Anda di halaman 1dari 16

DOLOMIT

DOLOMIT

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara


teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3
atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi
CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, Kebanyakan dolomit
didapatkan bersama-sama dengan batu gamping. Oleh karena itu, suatu
batuan dikategorikan dolomit atau batu gamping tergantung dari
besarnya kadar Mg yang menggantikan Ca.dengan nilai x lebih kecil dari
satu. Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini
selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit
dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama
ion besi.
Pengertian Dolomit
Sama halnya dengan gipsum yang sering disebut sebagai batuan, dolomit pun di masyarakat
awam disebut dengan "batu dolomit" atau "batuan dolomit". Perlu dipahami bahwa
dolomit bukan batuan, tetapi merupakan mineral. Dolomit adalah kelompok mineral yang
sangat unik, dan bila dibandingkan dengan kalsit yang mudah dikenal, baik cara
terbentuknya, penamaan, maupun mineral penyusunnya. Untuk membedakan antara
keduanya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan bantu seperti mikroskop
elektron (scanning electron microscope-SEM), zat pewarna (stainning) dan difraksi sinar-X.
Dolomit ditemukan tahun 1795 oleh de Dolomieu di daerah Tyrol, Perancis Selatan saat
menganalisis batugamping dan ternyata ditemukan kandungan magnesium yang sangat tinggi
pada batuan tersebut. Dolomit adalah karbonat kembar berunsur kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg). Penggunaan dolomit di sektor industri karena unsur magnesiumnya. Unsur
oksida dan hidroksida magnesium dalam dolomit mempunyai sifat sangat baik, terutama sifat
refraktori dan derajat kecerahan, bahkan warna putih oksida ini dijadikan standar untuk
mengukur

derajat

kecerahan

bahan

lain.

Bagaimana Dolomit Terbentuk ?


Keterdapatan dolomit di alam tidak seperti batugamping, namun tersebar cukup luas dan
dalam jumlah relatif banyak. Hingga saat ini, mula jadi mineral dolomit masih menjadi tanda
tanya dan masih diperdebatkan oleh para ahli. Proses hidrotermal adalah salah satu teori mula
jadi dolomit. Walaupun demikian ada beberapa teori mula jadi dolomit, diantaranya adalah :
cara primer; merupakan sedimentasi langsung dari air laut yang belum dapat dibuktikan.
Secara umum, dolomit berbentuk urat, yang terbentuk bersama-sama dalam cebakan bijih;
cara sekunder; yaitu mineral dolomit terjadi karena penggantian mineral kalsit. Beberapa
mineral sekunder membentuk kristal yang tidak sempurna karena peresapan magnesium dari
air laut ke dalam batugamping, yang lebih dikenal dengan proses dolomitisasi, yaitu proses
perubahan mineral kalsit menjadi dolomit. Dolomit sekunder dapat juga terbentuk karena
proses

presifitasi

sebagai

endapan

evaporit.

Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan dolomit sekunder, antara lain adanya
tekanan air yang banyak mengandung unsur magnesium dan prosesnya berlangsung dalam
waktu lama. Semakin tua umur batugamping, semakin besar kemungkinan untuk berubah
menjadi dolomit. Dapat dikatakan bahwa dolomit yang dikenal dan dijumpai terbentuk
karena

proses

perubahan

(diagenesis),

peralihan

mineral

kalsit

dan

aragonit.

Dolomit terdapat dalam batuan segala umur, terutama yang lebih tua dari Holosen dan
biasanya terdapat bersama-sama dengan kalsit. Disebut juga dengan dolomitisasi dan
dedolomitisasi. Proses dolomitisasi sering terjadi apabila kalsit berubah menjadi mineral
dolomit, sedangkan dedolomitisasi bila dolomit berubah kembali menjadi mineral kalsit.
Secara umum proses dolomitisasi dapat terjadi sebagai berikut :

Pemompaan kembalinya air laut yang terperangkap melalui batugamping;

Pencampuran antara air laut dan air tanah dalam lapisan batugamping;

Pengaruh air hujan yang melarutkan dan memindahkan ion magnesium dari mineral

kalsit yang satu ke mineral kalsit lain atau yang dari mineral lempung;

Proses penguapan dan pengendapan dari air laut;

Proses hidrotermal;

Peresapan air laut yang terperangkap ke dalam lapisan batugamping dibawahnya.

