Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
2. Teori
Bangsa ternak adalah kelompok ternak yang memiliki karakteristik (sifat khas) yang
sama dan sifat karakteristik tersebut berbeda dengan individu ternak dengan kelompok ternak
lainya. Dengan kata lain karakteristik tersebut hanya dimiliki oleh individu ternak dalam
kelompoknya yang tidak dimiliki oleh kelompok bangsa ternak lainya. Individu ternak dalam
satu kelompok bangsa pun masih terdapat ketidaksamaan. Karakter yang dapat digunakan untuk
menentukan bangsa ternak dan membedakanya antara bangsa ternak dapat berdasarkan
pengamatan morfologi, konformasi, sifat kualitatif dan kuantitatif.
Morfologi dan konformasi ternak yang dapat untuk menyatakan bangsa ternak pada
umunya adalah dengan melihat dan menyebutkan susunan anggota tubuh ternak. sedangkan sifat
kualitatif dan kuantitatif selain dapat untuk menentukan bangsa ternak juga dapat untuk menduga
dan menentukan kemungkinan pengembanganya dimasa mendatang. Dasar dari penyataan sifat
ternak adalah harus menguasai dalam penyebutan anggota tubuh ternak.
Sifat kualitatif bangsa ternak adalah penentuan dalam karakter ternak dimana individuindividu dapat diklasifikasikan kedalam satu dari dua kelompok atau lebih ternak, dan
pengelompokan ini berbeda jelas satu sama lainya. Sifat kualitatif ini dapat didasarkan
kenampakan yang tidak dapat diukur dan sedikit atau bahkan tidak ada hubunganya dengan
kemampuan produksi. Sifat kualitatif yang dimiliki oleh individu ternak diantaranya adalah
warna tubuh, bentuk, dan panjang telinga, ada tidaknya tanduk dan lain-lain. Berdasarkan
genetisnya sifat kualitatif ditentukan oleh banyak gen. Sifat kuantitatif bangsa ternak adalah
penentuan dalam karakter ternak dimana individu-individu ternak dipengarui oleh perbedaan
lingkungan seperti perlakuan tatalaksanaan pemeliharaan atau management, tetapi bukan oleh
genetisnya.
Sifat kuantitatif ini dapat diukur dengan parameter tertentu dan antara sifat yang baik
dengan jelek terdapat perbedaan yang tajam. Sifat kuantitatif diantaranya adalah produksi
daging, telur, dan susu, ukuran tubuh pertambahan berat badan dan lain-lain. Berdasarkan
genetisnya sifat kuantitatif ditentukan oleh hanya satu pasang gen atau satu gen tunggal.
Adnya perbedaan karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif maka ternak dapat juga
digolongkan brdasarkan jenis ternak seperti ternak jenis sapi, kerbau, domba, kambing, unggas,
dan lain-lain. Juga dapat menentukan tipe produksinya seperti tipe perah, tipe daging dan tipe
petelur.
Arti Penting Sifat Kualitatif Dalam Pemuliaan Ternak.
Sifat kualiatatif adalah suatu sifat yang dimana individu-induvidu dapat diklasifikasikan
kedalam satu dari dua kelompok atau lebih dari pengelompokan itu berbeda jelas satu sama lain.
Ini berlawanan dengan sifat kuantitatif diman tidak ada pengelompokan yang jelas (E.J Warwick,
dkk 1979)
Dalam definisi lain sifat kualitatif adalah sifat yang nampak dari luar dan dapat di lihat
dengan mata telanjang. Sifat kulititatif ini tidak berhubungan dengan faktor produksi. Sifat
kualitatif biasanya hanya dikontrol oleh hanya sepasang gen.

Ribuan sifat-sifat kualiatatif yang telah dipelajari pada hewan-hewan perernakan,.


Babyak diantaranya yang ternyata diatur satu atau beberapa pasang gen (atau rangkayan alel).
Bebrapa sifat telah digunakan untuk menjelaskan prinsip-prinsip genetik klasik dan genetika
populasi dalam bab-bab terdahulu.
Sifat kualitatif yang diamati adalah warna kulit, bentuk tanduk, bentuk tanduk, garis
punggung kalung putih (chevron) dan jumlah unyeng-unyeng (whorls).
Waran kulit
Warna kulit adalah salah satu sifat kualitatif yang biasa dilakukan sebagai kriteria seleksi.
Warna kulit merupakan fanifestasi antara satu atau beberapa pasang gen.
Bentuk tanduk.
Bentuk tanduk pada kerbau pada jantan maupun betina adalah normal walaupu
mempunyai bentuk yang berfariasi: melingkar kebelakang dan melingkar kebawah. Berdasarkan
penelitian bentuk tanduk kerbau lokal umumnya melingkar kebawah.
