Anda di halaman 1dari 13

KONJUNGTIVITIS

Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata paling umum di dunia. Penyakit ini
bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan
banyak secret purulent kental. Penyebab umumnya eksogen, tetapi bias endogen.

Konjungtivitis Karena Agen Infeksi


Jenis konjungtivitis dan berbagai penyebab yang paling sering dijumpai diringkas dalam Tabel 51 dan 5-2.
Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan factor-faktor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, komponen akueosa mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris, dan aktivitas pompa palpebral membilas air mata ke ductus air mata secara
konstan; air mata mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibody (IgG dan
IgA).
Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah

Streptococcus

pneumoniae, Neisseria influenza, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis, sebagian besar


strain adenovirus manusia, virus herper sipleks tipe 1 dan 2. Dan dua piconarvirus. Dua agen
yang ditularkan secara seksual dan dapat dapat menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamydia
trachomatis dan Nesisseria gonorrhoeae.
Sitologi Konjungtivitis
Cedera epitel konjungtiva oleh agen perusak dapat diikuti oleh edema epitel, kematian sel
dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau pembentukan granuloma. Selain itu, mungkin juga terjadi
edema stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan
folikel). Dapat ditemukan sel-sel radang termasuk neutrophil, eosinophil, basophil, limfodit, dan
sel plasma, yang sering kali menunjukan sifat agen perusaknya. Sel-sel radang bermigrasi dari
stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan fibrin

dan mucus dari sel-sel goblet untuk membentuk eksudat konjungtiva, yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebral (terutama di pagi hari).
Sel-sel radang terlihat dalam eksudat atau kerokan yang diambil dengan spatula platina
steril dari permukaan konjungtiva yang telah dianestesi. Bahan itu dipulas dengan pulasan Gram
(untuk mengidentivikasi organinisme bakteri) dan dengan pulasan Giemsa (untuk menetapkan
jenis dan morfologi sel). Banyak leukosit polimorfonuklear adalah ciri khas konjungtivitis
bakteri. Secara umum, sel mononuclear dalam jumlah banyak khususnya limfosit khas untuk
konjungtivitis

virus.

Jika

ditemukan

pseudomembran

atau

membrane

sejati

(mis,

keratokonjungtivitis epidemika atau konjungtivitis virus herper simpleks), neutrophil akan


menjadi sel terbnayak karena adanya nekrosisi yang menyertai. Pada konjungtivitid klamidia,
jumlah neutrophil dan limfosit biasanya setara.
Pada konjungtivitis alergika, eosinophil dan basophil sering ditemukan dalam biopsy
konjungtiva; eosinophil atau granl eosinofilik biasanya ditemukan pad akeratokonjungtivitis
vernal (musim semi). Sejumlah besar protein yang disekresikan eosinophil (mis, protein kation
eosinophil) dapat ditemukan dalam air mata pasien konjungtivitis vernal, ataopik, tau akergika.
Eosinophil dan basophil terdpat pada konjungtivitis alergika, dan sebaran granul eosinofilik dan
eosinophil terdapat dalam keratokonjungtivitis vernal. Pada semua jenis konjungtivitis terdapat
sel-sel plasma dalam stroma konjungtiva. Mereka tidak bermigrasi melalui epitel sehingga tidak
tampak dalam hapusan eksudat atau kerokan permukaan konjungtiva, kecuali epitelnya telah
nekrotik, seperti pada trakoma; dalam hal ini, pecahnya sebuah folikel memungkinkan sel-sel
limfoblastik besar dan berwarna pucat (sel pusat-germinal) pada kerokan merupakan indikasi
kuat trakoma.
Gejala Konjuntivitis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensai benda asing yaitu sensasi tergores atau terbakar,
sensai penuh di sekeliling mata, gatal, dan fotofobia.
(BIKIN TABEL)

Sensai benda asing dan sensai tergores atau terbakar sering dihubungkan dengan edema
dan hipertrofi papilla yang biasanya menyertai hipertrofi konjungtiva. Jika ada rasa sakit, kornea
agaknya juga terkena.

