Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS

Diagnosis Demam Rematik pada Anak: Update


Felicia Dewi, Pamela
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Demam rematik adalah penyakit non-supuratif setelah terinfeksi streptokokus beta hemolitik grup A. Gejala demam rematik muncul jika terjadi
respons autoimun tubuh yang disebabkan oleh kemiripan antigen streptokokus dengan sel tubuh. Revisi American Heart Association (AHA) tahun
2015 berisi pembagian kriteria mayor dan minor berdasarkan populasi berisiko rendah dan sedang-tinggi, serta pentingnya ekokardiografi pada
karditis subklinis. Revisi kriteria Jones bertujuan mempertajam diagnosis untuk tatalaksana yang lebih cepat dan akurat.

Kata kunci: Demam rematik, infeksi streptokokus, kriteria Jones

ABSTRACT
Rheumatic fever is a non-suppurative disease caused by Group A beta-hemolytic streptococcal (GAS) infection. Symptoms arose from an
autoimmune response inflicted by streptococcal antigen molecular mimicry with host cell. American Heart Association (AHA) revision in 2015
contained mayor and minor criteria classification based on low, medium, and high-risk population, with the importance of echocardiography
in subclinical carditis. The Jones Criteria revision aimed to improving diagnosis as an approach for early and accurate treatment. Felicia Dewi,
Pamela. Diagnosis of Rheumatic Fever in Children: Update

Keywords: Jones criteria, rheumatic fever, streptococcal infection

PENDAHULUAN adalah keadaan sosioekonomi, kepadatan biasa terjadi di lingkungan padat. Organisme
Demam rematik adalah penyakit sistemik penduduk, dan malnutrisi.2 Infeksi faringitis ini menempel pada sel epitel saluran
yang disebabkan infeksi streptokokus beta oleh streptokokus grup A ini paling sering napas atas dan menghasilkan enzim yang
hemolitikus grup A (GAS) pada faring. Infeksi ditemukan pada anak-anak. Setelah infeksi memungkinkan invasi ke sel manusia. Setelah
streptokokus ini terutama terjadi pada anak dan faringitis, risiko tercetusnya demam rematik terinfeksi, reaksi host tubuh adalah inflamasi
dewasa muda. Demam rematik sebenarnya akut sebesar 0,3-3% dan dipengaruhi oleh akut yang menyebabkan gejala supuratif
disebabkan oleh respons autoimun yang faktor genetik. Demam rematik terutama seperti faringitis, impetigo, selulitis, miositis,
ditentukan oleh faktor predisposisi genetik pada anak-anak ditemukan pada usia 5-15 pneumonia. Faringitis yang disebabkan oleh
penderita; respons autoimun ini terjadi tahun, jarang pada anak di bawah 3 tahun. streptokokus grup A memiliki peranan pada
karena antigen streptokokus menyerupai sel Setidaknya terdapat satu episode serangan terjadinya demam rematik dan penyakit
manusia, salah satunya katup jantung, yang faringitis pada anak setiap tahunnya, 5-20% jantung rematik.
kemudian dapat menyebabkan komplikasi serangan disebabkan oleh streptokokus
penyakit jantung rematik.1,2 beta hemolitik grup A (GAS). Komplikasi PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS2,3
terberat demam rematik bila mengenai organ Demam rematik akut adalah sekuel non-
EPIDEMIOLOGI jantung. Komplikasi jantung terjadi pada 30- supuratif setelah infeksi faringitis oleh
Kejadian demam rematik telah menurun pada 70% serangan demam rematik pertama dan GAS. Mekanisme ini terjadi karena respons
beberapa dekade terakhir, namun di negara 73-90% seluruh serangan. Penyakit jantung autoimun disebabkan oleh kemiripan
berkembang penyakit ini masih menjadi rematik disebabkan oleh kerusakan katup molekular sel normal tubuh manusia
masalah kesehatan masyarakat. Pada tahun jantung, yaitu katup mitral (65-70%) dan katup dengan antigen streptokokus.2,3 Faktor
1994 terdapat 12 juta kasus demam rematik aorta (25%).2-4 predisposisi demam rematik bergantung
dan penyakit jantung rematik.2 Diperkirakan kepada histokompatibilitas antigen, potensi
terdapat 282.000 kasus baru dan 33.000 ETIOLOGI DAN CARA PENULARAN antigen jaringan spesifik, dan antibodi yang
kematian setiap tahun.3 Insidens terendah Penyebab demam rematik adalah terbentuk segera setelah infeksi streptokokus.2
sebesar 0,5-3/100.000 per tahun di Amerika streptokokus beta hemolitik grup A (GAS),2 Tercetusnya demam rematik dipengaruhi oleh
dan Eropa Barat, namun masih dilaporkan bakteri kokus gram positif yang biasa berkoloni gen kontrol respons imun yang dihubungkan
beberapa outbreak.4 Beberapa faktor di kulit dan orofaring. Penularan organisme ini dengan HLA-DR7.3 Molekul HLA memproses
yang mempengaruhi penyebaran infeksi melalui sekresi saluran pernapasan atas yang antigen di sel tubuh dan mempresentasikan
Alamat Korespondensi email: Felicia_dewi@hotmail.com