Garis punggung
Garis punggung terdiri atas dua macam yaitu garis punggung dater dan garis punggung
melengkung. Garis punggung ada kaitanya dengan bebtuk karkas yang lebih baik daripada garis
punggung melengkung kedalam. Namun untuk melihat garis punggung akan terlihat jelas pada
ternak yang kurus dan yang sudah tua.
Garis kalung putih (chevron)
Warna putih pada dasar hitam yang menyerupai pita merupakan karakterristik pada kerbau
lumpur dan sering disebut sebagai chevron terdapat dua bentuk garis puth pada leher yaitu garis
kalung ptih tunggal dan ganda.
Jumlah unyeng-unyeng (whorls).
Sifat fenotip adalah tampilan inividu yang tampak dari luar dan dapat dibedakan tasa sifat
kualitatif. Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan dengan
jelas, seperti warna bulu, ada tidaknya tanduk, cacat kelainan atau adanya protein-protein
tertentu dalam darah (Martojo, 1992), kerlip bulu, warna paruh, dan cakar (Supriyanto,
2003;2005). Sifat kuantitatif ekspresinya dikontrol oleh sepasang gen atau lebih dan sedikit
dipengaruhi oleh lingkungan(Suriyana, 2012)
Jumlah unyeng-unyeng merupakan sifat kulitatif yang paling menonjol pada kerbau (Dudi,
dkk,2011)
Dalam arti luas, sifat kuantitatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Sifat luar
Sifat luar yang tampak dengan sedikit atau bahkan tak ada hubungannya dengan kemampuan
produksi. Kelompok ini termasuk sifat-sifat seperti warana bulu, bentuk dan panjang telinga,
panjang ekor, ada tidaknya tanduk,dsb. Walaupun ada sedikit hubungannya dengan produksi ,
sisfat-sifat ini mungkin penting bagi para pemulia sebagai cap dagang (trade marks) dan
akibatnya sering dipertimbangkan dalam program pemuliaan. Juga sifat-sifat dapat netral,
bermanfaat atau merugikan tergantung dari keadaan dimana menyerang prdator didaerah dimana
hal itu merupakan masalah. Tetepi untuk ternak yang dipelihara dalam kandang sempit akan
mengakibatkan ternak itu melukai satu sama lain. Jadi sifat itu tidak diinginkan. Selanjutnya
beberapa sifat yang kelihatanya netral dan pengaruhnya kecil terhadap kemampuan produksi,
dapat mempunyai pengaruh plelotropik yang merugikan. Suatu contoh yaitu gen dominan untuk
sifat yang tidak bertanduk pada kambing. Apabila homozigot (PP), yang betina berubah menjadi
interksi steril dan yang jantan mempunyai sterilitas tinggi.
2. Cacat genetik.

Cacat genetik berkisar dari yang hanya sedikit pengaruhnya terhadap kemampuan produksi
(hanya didapatkan pada beberapa keadaaan saja), samapai yang memetikan yaitu memeatika
indifidu yang cacat. Misalnya segera setelah pembuahan terjadi pada saat individu sudah dewasa
atau bahkan samapi saat akhir hidupnya. Saat dimana cacat itu paling sering diketahui adalah
pada saat atau segera sesudah individu dilahirkan
Kebabyakan cacat genetik dalah resesif. Apbial homozigot resesif tidak mampu berkembang
biak, maka terjadi seleksi notomatis melawan gen resesif, dan biasanya cukup untuk menjaga
frekuensi sifat cacat dalam popualsi agak rendah. Pada umumnya sifat-sifat semacam itu
mempunyai arti ekonomis yag rendah. Tetapi, apabila ada keunggulan herterozigot yang nyata
atau jelas, akan mengakibatkan frekuensi gen meningkat dan akan timbulsatu masalah.
3. Polimorfisme genetik.
Kelompok sifat-sifat ini dapat diketahuipada seekor ternak yang hanya dengan penelitian
laboratorium pada cair atau jaringan tubuh.
Sifat-sifat ini sangat berguna untuk menentukan asal-usul dalam masalah pertengkaran dan untuk
penentuan hubungan filogenetis antara spesien, bansan dan tipe ternak yang berbeda. Dalam
banyak hal biasanya tidak ada hubungannya dengan kemampuan produksi atau hubungannya
sangat kecil (E.J Warwick, dkk 1979)
Dalam ilmu biologi, polimorfisme adalah ketika dua atau beberapa fenotip yang berbeda
ada dalam populasi dalam suatu spesies, atau dalam kata lain, kemunculan lebih dari satu bentuk.