Deskripsi Mineralogi Dolomit


Sebagai salah satu rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis
mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus
kimia mineral dolomit dapat ditulis sebagai CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1xCO3,

dengan

nilai

lebih

kecil

dari

satu.

Dolomit yang ada di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat
bersama-sama dengan batugamping. Dalam batuan dolomit, mineral kalsit adalah pengotor
yang paling utama, disamping kwarsa, rijang, pirit dan mineral lempung. Dalam mineral
dolomit terdapat juga ion-ion pengotor, terutama ion besi (Fe).

Gambar mineral dolomit dan sifat fisiknya.


Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari
batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90,
berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah
dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam industri didasarkan atas kandungan unsur

magnesium. Kandungan unsur magnesium inilah yang menentukan nama dolomit. Misalnya,
batugamping mengandung 10 % MgCO3 disebut batugamping dolomitan, sedangkan bila
mengandung

19%MgCO3

disebut

dolomit.

Fungsi dan Kegunaan Dolomit


Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan magnesit.
Kadang-kadang penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batugamping
atau magnesit untuk suatu industri tertentu. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih disukai
karena

banyak

terdapat

di

alam.

Tidak semua dolomit yang terdapat di alam dapat digunakan secara langsung untuk industri.
Hal ini disebabkan oleh adanya kotoran yang terkandung didalamnya baik yang berupa
batuan, mineral maupun unsur tertentu. Penyebab lainnya ialah sifat fisik yang tidak
memenuhi syarat untuk industri yang bersangkutan. Oleh sebab itu, sebelum digunakan
dolomit tersebut harus di proses terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran, menaikkan
mutu dan memperbaiki sifat fisik yang dikehendaki oleh industri yang memerlukannya.
Pengolahan dolomit yang paling sederhana ialah dengan cara pembakaran. Pada pembakaran
tersebut dolomit akan melepaskan karbon dioksida (CO2). Suhu yang diperlukan untuk
melepaskan CO2 pada tekanan 1 atmosfir kira-kira 725?C. Perubahan suhu tergantung dari
jenis tanur (kiln) yang digunakan dan kadang-kadang juga dipengaruhi oleh pengotor yang
terdapat di dalam dolomit. Hasil pembakaran ini disebut doloma tohor (CaMgO2) yang masih
bersifat reaktif. Apabila bercampur dengan air, maka terbentuklah doloma padam.
Pembakaran dolomit dapat dilakukan dalam tanur tegak atau tanur berputar. Penggunaan
tanur berputar berkapasitas tinggi dapat mengurangi biaya. Biasanya dolomit harus
dihancurkan terlebih dahulu menjadi partikel berukuran 3 - 40 mm. Dalam tanur tegak,
ukuran yang dipakai adalah 40 - 150 mm dan menghasilkan dolama yang bermutu baik,
terutama untuk pembuatan bata tahan api.
Penggunaan lainnya dari dolomit, yaitu dalam industri refraktori, tungku pemanas atau
tungku pencair, dan juga dalam industri pupuk sebagai bahan baku pupuk dolomit. Fungsi

