Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini kelompok kami melakukan enam kali percobaan. Percobaan
pertama yaitu dengan menggunakan cetakan teflon dengan tinggi 2 mm dan disinari
menggunakan light curing unit dengan panjang gelombang 681 nm selama 20 detik
sesuai aturan pabrik dengan jarak 0 mm diberi pemberat yang bertujuan untuk
memadatkan adonan resin komposit agar tidak ada rongga didalamnya, jika terdapat
rongga maka akan mempengaruhi kekuatan resin komposit. Percobaan kedua
menggunakan cetakan teflon tinggi 5 mm dengan lama dan jarak penyinaran yang
sama dengan percobaan pertama tetapi dengan panjang gelombang 649 nm kemudian
diberi beban. Begitu pula percobaan ketiga menggunakan cetakan teflon dengan
tinggi 8 mm dengan lama dan jarak penyinaran yang sama dengan percobaan pertama
tetapi dengan panjang gelombang 612 nm. Percobaan keempat menggunakan cetakan
teflon dengan tinggi 8 mm dengan lama penyinaran yang sama dengan percobaan
pertama, akan tetapi dilakukan bertahap selapis demi selapis, dan dilakukan dalam 5
tahap lapisan dengan jarak 0 mm selama 20 detik. Lapisan pertama disinari dengan
panjang gelombang 666 nm, lapisan kedua 678 nm, dan lapisan ketiga 652 nm,
lapisan keempat 632 nm, dan lapisan terakhir disinari dengan panjang gelombang 689
nm.
Selanjutnya percobaan kelima yaitu menggunakan cetakan teflon dengan tinggi 2
mm menggunakan light curing unit dengan jarak antara light curing unit dengan resin
10 mm, panjang gelombang 106 nm selama 20. selama 20 detik sesuai aturan pabrik
dengan jarak 10 mm. Terakhir percobaan keenam menggunakan cetakan teflon dengan
tinggi 5 mm dengan lama dan jarak penyinaran yang sama dengan percobaan pertama
tetapi dengan panjang gelombang 98 nm.
Pada praktikum resin komposit dilakukan dengan beberapa variabel yang berbeda
yaitu, ketinggian teflon, jarak penyinaran, cara pengaplikasiannya dan besarnya
intensitas penyinaran. Waktu penyinaran menjadi variabel kontrol dalam praktikum
ini yaitu 20 detik (sesuai aturan pabrik).
Beberapa hal penting yang dapat mempengaruhi hasil percobaan tersebut adalah
intensitas sinar pada saat penyinaran yang rendah akan mempengaruhi nilai kekuatan
dari sinar itu sendiri, hal ini berakibat langsung terhadap kekerasan bahan resin, dan
menurunnya nilai intensitas sinar menyebabkan menurunnya nilai kekerasan bahan
tumpat resin komposit sinar (Susanto A, 2005).
Pada percobaan pertama dengan jarak penyinaran 0 mm dan tinggi teflon 2 mm
dengan intensitas cahaya 681 nm didapatkan hasil pada bagian atas keras dan bagian