Tanda-Tanda Konjungtivitis (TABEL)


Tanda-tanda penting konjungtivitis adalah hyperemia, mata berair, eksudasi, pseudoptosis,
hipertropi papilar, kemosis, folikel, pseudomembran dan membrane, granuloma dan adenopati
pre-aurikular.
Hiperemia adalah tanda klinis konjungtivitis akut yang paling menyolok. Kemerahan
paling jelas di forniks dan makin berkurang kearah limbus karena dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior. (Dilatasi perilimbus atau hyperemia siliaris mengesankan adanya radang
kornea atau struktur yang lebih dalam). Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri,
dan tampilan putih susu mengesankan konjungtivitis alergika. Hyperemia tanpa infiltrasi sel
mengesankan iritasi oleh penyebab fisik seperti angina, matahari, asap, dll, tetapi sesekali bisa
muncul pada penyakit yang berhubungan dengan ketidak stabilan vascular (mis, acne rosacea).
Mata berair (epifora) sering kali menyolok pada konjungtivitis. Sekresi air mata
diakibatkan oleh adanya sensai benda asing, sensasi terbakar atau tergores, atau oleh rasa
gatalnya. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan
menambah jumlah air mata tersebut. Kurangnya sekresi air mata yang abnormal mengesankan
keratokonjungtivitis sika.
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudatnya berlapis-lapis dan
amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjuntivitis alergika. Pada hampir semua
jenis konjungtivitis, didapatkan banyak kotoran mata dipalpebra saat bangun tidur, jika eksudat
sangat banyak dan palpebranya saling melengket, agaknya konungtivitis disebabkan oleh bakteri
atau klamidia.
Pseudoptosis adalah terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di otot Muller.
Keadaan

ini

jumpai

pada

keratokonjungtivitis epidemika.

beberapa

jenis

konjungtivitis

berat,

mis,

trakoma

dan

Hipertrofi papilar

adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang terjadi karena

konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika
berkas pembuluh yang membentuk substansi papilla (bersama untur sel dan eksudat) mencapai
membrane basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papilla mirip jeruju paying.
Eksudat radang mengumpul di antara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan
konjungtiva. Pada penyakit-penyakit nekrotik (mis, trakoma) eksudat dapat digantikan oleh
jaringan granulasi atau jaringan ikat.
Bila papilanya kecil, tampilan konjungtiva umumnya licin, seperti beludru. Konjungtiva
dengan papilla merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia (misa, konjungtiva tarsal
merah mirip beludru adalah khas pada trakoma akut). Pada keratokonjungtivitis vernal, papilla
ini disebut juga papilla cobblestone karena tampilannya yang rapat; papilla raksasa beratap
rata, polygonal, dan berwarna putih sus-kemerahan. Di tarsus superior, papilla macam ini
mengesankan keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis papilar raksasa dengan sensitivitas
terhadap lensa kontak; di tarsus inferior, mengesankan keratokonjungtivitis atopic. Papilla
raksasan dapat pula timbul di limbus, terutama di daerah yang biasanya terpajan saat mata
terbuka (antara pukul 2 dan 4 dan antara pukul 8 dan 10). Di sini papila tampak berupa tonjolantonjolan gelatinosa yang dapat meluas sampai ke kornea. Papilla limbus khas untuk
keratokonjungtivitis atopic.
Kemosis konjungtiva sangat mengarah pada konjungtivitis alergika, tetapi dapat timbul
pada konjungtivitis genokok atau mengokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenoviral.
Kemosis konjungtiva bubaris ter lihat pada pasien trikinosis. Sesekali, kemosis tampak sebelum
terlihatnya infiltrate atau eksudat.
Folikel tampak pada sebagian besar kasus konjungtivitis virus, semua kasus
konjungtivitis klamidia, kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, beberapa kasus konjungtivitis
toksik yang diinduksi oleh pengobatan topical, seperti idoxuridine,dipivefrin, dan miotik.
Folikel-folikel di forniks inferior dan tepi tarsus empunyai sedikit nilai diagnostic, tetapi jika
terdapat pada tarsus (terutama tarsus inferior), harus dicurigai adanya konjungtivitis klamidia,
viral, atau toksis (pascamedikasi topical). Folikel merupakan suatu hyperplasia limfoid local di
dalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Secara
klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avascular. Pada