pupuk dolomit adalah untuk meningkatkan pH tanah, disini unsur Mg dalam dolomit
yang sangat berperan. Dolomit juga dapat digunakan pada industri cat sebagai pengisi (filler),
industri kaca, plastik, kertas, bahan pembuat semen, sorel, sea water magnesia, industri alkali,
pembersih air, industri ban, plywood, industri obat-obatan dan kosmetik, campuran makanan
ternak, industri keramik, dan bahan penggosok (abrasive).
KETERDAPATAN
Madiapoera, T (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di
Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua.
Di beberapa daerah sebenarnya terdapat juga potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh
lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batugamping.
- Propinsi Nangroe Aceh Darussalam; Aceh Tenggara, desa Kungki berupa marmer dolomit.
Cadangan masih berupa sumberdaya dengan kandungan MgO = 19%.
- Propinsi Sumatera Utara; Tapanuli Selatan, desa Pangoloan, berupa lensa dalam
batugamping. Cadangan berupa sumberdaya dengan kandungan MgO = 11 - 18%.
- Propinsi Sumatera Barat; Daerah Gunung Kajai. (antara Bukittinggi - Payakumbuh). Umur
diperkirakan Permokarbon.
- Propinsi Jawa Barat; daerah Cibinong, yaitu di Pasir Gedogan. Dolomit di daerah ini
umumnya berwarna putih abu-abu dan putih serta termasuk batugamping dolomitan yang
bersifat keras, kompak dan kristalin.
- Propinsi Jawa Tengah; 10 km timur laut Pamotan. Endapan batuan dolomit dan
batugamping dolomitan.
- Propinsi Jawa Timur;
Gn. Ngaten dan Gn. Ngembang, Tuban, formasi batu-gamping Pliosen. MgO = 18,5%
sebesar 9 juta m3, kandungan MgO = 14,5% sebesar 3 juta m3;
Tamperan, Pacitan. Cadangan berupa sumberdaya dengan cadangan sebesar puluhan juta
ton. Kandungan MgO = 18%;
Sekapuk, sebelah Utara Kampung Sekapuk (Sedayu Tuban). Terdapat di Bukit Sekapuk,
Kaklak dan Malang, formasi gamping umur Pliosen, ketebalan 50 m, bersifat lunak dan

berwarna putih. Cadangan sekitar 50 juta m3; Kandungan MgO di Sekapuk (7,1 - 20,54%); di
Sedayu (9,95- 21,20 %); dan di Kaklak (9,5 - 20,8%);
Gunung Lengis, Gresik. Cadangan sumberdaya, dengan kandungan MgO = 11,1- 20,9 %,
merupakan batuan dolomit yang bersifat keras, pejal, kompak dan kristalin;
Socah, Bangkalan, Madura; satu km sebelah Timur Socah. Cadangan 430 juta ton dan
sumberdaya. Termasuk Formasi Kalibeng berumur Pliosen, warna putih, agak lunak, sarang.
Ada di bawah batugamping dengan kandungan MgO 9,32 -20,92%.
Pacitan, Sentul dan Pancen; batugamping dolomitan 45,5 - 90,4%, berumur Pliosen. Di
Bukit Kaklak, Gresik endapan dolomit terdapat dalam formasi batu-gamping Pliosen, tebal
+ 35 m dan jcadangan sekitar 70 juta m3.
- Propinsi Sulawesi Selatan; di Tonassa, dolomit berumur Miosen dan merupakan lensa-lensa
dalam batugamping.
- Propinsi Papua; di Abe Pantai, sekitar Gunung Sejahiro, Gunung Mer dan Tanah Hitam;
kandungan MgO sebesar 10,7-21,8%, dan merupakan lensa-lensa dan kantong-kantong
dalam batugamping.

FOSFAT
FOSFAT
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor
ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL)
atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan P2O5.
Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral
apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang kadang,
endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks
dan sienit.
Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan sebagian
kecil wavellite, (fosfat aluminium hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit berasal dari
jenis slag, guano, crandallite [CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite
(Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat yang dimiliki adalah warna putih atau putih
kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi
dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam .
Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5, antara 4-42 %. Sementara itu, tingkat
uji pupuk fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P (fosfat atau P2O5), dan K
(potas cair atau K2O).
Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air
sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu
diolah menjadi pupuk buatan.
Di Indonesia, jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan guano (kadar
P2O5= 0,17-43 %). Keterdapatannya di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan NTT, sedangkan tempat lainnya adalah
Sumatera Utara, Kalimantan, dan Irian Jaya.
Di Indonesia, eksplorasi fosfat dimulai sejak tahun 1919. Umumnya, kondisi endapan fosfat
guano yang ada ber-bentuk lensa-lensa, sehingga untuk penentuan jumlah cadangan, dibuat
sumur uji pada kedalaman 2 -5 meter. Selanjutnya, pengambilan conto untuk analisis
kandungan fosfat. Eksplorasi rinci juga dapat dilakukan dengan pemboran apabila kondisi
struktur geologi total diketahui.
fosfat alam dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses-proses
pembentukannya, yaitu:

1. Fosfat primer: terbentuk dari pembekuan magma alkali yang mengandung mineral
fosfat apatit, terutama fluor apatit (Ca5(PO4)3F). Apatit sendiri dibedakan atas
Chlorapatite (3Ca3(PO4)2CaCl2) dan Flour apatite (3Ca3(PO4)2CaF2.
2. Fosfat sedimenter (marin): merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di
laut dalam, lingkungan alkali, dan lingkungan yang tenang. Fosfat alam terbentuk di
laut dalam bentuk kalsium fosfat yang disebut phosphorit. Bahan endapan ini dapat
ditemukan dalam endapan yang berlapis-lapis hingga ribuan milpersegi. Elemen P
berasal dari pelarutan batuan, sebagian P diserap oleh tanaman, dan sebagian lagi
terbawa oleh aliran ke laut dalam.
3. Fosfat guano: merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar
yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujan dan air
tanah
4. atuan fosfat umumnya terdapat di daerah pegunungan karang, batu gamping atau
dolomitik yang merupakan deposit gua. Potensi deposit batu fosfat terbesar yaitu
provinsi Jawa Timur teman-teman.
Nah, berdasarkan Pusat Sumber Daya

Geologi (2008), deposit batu fosfat di Indonesia menurut Peta Potensi Sumber Daya
Geologi seluruh kabupaten di Indonesia adalah sebagai berikut:

5.

Pemanfaatan fosfat alam yang paling menonjol adalah di bidang Industri dan
Pertanian
Fosfat alam paling sering dimanfaatkan sebagai pupuk fosfat yang tentunya berguna untuk
tanaman yaaa

Gambar 7. Pupuk Fosfat


Metode untuk mengefisiensikan pupuk P dapat dilakukan dengan cara biologi, yakni dengan
membuat fosfokompos, penginokulasian dengan mikoriza, penggunaan mikroorganisme
pelarut P, dan menggunakan spesies tanaman yang toleran terhadap defisiensi P. Menurut
Widawati dan Suliasih (2008), bakteri pelarut fosfat dalam bahan kompos dapat menstimulir
aktivitas amonifikasi, nitrifikasi, fiksasi nitrogen, dan fosforilasi sehingga akan meningkatkan
produktivitas tanah secara permanen.
Menurut Sutriadi dkk. (2010), metode secara kimiawai untuk mengefisiensikan superfosfat
dan fosfat alam dapat dilakukan dengan pengasaman sebagian yang dikenal dengan pupuk
PARP (Partially Acidulated Phosphate Rock). Teknologi ini menggunakan cara yang sama
ketika membuat pupuk superfosfat, hanya saja penggunaan asam yang ditambahkan tidak
sebanyak dalam penggunaan superfosfat. Keuntungan metode ini selain menggunakan asam
yang lebih rendah, kapasitas pabrik dapat ditingkatkan, dan dapat menggunakan bahan batuan
fosfat alam yang tidak dapat digunakan kembali untuk membuat pupuk superfosfat. Pupuk
tersebut dapat digunakan pada tanah masam (Ultisols dan Oxisols) dan
sebagianInceptisols serta pada tanah netral dengan kadar P yang rendah.
PERMASALAHAN PENGELOLAAN
Dibalik banyaknya pemanfaatan mineral fosfat, ada pula permasalahan dalam pengelolaan
fosfat teman-teman
Hal ini terkait dengan kata pepatah Semua yang digunakan
secara berlebihan tentunya tidak baik atau akan menjadi racun

Fosfat memang tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi
penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Namun, keberadaan fosfat yang berlebihan pada
badan air menyebabkan suatu fenomena yang disebut eutrofikasi (pengkayaan nutrien).
Kondisi eutrofik ini sangat memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro untuk
tumbuh berkembang biak dengan pesat. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi

kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Nah, kalau
tingkat kekeruhan lingkungan air semakin meningkat tentunya pasti akan berdampak buruk
bagi organisme yang tinggal di dalamnya.