CDK-280/ vol. 46 no. 11 th. 2019 687


ANALISIS

ke permukaan sel. Pada reaksi autoimun, sel sel B yang menghasilkan antibodi autoreaktif.2 - perikardium, epikardium, miokardium,
T mengenali antigen sel manusia sebagai dan endokardium (pankarditis). Lapisan
antigen streptokokus dan juga mengaktifkan MANIFESTASI KLINIS5,6 endokardium katup yang sering terkena
sel B yang memproduksi antibodi.2 Pada umumnya, manifestasi klinis demam (valvulitis), terutama katup mitral dan aorta,
rematik pada anak terjadi beberapa minggu yang ditandai dengan adanya murmur pada
Streptokokus menginvasi sel epitel manusia setelah terinfeksi Streptokokus beta katup mitral dan aorta; pada ekokardiografi
dengan difasilitasi oleh protein GRAB (alpha-2 hemolitikus grup A (GAS). Manifestasi klinis dapat dijumpai regurgitasi mitral dan aorta.
macroglobulin-binding protein) dan sfb1 bervariasi dan secara garis besar dibagi Dampak kerusakan katup bersifat progresif
(streptococcal fibronectin-binging portein 1).2 menjadi gejala mayor dan gejala minor (Tabel dan kronis sehingga dapat berakibat gagal
Selain itu, terdapat strepococcal C5a peptidase 1). jantung.
(SCPA) yang mengaktivasi kemotaksin
C5a sehingga memberikan kemampuan Artritis Sydenham Chorea
menempel pada jaringan.2 Protein M Artritis dialami 35-36% pasien, biasanya Sydenham chorea adalah kelainan neurologis
merupakan komponen streptokokus yang muncul sebagai gejala pertama dalam 21 berupa gerakan involunter ireguler,
bersifat antigenik, menyerupai antigen sel hari setelah terinfeksi GAS. Gejala ini lebih nonstereotipik, disertai kelemahan otot
pada beberapa organ tubuh manusia. Protein sering dan lebih berat pada usia remaja dan muskuler, dan gangguan emosional. Gejala
M memiliki 120 serotipe yang menentukan dewasa muda daripada anak-anak. Nyeri sendi chorea sering unilateral, intermiten, dan
tingkat virulensi streptokokus, serta memiliki lebih sering daripada bengkak sendi, dapat berhenti selama pasien tidur. Chorea dialami
kemampuan menginvasi dan melawan menghambat pergerakan pasien. Sendi-sendi 10-30% pasien, lebih sering pada anak
fagositosis sistem imun. Seseorang dapat besar yang sering diserang adalah sendi lutut, perempuan. Gejala chorea muncul paling
terinfeksi Streptokokus lebih dari sekali, namun siku, pergelangan kaki, dan pergelangan akhir dibandingkan gejala klinis lainnya;
kasus re-infeksi protein M dengan serotipe tangan. Pada umumnya radang dan nyeri biasanya 1-8 bulan setelah terinfeksi GAS;
sama jarang karena telah terbentuknya bersifat asimetris dan bermigrasi, pertama kali sembuh sepenuhnya setelah 6 minggu
antibodi anti-M homologus pada setiap menyerang sendi lutut. Artritis dapat sembuh sampai 6 bulan, jarang rekuren. Kelemahan
infeksi.2 Selain itu, terdapat superantigen yang sendiri tanpa terapi dalam 4 minggu dan tidak otot muskuler biasanya diperiksa dengan
merupakan grup glikoprotein yang disintesis mengakibatkan deformitas sendi. meminta pasien meremas tangan pemeriksa.
oleh bakteri yang berperan dalam terikatnya
kompleks histokompatibilitas mayor kepada Karditis Eritema Marginatum
reseptor sel T limfosit. Sel T ini akan teraktivasi Manifestasi karditis paling sering terjadi, pada Eritema marginatum tampak sebagai lesi
lalu melepaskan sitokin dan akan menjadi sekitar 50-70% pasien; biasanya muncul 3 nonpruritik merah muda di tubuh dan
autoreaktif terhadap stimulasi superantigen.2 minggu setelah terinfeksi GAS. Pada umumnya ekstremitas, namun tidak di wajah. Lesi
Aktivasi superantigen juga dapat terjadi pada karditis mengenai seluruh lapisan jantung bersifat sentrifugal, tampak batas tegas di
bagian luar lesi dengan gambaran difus di
bagian dalam lesi. Lesi tampak lebih jelas
Tabel 1. Kriteria diagnosis demam rematik akut (Revisi kriteria Jones tahun 1992)7
saat pasien mandi atau berendam air hangat.
Kriteria Mayor Kriteria Minor Eritema marginatum mengenai <6% pasien
„„ Karditis dan valvulitis „„ Demam dan pada beberapa kasus dapat kambuh
„„ Poliartritis migrans, terutama mengenai sendi-sendi „„ Artralgia
besar „„ Adanya peningkatan reaktan fase akut seperti leukositosis
meskipun gejala lain sudah hilang. Eritema
„„ Nodul subkutan atau C-reactive protein marginatum jarang muncul sendiri tanpa
„„ Keterlibatan sistem saraf pusat seperti chorea „„ PR interval memanjang pada elektrokardiogram disertai manifestasi lain.
„„ Eritema marginatum

Tabel 2. Kriteria diagnosis demam rematik akut revisi kriteria Jones tahun 20158 Nodul Subkutan
KRITERIA MAYOR
Nodul subkutan ditandai dengan lesi berbatas
Populasi Risiko Rendah Populasi Risiko Sedang-Tinggi tegas berukuran 0,5-2 cm, padat, tidak nyeri.
Karditis (klinis atau subklinis) Karditis (klinis atau subklinis) Nodul subkutan biasanya muncul simetris
Hanya poliatritis Poliartritis atau monoartritis, poliatralgia pada siku, pergelangan tangan, lutut,
Chorea Chorea pergelangan kaki, dan dekat tendon. Timbul
Eritema marginatum Eritema marginatum pada 0-10% pasien setelah 1-2 minggu onset
Nodul subkutan Nodul subkutan penyakit. Nodul ini bertahan kurang lebih 2-4
KRITERIA MINOR
minggu.
Populasi Risiko Rendah Populasi Risiko Sedang-Tinggi
Demam ≥ 38,5oC Demam ≥ 38,5oC
DIAGNOSIS
Poliartralgia Monoartralgia
LED ≥60 mm per-jam dan/atau CRP ≥3,0 mg/dL LED ≥30 mm per-jam dan/atau CRP ≥3,0 mg/dL
Demam rematik akut ditandai dengan infeksi
Interval PR memanjang (durasi interval sesuai usia, kecuali Interval PR memanjang GAS sebelumnya, diikuti gejala di atas. Kriteria
terdapat karditis) (durasi interval sesuai usia, kecuali terdapat karditis) Jones diperkenalkan pada tahun 1944 sebagai
Keterangan: LED−laju endap darah; CRP − C-reaktif protein
pedoman klinis diagnosis demam rematik.6

