Anda di halaman 1dari 15

Konsep dasar sistem transportasi

1. Dasar-dasar sistem transportasi PERTEMUAN 1 IB ILHAM MALIK, ST., MT.


2. MATERI 1 Konsep dasar Sistem Transportasi
3. Konsep dasar Sistem Transportasi Pengertian Sistem dan Definisi Sistran
Komponen-komponen Sistran Pengertian sistem demand Pengertian Sistem
Pergerakan Pengertian sistem kelembagaan Interaksi antara komponenkomponen Sistran Sub-sub Sistran Perkembangan Kota
4. Pengertian Sistem Sistem berasal dari bahasa Latin (systma) dan bahasa
Yunani (sustma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau
energi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem juga merupakan kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta
memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Dalam
pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang
memiliki hubungan di antara mereka. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem
5. Jenis sistem Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori: Atas dasar
keterbukaan: sistem terbuka, dimana pihak luar dapat mempengaruhinya.
sistem tertutup. Atas dasar komponen: Sistem fisik, dengan komponen
materi dan energi. Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide.
6. Definisi dan komponen Sistran Sistem kegiatan; kantor, rumah, pasar,
pertokoan dsb Sistem pergerakan; mobil, sepeda, kereta api, karet, kapal,
pesawat, dsb Sistem jaringan; jalan raya, jalan tol, perairan, udara Sistem
kelembagaan: dinas perhubungan, kepolisian, PU, distako, dsb Sistem
kelembagaan Sistem kegiatan Sistem jaringan Sistem pergerakan
7. Upaya penyediaan sistem transportasi harus terintegrasi satu sama lain
8. Contoh sistem transportasi dalam satu buah koridor bus
9. Sistem transportasi memang rumit, namun hal itu ditujukan
merapikan pergerakan / mobilitas masyarakat di kondisi sebenarnya

untuk

10. Sub sistem transportasi Ruang untuk bergerak (jalan). Tempat awal /
akhir pergerakan (terminal). Yang bergerak (alat angkut/kenderaan dalam
bentuk apapun). Pengelolaan : yang mengkoordinasi ketiga unsur
sebelumnya.
11. Perkembangan kota
12. Pola hubungan antar kota
13. Contoh hubungan antar kota-kota di dunia
14. Contoh hubungan antar kota-kota di dunia (especially creative city)

Sistem transportasi pertemuan ke 1


1. SISTEM TRANPORTASI Pengertian SistemTransportasi Dan Jaringan Pelayanan
2. Pengertian Sistem SISTEM adalah gabungan dari beberapa komponen atau
objek yang saling berkaitan dan saling mendukung satu dengan lainnya.
Transportasi secara umum diartikan : adalah usaha pemindahan /pergerakan
orang/barang dari suatu lokasi (asal) ke lokasi lainnya (tujuan) Tujuan
(kegiatan ekonomi, kegiatan bekerja, kegiatan sosial, Rekreasi dll)
3. Karakteristik Dan Komponen Sistem Transportasi 1. Wilayah Yang dikaji
(Ribuan/jutaan pergerakan orang/barang) 2. Keberadaan berbagai Teknologi
Transportasi ( hampir semua sistem transportasi tidak dapat menghubungkan
titik asal dan tujuan) 3. Tujuan yang hendak dicapai (aman, nyaman, murah,
lancar)
4. Komponen Utama Sistem Transportasi 1. Ruas (links) tempat/sarana
Pergerakan (Jalan, track, pipa) 2. Kendaraan, alat angkut untuk mengangkut
objek dari satu titik ke titik lainnya (Mobil, k.api. kapal laut, pesawat udara. ) 3.
Terminal, tempat awal dan berakhirnya pergerakan (stasiun, parkir, selter,
bandara) 4. Sistem Pengelolaan /Manajemen, Operator (pengoperasian,
membangun, mengatur, pemeliharaan)
5. Komponen Sistem transportasi No. Komponen Utama Sub komponen
Keterangan 1 Fasilitas Terminal Sistem bongkar muat Sistem Pelayanan Sistem
Pendukung Fasilitas Pendukung (fork lift, gudang) Pemiliharaan Kend. Kantor 2.
Alat Transportasi Sarana/ kendaraan, Sistem Peti kemas, bus, truk, dll.
Penumpang, Barang, kargo ( truk, K.api. Pesawat 3. Sistem pemeliharaan
Pemeliharaan Kendaraan Fasilitas 4 Sistem manajemen Sistem Operasi.
Pemasaran, Pengawasan, Personalia, Keuangan, Struktur organisasi Jadwal dan
pengaturan
Penjualan/iklan
Monitoring
Rekrutmen/pelatihan,
insentif
Perencanaan jangka Pendek/ Panjang
6. Bagan Alir Sistem Transportasi Komponen Utama Jalan Dan Terminal
Kendaraan dan Peti Kemas Sistem Pengoprasian Sistem Transportasi Melayani
Pedesaan, Dalam Kota, Antar Kota, Antar Propinsi Antar Negara Sistem
Transportasi Melayani Manusia dan Barang ASAL TUJUAN
7. Evaluasi Sistem Transportasi Sistem Transportasi dapat di evaluasidalam 3
atribut 1. aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan terhadap suatu sistem,
fleksibilitas sistem dalam berbagai kondisi lalulintas 2. Mobilitas, merupakan
ukuran kuantitas perjalanan 3. Efisiensi (atribut keterkaitan biaya perjalanan
dengan produktifitas sistem)
8. Jaringan jalan Konfigurasi jaringan jalan Rectangular Radial Grid
Hirarki pergerakan Pergerakan utama (jalan arteri) Pergerakan transisi

(ramp) Pergerakan distribusi (jalan arteri) Pergerakan koleksi (jalan kolektor)