Gambar 8. Blooming Algae


Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan
fosfat yang sangat berlebihan ini. Tanaman dapat menghabiskan oksigen dalam sungai pada
malam hari, bila tanaman tersebut mati dan dalam keadaan sedang mencerna pada siang hari,
pancaran sinar matahari ke dalam air akan berkurang sehingga proses fotosintesis yang dapat
menghasilkan oksigen juga berkurang. Makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya
tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya

dalam mata rantai ekosistem air akan

Gambar 9. Eutrofikasi Eceng Gondok


Ada pula permasalahan yang akan ditimbulkan akibat pemanfaatan sebagai pupuk jika tidak
dikelola dengan baik. Pupuk fosfat mengandung unsur logam berat dan radioisotop yang
dapat membahayakan pada konsentrasi tertentu dan berakibat mencemari lingkungan setelah
fosfat alam yang digunakan langsung sebagai pupuk larut dalam tanah. Bahan baku pupuk
fosfat adalah fosfat alam yang ditambang dan merupakan sumber yang tidak tergantikan
sehingga cadangan yang tersedia di dunia hanya akan bertahan untuk 100-120 tahun jika
penambangan fosfat alam tidak dikelola dengan tepat. Perlu teman-teman ketahui pula, salah
satu produk yang mengandung mineral fosfat adalah detergen. Komponen fosfat
dipergunakan untuk membuat sabun sebagai pembentuk buih dan adanya fosfat dalam air
limbah dapat menghambat penguraian pada proses biologis.

Gambar 10. Limbah Detergen

MANGAN
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan utama
adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam
cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap
metalik sampai submetalik, kekerasan 2 6, berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal,
stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida
lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauxit,
manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah
rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
Interpretasi Model Endapan
Endapan mangan secara genesa dapat dikelompokan menjadi dua tipe/jenis endapan, tipe
primer dan tipe sekunder. Endapan tipe primer terbentuk karena proses hidrotermal,
Sedangkan endapan tipe sekunder terbentuk karena proses sedimentasi. Berkaitan hal tersebut
diatas, keterdapatan endapan mangan di daerah penyelidikan (Pulau Doi), dapat di
kelompokan menjadi 2 (dua) jenis endapan. Pertama jenis endapan mangan primer
(hidrotemal) dan dua jenis endapan lainnya adalah terbentuk karena proses sedimentasi.
5.1.1 Endapan mangan primer, Endapan mangan primer terjadi karena proses hidrotermal
dicirikan oleh breksi hidrotermal disamping stockwork, mineral ubahan akibat thermal
effect atau karena replacement process oleh fluida hidrothermal pada batuan samping
sehingga terbentuk bijih mangan pada batuan yang dilaluinya saat terjadi presipitasi. Hal
tersebut dijumpai di Galao C suatu kawasan bekas tambang. Di duga merupakan sisa-sisa
hasil penambangan terdahulu. Hasil analisis kimia menunjukkan kandungan Mn nya sbb :
Pada DO-41, Mn tot 50,96 %, DO- 53, Mn tot 45,89%. Proses presipitasi terjadi pada
fluida/cairan mengandung mangan jenuh sehingga pembentukan bijih membawa kadar yang
tinggi. Kenampakan megaskopis menunjukan mangan memiliki kontak dengan silika atau
batuan terkersikan. Lingkungan hidrotermal berdasarkan hasil survey dilapangan hanya
dijumpai di dua lokasi (DO-41 dan DO-53). Pada bagian atas lingkungan ini ditutupi oleh
endapan mangan sekunder yang berada dalam batuan tufa.
5.1.2 Endapan Sekunder, Proses pembentukan endapan ini sangat di dominasi oleh media air
permukaan, sehingga jejak-jejak pembentukannya seperti adanya struktur perlapisan, dan
nodul menggambarkan manifestasi tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan,
maka endapan sekunder di daerah penyelidikan dapat di bagi menjadi dua jenis. Pertama,
endapan mangan sekunder-1 dicirikan oleh adanya perlapisan, hitam dan keras. Sebarannya
meliputi wilayah Tabua, Cera, Paniki Galau, Tongowai dan Toba. Kedua adalah endapan
sekunder-2. Endapan ini tidak memperlihatkan adanya perlapisan serta kondisi mangannya
lunak dan hablur ini terdapat di Galao Halus. Kondisi endapan mangan sekunder-2
merupakan hasil pengendapan kembali dari endapan sekunder pertama maupun endapan
primer. Jika melihat dari kenampakan topografi maka diperkirakan endapan mangan yang
terbentuk di Galao Halus adalah berasal dari mangan Galao C baik primer maupun sekunder.
Diperkirakan endapan serupa Galao halus masih dapat ditemukan di lokasi lain, mengingat
eksplorasi di kawasan Doi belum dilakukan secara maksimal.
Berdasarkan hasil analisis kimia menunjukkan umumnya kandungan Mn totalnya berkisar
antara 30 % - 45%. Beberapa lokasi menunjukkan kadar diatas 50%, seperti DO-56
(Tonggowai, Mn tot 51,70%), DO-59 (Cera, Mn tot 53,42%), DO-46 (Toba, Mn tot 50,26%).

