Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .
Kelahiran adalah proses dimana awal manusia menganal dunia, sebagai
makhluk ciptaan Allah. Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah
Swt yang harus di pertanggung-jawabkan oleh setiap orang tua dalam
berbagai

aspek

kehidupannya.Diantaranya

bertanggung

jawab

dalam

pendidikan,kesehatan,kasih sayang,perlindungan yang baik,dan berbagai


aspek lainnya.
Pendidikan

dan

pengasuhan

perlu

suatu

proses

yang

berterusan,berkembang,dan serentak dengan perkembangan individu seorang


anak yang mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya.Dengan
kemahiran yang diperolehnya anak akan mengaplikasikannya dalam konteks
yang bermacam-macam dalam hidup kesehariannya di saat itu ataupun sebagai
persiapan untuk kehidupannya dimasa yang akan datang.
Menurut

perspektif

Islam,

pengasuhan

anak

adalah

proses mendidik,mengasuh,dan melatih dan merawat jasmani dan rohani


mereka yang dilakukan orang tua sebagai tanggung jawabnya terhadap anak
dengan berlandaskan nilai baik dan terpuji bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah.
Dalam Islam orangtua bertanggung jawab untuk memberikan
pengasuhan sesuai dengan fitrahnya,yaitu keimanan kepada Allah Swt.Fitrah
ini merupakan kerangka dasar operasional dari proses penciptaan manusia.Di
dalamnya terkandung kekuatan potensial untuk tumbuh dan berkembang
secara

maksimal

dan

mengarahkannya

untuk

mencapai

tujuan

penciptaannya.Konsep dasar keimanan ini telah digambarkan dalam AlQuran ketika Luqmanul Hakim memberikan pendidikan dasar terhadap
anaknya. Anak juga merupakan ujian bagi setiap orangtua sebagaimana
disebutkan dalam Al-Quran surah al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :


Artinya :Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang
besar.2 (QS.al-Anfal ayat 28).
Namun,fenomena yang ada menunjukkan masih banyak orangtua
yang tidak bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.Masih banyak anakanak yang tidak memperoleh haknya dari orangtua mereka seperti;hak
mendapatkan perawatan dengan penuh kasih sayang,hak memperoleh
pendidikan yang baik dan benar,hak menerima nafkah yang halal dan baik,dan
sebagainya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian kelahiran ?
2. Bagaimana Masa melahirkan?
3. Bagaimana Pandangan islam tentang?
4. Bagaimana Hak-hak anak dalam islam ?
5. Bagaimana pandangan Al-Quran tentang tanggung jawab orang tua
terhadap pengasuhan anak-anaknya.
.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian persalinan dan kelahiran
2. Untuk mengetahui Tanda-tanda persalinan
3. Untuk mengetahui Masa melahirkan
4. Untuk mengetahui Pandangan islam tentang kelahirkan dan persalinan
5. Untuk mengetahui Hak-hak anak dalam mendapat pengasuhan islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persalinan dan Kelahiran


Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan
ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah
memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping
itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin.

B. Masa Melahirkan
1. Bebas dari aktivitas ibadah fisik
Setelah melahirkan seorang ibu akan mengalami masa nifas
(darah kotor) selama 40 hari. Pada masa itu seorang wanita dibebaskan,
bahkan diharamkan dari kegiatan ibadah yang membutuhkan kekuatan
fisik seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Quran.
2. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan
Pasca melahirkan wanita memerlukan perhatian khusus dibidang
kesehatan. Di samping banyaknya darah kotor yang keluar pada masa
nifas, kondisi wanita juga masih dalam keadaan luka (karena melahirkan).

Perawatan kesehatan diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit.