Pergerakan akses (jalan lokal) Terminal/rumah/kantor (akses ke terminal)
Klasifikasi Jalan
9. PRINSIP UTAMA KLASIFIKASI FUNGSI JALAN 1. Jaringan jalan memiliki 2 peran
utama: Memberikan aksesibilitas bagi wilayah dapat dijangkau dan dapat
dikembangkan kegiatan sosial dan ekonominya Menyediakan mobilitas bagi
kelancaran lalulintas kendaraan, orang, dan barang 2. Klasifikasi fungsi jalan
secara umum terdiri dari: 1. Jalan Arteri (A): yang diutamakan untuk
melaksanakan peran mobilitas yang umumnya membutuhkan kapasitas dan
kecepatan tinggi (jalan yang didesain dengan kinerja/performance jalan tinggi) 2.
Jalan Kolektor (K): yang difungsikan sebagai kolektor/ distributor, di mana fungsi
aksesibilitas dan mobilitas diperankan secara merata 3. Jalan Lokal (L): yang
diutamakan untuk melaksanakan peran aksesibilitas bagi wilayah (kuncinya
adalah pemerataan jangkauannya ke semua daerah) 9
10. SISTEM KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA (1) Jalan sesuai peruntukkannya
terdiri atas: 1. JALAN UMUM: yang diperuntukkan bagi lalulintas umum (termasuk
jalan tol) 2. JALAN KHUSUS: bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum, dalam
rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. Yang dimaksud dengan jalan
khusus, antara lain: a. jalan di dalam kawasan pelabuhan b. jalan kehutanan c.
jalan perkebunan d. jalan inspeksi pengairan e. jalan di kawasan industri, dan f.
jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan kepada pemerintah 10
Sumber: pasal 6 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
11. SISTEM KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA (2) Jalan umum dikelompokkan
menurut: A.SISTEM JARINGAN, yang terdiri atas: 1.sistem jaringan jalan primer
(antar kota) 2.Sistem jaringan jalan sekunder (kawasan perkotaan) B.FUNGSI
JALAN, yang dikelompokkan menjadi: 1.Jalan arteri 2.Jalan kolektor 3.Jalan lokal
4.Jalan lingkungan
12. SISTEM KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA (2) C. STATUS JALAN, yang
dikelompokkan menjadi: 1.Jalan Nasional 2.Jalan Provinsi 3.Jalan Kabupaten
4.Jalan Kota 5.Jalan Desa D. KELAS JALAN, yang dikelompokan menjadi: 1.jalan
bebas hambatan 2.jalan raya 3.jalan sedang 4.jalan kecil 12 Sumber: pasal 6 s.d
pasal 10 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
13. KEGUNAAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN Kegunaan klasifikasi Funsi Jalan Sbb:
1. KESELAMATAN Pemanfaatan jalan sesuai dengan klasifikasi fungsi jalan,
memberikan kemudahan dalam pengelolaan keselamatan jalan 2. STABILITAS
DAN SOSIAL Penyediaan mobilitas dan aksesibilitas jalan yang merata ke seluruh
wilayah akan memberikan dampak positif bagi stabilitas dan pemerataan sosial
13
14. KEGUNAAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN 3. EKONOMI 2.1 Investasi prasarana
jalan Penyelenggaraan jalan sesuai dengan persyaratan teknis setiap klasifikasi
fungsi jalan, dapat mengoptimalkan investasi secara tepat guna 2.2 Lalulintas
Jalan Pengaturan lalulintas sesuai dengan fungsi jalan akan memberikan
kelancaran dalam distribusi yang mendukung pertumbuhan ekonomi

15. Jaringan jalan Udara Transportsi udara: angkutan udara penerbangan


umum penerbangan militer Aktivitas bandar udara (bandara) Bandara
adalah fasilitas sebagai perantara antara transportasi udara dan transportasi
darat.
16. Fungsi Bandara: tempat pelayanan bagi kedatangan dan keberangkatan
pesawat bongkar muat barang atau naik turun penumpang tempat
perpindahan antar moda transportasi udara dengan transportasi yang sama
ataupun dengan moda yang lain tempat klasifikasi barang/penumpang
menurut jenis, tujuan perjalanan dan lain-lain tempat penyimpanan barang
(storage) selama proses pengurusan dokumen tempat pengisian bahan bakar,
perawatan, dan pemeriksaan kondisi pesawat sebelum dinyatakan layak terbang
17. Jaringan jalan Udara Tipe bandara Karakteristik fisik : seaplane bases,
heliport, dan bandara konvensional Pengelolaan dan penggunaannya :
bandara umum (dikelola pemerintah), bandara swasta (dikelola oleh
pribadi/swasta) Aktivitas rutin : jenis pesawat terbang yang beroperasi
(enplanement), karakteristik operasinya (operation) Fasilitas yang tersedia :
jumlah ranway, alat navigasi, kapasitas hanggar, dll Tipe perjalan yang
dilayani : bandara internasional, bandara domestik dan gabungan Jaringan
lalu lintas udara jaringan penerbangan dalam negri jaringan penerbangan
internasional
18. Jaringan jalan Air Katagorisasi pelayanan: Dalam negeri (lokal. Rakyat,
pedalamam, terusan sungai, penundaan laut, pelayanan khusus dalam negeri)
Internasional (pelayaran samudera dekat, pelayaran samudra, dan pelayaran
khusus luar negeri) Tipe pelabuhan Jenis lalu lintas perjalanan yang dilayani
pelabuhan secara hirarki: pelabuhan samudra (gatewayports) pelabuhan
pengumpul (collector ports) pelabuhan antar pulau (inlands ports)
pelabuhan perintis (feeder ports)
19. Jaringan jalan Air letak dan jenis perairan yang dilayani pelabuhan
sungai pelabuhan danau pelabuhan laut pelabuhan samudra Jaringan
jalur angkutan laut Jaringan angkutan laut nasional (trayek pelayaran tetap dan
tidak tetap dalam negeri) Jaringan angkutan laut internasional (trayek
pelayaran tetap dan tidak tetap antar negara)

sistem transportasi pertemuan ke-2


1. Perencaanaan Transportasi Dapat Didefinisikan Sbb Suatu proses yang
tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia
dan barang bergerak atau berpindah tempat dengan aman, nyaman dan murah
(Pignataro, 1973). Perenc. Transportasi merupakan proses yang dinamis, dan
harus tanggap terhadap perubahan tata guna lahan, keadaan ekonomi, dan pola
arus lalu lintas.
2. Sistem Kelembagaan Untuk terwujudnya sistem pergerakan yang aman,
lancar, murah dan handal, maka dalam sistem transportasi secara menyeluruh

