PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan menyatakan bahwa setiap sekolah menjalin kemitraan dengan
lembaga lain yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan.
Kemitraan sekolah dapat dilakukan dengan lembaga pemerintah maupun non pemerintah seperti
perguruan tinggi, sekolah pada jenjang setara, dunia usaha dan dunia industri (DU/DI), serta
masyarakat di lingkungannya, baik yang ada di dalam maupun luar negeri.
Kemitraan adalah suatu kegiatan kerjasama dengan prinsip saling menguntungkan antara
sekolah yang mempunyai keunggulan dan prestasi (dikategorikan sebagai mampu melakukan
pendampingan dan fasilitasi) dan sekolah yang berpotensi untuk mencapai keunggulan dan prestasi
tersebut. Kemitraan sekolah dengan masyarakat di lingkungan SMAN 2 Kota Tangerang Selatan
sudah menjadi kebutuhan, karena keberadaan SMAN 2 Kota Tangerang Selatan adalah dari
masyarakat untuk masyarakat. Perubahan paradigma hubungan sekolah dan masyarakat terjadi
seiring perubahan yang terjadi di dunia pendidikan. Hal ini sebagai akibat dari berubahnya norma
dan pranata masyarakat sebagai akibat dari perubahan zaman. Globalisasi merupakan salah atau
bentuk perubahan zaman yang terjadi saat ini. Globalisasi, dengan revolusi informasi dan
teknologinya, membuat dunia serasa semakin kecil. Batasan waktu dan ruang hampir tidak ada lagi.
Arus informasi mengalir bebas dari satu belahan bumi ke belahan bumi lainnya. Perubahan dan
perkembangan tersebut menggeser paradigma lama dalam hal hubungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
SMAN 2 Kota Tangerang Selatan menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan,
berkaitan dengan input, proses, output, dan outcome.
pemerintah maupun non-pemerintah seperti perguruan tinggi, sekolah yang setara, serta dunia usaha
dan dunia industri di lingkungannya. SMAN 2 Kota Tangerang Selatan mengembangkan kerjasama
dan kemitraan dengan masyarakat, dunia industri, dunia usaha, alumni dan satuan pendidikan
lainnya di dalam maupun luar negeri.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-UndangRepublik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
PendidikanNasional.
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 20052025.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi,dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan.
7. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 Tahun 2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
C. TUJUAN KEMITRAAN
Kemitraan yang dijalin oleh SMAN 2 Kota Tangerang Selatan dengan pihak eksternal bertujuan
untuk :
serta relatif merata. Menurut Sedarmayanti (2009) setiap pelaku good governance memiliki
peran dan tugas masing-masing dalam mencapai tujuan hidup bernegara, yaitu :
a. Negara (state) berperan untuk menciptakan lingkungan politik dan hukum yang
kondusif, Negara berperan dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pelayanan public, penyelenggaraan kekuasaan pemerintah, dan membangun
lingkungan yang kondusif bagi tercapainya tujuan pembangunan pada tingkat lokal,
nasional, maupun internasional serta global.
b. Sektor swasta berperan untuk menciptakan pekerjaan dan pendapatan. Peran
sektor swasta sangat penting dalam pola kepemerintahan dan pembangunan, karena
perannya sebagai sumber peluang untuk meningkatkan kegiatan produktivitas,
penyerapan tenaga kerja, sumber penerimaan, investasi publik, pengembangan
usaha dan pertumbuhan ekonomi.
c. masyarakat madani berperan dalam memfasilitasi interaksi sosial dan politik,
menggerakkan kelompok masyarakat, berperan serta dalam kegiatan ekonomi,
sosial dan politik.
2. Konsep Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya menawarkan suatu proses
perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada partisipasi, kemampuan dan
masyarakat lokal. Maka masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap pelaksanaan, dan
evaluasi program yang mereka lakukan. Hal ini berarti, menempatkan masyarakat sebagai
aktor (subyek) pembangunan dan tidak sekedar menjadikan mereka sebagai penerima pasif
pelayanan saja (Suparjan dan Hempri Suyatna, 2003:24).
sebagai
pelaku
pembangunan.