Diakui bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan Islam telah
menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kebersihan merupakan anjuran
yang dikaitkan dengan keimanan. Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Kebersihan merupakan bagian dari iman.()
Jika jatuh sakit, Islam menganjurkan supaya manusia segera
berobat. Ikhtiar atau usaha merupakan kewajiban dalam agama.
Seseorang tidak boleh menyerah pada nasib dengan alasan taqdir, karena
sesungguhnya Islam selalu menyuruh kita berobat ketika sakit. Rasulullah
saw bersabda:

Artinya: Berobatlah kamu karena Allah tidak akan mengadakan


penyakit melainkan mengadakan pula obatnya, kecuali hanya satu
penyakit yang tidak dapat diobati yaitu ketuaan.
3. Larangan Untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Masa
Nifas
Islam melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada masa
nifas sampai darah kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari segi
kesehatan, larangan tersebut mengandung cukup banyak hikmah, seperti,
jalan lahir anak pada wanita masih dalam penyembuhan dari luka yang
diakibatkan dari kelahiran bayi.
Ayat allah SWT

Artinya: dan mereka men anyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid.


Katkanlah, Itu adalah sesuatu yang kotor karena itu jauhilah istri
pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka
suci. (al-Baqarah: 222)
Dari ayat di atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu setelah
haid maupun darah kotor pada saat nifas (setelah darah berhenti keluar).
4. Mandi Setelah Berakhirnya Masa Nifas
Setelah berkahirnya masa nifas, seorang wanita diwajibkan untuk
mandi. Dengan demikian maka ia kembali menjadi bersih dan suci.
Artinya, segala aktivitas keagamaan mulai harus diaktifkan kembali dan
juga telah sah untuk berhubungan suami istri. Masa 40 hari merupakan
waktu yang cukup untuk memulihkan seoarang wanita baik kesehatan
fisik maupun mentalnya.

C. Pandangan Islam Tentang Kelahiran


1. Kelahiran
Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang
wanita boleh menjaga jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak
dengan tujuan memberikan anak perhatian yang cukup demi kesehatan
wanita itu sendiri. Mengandung dan melahirkan merupakan sebuah
perjuangan yang beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan
keselamatan ibu hamil bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan
seorang wanita meninggal dunia ketika hamil atau melahirkan.

Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa seorang ibu harus menyusui


anaknya secara baik dan mencukupi dengan batas waktu hingga 2 tahun,
sebagaimana firman Allah swt:
Ayat Allah SWT

Artinya: Dan Ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh,


bagi yang ingin menyusui secara sempurna.(QS:al-Baqarah 233)
Kalau seorang wanita memberikan ASI secara sempurna hingga 2
tahun, artinya dia tidak hamil selama dalam proses tersebut. Kehamilan
itu sendiri membutuhkan sebuah perjuangan yang akan merepotkan
seorang ibu dalam menyapih bayinya. Setelah 2 tahun barulah seorang ibu
boleh hamil kembali dan proses kehamilan itu sendiri membutuhkan
waktu hingga 9 bulan, berarti jarak yang ideal bagi seorang ibu untuk
mempunyai anak (melahirkan) adalah 2 tahun 9 bulan.
Meskipun memiliki anak merupakan hak kedua orang tua baik ibu
maupun bapak, bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin dalam
7

rumah tangga boleh memaksakan kehendaknya dalam menentukan jumlah


anak dan mengatur jarak antar anak, karena Islam sangat menekankan
pentingya musyawarah dalam segala urusan, apalagi dalam hal yang
sangat penting dan beresiko bagi salah satu pihak. Dalam hal ini Allah swt
berfirman:

Ayat Allah SWT:

Artinya: . Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam


urusan itu.(QS:Ali Imran:159.)
Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk
menjawab proses (permasalahan) persalinan yang kurang memadai
dewasa ini. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan problem ini dibutuhkan
solusi yang komprehensif dari segala aspek yang terkait, baik medis
maupun non medis, termasuk ketersediaan SDM berkualitas secara
merata.