(makro) dipecahkan menjadi sistem yang lebih kecil (mikro), yang masingmasing saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem Transportasi mikro
terdiri dari: a. Sistem kegiatan (tata guna tanah) b. Sistem jaringan (Dep
perhub, Bina Marga) c. Sistem pergerakan lalu lintas (DLLAJ, Organda,
Polantas, masyarakat)
3. SISTEM TRANSPORTASI MAKRO Sistem Kegiatan Sistem Pergerakan Sistem
Jaringan Sistem Kelambagaan Sumber : Tamin (2000)
4. Sistem Tata Guna Lahan - Transportasi Sasaran Perencanaan Transportasi :
membuat interaksi tata guna lahan dan transportasi menjadi semudah dan
seefesiensi mungkin Kebijakan yang diambil: Sistem Kegiatan : rencana tata
guna lahan yang baik dapat mengurangi kebutuhan perjalanan yang panjang
sehingga interaksi menjadi mudah Sistem Jaringan : meningkatkan kapasitas
pelayanan prasarana Sistem Pergerakan : mengatur teknik dan manajemen
lalu lintas
5. ANALISIS PERMINTAAN TRANSPORTASI Kebutuhan akan transportasi berasal
dari: Interaksi antara aktivitas sosial dan ekonomi yang tersebar di suatu
daerah. Keanekaragaman aktivitas dan pola interaksi yang kompleks
menghasilkan berbagai faktor yang menentukan kebutuhan akan transportasi.
Alasan orang untuk melakukan perjalanan: Berkisar antara pencarian untuk
makanan dan naungan untuk mobilitas kegiatan atau kebutuhan rekreasi.
6. Tata Guna Lahan Defenisi umum adalah: Pengaturan pemanfaatan lahan
yang masih kosong disuatu lingkup wilayah (nasional, regional, lokal) atau
sebaran ruang /pola geografis dari fungsi suatu kota (daerah hunian, perniagaan,
pertokoan, kantor pemerintahan, sekolahan, serta kegiatan-kegiatan tertentu)
7. Kebijakan tata ruang erat kaitannya dengan kebijakan transportasi, ruang
adalah merupakan kegiatan. Transportasi merupakan sistem jaringan yang
secara fisik menghubungkan suatu ruang kegiatan dengan kegiatan lainnya.
Dengan berkembangnya ruang kegiatan tersebut, meningkat pula kebutuhan
transportasi. Kebutuhan akan pergerakan selalu menimbulkan permasalahan ,
khususnya pada saat orang ingin bergerak untuk tujuan yang sama didalam
daerah tertentu dan saat yang bersamaan
8. Pengaturan Tata Guna Lahan Dalam pengaturannya, tidak diperkenankan
terjadinya campur aduk dalam hal tata guna lahan (mixed land-use). Hal ini
menyangkut antara lain : a. Kondisi fisik lahan (geografi suatu wilayah harga
tanah, faktor ekonomi dll) b. Kondisi transportasi (menghindari bercampurnya
lalu lintas seperti mobil pribadi dengan mobil truk, mobil tangki dll). Hal ini akan
menyebabkan lalu lintas macet dan mudah terjadi konflik lalu lintas
9. Hubungan Tata Guna Lahan Dengan Transportasi Tata guna lahan merupakan
salah satu faktor penentu dari pergerakan dan aktivitas. Aktivitas ini dikenal
sebagai pembangkit perjalanan dan akan menentukan jenis prasarana /sarana
transportasi yang dibutuhkan untuk memindahkan lalu lintas seperti angkutan
umum atau mobil pribadi.