pemeriksaan slitlamp, tampak pembuluh pembulah kecil yang muncul pada folikel dan
menhitarinya.
Pseudomembran dan membrane adalah hasil hasil dari proses eksudatif dan hanya
berbeda derajatnya. Pseudomembran adalah suatu pengentalan (koagulum) di atas permukaan
epitel, yang bila diangkat, epitelya tetap utuh. Membrane adalah pengentalan yang meliputi
seluruh epitel, yang jika diangkat, meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.
Pseudomembran atau membrane dapat menyertai keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis
virus herpes simpleks primer, konjungtivitis streptokok, difteria, pemfigoid sikartikal dan
erythema multiforme mayor. Membrane dan pseudomembran dapat pula akibat luka bakar
kimiawi, terutama luka bakar alkali.
Konjungtivitis ligeneosa adalah bentuk istimewa konjungtivitis membranosa rekuren.
Keadaan ini bilateral, terutama pada anak-anak, lebih banyak pada perempuan, dna mungkin
menyertai temuan sistemik lain, seperti nasofaringitis dan vulvovaginitis.
Granuloma
Fliktenula
Limfadenopati preaurikular

Konjungtivitis Bakteri
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri : akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik.
Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14
hari. Pengobatan dengan salah satu oabta anti bakteri yang tersedia biasanay menyembuhkan
dalam beberapa hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut (purulent) yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitides dapat menimbulakan komplikasi mata berat
bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit palpebral
atau obstruksi ductus nasolacrimalis.(VAUGN)

Konjungtivitis Bakterial Sederhana


Penyebab anatara lain Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus, dan Streptococcus
pneumoniae. Gambaran klinis terjadinya akut, terdapat hyperemia, sensai benda asing, sensasi
terbakar, dan secret mukopurolen. Fotofobia muncul bila kornea terlibat.saat bangun tidur mata
terasa lengket,kejadiannya bilateral walaupun keduanya tidak terinfeksi bersamaan. Visus tidak
terganggu pad konjungtivitis. Terapi antibiotic awal biasanya menggunakan tetes mata
kloramfenikol (0,5-1 %) 6 kali sehari minimal diberikan selama 3 hari, atau dapat juga diberikan
tetes mata antibiotic berspektrum luas 6 kali sehari. (UGM)
Keratokonjungtivitis Gonokokus pada orang Dewasa
Penyebabnya Neisseria gonorrhoeae. Bakteri gonore lebih sering ditemukandi mukosa genital.
Gambaran klinis : secret purulent berlimpah, kemosis (konjungtiva sangat oedem) mata menutup
dan terlihat membengkak.bisa terdapat pseudomembran dan limfadenopati preaurikular. Dapat
terjadi keratis akibat penumpukan sel-sel polimorfonulkear, dan kalua sudah nekrosis akan
terbentuk ulkus, kemudian perforasi. Iris bis ahanyut keluar,diikuti dengan turunnya tekanan
intraokuler sehingga bola mata kempis. Kemudian bis aterjadi edoftalmitis(vitreus dan aquous
menjadi nanah), dan akhirnya buta. (UGM)
Pengelolaannya tergantung kondisi klinis. Perawatan inap diperluakn ntuk memudahkan
pengawasan secara ketat. Kultur harus dilakukan untuk uji sensitivitas antibiotika. Irigasi harus
dikerjakan secara hati-hati , terutama sewaktu akan membuka mata pasien, karena secret yang
sangat banyak tersebut bisa menciprat. Oleh karenanya dokter yang akan membuka mata pasien,
karena secret yang sanat banyak tersebut bisa menciprat. Oleh karenanya dokter yang akan
melakukan tindakan ini disarankan memakai kacamata khusus (google). Pemberian antibiotic
biasanya d lakukan berdasarkan hasil kultur. (UGM)
Temuan Klinis
Tanda dan Gejala
Organisme yang tercantum dalam TABEL. adalah penyebab sebagian besar konjungtivitis
bakteri. Umumnya konjungtivitis ini bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan pelebaran pembuluh
darah (injeksi) bilateral, eksudat purulent dengan palpebral saling melengket saat bangun tidur