D. Pengasuhan Anak Dalam Pandangan Islam

a. Anak Anak Berhak Atas Nafkah yang Maruf (Baik Secara


Kesehatan, dan Sosial)
Sejak masa bayi seorang anak membutuhkan makanan dengan gizi
yang

cukup

dan

seimbang

untuk

mendukung

pertumbuhannya.

Ketidakseimbangan gizi pada masa tersebut akan membuat anak rentan


terhadap berbagai ancaman baik daru luar maupun dari dalam. Ancaman
dari luar seperti penyakit yang mudah masuk ke dalam tubuh karena
lemahnya daya tahan tubuh, sedangkan dari dalam bisa saja disebabkan
dari pertumbuhan yang tidak normal bisa saja membuat anak tidak
tumbuh wajar secara fisik maupun psikis.
Dalam Islam nafkah kepada anak telah ditegaskan pada beberapa
tempat dalam Al-Quran:

1) Air Susu Ibu (ASI)


Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pokok dan paling
bagus bagi anak terutama ketika hari-hari pertama kelahirannya, Islam
telah menegaskan kepada orang tua agar memberikan ASI yang cukup
kepada anaknya hingga usia 2 tahun.:
Allah swt berfirman:

Artinya: seorang ibu mengandung anak dan menyapih (memberikan


air susu) kepada anaknya selama 30 bulan (QS. Ahqaf : 15)
Dalam ayat di atas disebutkan masa 30 bulan diperlukan
seorang ibu dalam mengandung anak dan menyusuinya.
Masa 30 bulan itu terbagi kepada dua fase, yaitu fase
kehamilan dan menyusui. Kalau menyusui telah disebutkan pada ayat
sebelumnya adalah 2 tahun yang sama dengan 24 bulan, berarti sisa 6
bulan lagi adalah untuk masa mengandung.
Masalah ini dapat ditafsirkan bahwa usia kandungan seorang
wanita hamil minimal adalah 6 bulan. Dengan kata lain, kalau
seseorang melahirkan pada usia kandungan 6 bulan, maka kandungan
itu bisa digolongkan telah sempurna.
Ayat ini juga bisa digunakan untuk menyelesaikan perselisihan
di antara suami istri jika ternyata seorang istri melahirkan pada usia
kandungan 6 bulan sejak pertama kali berhubungan intim, dalam
keadaan seperti ini seorang suami tidak boleh menuduh istrinya telah
berhubungan intim sebelumnya dengan orang lain, karena usia
kandungan 6 bulan tersebut diakui keberadaanya di dalam agama
Islam.

2) Makanan yang cukup


Di samping ASI seorang anak membutuhkan makanan
tambahan seiring dengan bertambahnya usia. Orang tua harus
10

menyediakan makanan yang cukup dan bergizi supaya anak-anak


dapat tumbuh sehat dan cerdas. Dalam masalah nafkah Islam
memberikan tanggung jawab tersebut kepada suami sebagai pemimpin
dalam rumah tangga, firman Allah swt:

Artinya: Ayah harus memberikan kepada mereka nafkah dan pakaian


dengan maruf (QS.Al-Baqarah 233)
Dalam ayat ini terkesan bahwa seorang suami harus
memberikan kepada istrinya, tetapi sebenarnya secara tersirat dapat
dikatakan bahwa memberikan nafkah kepada istri pasti juga akan ikut
dimakan oleh anak terutama yang masih bayi, karena seorang anak
khusunya bayi tidak mungkin dapat dipisahkan dari ibunya.
Maruf dalam ayat di atas berarti layak dan sesuai dengan
kemampuan, jika seorang ayah mempunyai kemampuan di bidang
ekonomi maka ia harus memberikan nafkah berupa makanan kepada
anaknya dengan standar yang sesuai dengan penghasilannya,demikian
juga dengan yang miskin, akan memberikan nafkah sesuai dengan
kemampuannya.
3) Pakaian yang layak