10. Bila disediakan suatu sarana/prasarana transportasi, secara alamiah akan


menambah nilai aksesibilitas ,bila nilai aksesibilitas meningkat biasanya akan
merubah nilai lahan. Perubahan nilai lahan akan merubah pola penggunaan
lahan misalnya dari daerah pertanian menjadi perumahan,daerah perumahan
berubah menjadi pertokoan ,dan seterusnya.
11. Hubungan tata guna Lahan dengan Transportasi membentuk suatu Lingkaran
tertutup yang dapat diilustrasikan sebagai skema Gambar berikut: Kebutuhan
Perjalanan Perjalanan Tata Guna Lahan Fasilitas Transportasi Nilai Lahan
Aksesibilitas
12. Aksesibilitas: Adalah kemudahan untuk mengadakan perjalanan , hal ini
mengakibatkan kenaikan harga tanah (nilai NJOP berubah). Mobilitas adalah
tingginya keinginan mengadakan perjalanan mengakibatkan bertambahnya
bangkitan lalu lintas dan pada saatnya menurunnya kapasitas jalan. Cara untuk
mengatasinya antara lain:
13. Dibuat tata ruang yang baik (R U T R harus dapat dikendalikan dengan
baik) Sistem hirarki jalan harus dibuat dengan baik (jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal) Peraturan harus tetap dijalankan Perubahan tata guna lahan
harus dapat dikendalikan dan bangkitan perjalanan dianalisis dengan baik.
14. Masalah - masalah dalam proses perencanaan lokasi harus ditinjau dari
sisi transportasi seperti, a. Kapasitas akses b. Bangkitan / tarikan pergerakan
pada lokasi yang dikembangkan c. Sistem angkutan umum d. Tingkat kecelakaan
lalu lintas disekitar lokasi
15. Regional Planing 1. Land Use (Tata Guna Lahan) harus tetap dalam waktu
relatif panjang 2. Transport Strategi,(meningkatkan ekonomi masyarakat) a.
Ekonomi strategi (menunjang strategi ekonomi masyarakat ) b. Kebutuhan
masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan (daya jangkau
masyarakat) c. Lingkungan, dampak lingkungan serta meperhatikan kebiasaan
masyarakat d. Pengembangan masa yang akan datang
16. Konsep & Defenisi Struktur Perkotaan Konsep dasar yang menyangkut
bentuk perkotaan (Urban) adalah pola/ tatanan ruang dari setiap elemen
perkotaan (gedung, parkir, aktivitas masyarakat, aktivitas ekonomi, dan intuisi
masyarakat) Interaksi perkotaan adalah serangkaian hubungan yang terjadi
untuk memadukan dan mengikat pola dan perilaku setiap tata guna lahan.
17. Kebutuhan Transportasi Perkotaan (Urban Travel Demand) Kebutuhan
Transportasi Perkotaan selalu bergerak dinamis dan komplek (bergerak setiap
saat) berinteraksi dengan ekonomi. Kebutuhan transportasi perkotaan,
tergantung kepada tingkat aktivitas tata guna lahan pada daerah tersebut.
Makin tinggi tingkat aktivitas tata guna lahan, semakin tinggi pula tingkat
kemampuan menarik lalu lintas .
18. Mewujudkan Transportasi Perkotaan Penerapan sistem transportasi yang
berkelanjutan terletak pada kondisi pelayanan transportasi: a. Sistem jaringan
transportasi perkotaan terintegrasi secara baik, b. Penyediaan fasilitas untuk

pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor (non-motorized mobility). c.


Penyediaan fasilitas pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor penting d.
Prasarana fasilitas khusus jalur sepeda di kota-kota besar sangat minim.
19. Paradigma Kebutuhan Transportasi Masyarakat Poin-poin penting
paradigma kebutuhan transportasi masyarakat : Jika fasilitas pedestrian di
perkotaan aman dan nyaman,maka setiap perjalanan kurang dari 500 meter
dapat ditempuh dengan berjalan kaki; Jika akses terhadap angkutan umum
mudah, aman, nyaman, terjangkau dan memiliki kepastian waktu, maka setiap
orang akan tertarik menggunakannya;
20. Lanjutan Sistem transportasi yang berkelanjutan tercapai jika: angkutan
umum sudah dapat mengangkut seluruh kebutuhan pelaku perjalanan, dan
menjadi moda andalan masyarakat. Angkutan umum yang dapat menjadi
tulang punggung di kota-kota besar adalah Bus Rapid Transit (BRT) dan Mass
Rapid Transit (MRT).
21. Dalam pencapaiannya, angkutan umum harus terintegrasi satu sama lain,
Pusat-pusat aktivitas dan kegiatan seperti :stasiun kereta api, terminal bis,
bandar udara, pelabuhan laut dapat terkoneksi langsung ke dalam jaringan
Integrasi yang dimaksudkan mencakup integrasi fisik, sistem (jadwal), maupun
aspek ticketing.
22. Gambaran Sistem Transportasi Perkotaan Berkelanjutan
23. fasilitas intermoda berupa park and ride
24. Perwujudan Sistem Transportasi Untuk mewujudkan sistem transportasi
perkotaan yang terintegrasi, nyaman dan aman, maka dapat diwujudkan melalui:
1.
Perencanaan,
pembangunan,dan
pemeliharaan
komponen-komponen
transportasi beserta infrastrukturnya; 2. Mengoptimalkan sumberdaya manusia
(SDM) dan teknologi 3. Desain stasiun dan rolling stock yang minimalis dan
tahan lama;
25. Lanjutan 4. Pengintegrasian simpul-simpul transportasi yang dilokasikan
dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan aktivitas masyarakat; 5. Mass Rapid
Transit (MRT) dan Bus Rapid Transit (BRT), menciptakan jaringan yang lebih
padat, akses jarak pendek dengan biaya yang sama. Menciptakan nilai estetika
yang tinggi dalam pemandangan kota (city scape);
26. 6. Melakukan penghematan energi untuk rolling-stock (kendaraan berbasis
rel) yang bertenaga listrik dengan cara mengurangi kebutuhan daya selama
pengoperasiannya, 7. Memanfaatkan interior maupun eksterior dari rolling stock
untuk pemasangan iklan yang warnanya menarik serta memiliki layar LED baik di
dalamnya maupun di stasiun-stasiun;

