
awak perahu mati semuanya dao-daloosi mengambil keris itu lalu pulang kerumahnnya.
Pada pagi berikutnya, Dao dalo osi

pun mengambil sumpitnya dan dia tidak pergi

lagi. Tiba-tiba ia ketemukan sekelompok manusia yang sedang memikul mayat. Lalu ia
menyuruh orang-orang tersebut berhenti serta menurunkan dan segera membuka mayat itu.
Lalu dao-dalo osi datang menekan pusat dan ubun-ubun mayat itu, dan ternyata mayat itu
hidup kembali dan segera berdiri, orang-orang itu jadi kaget dan segera memegang mayat
yang telah hidup kembali itu dan langsung mereka bawa pulang. Sedang Dao-Dalo osi pulang
sesaat mayat itu hidup kembali.
Esok harinya Dao-Dalo osi cepat bangun menyiapkan sarapan pagi. Selesai makan dia
ambil lagi sumpitanya dan segera pergi. Setibanya di pinggir laut, ia segera memasang
langgenya dan langsung berjalan di atas laut. Sementara itu dia melihat sebuah rumah tua di
pinggir laut. ia pergi menuju rumah tua itu dan langsung naik. Dalam rumah tua itu, ada
seorang yang bernama anaway pengisi longo wulas, lalu Dao-Dalo osi

berkata apa

sebabnya engkau tinggal sendiri di rumah tua ini? Anaway pengisi longo wulas menjawab,
saya menunggu ular besar. Kira-kira matahari mulai turun nanti, ular itu sudah akan datang
memakan saya. Penduduk di kampung ini sudah habis dimakannya dan yang terakhir, kami
dari tujuh orang bersaudara, dan aku pula yang terakhir di siapkan untuk di makannya. DaoDalo osi berkata, cobalah engkau carikan kutu dahulu. Anaway menjawab, jangan, nanti
engkau ikut dimakan oleh ular. Dao-Dalo osi berkata lagi, biar aku dahulu yang
dimakannya.
Kemudian Dao-Dalo osi berbaring dan mulailah anaway mencarikan kutunya. Kira-kira
matahari sudah mulai turun, munculah ular besar itu. Sambil menuju rumah itu, ular besar itu
memukul-mukulkan ekornya, daun kayu berjatuhan, dan jika berbunyi bagaikan gemuruh
angin.
3

Sementara itu Dao-Dalo osi mencabut kerisnya dan berkata, kalau benar wahai kerisku,
adalah keris yang dapat menikam sendiri, maka kalau ular itu akan tiba nanti dan
mengangakan mulutnya untuk memakan anaway pengisi lango wulas, supaya masuk keperut
ular itu dan menikammnya sampai mati.
Setelah ular itu tiba dan terus menganga, lalu Dao-Dalo osi melepaskan kerisnya, keris
itu langsung masuk ke perut ular dan menusuknya pada seluruh tubuh ular itu. Kira-kira hari
sudah sore matilah ular itu. Sehabis itu Dao-Dalo osi berkata, tidak usah lagi engkau takut
wahai anawai pengisi lango wulas. Ular besar itu sudah mati. Sesudah itu berangkatlah DaoDalo osi pulang kerumahnya, anawai pun juga pulang ke rumah ayahnya. Setiba di rumah
anaway berkata ayah! Ular besar itu sudah mati. Siapa gerangan yang berhasil membunuh
ular besar itu?, tanya ayahnya. Anaway menjawab, saya tidak tau siapa dan darimana
orang itu. Sejak saat itu ayah anaway mengumpulkan semua laki-laki, mereka dari hulu
budik, pegunungan, dan dari pusat negeri itu sendiri, segera mencari orang yang telah
membunuh ular itu.
Pada saat orang-orang itu datang, kebetulan anaway sedang duduk di depan pintu. Setiap
yang lewat di pintu itu berkata, barangkali sudah saya. Namun anaway mengatakan, tidak.
Yang terakhir lewat Dao-Dalo osi. Anaway segera memegang bajunya dan berkata lagi,
inilah ayah yang berhasil membunuh ular besar itu.
Ayah anaway segerah menggendong Dao-Dalo osi. Lalu dibawa dan didudukannya di
atas tempat tidur dan berkata engkaulah yang akan mengawini anak saya anaway pengisi
longo wulas dan engkau tidak membayar apa-apa. Sesudah itu diperintahkan

untuk

mempersiapkan segala sesuatunya untuk bahan pesta, lalu dipotonglah kerbau dan selama
tujuh hari tujuh malam pesta itu dilaksanakan, selama itu pula mereka molulo.
Selesai pesta, Dao-Dalo osi di angkat sebagai raja pemegang kekuasaan di negeri itu,
.segala yang dikehendaki dituruti oleh rakyatnya. Dao-Dalo osi hidup berbahagia bersama
istrinya.
Adapun hikmah dari cerita tadi adalah jika kita saling tolong menolong dan
melakukan sesuatu dengan ikhlas maka Allah akan memberi kenikmatan yang luar biasa,
oleh karena itu marilah kita saling menyayangi dan tolong-menolong antar sesama.
Demikianlah cerita yang saya sampaikan, sekian dan terima kasih. Saya anawula linda
riska mohon diri, sampai jumpa di lain kesempatan.
Wasalamu alaikum wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai