D
DENGAN PENYAKIT JANTUNG REUMATIK (PJR)
DI BANGSAL MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
A. DEFINISI
Penyakit jantung rematik (Rheumatic Heart Disease) merupakan
penyakit jantung yang didapat sering ditemukan pada anak. Penyakit
jantung rematik merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat
demam rematik akut sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%),
aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak pernah menyerang
katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat menimbulkan stenosis
atau insufisiensi atau keduanya (Premana, 2018).
Demam rematik adalah suatu penyakit inflamasi akut yang
diakibatkan oleh infeksi streptococus β hemolytic group A pada
tenggorokan (faringitis), tetapi tanpa disertai infeksi lain atau tidak ada
infeksi streptococus ditempat lain seperti dikulit. Karakteristik rheumatik
fever cenderung berulang (recurrence) (Udjianti, 2010).
Menurut Wong, (2010) bahwa demam rematik adalah reaski
autoimun terhadao faringitis streptokokal kelompok A, betahemolitik,
yang menyerang sendi, kulit, otak, permukaan serosa dan jantung.
Penyakit jantung rematik merupakan penyebab terpenting dari
penyakit jantung yang didapat baik pada anak maupun orang dewasa.
Penyakit jantung reumatik adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan menyokong tubuh terutana persendian, jantung dan pembuluh
darah oleh organisme streptococus hemolitic B group A (Pusdiknakes,
2009)
B. ETIOLOGI
Menurut Udjianti (2010)
Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun
penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh organisme streptococus hemolitik B group A yang
pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian
menunjukkan bahwa penyakit jantung reumatik terjadi akibat adanya
reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody akan melawan
streptococus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimune.
Faktor predisposisi timbulnya pnyakit jantung reumatik adalah:
1. Faktor individu
a) Faktor genetik
Pada umumnya terdapat pengaruh faktor keturunan pada
proses terjadinya penyakit jantung rematik meskipun cara
pewarisannya belum dipastikan.
Adanya antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjukkan hbuungan dengan
aloantigen sel B spesifik dikenal dengan atibodi monoklonal
dengan status reumatikus.
b) Jenis kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung rematik
lebih sering pada anak perempuan dari pada laki-laki.
c) Golongan Etnis dan Ras
Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa serangan
awal maupun berulang sering terjadi pada orang hitam dibanding
orang putih.
d) Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara
polisakarida bagian dinding sel streptococus beta hemotitikus
group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung
terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
e) Umur
Penyakit jantung reumatik paling sering terjadi pada anak
berusia 6-15 tahun (usia sekolah) dengan puncak sekitar umur 8
tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak usia 3 tahun atau setelah
usia 20 tahun.
2. Faktor Lingkungan
a) Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Sanitasi lingkungan yang buruk dengan penghuni yang
padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera
mencari pengobatan anak menderita infeksi tenggorokan sangat
kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.
b) Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim
sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah
tropis memiliki insiden yang tertinggi.
c) Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan
insiden infeksi saluran pernafasan atas meningkat sehingga
mengakibatkan kejadian penyakit jantung rematik juga dapat
meningkat.
C. PATHWAY
Bakteri Streptococus Beta Hemolyticus group A
Menginfeksi tenggorokan
Demam rematik
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Premana (2018)
1. Pemeriksaan darah
a) LED tinggi
b) Lekositosis
c) Nilai Hemoglobin dapat rendah
2. Pemeriksaan bakteriologi
a) Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya
streptococcus
b) Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti
hyaluronidase.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto thoraks menunjukkan terjadinya pembesaran pada
jantung.
4. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukkan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
5. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukkan interval P-R memanjang
Adanya bukti-bukti infeksi streptococcus:
a) Kultur positif
b) Ruam skarlatina
c) Peningkatan antibodi streptococcus
G. KOMPLIKASI
Menurut Ngastiyah (2015).
1. Gagal jantung pada kasus berat
2. Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik
3. Aritmia
4. Perikarditis dengan efusi
5. Pneumonia reumatik.
H. PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi
kuman strepkokus, penggunaan obat anti radang, dan pengobatan suportif.
1. Istirahat : bergantung pada ada tidaknya dan berat ringannya karditis
2. Eradikasi kuman streptokok, untuk negara berkembang WHO
menganjurkan penggunaan benzatin penisilin 1,2 juta IM. Bila alergi
terhadap penisilin digunakan eritromisin 20mg/kg BB 2x sehari selama
10 hari.
3. Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan beratnya
karditis. Prednison hanya digunakan pada karditis dengan
kardiomegali atau gagal jantung.
4. Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin
(terutama vitamin C) dan pengobatan terhadap komplikasi. Bila
dengan pengobatan medikamentosa saja gagal perlu di pertimbangkan
tindakan operasi pembetulan katup jantung.
Demam reumatik cenderung mengalami serangan ulang, maka
perlu diberikan pengobatan pencegahan (profilaksis sekunder) dengan
memberikan bezatin penisilin 1,2 juta IM tiap bulan. Bila tidak mau
disuntik dapat diganti dengan penesilin oran 2x 200.000 U/hari. Bila
alergi terhadap obat tersebut dapat diberikan sulfadiazin 1000mg/hari
untuk anak 12 tahun ke atas, dan 500 mg/hari untuk anak 122 tahun
kebawah. Lama pemberian profilaksis sekunder bergantung ada
tidaknya dan beratnya karditis. Bagi yang berada didalam yang mudah
terkena infeksi strepkok dianjurkan pemberian profilaksis seumur
hidup.
Secara singkat penanganan demam reumatik adalah sebagai berikut:
1. Artritis tanpa kardiomegali: istirahat baring 2 minggu, rehabilitas 2
minggu, obat-obatan anti inflamasi, erdikasi dan profilaksi (seperti
yang diuraikan diatas). Anak boleh sekolah setelah 4 minggu
perawatan, olahraga bebas.
2. Artritis+karditis tanpa kardiomegali: tirah baring 4 minggu,
pengobatan seperti yang diuraikan: sekolah setelah 8 minggu
perawatan. Olahraga bebas.
3. Karditis+kardiomegali : tirah barih 6 minggu, mobilisasi 6 minggu,
pengobatan seperti yang diuraikan. Sekolah setelah perawatan
selama 12 minggu. Olahraga terbatas, hindari olahraga berat dna
kompetitif.
4. Karditis+kardimegali+gagal jantun: tirah baring selama ada gagal
jantung, mobilisasi bertahap 12 minggu. Pengobatan seperti yang
diuraikan, sekolah setelah perawatan 12 minggu gagal jantung
teratasi. Olahraga dilarang (Ngastiyah, 2015).
K. Intervensi Keperawatan
Menurut Moorhead (2016)
Daftar Pustaka
Aspiani, R.Y., 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta:EGC.
Heardman, T H. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawtan:
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Ed. 10. Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue et all. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th
Indonesia Edition. Singapore: Elsevier.
Moorhead, Sue et all. (2016). Nursing Intervention Classification (NIC) 5th
Indonesia Edition. Singapore: Elsevier.
Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Udjianti, W., 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Premana, M. I. P., 2018. Penyakit Jantung Rematik. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar.
Wong, D., 2010. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA
No. RM : 01470XX
Nama Pasien : An. D
PENGKAJIAN PASIEN RAWAT INAP ANAK Jenis Kelamin : Laki-laki
( Dilengkapi dalam waktu 24 jam pertama pasien masuk ruang Tgl Lahir : 30-10-2002
rawat )
Mohon diisi / ditempel stiker jika
ada
Tanggal Masuk Rumah Sakit Waktu Pemeriksaan Ruangan : Melati 2
Tanggal 09-08-2019 jam 10.00 WIB 13-08-2019, 21.00 WIB Dokter :
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan dada kanan dan kiri terasa sesak, pusing
2. PENGKAJIAN
Keluarga pasien mengatakan bahwa anaknya sering mengalami tekanan darah tinggi, mudah
capek dan sudah 7 hari tidak BAB
3. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Ibu pasien mengatakan pada tanggal 09-06-2019 anaknya tiba-tiba demam tinggi dan
mimisan lalu ibu pasien memeriksakan anaknya ke RSI Klaten kemudian oleh pihak RS langsung
dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sesampainya di IGD RSUD Dr. Moewardi pasien
mendapat terapi D5 ½ 15ttpm, furosemid 20mg, ampicillin sulbactan 1gram, santagesik 250mg.
Setelah itu pasien dipindah ke ruang rawat inap bangsal anak di Melati 2.
ALERGI / REAKSI
Tidak ada alergi
Alergi Obat, sebutkan ………tidak ada………………………….. Reaksi
…………………
Alergi Makanan, sebutkan ……tidak ada……………………… Reaksi
………………………………………………
Alergi lainnya, sebutkan ……tidak ada…………………………. Reaksi
………………………………………………
Tidak diketahui
4. RIWAYAT KELAHIRAN
Usia Kehamilan : ± 9 Minggu, Berat Badan Lahir : 3000 gr, Panjang Badan Lahir : 50 Cm
Persalinan : ν Spontan SC Forcep Vakum Ekstraksi
Menangis : ν Ya Tidak
Riwayat Kuning : Ya ν Tidak
5. RIWAYAT IMUNISASI DASAR
ν ν
Lengkap : BCG, DPT, hepatitis B, Polio, Campak □ Tidak Pernah
Tidak Lengkap, sebutkan yang belum ………………
Imunisasi Lainnya : ……………………………..
6. RIWAYAT KELUARGA
XX
: Perempuan
: Laki-laki
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Pasien
: Terkena penyakit
7. RIWAYAT KESEHATAN
Pernah Dirawat : Tidak ν Ya, Kapan ±2 bulan yang lalu di RSUD Sukoharjo Diagnosis
PJR
Apakah Terpasang alat Implant : ν Tidak Ya, sebutkan : ………………..
Apakah ada riwayat dalam keluarga ( ayah / ibu dan kakek / nenek ) memiliki penyakit mayor :
Tidak
CKD ( lingkari penyakit
ν Ya, Asma/ DM/Cardiovaskuler/ Kanker/ Thalasemia/ Lain-lain................
yang sesuai )
9. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Status Psikologi :
ν Cemas ν Takut Marah Sedih Kecenderungan bunuh diri
Lain-lain, Sebutkan
………………………………………………………………………………………….
Status Sosial :
a. Hubungan pasien dengan anggota keluarga : ν Baik Tidak Baik
b. Tempat Tinggal : Rumah / Apartemen / Panti / Lainnya :
…………………………………………………………………………
ν
ν
ν
Suara nafas : Normal Tidak normal, sebutkan …………………
ν ν
Ada
Sianosis : ν Tidak ada Ada
ν
Alat bantu nafas : Spontan v Kanul / RB Mask / NRB Mask ( lingkari yang
ν
sesuai ) O2
O2……2 L/mnt
Ventilator, setting ……………………
Sirkulasi :
ν Tidak ada ν
Sianosis : Ada Edema : Tidak ada ν
Ada
Pucat : ν Tidak ada
ν
ν
Ada Akral : ν ν
Hangat Dingin
Intensitas Nadi : ν Kuat Lemah Bounding CRT : ν < 3 detik > 3 detik
Irama Nadi : ν Reguler Irreguler Clubbing finger : ν Tidak ada Ada
Bunyi jantung : Normal v Tidak normal : mur-mur
Gastrointestinal :
Mulut : ν Mukosa lembab Mukosa kering Stomatitis
Labio / palatoschizis ν Perdarahan gusi Lain-lain …………
Muntah : Ya ν Tidak
Mual : Ya ν Tidak Ascites: ν Tidak Ada Ada
Peristaltik usus : 10 x/mnt Lingkar perut : 43 cm
Eliminasi :
Defekasi
Pengeluaran : ν Anus Stoma, sebutkan ……………………………………
Frekuensi : 2hari / 1x
Karakteristik Feses : ν Normal Cair Hijau Dempul Terdapat darah
Lain-lain ………………………….
Urine
Pengeluaran : ν Spontan Kateter urine Cytostomy
Kelainan : ν Tidak ada Ada, sebutkan ……………………………………
Diuresis : 50-100 ml / jam Lain-lain …………………
Integumen
Warna kulit : ν Normal Pucat Kuning
Kelainan : ν Tidak ada Ada
Risiko Dikubitus : ν Tidak ada Ada, Lokasi …………………………………
Luka : ν Tidak ada Ada, Lokasi ………………………………….
Muskuloskeletal
Kelainan tulang : ν Tidak ada Ada, sebutkan ………………………………
Gerakan anak : ν Bebas Terbatas
Genitalia : ν Normal Kelainan, sebutkan …………………………………
L Abdomen
Inspeksi Umbilikus Normal
Auskultasi Bising usus 8x/menit
Perkusi Timpani
Palpasi Supel
M Genitalia
Perempuan
Pubis Distribusi rambut(-)
Meatus Tidak ada luka
Skrotum Tidak ada luka
Testis Tidak ada luka
N Anus & Rektum
Tidak ada kemerahan, tidak ada hemoroid,
terdapat lubang anus, tidak ada pembengkakan
O Ekstremitas
Ekstremitas Atas Kedua lengan lurus dan simetris
Jumlah jari 10
ROM : aktif
Kekuatan Otot 5/5
Ekstremitas Bawah Lutut simetris ( Ya ), Tungkai Lurus ( Ya )
ROM : aktif
Kekuatan Otot 5/5
13. PENGKAJIAN BALANCE CAIRAN
Jumlah kebutuhan cairan per hari : BB=87kg Cat :
1000+500+1675 = 3175cc/hari 1. 10kg BB I X 100cc = 1000kg/cc
2. 10 kg BB II X 50cc = 500kg/cc
3. BB sisa X 25cc = 65kg X 25cc =
1675kg/cc
Intake minum
Keterangan Intake Output
18. CATATAN
Rujukan :
□ Dietisien □ Fisioterapis
□ Terapi Wicara □ Perawatan paliatif
□ Unit pelayanan jaminan □ lain-lain ………………….
MASALAH KEPERAWATAN PERENCANAAN PERAWATAN :
Terlampir
Tgl Masalah Tgl
No
ditemukan Keperawatan teratasi
1 Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
2 13-8-2019 Pola nafas tidak 16-8-
PERENCANAAN PULANG :
adekuat 2019
3 Gangguan
Komponen Penilaian Ya Tidak Ket.
pertukaran gas
Perlu pelayanan home
4 Risiko / aktual
care
gangguan
Perlu pemasangan
keseimbangan
implant
cairan dan
Penggunaan alat bantu
elektrolit
Telah dilakukan
5 Risiko/ aktual
pemesanan alat
perubahan
Dirujuk ke komunitas
nutrisi kurang
tertentu
dari kebutuhan
Dirujuk ke tim terapis
tubuh
Ditunjuk ke ahli gizi
6 Risiko / aktual
Lain – lain : v
infeksi
Dirujuk ke RS lain
7 Resiko
Nama Perawat :
gangguan
Tanda tangan Perawat :
perfusi jaringan
8 Nyeri akut /
Nyeri kronis
9 Risiko/ actual
gangguan
intergritas kulit
10 Risiko cedera
11 Kurang
pengetahuan
orang tua
12 Cemas
13 13-8-2019 Resiko / aktual 16/8/19
gangguan
eliminasi :
BAK / BAB
14 Hipertermi
(peningkatan
suhu tubuh)
15 Kekurangan
volume cairan
16 Resiko
Perdarahan
17 Lain-lain
13-8-2019 Penurunan 16/8/19
curha jantung
ANALISA DATA
2. Ds : Hiperventilasi Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan dada kanan dan kiri pola nafas
terasa sesak
Do :
- Terdapat retraksi dinding dada
- Menggunakan alat bantu pernafasan O2
- Tampak menggunakan otot bantu
pernafasan dan dipsneu
- Hasil pemeriksaan TTV
RR : 29x/menit
3. Ds : Ketidakadekuatan Konstipasi
- Keluarga pasien mengatakan sudah 7 hari toileting
tidak BAB
Do :
- Peristaltik usus 8x/menit
- Pasien hanya terbaring di tempat tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
jantung
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan toileting
PERENCANAAN KEPERAWATAN
EVALUASI
No.Dx Hari, Evaluasi Tanda
tanggal & tangan
jam
1 Rabu , 14 S: pasien mengatakan sesak nafas, Annisa
agustus 2019 kepala pusing dan badan lemas
07.00 O: pasien terbaring ditempat tidur
TD: 170/120 mmHg
N: 89x/menit
R: 29x/menit
SpO2: 96%
Suhu: 37, C
Adanya peningkatan JVP 5cm
balance cairan: +103 cc
A: masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian dengan
kriteria denyut nadi 89x/menit
P: intervensi dilanjutkan
1. Monitor vital sign dan JVP
2. Posisikan semi fowler
3. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi
2 S: pasien mengatakan sesak nafas Annisa
O: tampak menggunakan otot bantu
pernafasan
R: 26x/menit
A; masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Lakukan pemeriksaan paru
2. Posisikan semi fowler
3. Ajarkan teknik relaksasi dan
distraksi
1 14.00 S: pasien mengatakan masih sesak Putri
nafas, masih terasa pusing
O: TD: 160/100 mmHg
N: 86x/menit
R: 26x/menit
SpO2: 98%
S: 37,2 C
JVP: 5cm
A: masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian dengan
kriteria denyut nadi 82x/menit
P: intervensi dilanjutkan
1. Anjurkan balance cairan
2. Anjurkan untuk beraktivitas
sesuai kemampuan
3. Observasi JVP
2 S: pasien mengatakan sesak nafas Putri
berkurang
O: tampak menggunakan otot bantu
pernafasan
Vocal vremitus kanan dan kiri sama
Sonor pada lapang paru kanan dan kiri
Suara paru vesikuler
Terpasang canul nasal oksigen
2liter/menit
R: 26x/menit
A: masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Lakukan pemeriksaan fisik paru
2. Posisikan fowler
3 S: pasien mengatakan belum bisa BAB Putri
O: bising usus 8x/menit
A: masalah keperawatan konstipasi
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Observasi kebiasaan defekasi
2. Kolaborasi dalam pemberikan
terapi pencahar
1 21.00 S:Badan terasa lemas Eko
O:
TD: 160/90 mmHg
N: 82x/menit
R: 25x/menit
S: 3 ,7 C
SpO2: 97%
JVP : 5 cm
A: masalah keperawatan penurunan
curah jantung belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Monitor vital sign dan JVP
2. Anjurkan untuk beraktifitas fisik
sesuai toleransi
2 S: pasien mengatakan sesak nafas Eko
berkurang dan untuk nafas terasa lebih
baikan
O: menggunakan otot bantu pernafasan
Adanya retraksi dada
R: 24x/menit
A: masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Evaluasi teknik relaksasi dan
distraksi
2. Pemeriksaan fisik paru secara
berkala
3 S: Pasien mengatakan belum bisa BAB Eko
O: bising usus pasien 9x/menit
A: masalah keperawatan konstipasi
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Observasi kebiasaan defekasi
2. Kolaborasi pemberian pencahar
1 Kamis, 15 S: Pasien mengatakan sesak nafas Wulan
agustus 2019 berkurang, tidak terasa pusing, badan
07.00 terasa baikan
O:
TD: 150/90 mmHg
N: 80x/menit
R: 23x/menit
SpO2: 99%
S: 3 , C
JVP 5cm
Balance Cairan: +203 cc
A: masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian dengan
kriteria nadi dalam batas normal (60-
100 x/menit) dan kelelahan berkurang
P: intervensi dilanjutkan
1. Observasi vital sign dan JVP
2. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi
2 S: pasien mengatakan sudah tidak sesak Wulan
nafas
O: tidak terdapat retraksi dinding dada
Tidak tampak penggunaan otot bantu
pernafasan
Suara nafas vesikuler
R: 23x/menit
A: masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif teratasi sebagian dengan
kriteria tidak terdapat retrasi dinding
dada, tidak terdapat otot bantu
pernafasan
P: intervensi dilanjutkan
1. Posisikan semifowler
2. Ajarkan teknik relaksasi
3 S: pasien mengatakan kebiasaan Wulan
dirumah BAB sehari 1x
O: bising usus 8x/menit
A: masalah keperawatan konstipasi
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan tinggi
serat pada pasien
2. Susun jadwal defekasi setiap
hari
1 14.00 S: pasien mengatakan badan terasa Eko
baikan
O: pasien dalam posisi semi fowler
TD: 140/90 mmHg
N: 79x/menit
R: 22x/menit
S: 36,2 C
SpO2: 99%
JVP: 5 cm
A: masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian dengan
kriteria nadi dalam batas normal dan
kelelahan berkurang
P: intervensi dilanjutkan
1. Monitor vital sign dan JVP
2. Monitor balance cairan
2 S: pasien mengatakan sesak nafas Eko
berkurang
O: tidak ada retraksi dada
Tidak menggunakan otot bantu
pernafasan
R: 22x/menit
SpO2: 99%
A: Masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif teratasi sebagian dengan
kriteria hasil tidak menggunakan otot
bantu pernafasan, suara nafas vesikuler,
tidak ada retraksi dada
P: intervensi dilanjutkan
1. Posisikan pasien semi fowler
3 S: pasien mengatakan belum BAB Eko
O: bising usus 9x/menit
A: masalah keperawatan konstipasi
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Anjurkan untuk konsumsi
makanan tinggi serat
1 21.00 S: pasien mengatakan badannya terasa Annisa
lebih baikan, sedikit terasa pusing, tidak
sesak nafas
O:
TD: 150/90 mmHg
N: 79x/menit
R: 22x/menit
SpO2: 99%
S: 3 , C
JVP 5 cm
Hb: 8.3 g/dl
A: masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian dengan
kriteria nadi dalam batas normal dan
kelelahan berkurang
P: intervensi dilanjutkan
1. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi
2 S: pasien mengatakan tidak sesak nafas Annisa
O: canul nasal tidak terpasang
R: 20x/menit
Bunyi nafas vesikuler
Tidak terdapat retraksi dada dan tidak
menggunakan otot bantu pernafasan
A: masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif teratasi sebagian dengan
kriteria hasil tidak menggunakan otot
bantu pernafasan, tidak terdapat retraksi
dada, nadi dalam batas normal (60-100
x/menit)
P: intervensi dilanjutkan
1. Monitor vital sign
S: Pasien mengatakan belum bisa BAB Annisa
O: bising usus pasien 9x/menit
A: masalah keperawatan konstipasi
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Observasi kebiasaan defekasi
2. Kolaborasi pemberian pencahar
1 Jum’at 1 S: pasien mengatakan mimisan Putri
Agustus 2019 O: pasien duduk
06.00 TD: 140/90 mmHg
N: 80x/menit
R: 20x/menit
SpO2: 99%
S: 36,6 C
JVP: 5 cm
Balance cairan: +163 cc
A: masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian dengan
kriteria nadi dalam batas normal dan
kelelahan berkurang
P: intervensi dilanjutkan
1. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi
2 S: pasien mengatakan tidak sesak nafas Putri
O: canul nasal tidak terpasang
R: 20x/menit
Bunyi nafas vesikuler
Tidak terdapat retraksi dada dan tidak
menggunakan otot bantu pernafasan
A: masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif teratasi sebagian dengan
kriteria hasil tidak menggunakan otot
bantu pernafasan, tidak terdapat retraksi
dada, nadi dalam batas normal (60-100
x/menit)
P: intervensi dilanjutkan
Monitor vital sign
3 S: pasien mengatakan belum bisa BAB Putri
O: pasien tampak risih
Bising usus 8x/menit
A: masalah keperawatan konstipasi
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Observasi bising usus
2. Ajarkan buat jadwal defekasi
3. Kolaborasi pemberian terapi
pencahar
1 14.00 S: S: pasien mengatakan keadaannya Annisa dan
terasa lebih baik, tidak sesak nafas eko
O: posisi pasien duduk
TD: 144/87 mmHg
N: 78x/menit
R: 20x/menit
S: 3 ,7 C
SpO2: 98%
JVP: 5 cm
A: Masalah keperawatan penurunan
curah jantung teratasi sebagian dengan
kriteria nadi dalam batas normal dan
kelelahan berkurang
P:
1. Monitor vital sign dan JVP
2. Monitor balance cairan
2 S: pasien mengatakan tidak sesak nafas Annisa dan
O: posisi pasien duduk, tidak terpasang eko
canul nasal
R: 20x/menit
Tidak menggunakan otot bantu
pernafasan
Tidak terdapat retraksi dada
Suara nafas vesikuler
A: masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif teratasi sebagian dengan
kriteria tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, tidak terdapat retraksi dada,
nadi dalam batas normal (60-100
x/menit)
P: intervensi dilanjutkan
1. Observasi vital sign
3 S: pasien mengatakan sudah bisa BAB Annisa dan
Warna kuning agak kecoklatan, tekstruk eko
keras, jumlah sedikit
O: pasien tampak lebih nyaman
Bising usus 16x/menit
A: masalah keperawatan konstipasi
teratasi sebagian dengan kriteria bising
usus dalam batas normal (16-
30x/menit), BAB 1x/hari, pasien dapat
melakukan alih baring
P: intervensi dilanjutkan
1. Susun jadwal defekasi setiap hari
2. Observasi bising usus
LAMPIRAN BALANCE CAIRAN
Balance cairan:
Input-(output+IWL)
3.663 cc- (950 cc+2.610 cc) = +103 cc
Keterangan: Balance
Balance cairan:
Input-(output+IWL)
3.713 cc- (900cc+2.610 cc) = +203 cc
Keterangan: Balance
Output:
BAK: 940 cc
IWL dalam 24 jam: 2.610 cc
IWL = 30 x BB x Jam perhitungan = 30 x 87kg x 24 jam = 2.610 cc
24 jam 24 jam
Balance cairan:
Input-(output+IWL)
3.713 cc- (940cc+2.610 cc) = +163 cc
Keterangan: Balance