Analisis sistem transportasi


1. Analisis Sistem Transportasi Paparan Kuliah Sistem Transportasi Bambang
Haryadi Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang 2014
2. Tujuan Analisis Sistem Transportasi Dalam beberapa dekade terakhir analisis
sistem transportasi (AST) telah muncul sebagai profesi yang diakui. Semakin
banyak organisasi pemerintah, universitas, peneliti, konsultan, dan kelompok
industri swasta di seluruh dunia berorientasi pada multi-modal dan memilih
pendekatan sistematis untuk masalah transportasi.
3. Karakteristik Multi-modal: Meliputi semua moda atau transportasi; udara,
darat, dan laut, serta penumpang dan barang. Multi-sektor: Meliputi semua
masalah dan sudut pandang pemerintah, industri swasta, dan masyarakat.
Multi-masalah: meliputi seluruh spektrum masalah yang mencakup kebijakan
nasional dan internasional, perencanaan sistem regional, lokasi dan desain
fasilitas khusus, isu-isu manajemen operator, regulasi, kelembagaan dan
kebijakan keuangan. Multi-Tujuan: Pembangunan ekonomi nasional dan
regional, pembangunan perkotaan, kualitas lingkungan, dan kualitas sosial, serta
layanan kepada pengguna dan kelayakan finansial dan ekonomi. Multi-disiplin:
Berdasarkan pada teori dan metode teknik, ekonomi, riset operasi, ilmu politik,
psikologi, ilmu alam dan sosial lainnya, manajemen dan hukum.
4. Konteks Kisaran perencanaan: perencanaan transportasi perkotaan,
menghasilkan rencana jangka panjang untuk 5-25 tahun untuk sistem
transportasi multi-modal di daerah perkotaan serta program jangka pendek
berupa aksi selama kurang dari lima tahun. Transportasi penumpang: angkutan
penumpang regional, berurusan dengan angkutan penumpang antar kota melalui
udara, kereta api, dan jalan raya dan mungkin dengan modus baru. Angkutan
barang: routing dan manajemen, pilihan mode yang berbeda dari kereta api dan
truk. Transportasi internasional: Isu-isu seperti kontainerisasi, koordinasi intermodal.
5. Tujuan AST Terlepas dari keragaman jenis masalah, konteks kelembagaan
dan perspektif teknis terdapat kesatuan yang mendasari: bangun teori dan
seperangkat prinsip dasar yang digunakan dalam setiap analisis sistem
transportasi. Intinya adalah pendekatan analisis sistem transportasi.
Fokusnya adalah interaksi antara transportasi dan aktivitas sistem wilayah.
6. Tujuan AST Pendekatan ini adalah bentuk campur tangan, secara hati-hati
dan sengaja dalam struktur masyarakat yang kompleks untuk menggunakan
transportasi secara efektif dalam koordinasi dengan aksi pemerintah dan swasta
lainnya untuk mencapai tujuan masyarakat. Analis harus memiliki pemahaman
yang mendasar dari sistem transportasi dan interaksinya dengan sistem
kegiatan; yang memerlukan pemahaman tentang konsep-konsep teoritis dasar
dan pengetahuan empiris yang tersedia.
7. Peran AST Tantangan metodologis sistem transportasi adalah melakukan
analisis sistematis dalam situasi tertentu yang valid, praktis dan relevan, dan

yang membantu mengklarifikasi isu-isu yang diperdebatkan. Inti dari analisis


sistem adalah prediksi arus, yang harus dilengkapi dengan predikasi dampak
lain. Prediksi hanya bagian dari proses analisis, dan analisis teknis hanya
bagian dari masalah yang lebih luas, dan peran analisis sistem transportasi
profesional adalah untuk memodelkan proses untuk membawa perubahan dalam
masyarakat melalui sarana transportasi.
8. Peran Analis Sistem Transportasi
9. Profesi AST: Terapan Analisis sistem transportasi dapat memunculkan
spesialisasi terapan yang berbeda, diantaranya: rekayasa jalan raya (highway
engineering) transportasi angkutan barang (freight transportation)
transportasi laut (marine transportation) manajemen transportasi
perencanaan bandara perencanaan dan pengembangan pelabuhan regulasi
transportasi transportasi ekonomi dampak lingkungan
10. Profesi AST: Metodologi Analisis sistem transportasi juga mengarah pada
spesialisasi metodologis yang berbeda, diantaranya: Analisis permintaan,
estimasi dan peramalan Kinerja sistem transportasi seperti penundaan, waktu
tunggu, mobilitas, dll Analisis kebijakan dan implementasi Perencanaan dan
pembangunan perkotaan Manajemen penggunaan lahan analis teknikal
manajer proyek interaksi masyarakat analis kebijakan
11. Lingkup AST Latar Belakang: Sebuah dunia yang berubah Premis dasar
sistem transportasi Keterkaitan T & A Intervensi sistem TAF Prediksi arus
12. Latar Belakang: Dunia yang Berubah Hubungan timbal balik yang kuat dan
interaksi antara transportasi dan masyarakat lainnya khususnya dalam dunia
yang berubah dengan cepat ini merupakan hal yang penting bagi perencana
transportasi . Di antara adalah empat dimensi kritis perubahan dalam sistem
transportasi, yang membentuk latar belakang untuk mengembangkan perspektif
yang tepat .
13. Latar Belakang: Dunia yang Berubah Empat dimensi kritis perubahan dalam
sistem transportasi Perubahan permintaan: Ketika penduduk , pendapatan ,
dan pola guna lahan berubah, pola permintaan juga berubah, baik dalam hal
jumlah dan maupun distribusi spasial. Perubahan teknologi: Contoh,
sebelumnya hanya dua alternatif (bus transit dan transit kereta api) yang
dipertimbangkan untuk transportasi perkotaan. Tapi, sekarang ada sistem baru
seperti LRT, MRTS, dll. Perubahan kebijakan operasional: Berbagai pilihan
kebijakan dirancang untuk meningkatkan efisiensi, seperti insentif untuk carpooling, road pricing dll. Perubahan nilai-nilai masyarakat: Sebelumnya, semua
penerima suatu sistem dianggap sebagai pengguna secara monolit. Sekarang ,
tidak ada satu sistempun yang dapat bermanfaat bagi semua, tetapi kita harus
mengidentifikasi kelompok sasaran secara spesifik seperti kaya , miskin, muda ,
perjalanan kerja, rekreasi, dll
14. Premis Dasar Sistem Transportasi Langkah pertama dalam perumusan
analisis sistem sistem transportasi adalah untuk memeriksa lingkup kerja