Ketiga,
meningkatkan
kesejahteraan,
merupakan
proses
pembangunan,
dalam
melaksanakan
merupakan
upaya
untuk
memandirikan
masyarakat
lewat
penjelasan
mengenai
tahapan-tahapan
yang
harus
dilalui
dalam
pemberdayaan.
a. tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar serta peduli
sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
b. tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran dalam proses pembangunan.
c. tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga
terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada
kemandirian.
3. Kemitraan
Menurut Sulistiyani (2004), kemitraan secara etimologis berasal dari kata
partnership yang berasal dari suku kata partner yang berarti kawan, sekutu atau mitra.
Secara definisi, kemitraan adalah suatu bentu kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa
saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang
usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui model-model dalam penerapan
kemitraan itu sendiri. Menurut Sulistiyani (2004), model-model kemitraan terbagai atas
sebagai berikut :
a. Pseudo partnership (kemitraan semu)
Merupakan persekutuan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, namun tidak
sesungguhnya melalukan kerjasama secara seimbang satu dengan yang lain. Bahkan
ada satu pihak yang belum tentu memahami secara benar akan makna sebuah
kerjasama yang dilakukan, dan untuk tujuan apa itu semua dilakukan serta
disepakati. Ada sesuatu yang unik dari semacam kemitraan ini, bahwa kedua belah
pihak atau lebih sama-sama merasa penting untuk melakukan kerjasama, akan tetapi
pihak-pihak yang bermitra belum tentu mengerti dan memahami substansi yang
diperjuangkan dan manfaatnya apa.
yang diterima oleh semua pihak, inforasi, dana dan tenaga saling dipertukarkan.
Dalam kemitraan ini, masing-masing pihak yang bermitra mempunyai otonomi.
Pemerintah
memberikan
beberapa
kekuasaannya
kepada
organisasi
non
pemerintah.
Dalam pelaksanaan program plpbk, pemerintah memiliki peranan yang sangat
menentukan dalam melakukan pembinaan, pelatihan dan pengawasan program plpbk
terutama pada bkm sebagai motor penggerak keberhasilan program. Begitu juga peran
masyarakat yang cukup penting khususnya dalam melaksanakan program dalam
memberikan partisipasinya.
Pemerintah pusat berperan dalam memberikan arahan kebijakan program serta
memfasilitasi terealisasinya dan bantuan dari world bank kepada masyarakat serta
melakukan pembinaan bagi keberlangsungan program melalui pembinaan secara berjenjang
dari struktur pemerintah yang ada di bawahnya hingga ke tingkat kelurahan. Pemerintah
tingkat provinsi dan kabupaten/kota berperan sebagai tim koordinasi pelaksana program
(TKPP), dan penanggung jawab operasional kegiatan (pjok) berada pada tingkat kota. Di
tingkat kecamatan, camat melakukan kontrol dan pengawasan secara umum pelaksanaan
program serta ikut bertanggung jawab atas keberhasilan program plpbk yang berada di
wilayahnya. Pejabat kelurahan berperan untuk memberikan pembinaan sekaligus
mendorong bagi terwujudnya pemberdayaan masyarakat, memberikan fasilitas yang
dibutuhkan bagi terwujudnya kondisi positif bagi pengembangan kegiatan bkm dan ksm/
panitia kemitraan yang ada dalam program, dan melakukan pengawasan kegiatan bkm dan
ksm/ panitia kemitraan yang ada di wilayahnya, serta bertanggungjawab dalam program
tersebut. Peran masyarkat dalam hal ini masyarakat lokal secara keseluruhan diharapkan
bisa berperan penuh untuk aktif dalam proses pemberdayaan, mendukung kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan oleh bkm.
.