Agar dapat disebut sebagai polimorfisme, bentuk-bentuk tersebut harus ada dalam habitat yang
sama pada waktu yang sama dan tergolong dalam populasipanmiktik.
Membedakan Penyebab Genetis dan Lingkungan
Kebanyakan sifat-sifat kualitatif dari ketiga tipe umum yang disebutkan di atas dikontrol
selengkapnya oleh gen-gen dan tidak banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Misalnya, bulu merah
dan hitam pada sapi ditentukan secara genetis. Perbedaan lingkungan seperti memelihara lain di
tempat yang kena sinar matahari atau tang terlindung dapat mempengaruhi mengkilatnya bulu.
Tetapi bukan warna dasarnya yang berubah((E.J Warwick, dkk 1979)
Dalam bebrapa keadaan, faktor lingkungan dapat mempunyai pengaruh merusak
terhadap embriu yang kenampakanya sangat mirip dengan pengaruh genetik yang mrnyebabkan
cacat. Pengaruh lingkungan macam ini dikatakan teratogenesis.
Variasi pola warna padasapi sangatlah beragam. Kita dapat menemukan sapi hitam
polossampai putih. Diasumsikan ada dua lopus yang terlibat, yaitu lokus A dengan alel A dan a
dan lokus E dengan alel E dan e. Setiap gen dominan ( A dan E ) akan menambah derajat warna
putihpada pola warna, sedangkan alel a dan e yidak menambahkan sesuatu. Diasumsikan pula
aksi gennya dominantidak lengkap dan setiap gen aditif menambahkan warna putih dengan
derajat yang sama. Setiap gen dominan ( A dan E ) akan menambah derajat warna putih sebesar
20% dari permukaan tubuh ternak. Genotip aaee akan menunjukan derajat warna putih yang
paling sedikit dan genotip AAEE akan menunjukan derajat warna putihyang palig banya (Ronny
Rachman Noor,2010).
2. Arti Penting Sifat-Sifat Kuantitatif Dalam Pemuliaan Ternak.
Sifat kuantitatif adalah sifat dalam genetika yang merupakan kebalikan dari sifat
kualitatif, dengan ciri-ciri sebagai berikut : terdapat variasi yang bertingkat (variation
continuous) misalnya Merah, Merah muda, agak merah dan putih, biasanya dipengaruhi oleh
banyak gen. Sifat kuantitatif sangat berhubungan dengan faktor produksi dan tidak nampak oleh
mata telanjang tetapi dapat dinyatakan dalam bentuk angka maupun grafik. Misalnya,

pertumbuhan bobot badan, produksi susu setiap periode pada sapih perah, produksi telur per
harinya pada ayam petelur dan lain sebagainya.
Jika dilakukan pengamatan pada populasi ternak yang cukup besar maka variasi sifat
kuantitatif bersifat kontinu dan fariasi sifat kualitatifnya tidak kontinu. Dalam sifat kualitatif
tidak hanya ditemukan tiga macam bobot badan sapi, misalnya berat, sedang dan ringan, tetapi
akan banyak sekali fenotip diantara sapi berbobot ringan dan sapi berbobot berat.
Sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak pasangan gen yang aksinya bersifat aditif.
Biasanya hubungan antaralel yang paling umum adalah kodominan atau dominan tidak penuh.
Sifat kuantitatif biasanya bersifat tidak aditif(Ronny Rachman Noor,2010).
Sifat-sifat yang telah digunakan sebagai contoh selama inibersifat kualitatif dengan
perbedaan tipe yang sangat tajam dan mudah dipecahkan. Diduga ekspresi dari sifat-sifat ini
disebabkan oleh pengaruh satu gen tunggal atau satu gen pasang gen. Tentu saja dugaan ini
sangat disederhanakan karena gen tak akan berperan kecuali bersama-sama secara menyeluruh
dalam bentuk genotipe. Tetapi apabila perwujudan luar dari gen-gen tunggal mudah untuk
dipergunakan seagai pengertian dasar dari proses genotip. Perbedaan-perbedaan dalam sifat
semacam ini hampir ekspresi sifat tersebut sepenuhnya ditentukan oleh perbedaan genotip.
Perbedaan lingkungan mempunyai pengaruh kecil atau kecil pengaruhnya terhadap ekspresi sifat
tersebut(E.J Warwick, dkk 1979).
Sifat kuantitatif sangat dipengaruhin oleh perbedaan lingkungan. Beberapa dari pengaruh
lingkungan ini dapat ditentukan dan dalam penelitian genetik dilakuakn penyesuaian atau
dibiarkan. Pengaruh lain ada yangbersifat random dan tidak dapat ditentukan. Sifat-sifat
kuantitatif tid memisahkan menjadi nkelompok yang terputus dan mudah dibedakan.