analitis. Premis dasar adalah penanganan secara eksplisit sistem transportasi


wilayah secara menyeluruh dan saling keterkaitan antara transportasi dan
konteks sosial ekonomi. P1 sistem transportasi total harus dilihat sebagai
sistem multi-modal tunggal. P2 Pertimbangan sistem transportasi tidak dapat
dipisahkan dari pertimbangan sistem sosial, ekonomi, dan politik di wilayah
tersebut.
15. Langkah-langkah analisis sistem transportasi: S1 Pertimbangkan semua
moda transportasi. S2 Pertimbangkan semua elemen transportasi seperti
orang, barang, carriers (kendaraan), lintasan dalam jaringan di mana kendaraan
berjalan, terminal, dll. S3 Pertimbangkan semua gerakan penumpang dan
barang untuk setiap pasangan OD. S4 Pertimbangkan perjalanan (trip) total
untuk setiap arus untuk setiap OD pada semua moda dan prasarana.
16. Sebagai contoh perhatikan studi angkutan penumpang antar kota di
metropolitan. Pertimbangkan semua mode: yaitu kereta api, jalan, udara, bus,
mobil pribadi, truk, mode baru seperti LRT, MRTS, dll. Pertimbangkan semua
elemen seperti link langsung dan tidak langsung, kendaraan yang dapat
beroperasi, terminal, titik transfer, transit intra-kota seperti taksi, mobil, transit
perkotaan. Pertimbangkan beragam pola OD penumpang dan barang.
Pertimbangkan layanan yang disediakan untuk akses, jalan keluar, titik transfer
dan perjalanan mid-block dll. Setelah semua komponen diidentifikasi,
perencana dapat fokus pada unsur-unsur yang menjadi perhatian nyata.
17. Interelasi T & A Sistem transportasi saling terkait erat dengan sistem sosioekonomi. Transportasi mempengaruhi pertumbuhan dan perubahan sistem
sosio-ekonomi, dan akan memicu perubahan dalam sistem transportasi.
18. Interelasi T & A Seluruh sistem yang menjadi perhatian dapat didefinisikan
oleh 3 variabel dasar: T: Sistem transportasi termasuk moda yang berbeda,
berbagai prasarana seperti jalan raya, dll. A: Sistem kegiatan (aktivitas) sosialekonomi seperti pekerjaan, penggunaan lahan, perumahan, sekolah, dll. Sistem
kegiatan didefinisikan sebagai totalitas dari transaksi sosial, ekonomi, politik, dan
lainnya yang terjadi pada ruang dan waktu di suatu wilayah tertentu. F: Pola
aliran (flow) yang meliputi OD, rute, volume atau penumpang/barang, dll.
19. Tiga jenis hubungan dapat diidentifikasi seperti ditunjukkan pada Gambar 2
dan dapat ringkasan sebagai berikut: F ditentukan oleh T dan A. F saat ini
dari waktu ke waktu akan menyebabkan perubahan di A melalui pola T dan
melalui sumber daya yang dipergunakan dalam menyediakan T. F saat ini dari
waktu ke waktu juga akan menyebabkan perubahan pada T karena perubahan
pada A. Perhatikan bahwa A bukanlah variabel sederhana seperti yang terlihat.
Perlu diketahui juga bahwa transportasi bukanlah agen tunggal yang
menyebabkan perubahan dalam A.
20. Hubungan antara T, A and F
21. Intervensi sistem TAF Moda untuk memenuhi tujuan intervensi sistem TAF
penting. Tiga pemain utama dalam sistem TAF adalah: Pengguna. Para

pengguna dari sistem transportasi akan memutuskan kapan dimana dan


bagaimana untuk bepergian. Operator. Operator sarana atau layanan operator
tertentu akan menentukan modus operasi, rute, jadwal, fasilitas, dll.
Pemerintah. Pemerintah akan memutuskan pajak, subsidi, pembangunan fasilitas
baru, hukum yang mengatur, tarif, dll
22. Intervensi bisa dalam transportasi atau sistem kegiatan. Pilihan transportasi
yang tersedia untuk memberikan perubahan dalam sistem tersebut adalah:
Teknologi (misalnya bus gandeng, sky bus, dll); Jaringan (misalnya grid atau
radial); Karakteristik Link (misalnya persimpangan bersinyal atau flyover);
Kendaraan (misalnya menambah ukuran armada); Sistem kebijakan operasi
(misalnya peningkatan frekuensi atau subsidi), dan Kebijakan organisasi
(misalnya sistem angkutan pribadi atau umum di kota). Intervensi Sistem TAF
23. Di sisi lain, beberapa pilihan aktivitas adalah: Kebutuhan Perjalanan (Travel
demand). Merupakan hasil agregat dari semua keputusan perjalanan individu.
Keputusannya dapat berupa perjalanan dengan kereta api atau bus, rute jarak
terpendek atau rutewaktu tempuh terpendek, kapan (waktu) dan bagaimana
(moda) untuk bepergian, dll. Pilihan lain. Sebagian besar aktor sosial, ekonomi,
dan politik dalam sistem aktivitas memutuskan kapan, bagaimana, atau di mana
melakukan kegiatan. Misalnya, pilihan sekolah dipengaruhi oleh sarana
transportasi, atau harga real estat dipengaruhi oleh sarana transportasi.
Intervensi Sistem TAF
24. Dampak Sistem TAF
25. Prediksi arus Setiap perubahan yang diusulkan dalam sistem transportasi
akan memicu perubahan sistem aktivitas yang membutuhkan prosedur untuk
memprediksi dampak. Dampaknya tergantung pada pola arus yang dihasilkan
dari aliran tertentu. Inti dari setiap TSA adalah prediksi perubahan arus yang
merupakan dampak yang paling signifikan dari perubahan dalam sistem
transportasi.
26. Prediksi arus Misalkan ada sistem transportasi T dan sistem aktivitas A.
Perubahan tertentu dalam sistem transportasi akan didefinisikan dalam bentuk
perubahan T. Awalnya, T, A, dan F ada dalam kesetimbangan, yaitu, spesifikasi
sistem transportasi T pada titik waktu dan sistem kegiatan A menyiratkan pola
arus, F. Hipotesis dasar yang mendasari pernyataan ini adalah bahwa ada pasar
untuk transportasi yang dapat dipisahkan dari pasar lain.
27. Ditambahkan dua variabel lagi: karakteristik layanan diungkapkan oleh F
seperti waktu perjalanan, tarif, kenyamanan, dll. yang dilambangkan sebagai S
dan volume aliran dalam jaringan dilambangkan sebagai V, dapat dinyatakan
hubungan berikut: Spesifikasi sistem transportasi T menetapkan fungsi
pelayanan fj yang menunjukkan bagaimana tingkat layanan bervariasi sebagai
fungsi dari opsi transportasi dan volume arus, yaitu Spesifikasi pilihan sistem
aktivitas, A menetapkan fungsi permintaan, fd ,yang memberikan volume aliran
sebagai fungsi sistem aktivitas dan tingkat layanan, yaitu Pola aliran F terdiri
dari volume V menggunakan sistem dan tingkat pelayanan S, yaitu

