matematik (persamaan II.4) yang memperkirakan bahwa aktivitas biologis sama dengan jumlah
sumbangan subtituen ditambah aktivitas biologi senyawa induk. (Free-Wilson, 1964).
Log A = S +
S adalah sumbangan subtituen pada aktivitas keseluruhan senyawa turunan senyawa induk
dengan subtituen yang bersangkutan dan adalah aktivitas biologis kerangka dasar atau senyawa
induk.
Penyelesaian model Free-Wilson menggunakan matriks dan analisis regresi miltilinear. Pada
matriks ini substituen mendapat nilai indikator 1 jika terdapat dalam molekul dan mendapat
nilai indikator 0 jika terdapat pada molekul. Untuk senyawa rasemik, pengaruh suatu subtituen
pada atom kiral diberikan nilai indikator 0,5. selanjutnya untuk setiap struktur dikorelasikan
dengan harga aktivitas biologisnya dengan menggunakan analisis regresi multilinear.
Analisis QSAR-3D
Analisis QSAR tiga dimensi (3D) dikembangkan sebagai antisipasi permasalahan pada analisis
Hansch, yaitu senyawa-senyawa enantiomer yang memiliki kuantitas sifat fisikakimia yang
sama, tetapi memiliki aktivitas biologis yang berbeda. Ternyata diketahui bahwa efek
stereokimia memegang peranan penting pada harga aktivitas biologis obat.
Metode QSAR-3D memnggunakan prosedur analisis perbandingan medan molecular
atau Comparative Molecular Field Analysis(CoMFA) yang dikemukakan oleh Cramer dkk,
(1988). CoMFA berusaha untuk menyusun suatu hubungan antara aktivitas biologis da sifat
sterik dan atau elektrostatik dari suatu seri senyawa.
Prosedur CoMFA diawali dengan mendefenisikan aturan superposisi suatu seri senyawasenyawa, kemudian dilakukan perhitungan energi sterik dan energi interaksi elektrostatik
dengan atom-atom dari masing-masing senyawa pada setiap titik kisi (grid point) dalam suatu
ruang tiga dimensi. Hasil dari prosedur ini adalah suatu matriks dengan jumlah kolom energi
(energi interaksi medan) lebih banyak dari pada jumlah baris senyawa.
Untuk memperoleh persamaan linier dari matriks tersebut menggunakan metode analisis
regresi yang disebut Partial Least Squares(PLS).
efek
samping
atau
toksisitas,
meningkatkan
selektivitas
obat,
Tujuan utama upaya merancang/desain suatu obat dalam ilmu kimia medisinal adalah
supaya dapat ditemukan suatu molekul yang akan menghasilkan efek biologis yang
bermanfaat tanpa berakibat efek biologis yang merugikan. Sebagai contoh, suatu
senyawa yang dapat menurunkan tekanan darah dapat juga memiliki efek samping
pada sistem syaraf pusat. Dengan demikian merupakan suatu kesalahan apabila tujuan
utama akan dapat tercapai dengan sempurna, tetapi efek negatif obat tersebut juga
cukup merugikan
Desain obat merupakan proses iterasi dimulai dengan penentuan senyawa yang
menunjukkan sifat biologi penting dan diakhiri dengan langkah optimasi, baik dari
profil aktivitas maupun sintesis senyawa kimia. Tanpa pengetahuan lengkap tentang
proses biokimia yang bertanggungjawab terhadap aktivitas biologis, hipotesis desain
obat pada umumnya didasarkan pada pengujian kemiripan struktural dan pembedaan
antara molekul aktif dan tak aktif (Leach, 2001). Kombinasi antara strategi mensintesis
dan uji aktivitasnya menjadi sangat rumit dan memerlukan waktu yang lama untuk
sampai pada pemanfaatan obat. Dengan kemajuan di bidang kimia komputasi, peneliti
dapat menggunakan komputer untuk mengoptimasi aktivitas, geometri dan reaktivitas,
sebelum senyawa disintesis secara eksperimental. Hal ini dapat menghindarkan
langkah sintesis suatu senyawa yang membutuhkan waktu dan biaya mahal, tetapi
senyawa baru tersebut tidak memiliki aktivitas seperti yang diharapkan.