688 CDK-280/ vol. 46 no. 11 th. 2019


ANALISIS

American Heart Association/AHA (1992) mendiagnosis dan memantau perubahan dan diet yang sesuai untuk gagal jantung.8,11
melakukan revisi pertama kriteria Jones.6,7 katup jantung, terutama pada kasus karditis
Berdasarkan revisi kriteria Jones tahun 1992, subklinis.7 Pada penelitian Mahfouz, et al, Terapi Anti-streptokokus
diagnosis demam rematik ditegakkan jika didapatkan bahwa skrining ekokardiografi anak Profilaksis primer bertujuan untuk
ditemukan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria tanpa gejala karditis, ternyata menemukan mengeradikasi bakteri streptokokus pada
mayor + 2 kriteria minor, ditambah bukti gangguan disinkronisasi sistolik ventrikel kiri.7 faringitis. Obat yang dapat diberikan antara
infeksi GAS yang positif di tenggorokan dan Oleh karena itu, ekokardiografi dianjurkan lain; phenoxymethylpenicillin (Penicilline V)
peningkatan titer antibodi streptokokus.7 pada skrining awal pasien karditis subklinik. Di oral dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi 4
samping itu, ekokardiografi berperan sebagai kali sehari atau amoxicillin 50 mg/kgBB/hari
Pada revisi kriteria Jones terbaru tahun 2015, alat diagnostik dan memantau kerusakan dibagi 3 kali sehari selama 10 hari. Selain itu,
manifestasi klinis diklasifikasikan tidak hanya katup serta sekuel kelainan katup yang dapat dapat juga diberikan benzathine penicillin G
berdasarkan gejala mayor dan minor saja, menentukan prognosis.7 Ekokardiografi telah intramuskuler (IM) dengan dosis 1.200.000
namun juga berdasarkan populasi risiko disarankan sebagai alat skrining oleh WHO U pada anak dengan berat badan >20 kg;
rendah atau populasi risiko sedang-tinggi.7,8 pada tahun 2004 di negara-negara dengan 600,000 U pada anak dengan berat badan
Populasi risiko rendah yakni populasi dengan prevalensi tinggi. Modalitas alat pemeriksaan <20 kg.8 Bila alergi terhadap golongan
prevalensi ≤ 1 per 1000 populasi per tahun ini ditambahkan pada kriteria Jones terbaru penicillin, digunakan golongan sefalosporin
pada seluruh usia, atau ≤ 2 per 100.000 anak karena saat ini ekokardiografi sudah lebih luas seperti sefadroksil, sefaleksin. Obat golongan
usia sekolah.1 Pada seluruh populasi, diagnosis digunakan.6,7 makrolida seperti eritromisin, klaritromisin,
demam rematik pertama ditegakkan bila dan azitromisin juga dapat diberikan bila
ditemukan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria PEMERIKSAAN PENUNJANG pasien memiliki riwayat alergi terhadap obat
mayor + 2 kriteria minor. Pada pasien Untuk diagnosis dan evaluasi penyakit golongan beta-laktam. Golongan tetrasiklin,
yang mengalami kekambuhan, diagnosis demam rematik, diperlukan juga pemeriksaan suflonamid, ataupun kloramfenikol sebaiknya
ditegakkan bila ditemukan 2 kriteria mayor penunjang seperti pemeriksaan laboratorium tidak digunakan mengingat efek samping,
atau 1 mayor + 2 minor atau 3 minor.6-8 dan pemeriksaan fungsi jantung. resistensi, dan toksisitas obat yang tinggi.7,8,12

