Anda di halaman 1dari 4

2.

Peptida
Peptida merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam amino. Jika

jumlah asam amino masih di bawah 50 molekul disebut peptida, namun jika lebih dari 50
molekul disebut dengan protein. Ikatan peptida terjadi jika atom nitrogen pada salah satu asam
amino berikatan dengan gugus karboksil dari asam amino lain. Peptida terdapat pada setiap
makhluk hidup dan berperan pada beberapa aktivitas biokimia. Peptida dapat berupa enzim,
hormon, antibiotik, dan reseptor.
Peptida dengan panjang yang bermacam-macam terbentuk oleh hidrolisa sebagian
dari rantai polipeptida yang panjang dari protein, yang dapat mengandung ratusan asam amino.
Peptida yang dibentuk dari hidrolisa sebagian protein terdapat dalam ragam yang amat luas.
Peptida hanya mengandung satu gugus -amino bebas dan satu gugus -karboksil bebas pada
residu terminalnya.
Unit asam amino di dalam peptida biasannya disebut residu (rantai ini bukan lagi
merupakan asam amino karena telah kehilangan atom hidrogen dari gugus amino dan sebagian
gugus karboksilnya). Bagian ujung dari rantai peptida mempunyai gugus NH 2 bebas, biasanya
dinamakan terminal amino, sedang ujung yang lainnya mempunyai gugus karboksilat bebas
biasannya dinamakan terminal karboksilat.

2.2

Ikatan Peptida
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus

karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul
lainnya. ikatan peptida hanya terdapat pada protein.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan
lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH,

dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang
gelombang 190-230 nm.
Ikatan peptida dapat dirusak atau diputus dengan melakukan hidrolisis. Ikatan
peptida terbentuk dari protein yang mempunyai kecenderungan untuk putus secara spontan
ketika terdapat air.
2.3

Penamaan pada Peptida


Nama peptida diberikan berdasarkan atas jenis asam amino yang membentuknya.

Asam amino yang gugus karboksilnya bereaksi dengan gugus NH2 diberi akhiran il pada
namanya, sedangkan urutan penamaan didasarkan pada urutan asam amino, dimulai dari asam
amino ujung yang masih mempunyai gugus NH2.
Contoh:

2.4

Sifat-Sifat Peptida
Sifat-sifat asam basa peptida dipengaruhi oleh -amino dan gugus -karboksil

bebas pada ujung rantai, dan sifat serta jumlah gugus R yang dapat mengion, namun pada
peptida rantai panjang, gugus COOH dan NH2 tidak lagi berpengaruh. Suatu peptida juga
mempunyai titik isoelektrik seperti pada asam amino.

2.5

Sinstetis pada Peptida


Sintesis peptida dilakukan dengan menggabungkan gugus karboksil salah satu

asam amino dengan gugus amina dari asam amino yang lain. Sintesis peptida dimulai dari Cterminus (gugus karboksil) ke N-terminus (gugus amin), seperti yang terjadi secara alami pada

organisme. Namun, untuk mensintesis peptida, tidak semudah mencampurkan asam amino begitu
saja. Seperti contohnya: mencampurkan glutamine (E) dan serine (S) dapat menghasilkan E-S, SE, S-S, E-E, dan bahkan polipeptida seperti E-S-S-E-E. Untuk menghindari asam amino
berikatan tidak terkendali, perlu dilakukan perlindungan dan kontrol terhadap ikatan peptida
yang akan terjadis sehingga ikatan yang terbentuk sesuai dengan yang diinginkan.
Langkah-langkah sintesis peptida adalah sebagai berikut:
1.

asam amino ditambahkan gugus proteksi.

2.

Kemudian

asam

amino

yang

diproteksi

dilarutkan

dalam

pelarut

seperti

dimetyhlformamide (DMF) yang digabungkan dengan coupling reagents dipompa melalui kolom
sintesis.
3.

Grup proteksi dihilangkan dari asam amino melalui reaksi deproteksi.

4.

Kemudian pereaksi deproteksi dihilangkan agar tercipta suasana penggabungan yang

bersih.
5.

Coupling reagents, contohnya N,N'-dicyclohexylcarbodiimide (DCCI), membantu

pembentukan ikatan peptida. Setelah reaksi coupling terbentuk, coupling reagents dicuci untuk
menciptakan suasana deproteksi yang bersih. Proses proteksi, deproteksi, dan coupling ini terus
dilakukan berulang-ulang hingga tercipta peptida yang diinginkan.

2.4

Kelas-Kelas Peptida
Peptida dapat dikelompokkan menurut kemiripan struktur dan fungsinya.

Peptida Ribosomal
Peptida ribosomal disintesis dari translasi mRNA. Peptida ini berfungsi sebagai hormon dan
molekul signal pada organisme tingkat tinggi. Secara umum, peptida ini mempunyai strukstur
linear.

Peptida non-Ribosomal
Peptida non-Ribosomal disintesis dengan kompleks enzim. Peptida ini terdapat pada
organism uniselular, tanaman, dan fungi. Pada peptida ini terdapat struktur inti yang kompleks
dan mengandung pengaturan yang berbeda-beda untuk melakukan manipulasi kimia untuk
menghasilkan suatu produk. Secara umum, peptida ini berbentuk siklik, walaupun ada juga yang
berbentuk linear.
Peptida Hasil Digesti (Digested peptides)
Peptida ini terbentuk dari hasil proteolisis non-spesifik dalam siklus digesti. Peptida hasil
digesti secara umum merupakan peptida ribosomal, akan tetapi tidak dibentuk dari translasi
mRNA. Peptida ini juga dapat dibentuk dari protein [yang didigesti dengan protease spesifik,
seperti digesti trypsin yang sering dilakukan sebelum mass spectrometry peptide analysis.

2.4

Manfaat Peptida
Beberapa manfaat Peptida dalam kehidupan :
1. Peptida dalam sari pati ayam berfungsi untuk memetabolisme tubuh dari senyawa
penyebab stress dalam darah dan memacu pemulihan dari keletihan secara mental.
2. Isoflavone-deprived soy peptide berfungsi untuk menekan tumor serta mencegah
kanker.
3. Peptida dalam beras berpotensi untuk melawan Alzheimer menurut studi
International Journal of Biological Sciences di tahun 2011.
4. Egg yolk water-soluble peptide (YPEP) terbukti dapat melindungi metabolisme
tulang, atau berpotensi mengatasi osteoporosis menurut jurnal North American
Menopause Society pada tahun 2011
5. Peptida yang terkandung dalam protein susu seperti casein dan whey dapat
memberikan efek terapi, termasuk antimikroba, antitrombosis sekaligus
imunomodulator menurut artikel pada tahun 2005.

Anda mungkin juga menyukai