Hasil analisis kimia menunjukkan secara umum kandungan Mn pada wilayah utara relatif
lebih tinggi di banding selatan. Ini dapat dilihat dari sebaran kadar kandungan unsur Mn nya.

Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan
sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan metamorfosa,
cebakan laterit dan akumulasi residu.
Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi
besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk
produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.
Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi
yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan
Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Keterdapatan
Endapan mangan di Pulau Doi adalah merupakan salah satu endapan mangan yang terdapat
di kawasan Maluku, umumnya terbentuk dalam lingkungan batuan vulkanik (tuff)setempat
dalam gamping. Secara genesa terdapat dua tipe endapan mangan di kawasan ini yaitu
endapan mangan primer (hidrotermal) dan endapan sekunder (sedimenter). Endapan jenis
primer ditandai oleh adanya breksi hidrotermal dan stockwork, lokasi Galao-C. Sedangkan
endapan sekunder dicirikan oleh adanya perlapisan, terdapat di Tabua, Tonggowai, Cera,
Paniki, Toba dan Galao-C. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kadar mangan di
kawasan ini rata-rata memiliki Mn total rata-ratanya antara 30-40%, beberapa tempat
mencapai Mn total diatas 50%. Tingginya kadar Mn ternyata diikuti oleh rendahnya
kandungan besi (Fe2O3). Hasil perhitungan menunjukkan potensi sumber daya terkira adalah
sekitar 326.250 ton. Pemanfaatan mangan dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam
pembuatan baja, sebagai bahan baku batubaterei. Hingga saat ini belum ada konsep yang
cocok dalam eksplorasi mangan sehingga keterdapatan endapan mangan masih sulit
diprediksi. Oleh karena untuk meningkatkan cadanganperlu diupayakan kegiatan eksplorasi
yang berkesinambungan.
Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara geografis daerah penyelidikan terletak antara 12744 ~ 12751 BT dan
211 ~ 218. Secara administratif daerah penyelidikan termasuk ke dalam wilayah
Kecamatan Loloda Kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.
Pencapaian ke daerah tersebut dilakukan dengan menggunakan jalur udara dari Jakarta
-Makassar-Ternate dengan waktu tempuh 4 jam, dilanjutkan dengan jalur laut Ternate Sadangoli sekitar 45 menit, jalur darat Sadangoli - Tobelo dengan waktu tempuh 4 jam
dan terakhir perjalanan dilanjutkan dari Tobelo - Kampung Dama (P. Doi) melalui jalur laut
sekitar 15 jam
Pemanfaatan
Jenis pemanfaatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah sebagai bahan campuran dalam
industri baja, bahan utama pembuatan batu batere dan lain sebagainya.
Mengingat hal tersebut maka peluang pasar bagi komoditi mangan baik di Indonesia maupun

di pasar internasional masih sangat tinggi. Oleh karena kawasan Indonesia timur adalah salah
satu kawasan yang dilirik oleh para investor baik asing maupun investor domestik.

Anda mungkin juga menyukai