Keberadaan
komputer
yang
dilengkapi
dengan
aplikasi
kimia
komputasi,
Dua metode yang saling melengkapi dalam penggunaan komputer sebagai alat bantu
penemuan obat, adalahligand-based drug design (LBDD) yaitu rancangan obat
berdasarkan ligan yang sudah diketahui, danstructure-based drug design (SBDD) yaitu
rancangan obat berdasarkan struktur target yang didasarkan pada struktur target
reseptor yang bertanggung jawab atas toksisitas dan aktivitas suatu senyawa didalam
tubuh. LBDD memanfaatkan informasi sifat fisikokimia senyawa aktif sebagai landasan
mendesain senyawa baru. Metode LBDD yang lazim digunakan adalah pharmacophore
discovery, hubungan
kuantitatif
struktur-aktivitas
(HKSA/QSAR),
yang
diduga
bertanggung
jawab
terhadap
aktivitasnya
lunak Gaussian
(www.gaussian.com) atau
Turbomole
QSAR
adalah
3D-QSAR
atau
CoMFA
(Comparative
Molecular
Field
Pelopor
perkembangan
3D-QSAR
adalah
Marshall
yang
telah
mengkomersialkan pendekatan analog aktif ini, dan beberapa teknik desain obat lain
dalam program pemodelan molekul bernama SYBYL (www.tripos.com/sybyl/).
SBDD memanfaatkan informasi dari struktur protein target untuk mencari sisi aktif
protein yang berikatan dengan senyawa obat. Berdasarkan prediksi sisi aktif dapat
dirancang senyawa yang diharapakan berikatan dengan protein target tersebut dan
memiliki aktivitas biologis. Struktur protein target dapat dimodelkan dari data struktur
kristalnya (www.rscb.org) ataupun hasil analisis nuclear magnetic resonance, NMR
maupun data genomic (bioinformatics).
Paul Ehrlich (abad 19) menghipotesiskan bahwa semua obat harus bergabung dengan
suatu reseptor sedemikian hingga terjadi efek yang diinginkan. Hipotesis ini telah
menyebabkan perubahan cara berpikir dunia kedokteran. Karena jasa-jasanya inilah
maka Paul Ehrlich disebut sebagai Father of Pharmacotherapy. Dengan teori Magic
Bullets, molekul obat disamakan seperti roket yang setelah ditembakkan mencari
mangsanya (reseptor) dan menimbulkan efeknya (Lewis, 2006). Hal ini menjadi dasar
filosofi dari dockingmolekular yang didasarkan pada pemanfaatan informasi struktur
target maupun sifat fisikokimia ligan untuk melakukan uji interaksi senyawa obat pada
prediksi sisi aktif protein. Berdasarkan informasi yang diperoleh dirancang senyawa
baru yang diharapkan lebih aktif dari senyawa-senyawa yang telah tersedia.
Fleksibilitas protein dan interaksinya dengan suatu senyawa dianalisis dengan
mengaplikasikan simulasiMolecular Dynamics (MD), yaitu simulasi yang menganalisis
perubahan struktur suatu senyawa sebagai fungsi waktu berdasarkan parameterparameter tertentu (Trieb dkk., 2004).
Prinsip dasar kimia medisinal adalah aktivitas biologi yang bergantung pada posisi
tiga-dimensi dari gugus fungsi yang spesifik (farmakofor). Kecanggihan dalam
menyusun model matematika yang diikuti dengan kemampuan komputer yang
semakin cepat dan mudah digunakan, telah memungkinkan untuk mendapatkan sifat
spesifik senyawa obat yang telah dikenal, dan selanjutnya digunakan untuk
memprediksi senyawa obat dengan aktivitas yang lebih tinggi. High throughput screen
(HTS), merupakan metode penemuan molekul obat baru yang didasarkan pada
otomatisasi proses skrining. Jika dikombinasikan dengan penyediaan ekstrak oleh
kimia medisinal dan kimia kombinatorial maka HTS akan mampu menghasilkan lead
compounddengan cepat dan efisien.
Desain obat tidak hanya desain ligan, tetapi juga farmakokinetik dan toksisitas yang
pada umumnya diluar kemampuan untuk didesain dengan bantuan komputer. Namun
demikian, perangkat khemometri yang dilengkapi desain eksperimental dan statistik
mutivarat dapat membantu merencanakan dan mengevaluasi farmakokinetik dan
toksikologi eksperimental.
Referensi :
https://islamudinahmad84.wordpress.com/tulisan/lain-lain/desain-obat-barudengan-metode-kimia-komputasi-2/
http://ferawatibisala027.blogspot.co.id/2015/03/metode-modifikasi-strukturmolekul-obat.html
Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo, M.Si. 2009. Peran Kimia Komputasi dalam Desain
Molekul Obat. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada