Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata paling umum di dunia. Penyakit ini
bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan
banyak secret purulent kental. Penyebab umumnya eksogen, tetapi bias endogen.
Streptococcus
dan mucus dari sel-sel goblet untuk membentuk eksudat konjungtiva, yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebral (terutama di pagi hari).
Sel-sel radang terlihat dalam eksudat atau kerokan yang diambil dengan spatula platina
steril dari permukaan konjungtiva yang telah dianestesi. Bahan itu dipulas dengan pulasan Gram
(untuk mengidentivikasi organinisme bakteri) dan dengan pulasan Giemsa (untuk menetapkan
jenis dan morfologi sel). Banyak leukosit polimorfonuklear adalah ciri khas konjungtivitis
bakteri. Secara umum, sel mononuclear dalam jumlah banyak khususnya limfosit khas untuk
konjungtivitis
virus.
Jika
ditemukan
pseudomembran
atau
membrane
sejati
(mis,
Sensai benda asing dan sensai tergores atau terbakar sering dihubungkan dengan edema
dan hipertrofi papilla yang biasanya menyertai hipertrofi konjungtiva. Jika ada rasa sakit, kornea
agaknya juga terkena.
ini
jumpai
pada
keratokonjungtivitis epidemika.
beberapa
jenis
konjungtivitis
berat,
mis,
trakoma
dan
Hipertrofi papilar
konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika
berkas pembuluh yang membentuk substansi papilla (bersama untur sel dan eksudat) mencapai
membrane basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papilla mirip jeruju paying.
Eksudat radang mengumpul di antara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan
konjungtiva. Pada penyakit-penyakit nekrotik (mis, trakoma) eksudat dapat digantikan oleh
jaringan granulasi atau jaringan ikat.
Bila papilanya kecil, tampilan konjungtiva umumnya licin, seperti beludru. Konjungtiva
dengan papilla merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia (misa, konjungtiva tarsal
merah mirip beludru adalah khas pada trakoma akut). Pada keratokonjungtivitis vernal, papilla
ini disebut juga papilla cobblestone karena tampilannya yang rapat; papilla raksasa beratap
rata, polygonal, dan berwarna putih sus-kemerahan. Di tarsus superior, papilla macam ini
mengesankan keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis papilar raksasa dengan sensitivitas
terhadap lensa kontak; di tarsus inferior, mengesankan keratokonjungtivitis atopic. Papilla
raksasan dapat pula timbul di limbus, terutama di daerah yang biasanya terpajan saat mata
terbuka (antara pukul 2 dan 4 dan antara pukul 8 dan 10). Di sini papila tampak berupa tonjolantonjolan gelatinosa yang dapat meluas sampai ke kornea. Papilla limbus khas untuk
keratokonjungtivitis atopic.
Kemosis konjungtiva sangat mengarah pada konjungtivitis alergika, tetapi dapat timbul
pada konjungtivitis genokok atau mengokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenoviral.
Kemosis konjungtiva bubaris ter lihat pada pasien trikinosis. Sesekali, kemosis tampak sebelum
terlihatnya infiltrate atau eksudat.
Folikel tampak pada sebagian besar kasus konjungtivitis virus, semua kasus
konjungtivitis klamidia, kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, beberapa kasus konjungtivitis
toksik yang diinduksi oleh pengobatan topical, seperti idoxuridine,dipivefrin, dan miotik.
Folikel-folikel di forniks inferior dan tepi tarsus empunyai sedikit nilai diagnostic, tetapi jika
terdapat pada tarsus (terutama tarsus inferior), harus dicurigai adanya konjungtivitis klamidia,
viral, atau toksis (pascamedikasi topical). Folikel merupakan suatu hyperplasia limfoid local di
dalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Secara
klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avascular. Pada
pemeriksaan slitlamp, tampak pembuluh pembulah kecil yang muncul pada folikel dan
menhitarinya.
Pseudomembran dan membrane adalah hasil hasil dari proses eksudatif dan hanya
berbeda derajatnya. Pseudomembran adalah suatu pengentalan (koagulum) di atas permukaan
epitel, yang bila diangkat, epitelya tetap utuh. Membrane adalah pengentalan yang meliputi
seluruh epitel, yang jika diangkat, meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.
Pseudomembran atau membrane dapat menyertai keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis
virus herpes simpleks primer, konjungtivitis streptokok, difteria, pemfigoid sikartikal dan
erythema multiforme mayor. Membrane dan pseudomembran dapat pula akibat luka bakar
kimiawi, terutama luka bakar alkali.
Konjungtivitis ligeneosa adalah bentuk istimewa konjungtivitis membranosa rekuren.
Keadaan ini bilateral, terutama pada anak-anak, lebih banyak pada perempuan, dna mungkin
menyertai temuan sistemik lain, seperti nasofaringitis dan vulvovaginitis.
Granuloma
Fliktenula
Limfadenopati preaurikular
Konjungtivitis Bakteri
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri : akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik.
Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14
hari. Pengobatan dengan salah satu oabta anti bakteri yang tersedia biasanay menyembuhkan
dalam beberapa hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut (purulent) yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitides dapat menimbulakan komplikasi mata berat
bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit palpebral
atau obstruksi ductus nasolacrimalis.(VAUGN)
dan kadang-kadang edema palpebral. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan melalui tangan
menualr ke sebelahnya. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat
menyebarkan kuman (fomit).
Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulent)
(Disebabkan oleh N gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan N meningitides) ditandai oleh eksudat
purulent yang banyak. Konjungtivitis meningokok kadang-kadang terjadi pada anak-anak. Setiap
konjungtivitis berat dengan banyak eksudat harus segera dilakukan pemeriksaan laboratorium
dan segera diobati. Jika ditunda, bisa terjadi kerusakan kornea atau kehilangan mata, atau
konjungtiva dapat menjadi gerbnag masuk N gonorrhoeae atau N meningitides, yang mendahului
sepsis atau meningitis.
Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut
Sering terdapat dalam bentuk epidemic dan disebut mata merah (pinkeye) oleh kebanyakan
orang awam. Penyakit ini ditandai dengan hyperemia konjungtiva akut dan secret mukopurulen
berjumlah sedang. Penyebab paling umum adalah Streptococcus pneumoniae pada iklim sedang
dan Haemophilus aegyptius pada iklim tropis. Penyebab yang kurang umum adalah stafilokokus
dan streptokokus lain. Konjungtivitis yang disebabkan oleh S.pneumoniae dan H aegyptius dapat
disertai perdarahan subkonjungtiva. Konjungtivitis H aegyptius di Brazil diikuti dengan demam
purpura fatal yang ditimbulkan oleh toksin bakteri terkait-plasmid.
Konjungtivitis subakut
Paling sering disebabkan oleh H influenzae, dan terkadang oleh Escherichia coli dan spesies
proteus. Infeksi H Influnzae di tandai dengan eksudat yang tipis, berair, atau berawan.
menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mncegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga
diminta memperhatikan hygiene perorangan secara khusus.
Perjalanan & Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, tanpa diobati, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis
stafilokok (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik) dan
onjungtivitis gonokok (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dpaat menjadi gerbang masuk meningokokus ke dalam darah
dan meninges, septicemia dan meningitis dapat menjadi hasil akhir konjungtivitis meningokokus.
Konjungtivitis bakteri kronik mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah
pengobatan yang menyulitkan.
KONJUNGTIVITIS VIRUS
Keratokonjungtivitis Adenovirus
Kondisi ini bisa dikelompokan menjadi dua berdasarkan penyebabnya.(UGM)
Demam Faringokungtiva
Penyebabnya adlah adenovirus tipe 3 dan 7. Sebnayak 30% kasus akan terjadi keratitis.
Tiga tanda cardinal pada demam faringokonjungtiva adalah demam, faringitis, dan
konjungtivitis. Terdapat limfadenopati preaurikular tanpa rasa nyeri tekan. Lebih sering pada
anak-anak daripada dewasa. (UGM)
Keratokonjungtivitis Epidemika
Penyebabnya adalah adenovirus tipe 8 dan 19. Sebanyak 80% kasus akan terjadi keratitis.
Karakteristik
penyakit
ini
adalah
adanya
limfadenopati
preaurikular
dengan
nyeri
tekan.gambaran klinisnya bersifat akut,dengan hyperemia, nrocos (mata berair terus), rasa tidak
nyaman dan fotofobia. Pada 60% kasus bersifat bilateral dengan edema palpebra, reaksi
folikular, dan terdapat limfadenopati preaurikular. Terdapat gambaran bercak-bercak keputihan
pada kornea. Pada kasus berat terdapat perdarahan pada subkonjungtiva karena eksudat yang
sangat banyak sehingga sel-sel darah merah ikut ekstravasasi, timbul kemosis, dan
pseudomembran. Pengelolaan hingga saat ini tidak memuaskan. Namun demikian perbaikan
spontan bisa terjadi dalam 2 minggu , tergnatung status gizi penderita. Steroid dihindarkan
kecuali inflamasi sangat berat dan infeksi virus herpes simpleks dapat disingkirkan. (UGM)
Konjungtivitis Hemoragik Akut
Penyebabnya enterovirus 70 dari golongan piconarvirus (piko-RNA-virus). Sering
mengenai individu dengan social ekonomi yang rendah, kumuh, dan tidak bisa cuci tangan.
Gambaran klinisnya yaitu : terjadi secara bilateral, sangat nrocos, ada folikel pada palpebral, dan
ada pendarahan subkonjungtiva. Pengelolaannya tidak ada yang efektif dan kondisi ini dapat
sembuh sendiri dalam 7 hari. (UGM)
Konjungtivitis Molluscum Contagiosum
Nodul moluskum di margo palpebralis atau di kulit palpebral dan alis, bisa menyebabkan
konjungtivitis folikular kronis unilateral, keratitis superior dn mikropannus superior (infiltrasi
pembuluh darah ke lapisan superfisial kornea, bisa meluas sampai ke pupil sehingga
mengganggu penglihatan). Nodul ini harus diangkat untuk menyembuhkan konjungtivitisnya.
(UGM)
KONJUNGTIVITIS KLAMIDIA
Trakoma
Trakoma adalah salah satu penyakit tertua yang diketahui. Peyakit ini dikenal sebagai trikiasis
sejak abad ke-27 SM dan mengenai semua ras. Dengan 400 juta penduduk dunia yang terkena,
penyakit ini menjadi salah satu oenyakit kronik yan paling banyak dijumpai. Prevalensi dan berat
penyakit yang beragam per regional dapat dijelaskan dengan dasar variasi higine perorangan dan
standar kehidupan masyarakat dunia, kondisi iklim tempat tinggal, usia saat terkena, serta
frekuensi dan jenis infeksi mata bacterial yang sudah ada. Trakoma yang mebutakan terdapat
pada banyak daerah diafrika, beberapa daerah di Asia, di anatara suku aborigin Australia, dan di
Brazil utara. Masyarakat dengan trakoma yang lebih ringan dan tidak membutakan terdapat di
daerah-daerah yang sma, dan di beberapa daerah Amerika Latin serta Kepulauan Pasifik.
Trakoma umumnya bilateral. Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung atau benda
pencemar, umumnya dari anggota keluarga yang lain (saudara, orangtua), yang juga harus
diperiksa. Vector serangga, khususnya lalat, dapat berperan dalam transmisi. Bentuk akut
penyakit ini lebih infeksius daripada bentuk sikatriksnya; makin besar inokulumnya, makin berat
penyakitnya. Penyebaran sering dihubungkan dengan epidemic konjungtivitis bacterial dan
musim kemarau di negara tropis dan subtropics.
Temuan
Tanda dan Gejala
Trakoma mulanya adalah suatu konjungtivitis folikular kronik pada masa kanak-kanak, yang
berkembang hingga terbentuknya parut konjungtiva. Pada kasus berat, pembalikan bulu mata ke
dalam terjadi pada masa deawasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Abrasi
terus-menerus oleh bulu mata yang membalik dan defek film air mata menyebabkan parut
kornea, umumnya setelah usia 30 tahun.
Masa inkubasi trakoma rata-rata 7 hari, tetapi bervariasi dari 5 sampai 14 hari. Pada bayi
atau anak, biasanya timbul diam-diam dan penyakit itu dapat sembuh dengan sedikit atau tanpa
komplikasi. Pada orang dewasa, timbulnya sering akut atau subakut, dan komplikasi cepat
berkembang. Pada saat timbulnya, trakoma sering menyerupai konjungtivitis bacterial, tanda dan
gejala biasanya terdiri atas berair mata, fotofobia, nyeri, eksudasi, edema palpebral, kemosis
konjungtivitis bulbaris, hyperemia, hipertrofi papilar, folikel tarsal dan limbal, keratitis superior,
pembentukan pannus, dan sebuah nodus preaurikular kecil yang nyeri tekan.
Pada trakoma yang sudah terdiagnosis, mungkin juga terdapat keratitis epitel superior,
keratitis subepitel, pannus, folikel limbus superior, dan akhirnya sikatriks patognomonik sisa
folikel-folikel ini, yang dikenal sebagai sumur-sumur Herbert depresi kecil pada jaringan ikat
di batas limbus-kornea yang ditutupi epitel. Pannus yang di maksud adalah membrane
fibrovaskular yang muncul dari limbus, dengan lengkung-lengkung vascular yang meluas ke atas
kornea. Semua tanda trakoma lebih berat pada konjungtiva dan kornea bagian atas daripada
bagian bawah.
Untuk memastikan trakoma endemic di sebuah keluarga atau masyarakat, sejumlah anak
harus menunjukan sekurang-kurangnya dua tanda berikut:
1.
2.
3.
4.
Lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal rata yang melapisi palpebral superior.
Parut konjungtiva yang khas di konjungtiva tarsal superior.
Folikel limbus atau sekuelenya (sumur Herbert).
Perluasan pembuluh darah ke atas kornea, paling jelas di limbus atas.