28. untuk T dan A tertentu, pola aliran yang benar-benar akan terjadi dapat
ditemukan dengan solusi dari fungsi pelayanan dan fungsi permintaan:
29. Gambaran Prediksi Arus
30. Bibliografi M L Manheim. Fundamentals of transportation systems analysis
Vol.1. MIT Press, 1978.

sistem transportasi pertemuan ke-2


1. Perencaanaan Transportasi Dapat Didefinisikan Sbb Suatu proses yang
tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia
dan barang bergerak atau berpindah tempat dengan aman, nyaman dan murah
(Pignataro, 1973). Perenc. Transportasi merupakan proses yang dinamis, dan
harus tanggap terhadap perubahan tata guna lahan, keadaan ekonomi, dan pola
arus lalu lintas.
2. Sistem Kelembagaan Untuk terwujudnya sistem pergerakan yang aman,
lancar, murah dan handal, maka dalam sistem transportasi secara menyeluruh
(makro) dipecahkan menjadi sistem yang lebih kecil (mikro), yang masingmasing saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem Transportasi mikro
terdiri dari: a. Sistem kegiatan (tata guna tanah) b. Sistem jaringan (Dep
perhub, Bina Marga) c. Sistem pergerakan lalu lintas (DLLAJ, Organda,
Polantas, masyarakat)
3. SISTEM TRANSPORTASI MAKRO Sistem Kegiatan Sistem Pergerakan Sistem
Jaringan Sistem Kelambagaan Sumber : Tamin (2000)
4. Sistem Tata Guna Lahan - Transportasi Sasaran Perencanaan Transportasi :
membuat interaksi tata guna lahan dan transportasi menjadi semudah dan
seefesiensi mungkin Kebijakan yang diambil: Sistem Kegiatan : rencana tata
guna lahan yang baik dapat mengurangi kebutuhan perjalanan yang panjang
sehingga interaksi menjadi mudah Sistem Jaringan : meningkatkan kapasitas
pelayanan prasarana Sistem Pergerakan : mengatur teknik dan manajemen
lalu lintas
5. ANALISIS PERMINTAAN TRANSPORTASI Kebutuhan akan transportasi berasal
dari: Interaksi antara aktivitas sosial dan ekonomi yang tersebar di suatu
daerah. Keanekaragaman aktivitas dan pola interaksi yang kompleks
menghasilkan berbagai faktor yang menentukan kebutuhan akan transportasi.
Alasan orang untuk melakukan perjalanan: Berkisar antara pencarian untuk
makanan dan naungan untuk mobilitas kegiatan atau kebutuhan rekreasi.

6. Tata Guna Lahan Defenisi umum adalah: Pengaturan pemanfaatan lahan


yang masih kosong disuatu lingkup wilayah (nasional, regional, lokal) atau
sebaran ruang /pola geografis dari fungsi suatu kota (daerah hunian, perniagaan,
pertokoan, kantor pemerintahan, sekolahan, serta kegiatan-kegiatan tertentu)
7. Kebijakan tata ruang erat kaitannya dengan kebijakan transportasi, ruang
adalah merupakan kegiatan. Transportasi merupakan sistem jaringan yang
secara fisik menghubungkan suatu ruang kegiatan dengan kegiatan lainnya.
Dengan berkembangnya ruang kegiatan tersebut, meningkat pula kebutuhan
transportasi. Kebutuhan akan pergerakan selalu menimbulkan permasalahan ,
khususnya pada saat orang ingin bergerak untuk tujuan yang sama didalam
daerah tertentu dan saat yang bersamaan
8. Pengaturan Tata Guna Lahan Dalam pengaturannya, tidak diperkenankan
terjadinya campur aduk dalam hal tata guna lahan (mixed land-use). Hal ini
menyangkut antara lain : a. Kondisi fisik lahan (geografi suatu wilayah harga
tanah, faktor ekonomi dll) b. Kondisi transportasi (menghindari bercampurnya
lalu lintas seperti mobil pribadi dengan mobil truk, mobil tangki dll). Hal ini akan
menyebabkan lalu lintas macet dan mudah terjadi konflik lalu lintas
9. Hubungan Tata Guna Lahan Dengan Transportasi Tata guna lahan merupakan
salah satu faktor penentu dari pergerakan dan aktivitas. Aktivitas ini dikenal
sebagai pembangkit perjalanan dan akan menentukan jenis prasarana /sarana
transportasi yang dibutuhkan untuk memindahkan lalu lintas seperti angkutan
umum atau mobil pribadi.
10. Bila disediakan suatu sarana/prasarana transportasi, secara alamiah akan
menambah nilai aksesibilitas ,bila nilai aksesibilitas meningkat biasanya akan
merubah nilai lahan. Perubahan nilai lahan akan merubah pola penggunaan
lahan misalnya dari daerah pertanian menjadi perumahan,daerah perumahan
berubah menjadi pertokoan ,dan seterusnya.
11. Hubungan tata guna Lahan dengan Transportasi membentuk suatu Lingkaran
tertutup yang dapat diilustrasikan sebagai skema Gambar berikut: Kebutuhan
Perjalanan Perjalanan Tata Guna Lahan Fasilitas Transportasi Nilai Lahan
Aksesibilitas
12. Aksesibilitas: Adalah kemudahan untuk mengadakan perjalanan , hal ini
mengakibatkan kenaikan harga tanah (nilai NJOP berubah). Mobilitas adalah
tingginya keinginan mengadakan perjalanan mengakibatkan bertambahnya
bangkitan lalu lintas dan pada saatnya menurunnya kapasitas jalan. Cara untuk
mengatasinya antara lain:
13. Dibuat tata ruang yang baik (R U T R harus dapat dikendalikan dengan
baik) Sistem hirarki jalan harus dibuat dengan baik (jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal) Peraturan harus tetap dijalankan Perubahan tata guna lahan
harus dapat dikendalikan dan bangkitan perjalanan dianalisis dengan baik.
14. Masalah - masalah dalam proses perencanaan lokasi harus ditinjau dari
sisi transportasi seperti, a. Kapasitas akses b. Bangkitan / tarikan pergerakan