11

Di samping makanan, seorang anak juga membutuhkan


perlengkapan sehari-hari seperti pakaian yang layak dan bersih. Masa
bayi

merupakan

masa

rentan

terhadap

berbagai

penyakit,

menyediakan pakaian yang layak dan menjaga kesehatan pakaian


yang digunakan bayi sangat penting dalam menjaga kesehatan anak
tersebut, dalam hal ini Al-Quran telah mewajibkan orang tua supaya
memberikan pakaian kepada anaknya dengan cara yang baik (makruf).
Kata makruf berarti baik, pakaian yang diberikan kepada anak
harus baik dan memenuhi syarat dari segi kesehatan dan juga sesuai
dengan penghasilan seorang ayah. Di samping itu juga harus selalu
dijaga kebersihannya karena Islam adalah agama bersih dan sangat
peduli terhadap kebersihan, bahkan dalam sebuah hadits kebersihan
itu dikaitkan dengan keimanan, bahkan kebersihan merupakan bagian
dari iman, artinya orang yang tidak bersih berarti tidak memiliki
sebagian dari iman, sehingga bisa dikatakan imannya belum
sempurna.
4) Tempat tinggal yang memadai
Seorang anak harus disediakan tempat tinggal yang layak dan
bersih sesuai dengan kemampuan seorang ayah, Islam mengakui
kesederhanaan dalam hidup tetapi sederhana tidak identik dengan
kumuh dan jorok. Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Kebersihan adalah bagian dari iman
Dalam memberikan tempat tinggal dan tempat tidur bagi anak
khusunya bayi harus selalu dijaga kebersihan dan kelayakannya.
Allah swt berfirman:
Artinya: Tempatkan mereka di tempat tinggal yang kamu tempati.

12

Tapi tidak berarti Allah swt hanya memerintahkan suami untuk


menyediakan tempat tinggal kepada istrinya saja, perintah yang
ditujukan untuk istri juga mencakup anak-anak terutama bayi, karena
tidak mungkin memisahkan seorang istri (ibu) dengan anak yang
masih kecil. Berarti kewajiban menyediakan tempat tinggal juga
mencakup anak, dengan memberikan kepada mereka kebutuhan dan
perlengkapan tidur yang dibutuhkan oleh anak-anak

E. Ayat-Ayat Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap


Pengasuhan anak
Al-Quran tidak secara langsung mengemukakan tentang tanggung
jawab orang tua terhadap pengasuhan, namun perintah atau statemen tersebut
tersirat dalam beberapa ayat yang mengisyaratkan tentang hal itu
Q.S.at-Tahrim/66:6

)(6

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.( Q.S.at-Tahrim/66:6).
Q.S.Luqman/31:12-19

)

(12 ) (13

)(14




) (15

) (16


13


( 17)





( 18)





(19)



Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman,
yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur
(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji.(12) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.(13) Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.(14) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan. (15) Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu
atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya).

Sesungguhnya

Allah

Maha

Halus

lagi

Maha

Mengetahui.(16) Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)


mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).(17) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh.

14

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi


membanggakan diri.(18) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.(19).(Q.S.Luqman/31:12-19).
Apabila kita perhatikan, terjemahan DEPAG di atas, nampaknya
tidak menyebutkan secara eksplisit atau langsung tentang tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anaknya, namun bagi orang-orang yang
berpikir dan mengerti tentang al-Quran, ayat tersebut dapat dipahami
dengan mudah. Maka dapat dikatakan jika dalam terjemahan Depag belum
dapat dilihat langsung tentang tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anak, kecuali bagi orang-orang yang berpikir dan meneliti
tentang al-Quran.