Penurunan kasus demam rematik secara global Laboratorium6,7,9 Profilaksis sekunder adalah untuk mencegah
menyebabkan berkurangnya pengalaman „„ Pemeriksaan reaktan fase akut: serangan ulangan atau kekambuhan demam
klinis tenaga medis dalam mendiagnosis Pemeriksaan LED dan CRP digunakan rematik dengan pemberian obat anti-
demam rematik;6,7 tujuan revisi kriteria sebagai pendukung diagnosis dan streprokokus jangka panjang. Obat pilihan
diagnosis adalah untuk lebih mempertajam termasuk kriteria minor antara lain phenoxymethylpenicillin, benzathine
kemampuan diagnosis, sehingga gejala „„ Kultur: Didapatkan hasil kultur swab penicillin G, atau golongan makrolida. Lamanya
awal lebih cepat terdeteksi dan pemberian tenggorokan positif pemberian profilaksis sekunder tergantung
tatalaksana lebih akurat. Pada kriteria Jones „„ Tes antibodi: Didapatkan peningkatan keadaan pasien seperti usia, adanya karditis,
revisi terbaru terdapat beberapa perubahan titer antistreptolisin O (ASTO) atau riwayat komplikasi dari kelainan katup, dan
antara lain diperlukannya pemeriksaan antidesoxyribonuclease B. lainnya.7 Pemberian profilaksis sekunder
ekokardiografi pada kriteria mayor, konsep biasanya dimulai 5-10 tahun setelah onset
karditis subklinis dan pembagian golongan Ekokardiografi serangan terakhir demam rematik atau sampai
risiko rendah, sedang-tinggi pada pasien Pemeriksaan ekokardiografi dengan Doppler anak berusia 21 tahun. Pemberian profilaksis
demam rematik. Pembagian kelompok penting sebab pada karditis subklinis pada pasien demam rematik yang mengalami
risiko juga dapat digunakan untuk data regurgitasi mitral atau aorta terkadang tidak karditis direkomendasikan selama 10 tahun
epidemiologi. Selain itu, tujuan kriteria ditemukan hanya dengan pemeriksaan sejak onset serangan terakhir atau sampai
diagnosis lama hanya untuk diagnosis fisik saja (auskultasi).5-7 Pada pemeriksaan berusia 40 tahun.1,7 Obat untuk profilaksis
episode pertama demam rematik; sedangkan ekokardiografi dengan Doppler juga dapat sekunder antara lain benzathine penicillin G IM
pada revisi kriteria Jones terbaru kekambuhan terlihat patologi katup mitral atau aorta.10 Oleh dengan dosis 1.200.000 U pada anak dengan
penyakit dapat didiagnosis menggunakan sebab itu, pemeriksaan ekokardiografi dengan berat badan >20 kg; 600.000 U pada anak
tiga kriteria minor.6,8 Doppler sebaiknya dilakukan pada semua dengan berat badan <20 kg setiap 21 hari
pasien yang dicurigai menderita demam atau penicilline 2 × 250 mg setiap hari.8
Penambahan kriteria poliartralgia atau rematik.7
monoartritis, serta penanda inflamasi dan Terapi Anti-inflamasi
parameter demam membuat kriteria Jones TATALAKSANA Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS)
lebih akurat dan mendeteksi penyakit lebih Tatalaksana demam rematik meliputi tirah dapat membantu mengurangi gejala nyeri
awal. Diagnosis lebih awal diharapkan dapat baring, terapi anti-streptokokus (profilaksis dan peradangan. Gejala artritis memberikan
mengatasi gejala fase akut dan mencegah primer dan sekunder) serta terapi anti- respons baik pada pemberian obat OAINS
gejala sisa penyakit jantung rematik laten. inflamasi dan anti-konvulsi. Pada komplikasi dalam 48 jam.5 Obat golongan OAINS yang
Penerapan ekokardiografi pada kriteria gagal jantung diperlukan obat diuretik aman pada anak antara lain ibuprofen oral
demam rematik sangat bermanfaat untuk (furosemid, spironolakton), kaptopril, digoksin, dengan dosis 30–40 mg/kgBB/hari, naproxen