pada lokasi yang dikembangkan c. Sistem angkutan umum d. Tingkat kecelakaan


lalu lintas disekitar lokasi
15. Regional Planing 1. Land Use (Tata Guna Lahan) harus tetap dalam waktu
relatif panjang 2. Transport Strategi,(meningkatkan ekonomi masyarakat) a.
Ekonomi strategi (menunjang strategi ekonomi masyarakat ) b. Kebutuhan
masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan (daya jangkau
masyarakat) c. Lingkungan, dampak lingkungan serta meperhatikan kebiasaan
masyarakat d. Pengembangan masa yang akan datang
16. Konsep & Defenisi Struktur Perkotaan Konsep dasar yang menyangkut
bentuk perkotaan (Urban) adalah pola/ tatanan ruang dari setiap elemen
perkotaan (gedung, parkir, aktivitas masyarakat, aktivitas ekonomi, dan intuisi
masyarakat) Interaksi perkotaan adalah serangkaian hubungan yang terjadi
untuk memadukan dan mengikat pola dan perilaku setiap tata guna lahan.
17. Kebutuhan Transportasi Perkotaan (Urban Travel Demand) Kebutuhan
Transportasi Perkotaan selalu bergerak dinamis dan komplek (bergerak setiap
saat) berinteraksi dengan ekonomi. Kebutuhan transportasi perkotaan,
tergantung kepada tingkat aktivitas tata guna lahan pada daerah tersebut.
Makin tinggi tingkat aktivitas tata guna lahan, semakin tinggi pula tingkat
kemampuan menarik lalu lintas .
18. Mewujudkan Transportasi Perkotaan Penerapan sistem transportasi yang
berkelanjutan terletak pada kondisi pelayanan transportasi: a. Sistem jaringan
transportasi perkotaan terintegrasi secara baik, b. Penyediaan fasilitas untuk
pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor (non-motorized mobility). c.
Penyediaan fasilitas pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor penting d.
Prasarana fasilitas khusus jalur sepeda di kota-kota besar sangat minim.
19. Paradigma Kebutuhan Transportasi Masyarakat Poin-poin penting
paradigma kebutuhan transportasi masyarakat : Jika fasilitas pedestrian di
perkotaan aman dan nyaman,maka setiap perjalanan kurang dari 500 meter
dapat ditempuh dengan berjalan kaki; Jika akses terhadap angkutan umum
mudah, aman, nyaman, terjangkau dan memiliki kepastian waktu, maka setiap
orang akan tertarik menggunakannya;
20. Lanjutan Sistem transportasi yang berkelanjutan tercapai jika: angkutan
umum sudah dapat mengangkut seluruh kebutuhan pelaku perjalanan, dan
menjadi moda andalan masyarakat. Angkutan umum yang dapat menjadi
tulang punggung di kota-kota besar adalah Bus Rapid Transit (BRT) dan Mass
Rapid Transit (MRT).
21. Dalam pencapaiannya, angkutan umum harus terintegrasi satu sama lain,
Pusat-pusat aktivitas dan kegiatan seperti :stasiun kereta api, terminal bis,
bandar udara, pelabuhan laut dapat terkoneksi langsung ke dalam jaringan
Integrasi yang dimaksudkan mencakup integrasi fisik, sistem (jadwal), maupun
aspek ticketing.
22. Gambaran Sistem Transportasi Perkotaan Berkelanjutan

23. fasilitas intermoda berupa park and ride


24. Perwujudan Sistem Transportasi Untuk mewujudkan sistem transportasi
perkotaan yang terintegrasi, nyaman dan aman, maka dapat diwujudkan melalui:
1.
Perencanaan,
pembangunan,dan
pemeliharaan
komponen-komponen
transportasi beserta infrastrukturnya; 2. Mengoptimalkan sumberdaya manusia
(SDM) dan teknologi 3. Desain stasiun dan rolling stock yang minimalis dan
tahan lama;
25. Lanjutan 4. Pengintegrasian simpul-simpul transportasi yang dilokasikan
dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan aktivitas masyarakat; 5. Mass Rapid
Transit (MRT) dan Bus Rapid Transit (BRT), menciptakan jaringan yang lebih
padat, akses jarak pendek dengan biaya yang sama. Menciptakan nilai estetika
yang tinggi dalam pemandangan kota (city scape);
26. 6. Melakukan penghematan energi untuk rolling-stock (kendaraan berbasis
rel) yang bertenaga listrik dengan cara mengurangi kebutuhan daya selama
pengoperasiannya, 7. Memanfaatkan interior maupun eksterior dari rolling stock
untuk pemasangan iklan yang warnanya menarik serta memiliki layar LED baik di
dalamnya maupun di stasiun-stasiun;

Anda mungkin juga menyukai