dan kadang-kadang edema palpebral. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan melalui tangan
menualr ke sebelahnya. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat
menyebarkan kuman (fomit).
Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulent)
(Disebabkan oleh N gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan N meningitides) ditandai oleh eksudat
purulent yang banyak. Konjungtivitis meningokok kadang-kadang terjadi pada anak-anak. Setiap
konjungtivitis berat dengan banyak eksudat harus segera dilakukan pemeriksaan laboratorium
dan segera diobati. Jika ditunda, bisa terjadi kerusakan kornea atau kehilangan mata, atau
konjungtiva dapat menjadi gerbnag masuk N gonorrhoeae atau N meningitides, yang mendahului
sepsis atau meningitis.
Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut
Sering terdapat dalam bentuk epidemic dan disebut mata merah (pinkeye) oleh kebanyakan
orang awam. Penyakit ini ditandai dengan hyperemia konjungtiva akut dan secret mukopurulen
berjumlah sedang. Penyebab paling umum adalah Streptococcus pneumoniae pada iklim sedang
dan Haemophilus aegyptius pada iklim tropis. Penyebab yang kurang umum adalah stafilokokus
dan streptokokus lain. Konjungtivitis yang disebabkan oleh S.pneumoniae dan H aegyptius dapat
disertai perdarahan subkonjungtiva. Konjungtivitis H aegyptius di Brazil diikuti dengan demam
purpura fatal yang ditimbulkan oleh toksin bakteri terkait-plasmid.
Konjungtivitis subakut
Paling sering disebabkan oleh H influenzae, dan terkadang oleh Escherichia coli dan spesies
proteus. Infeksi H Influnzae di tandai dengan eksudat yang tipis, berair, atau berawan.

Konjungtivitis bakteri kronik


Terjadi pad apasien dengan obstruksi ductus nasolacrimalis dan dakriosistitis kronik, yang
biasanya unilateral. Infeksi ini juga bisa menyertai blefaritis bacterial kronik atau disfungsi
kelenjar meibom. Pasien dengan sindrom palpebral-lunglai (floppylid syndrome) atau ektropion
dapat terkena konjungtivitis bacterial sekunder. Konjungtivitis bakteri dapat disebabkan oleh

Corynebacterium diphtheria dan Streptococcus pyogenes walaupun jarang. Pseudomembran atau


memberan yang dihasilkan oleh organisme ini dapat terbentuk pad akonjungtiva palpebralis.
Kasus-kasus konjungtivitis kronik yang jarang, proteus, dll. Sulit dibedakan secara klinis.
Temuan Laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitisbakteri, organisme penyebabnya dapat diidentifikasi
dengan pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungiv yang dipulas dengan pulasan Gram atau
Giemsa; pemeriksaan ini menampilkan banyak neutrophil polimorfonuklear. Kerokan
konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untk semua kasus dan
diharuskan jika penyakitnya purulent, bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas
antibiotic jga diperlukan, tetapi terapi antibiotic empirirs harus dimulai. Bila hasil uji sensitivitas
antibiotic sudah di dapatkan, terapi dengan antibiotic spesifik dapat diberikan.
Komplikasi dan Sekuele
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis stafilokok, kecuali pada pasien sangat
muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat mengikuti konjungtivitis
pseudomembran dan membranosa, dan pada kasus tertentu diikuti oleh ulserasi kornea dan
perforasi. Ulserasi kornea marginal dpaat terjadi pada infeksi N kochii, N meningitidis, H
aegytius, S aureus, dan catarhalis; jika produk toksis N gonorrhoeae berdifusi melalui kornea
masuk ke bilik mata depan, dapat timbul iritis toksis.
Terapi
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Sambil
menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi dengan antimikroba topical spectrum
luas (mis, polymyxin-trimethoprim). Pada setiap konjungtivitis purulent yang pulasan Gram-nya
menunjukan diplokokus gram-negatif, sugestif Neisseria, harus segera dimulai terapi topical dan
sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1 g yang diberikan dosis tunggal per
intramuscular biasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan
ceftriaxone parenteral, 1-2 g per hari selama 5 hari. Pada konjungtivitis purulent dan
mukopurulen, saccus conjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline agar dapat

menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mncegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga
diminta memperhatikan hygiene perorangan secara khusus.
Perjalanan & Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, tanpa diobati, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis
stafilokok (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik) dan
onjungtivitis gonokok (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dpaat menjadi gerbang masuk meningokokus ke dalam darah
dan meninges, septicemia dan meningitis dapat menjadi hasil akhir konjungtivitis meningokokus.
Konjungtivitis bakteri kronik mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah
pengobatan yang menyulitkan.
KONJUNGTIVITIS VIRUS
Keratokonjungtivitis Adenovirus
Kondisi ini bisa dikelompokan menjadi dua berdasarkan penyebabnya.(UGM)
Demam Faringokungtiva
Penyebabnya adlah adenovirus tipe 3 dan 7. Sebnayak 30% kasus akan terjadi keratitis.
Tiga tanda cardinal pada demam faringokonjungtiva adalah demam, faringitis, dan
konjungtivitis. Terdapat limfadenopati preaurikular tanpa rasa nyeri tekan. Lebih sering pada
anak-anak daripada dewasa. (UGM)
Keratokonjungtivitis Epidemika
Penyebabnya adalah adenovirus tipe 8 dan 19. Sebanyak 80% kasus akan terjadi keratitis.
Karakteristik

penyakit

ini

adalah

adanya

limfadenopati

preaurikular

dengan

nyeri

tekan.gambaran klinisnya bersifat akut,dengan hyperemia, nrocos (mata berair terus), rasa tidak
nyaman dan fotofobia. Pada 60% kasus bersifat bilateral dengan edema palpebra, reaksi
folikular, dan terdapat limfadenopati preaurikular. Terdapat gambaran bercak-bercak keputihan
pada kornea. Pada kasus berat terdapat perdarahan pada subkonjungtiva karena eksudat yang
sangat banyak sehingga sel-sel darah merah ikut ekstravasasi, timbul kemosis, dan

pseudomembran. Pengelolaan hingga saat ini tidak memuaskan. Namun demikian perbaikan
spontan bisa terjadi dalam 2 minggu , tergnatung status gizi penderita. Steroid dihindarkan
kecuali inflamasi sangat berat dan infeksi virus herpes simpleks dapat disingkirkan. (UGM)
Konjungtivitis Hemoragik Akut
Penyebabnya enterovirus 70 dari golongan piconarvirus (piko-RNA-virus). Sering
mengenai individu dengan social ekonomi yang rendah, kumuh, dan tidak bisa cuci tangan.
Gambaran klinisnya yaitu : terjadi secara bilateral, sangat nrocos, ada folikel pada palpebral, dan
ada pendarahan subkonjungtiva. Pengelolaannya tidak ada yang efektif dan kondisi ini dapat
sembuh sendiri dalam 7 hari. (UGM)
Konjungtivitis Molluscum Contagiosum
Nodul moluskum di margo palpebralis atau di kulit palpebral dan alis, bisa menyebabkan
konjungtivitis folikular kronis unilateral, keratitis superior dn mikropannus superior (infiltrasi
pembuluh darah ke lapisan superfisial kornea, bisa meluas sampai ke pupil sehingga
mengganggu penglihatan). Nodul ini harus diangkat untuk menyembuhkan konjungtivitisnya.
(UGM)
KONJUNGTIVITIS KLAMIDIA
Trakoma
Trakoma adalah salah satu penyakit tertua yang diketahui. Peyakit ini dikenal sebagai trikiasis
sejak abad ke-27 SM dan mengenai semua ras. Dengan 400 juta penduduk dunia yang terkena,
penyakit ini menjadi salah satu oenyakit kronik yan paling banyak dijumpai. Prevalensi dan berat
penyakit yang beragam per regional dapat dijelaskan dengan dasar variasi higine perorangan dan
standar kehidupan masyarakat dunia, kondisi iklim tempat tinggal, usia saat terkena, serta
frekuensi dan jenis infeksi mata bacterial yang sudah ada. Trakoma yang mebutakan terdapat
pada banyak daerah diafrika, beberapa daerah di Asia, di anatara suku aborigin Australia, dan di
Brazil utara. Masyarakat dengan trakoma yang lebih ringan dan tidak membutakan terdapat di
daerah-daerah yang sma, dan di beberapa daerah Amerika Latin serta Kepulauan Pasifik.