CDK-280/ vol. 46 no. 11 th. 2019 689


ANALISIS

oral dengan dosis 10–20 mg/kgBB/hari, dan Mengingat potensi efek toksik obat anti- negara berkembang penyakit ini masih
asam asetil salisilat (aspirin) oral dengan konvulsi dan obat sedatif, obat tersebut hanya menjadi salah satu masalah kesehatan
dosis 80–100 mg/kgBB/hari.7,8,11 Selain digunakan bila gejala chorea berpotensi masyarakat. Salah satu komplikasi yang
itu, paracetamol dapat digunakan untuk menyebabkan kecacatan atau membuat paling berat berupa penyakit jantung rematik.
mengurangi nyeri pada artritis.8,11 Obat anti- stres. Obat yang dapat digunakan antara lain Peningkatan diagnosis diperlukan untuk
inflamasi golongan kortikosteroid seperti asam valproat dan karbamazepin.7,8,11 Untuk menemukan kasus lebih awal, sehingga
prednison oral 1–2 mg/kgBB/hari, maksimum mengatasi gejala chorea dapat diberikan asam pemberian terapi lebih dini. Revisi kriteria
60 mg/hari dapat digunakan pada kasus valproat oral 30 mg/kgBB/hari.8 Jones terbaru tahun 2015 yang lebih spesifik
demam rematik dengan gejala karditis.8,11 dan penggunaan ekokardiografi sebagai
RINGKASAN skrining serta diagnosis penyakit jantung
Terapi Anti-konvulsi Pada dekade terakhir ini penyakit demam rematik diharapkan dapat memperbaiki
Gejala chorea dapat sembuh sendiri.11 rematik telah berkurang, namun di beberapa deteksi dan perencanaan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Chin TK. Pediatric rheumatic fever. Medscape [Internet]. 2016 [cited 2018 Agust 10]. Available from: https://reference.medscape.com/article/1007946-overview
2. WHO. WHO expert consultation on rheumatic fever and rheumatic heart disease. Switzerland. 2001.
3. Seckeler MD, Hoke TR. The worldwide epidemiology of acute rheumatic fever and rheumatic heart disease. Clin Epidemiol. 2011;3:67-84
4. Pastore S, Cunto AD, Benettoni A, Berton E, Taddio A, Lepore L, et al. The resurgence of rheumatic fever in a developed country area: the role of echocardiography.
Rheumatol 2011;50:396-400
5. Steer A, Gibofsky A. Acute rheumatic fever: Clinical manifestations and diagnosis. UpToDate [Internet]. 2018 [cited 2018 Agust 10]. Available from: https://www.
uptodate.com/contents/acute-rheumatic-fever-clinical-manifestations-and-diagnosis.
6. Gewitz MH, Baltimore RS, Tani LY. Revision of the Jones criteria for the diagnosis of acute rheumatic fever in the era of doppler echocardiography. A scientific
statement from theAmerican Heart Association. Circulation. 2015;131:1806–12
7. Szczygielska I, Hernik E, Kolodziejczyk B, Gazda A, Maslinska M, Gietka P. Rheumatic fever – New diagnostic criteria. Reumatologia. 2018; 56, 1:37-41
8. Pereira BADF, Belo AR, Silva NAD. Rheumatic fever: Update on the Jones criteria according to the American Heart Association review – 2015. Rev Bras Reumatol
2017;5 7(4):364–8
9. Chakravarty SD, Zabriskie JB,. Gibofsky A. Acute rheumatic fever and streptococci: The quintessential pathogenic triggerof autoimmunity. Clin Rheumatol.
2014;33:893–901
10. Zühlke L, Beaton A, Engel M, Hugo-Hamman CT, Karthikeyan G, Kazenellenbagen JM, et al. Group A Streptococcus, acute rheumatic fever and rheumatic heart
disease: epidemiology and clinical considerations. Curr Treat Options Cardiovasc Med 2017; 19: 1-23
11. Heart Foundation of New Zealand. New Zealand guidelines for rheumatic fever: diagnosis, management and secondary prevention of acute rheumatic heart
disease: 2014 update [Internet]. 2014 [cited 2018 Agust 18]. Available from: www..heartfoundation.org.nz.
12. Lennon D, Stewart J, Anderson P. Primary prevention of rheumatic fever. Pediatr Infect Dis J 2016; 35(7): 820

690 CDK-280/ vol. 46 no. 11 th. 2019

Anda mungkin juga menyukai