F. Hadits

Tentang

Tanggung

Jawab

Orangtua

Terhadap

Pengsuhan
Banyak hadits yang mengisyaratkan tentang tanggung jawab terhadap
pendidikan anaknya, walaupun tidak secara langsung. Hadits tersebut dapat
berupa hadits tentang pengajaran orang tua kepada anaknya tentang tauhid,
tentang shalat dan lain sebagainya. Penulis akan menyebutkan beberapa
hadist yang berkaitan dengan tanggung jawab orangtua.
Dalam rangka menanamkan aqidah kepada anak, pertama kali yang
dilakukan oleh orang tua mengajarkan kalimat syahadat kepada anak, dengan
memperdengarkan kalimat tersebut kepada anak. Maka sebagai orang tua
yang bijaksana dan mempunyai pengetahuan yang tinggi harus mengerti hal
tersebut selain mampu mengajari anaknya untuk berpikir dan memberikan
ilmu kepada anaknya tersebut. Hal itu sesuai dengan hadits Nabi sebagai
berikut:
Artinya: Dari Abu Rafi dari ayahnya,ia berkata;aku pernah melihat
Rasulullah SAW adzan sebagaimana adzan sholat,di telinga Hasan bin Ali
pada saat Fatimah melahirkannya. (HR.Abu Dawud).

15

Hal itu dapat dikuatkan oleh adanya hadist di bawah ini yang
Artinya:Setiap anak yang dilahirkan,adalah fitrah.Tinggal kedua orang
tuanyalah

yang

akan

menjadikannya

sebagai

seorang

Yahudi,Nasrani,ataupun Majusi.(HR.Bukhari).
Tentang tanggung jawab ini disebutkan juga dalam hadist yang
Artinya:Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan
ditanya tentang kepemimpinannya,seorang laki-laki adalah pemimpin
didalam keluarganya dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang
wanita

adalah

pemimpin,dia

akan

ditanya

tentang

kepemimpinannya,seorang pelayan adalah pemimpin didalam harta


majikannya,dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki
adalah pemimpin dalam harta ayahnya,dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya,maka tiap-tiap dari kamu adalah pemimpin dan tiaptiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya. (HR.Al-Bukhari 2554
dan Muslim 1829).17
Begitu

juga

dalam

hadist

yang

lain

disebutkan:Dari

Samurah,bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda; Setiap anak


yang lahir terpelihara dengan aqiqahnya yang disembelih untuknya pada
hari ketujuh kelahirannya.Rambutnya dicukur dan si bayi diberi nama.
(HR.Ibnu Majah)18
Hadist-hadist diatas menerangkan tentang kewajiban orangtua
terhadap anak sebagai tanggung jawabnya yang harus dilakukan menurut
konsep Islam.Namun demikian,masih banyak hadist-hadist yang tidak penulis
eksplore dalam tulisan ini yang masih berkaitan dengan tanggung jawab
orangtua.Sebab menurut penulis hadist tersebut diatas sudah dapat mewakili
untuk dijadikan landasan teoritis dalam penelitian ini.

16

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita
boleh menjaga jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak dengan tujuan
memberikan anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri.
Mengandung dan melahirkan merupakan sebuah perjuangan yang beresiko
tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan keselamatan ibu hamil bisa
berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan seorang wanita meninggal dunia
ketika hamil atau melahirkan.Dari rahim seorang ibu akan lahir generasi
penerus yang akan menjaga kelestarian manusia dalam membangun
peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah penting, maka
ketersediaan layanan berkualitas dan terjangkau

bagi seluruh lapisan

masyarakat merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi.

B. SARAN
makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan.

17

18

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCoQFjAA
&url=http%3A%2F%2Fwww.ibudanbalita.net%2Finfo%2Fmakalahpersalinan-dalam-agama-islam.
FjAC&url=http%3A%2F%2Fzangpriboemi.blogspot.com
%2F2012%2F09%2Fmakalah-kehamilan-dan-persalinan http://www.vemale.com/topik/kehamilan/30119-pengertian-nifas-menurutislam.html
http://aimoyieb.blogspot.com/2011/05/makalah-persalinan.html

19

Anda mungkin juga menyukai