Trakoma umumnya bilateral. Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung atau benda
pencemar, umumnya dari anggota keluarga yang lain (saudara, orangtua), yang juga harus
diperiksa. Vector serangga, khususnya lalat, dapat berperan dalam transmisi. Bentuk akut
penyakit ini lebih infeksius daripada bentuk sikatriksnya; makin besar inokulumnya, makin berat
penyakitnya. Penyebaran sering dihubungkan dengan epidemic konjungtivitis bacterial dan
musim kemarau di negara tropis dan subtropics.
Temuan
Tanda dan Gejala
Trakoma mulanya adalah suatu konjungtivitis folikular kronik pada masa kanak-kanak, yang
berkembang hingga terbentuknya parut konjungtiva. Pada kasus berat, pembalikan bulu mata ke
dalam terjadi pada masa deawasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Abrasi
terus-menerus oleh bulu mata yang membalik dan defek film air mata menyebabkan parut
kornea, umumnya setelah usia 30 tahun.
Masa inkubasi trakoma rata-rata 7 hari, tetapi bervariasi dari 5 sampai 14 hari. Pada bayi
atau anak, biasanya timbul diam-diam dan penyakit itu dapat sembuh dengan sedikit atau tanpa
komplikasi. Pada orang dewasa, timbulnya sering akut atau subakut, dan komplikasi cepat
berkembang. Pada saat timbulnya, trakoma sering menyerupai konjungtivitis bacterial, tanda dan
gejala biasanya terdiri atas berair mata, fotofobia, nyeri, eksudasi, edema palpebral, kemosis
konjungtivitis bulbaris, hyperemia, hipertrofi papilar, folikel tarsal dan limbal, keratitis superior,
pembentukan pannus, dan sebuah nodus preaurikular kecil yang nyeri tekan.
Pada trakoma yang sudah terdiagnosis, mungkin juga terdapat keratitis epitel superior,
keratitis subepitel, pannus, folikel limbus superior, dan akhirnya sikatriks patognomonik sisa
folikel-folikel ini, yang dikenal sebagai sumur-sumur Herbert depresi kecil pada jaringan ikat
di batas limbus-kornea yang ditutupi epitel. Pannus yang di maksud adalah membrane
fibrovaskular yang muncul dari limbus, dengan lengkung-lengkung vascular yang meluas ke atas
kornea. Semua tanda trakoma lebih berat pada konjungtiva dan kornea bagian atas daripada
bagian bawah.

Untuk memastikan trakoma endemic di sebuah keluarga atau masyarakat, sejumlah anak
harus menunjukan sekurang-kurangnya dua tanda berikut:
1.
2.
3.
4.

Lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal rata yang melapisi palpebral superior.
Parut konjungtiva yang khas di konjungtiva tarsal superior.
Folikel limbus atau sekuelenya (sumur Herbert).
Perluasan pembuluh darah ke atas kornea, paling jelas di limbus atas.

Untuk pengendalian, WHO telah mengembangkan cara sederhana untuk menggambarkan


penyakit tersebut. Ini mencakup tanda-tanda berikut:
TF : Lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal superior
TL : Infiltrasi difus dan hipertropfi papilar konjungtiva tarsal superior yang sekurang-kurangya
menutupi 50% pembuluh profunda normal.
TS : Parut konjungtiva trakomatosa
TT : Trikiasis atau entropion (bulu mata terbalik ke dalam).
CO : Kekeruhan kornea
Adanya TF dan TI menunjukan sesuatu trakoma infeksiosa aktif dan harus diobati. TS
adalah bukti kerusakan akibat penyakit ini. TT berpotensi membutakan dan merupakan untuk
tindakan operasi koreksi palpebral. CO adalah lesi trakoma terakhir, yang membutuhkan.
Temuan laboratorium
Inklusi klamidia dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa, tetapi
tidak selalu ada. Pada sediaan pulasan Giemsa, inklusi tampak sebagai masa sitoplasma biru atau
ungu gelap yang sangat halus, yang menutupi inti sel epitel. Pulasan antibody fluorescein dan uji
immunoassay enzim tersedia di pasaran dan banyak dipakai di laboratorium klinis. Uji baru ini
dan uji-uji baru lainnya, termasuk polymerase chain reaction (PCR), telah menggantikan sediaan
hapus konjungtiva dengan pulasan Giemsa dan isolasi agen klamidial dalam biakan sel.
Secara morfologis, agen trakoma mirip dengan agen konjungtivitis inklusi, tetapi
keduanya dapat dibedakan secara serologis dengan mikroimunofluoresens. Trakoma disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis serotipe A,B,Ba, atau C.

Anda mungkin juga menyukai