bawah keras saat dilakukan uji dengan menggunakan sonde. Hal ini sesuai dengan
teori. Pada teori menunjukkan bahwa light cured dapat menembus dan mengeraskan
resin komposit dengan optimal pada ketebalan 3 mm, namun kekerasan meningkat
pada ketebalan 2 mm (Susanto A,2005). Pada percobaan kedua dengan jarak
peyinaran 0 mm, tinggi teflon 5 mm dan intensitas cahaya 649 nm didapatkan hasil
pada bagian atas keras dan bagian bawah lunak tetapi sedikit keras. Hal tersebut
disebabkankan karena sinar tidak mampu menembus ketebalan resin komposit >3 mm
dalam waktu 20 detik, sehingga sinar yang dihasilkan dari proses penyinaran yang
berlangsung kurang mencukupi untuk membantu terjadinya proses polimerisasi resin
komposit pada bagian bawah cetakan (Susanto A, 2005). Pada percobaan ketiga
dengan jarak penyinaran masih dengan 0 mm, tinggi teflon 8 mm dengan intesitas
cahaya 612 nm didapatkan hasil pada bagian atas keras namun pada bagian bawah
lunak seperti adonan awal. Pada setiap penambahan tebal, bahan mengalami
penurunan kekerasan resin komposit karena sinar tidak mampu menembus ketebalan
resin komposit >3 mm dalam waktu 20 detik, sehingga proses polimerisasi resin
komposit pada bagian bawah cetakan berlangsung tidak baik (Susanto A, 2005).
Pada percobaan keempat dengan jarak dan tinggi cetakan teflon yang sama 0 mm
dan 8 mm, intensitas cahaya 666 nm,dilakukan pengaplikasian resin komposit layer
by layer dengan proses penyinaran dilakukan sebanyak 5 kali didapatkan hasil pada
bagian atas keras dan bagian bawah keras. Hasil tersebut sesuai dengan teori yaitu
membuktikan bahwa pengisian resin komposit secara layer by layer dengan
penyinaran yang juga dilakukan secara bertahap dengan ketebalan bahan tidak lebih
dari 3mm dapat memaksimalkan sinar yang diperlukan untuk proses polimerisasi pada
ketebalan yang lebih dari 2-3 mm, meskipun waktu pengerjaan yang dibutuhkan lebih
lama (Susanto A, 2009).
Pada percobaan dengan jarak penyinaran 10 mm yang dilakukan dengan dua kali
percobaan, yang pertama dengan tinggi teflon 2 mm dengan intensitas cahaya 106 nm
didapatkan hasil percobaan pada bagian atas keras dan pada bagian bawah lunak.
Tekstur lunak pada manipulasi ini seolah-olah mengeras namun ketika digurat ada
sisa bahan yang mengikuti guratan. Pada percobaan kedua dengan tinggi teflon 5 mm
dengan intensitas cahaya 98 nm didapatkan hasil pada bagian atas keras dan bagian
bawah lunak. Hasil dari percobaan dengan jarak 10 mm ini sesuai dengan teori karena
resin komposit sinar dipengaruhi oleh ketebalan resin komposit dan jarak sinar.
Idealnya resin komposit sinar diletakkan sebagai bahan restorasi sekitar 2-2,5 mm dan

maksimal 4,5 mm, sehingga sinar dapat menembus masuk sampai lapisan yang paling
bawah (Susanto A, 2005).
Penyinaran langsung (tanpa jarak penyinaran) memberikan hasil cetakan lapisan
atas dan lapisan bawah yang lebih keras dibandingkan penyinaran berjarak 10 mm,
dengan jarak sinar yang semakin jauh maka intensitas yang dihasilkan akan semakin
kecil, sehingga sinar kurang mencukupi untuk menembus resin komposit dalam
proses polimerisasi.
Intensitas sinar pada proses light cured juga menentukan hasil kekerasan dari
komposit. Pada seluruh percobaan, intensitas sinar yang didapat pada tiap percobaan
telah menggunakan intensitas sinar di atas range minimal yaitu 400-500 nm. Pada
umumnya, proses penyinaran komposit dengan menggunakan sinar LED sudah cukup
baik pada range intensitas 500-600 nm.
8. KESIMPULAN
Kekerasan hasil cetakan komposit dipengaruhi oleh ketebalan cetakan, jarak
penyinaran, dan cara pengaplikasian resin komposit ke dalam teflon. Semakin tebal suatu
cetakan, maka semakin berkurang daya sinar untuk membantu polimerisasi resin komposit
secara sempurna sehingga kekerasan hasil cetakan berkurang atau lunak. Selain itu,
apabila tumpatan komposit yang ingin dibuat lebih dari 2 mm, cara yang lebih baik
diterapkan adalah pengisian secara layer by layer agar dapat memaksimalkan sinar yang
diperlukan untuk proses polimerisasi resin komposit.

Anda mungkin juga menyukai