Penggambaran Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif dapat digambarkan bila pada suatu populasi terdapat sejumlah individu
sebagai anggoat populasi terebut. Penampilan sifat kuantitatif antar individu tidak tidak ada yang
sama, karena sebenarnya masing-masing individu sudah mempunyai kemampuan untuk
mengekspresikan sifat kuantitatif sejak zigot membentuk. Ketidaksamaan ini menimbulkan
keragaman penampilan, dan keadaan keragaman inilah yang menarik untuk digunakan sebagai
penggambaran sifat kuantitatif(Edi Kutniawan, 2009)
Pengaruh Genetik Pada Sifat-Sifat Kuantitatif
Pada permulaan abad 20, setelah diketahui dasar pewarisan Mendel dari banyak sifat-sifat
kualitatif, banyak percobaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah hukum yang sama
berlaku sifat-sifat kuantitatif. Diduga sifat-sifat seperti kecil menjadi besar, tinggi lawan pendek,
dsb,. Diatur oleh satu atau dua macam faktor. Keculi dimaman satu faktor tunggal mempunyai
pengaruh utama seperti misalnya menyebabkan kerdil, semua penelitian ini menunjukan pola
intermedier pada F1 yang dihasilkan yang dipersilangkan ras atau galus yang berbeda jauh
ukuranyaatau sifat-sifat kuantitatif lain, dan hanya ada peningkatan keragaman sedikit pada F 2
dibandingkan dengan F1.F2 tidak terbentuk menjadi satu rangkayan tipe-tipe yang berbeda jelas
dengan biasanya tidak ada yang ekstrim seperti tipe orang tuanya. Sifat-sifat kuantitatif dalam
persilangan-persilangan dapat dijelaskan atas dasar beberapa gen yang bekerja bersama, dan
dengan faktor lingkungan yang tak dapat diawasi mempengaruhi ekspresi dari pengaruh genetik
sehingga kelas-kelas yang berbeda tidak dapat dikenal.
Jumlah Pasangan Gen Yang Dapat Mempengaruhi Sifat-Sifat Kuantitatif

Jumlah gen total untuk setiap organisme tidak diketahui dengan pasti tetapi diduga kirakira ada 5000 sampai 6000 dalam ralat drosophila melanogaster. Jumlah ini jau lebih besar
dalam binatang menyusui. Taksiran jumlah pasangan gen yang terdapat dapat dibuat dari
perbandingan keragaman dalam populasi F1, F2 yang berasal dari persilangan tipe-tipe yang
berbeda jauh dari sifat-sifat kuantitatifnya. Taksiran ini sangat dipengaruhikesalahan
pengambilan contoh dan dalam banyak hal oleh hasil yang didapat, seperti hasil dari tipe-tipe
data yang lain dapat ditafsirkan menunjukan jumlah pasangan gen ang berdeda(E.J Warwick, dkk
1979).
Kurnianto,edy.2009.Pemuliaanternak..YogyakartaGrahamulia
Rahman,noorroni.2010.Genetikaternak..BogorNiagaswadaya
Sumanti,dudi, 2011. Keragaman sifat kualitatif dan kuantitatif kerbau lokal di provinsi banten. Fakultas
peternakan.IPB
Suriyana,2012.Pemanfaatankeragamangenetikuntukmeningkatkanproduktifitasitikalbino.Balaipengkajian
teknologiKalimantanSelatan
Warcick.e..j.dkk.1979.Pemuliaanternak.Universitasgajahmada

Harus ditekankan bahwa heritabilitas suatu sifat hanya berlaku pada populasi tertentu
yang hidup dalam suatu lingkungan khusus. Suatu populasi yang secara genetik berbeda
(mungkin suatu varietas bangsa, ras yang berbeda atau subspesies dari spesies sama) yang hidup
dalam lingkungan yang identik, kemungkinan besar mempunyai heritabilitas yang berbeda bagi
sifat yang sama. Begitu pula, populasi yang sama kemungkinan besar memperlihatkan
heritabilitas yang berbeda bagi sifat yang sama bila diukur dalam lingkungan-lingkungan yang
berbeda, karena suatu genotip tertentu tidak selalu memberikan respon terhadap lingkunganlingkungan yang berbeda dengan cara yang sama. Tidak ada satu genotippun yang mempunyai
daya adaptasi yang superior dalam segala macam lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan
mengapa seleksi alam cenderung menimbulkan populasi-populasi yang secara genetik berbeda
dalam suatu spesies, suatu populasi beradaptasi secara khas terhadap kondisi-kondisi setempat
dan tidak secara umum beradaptasi terhadap semua lingkungan dimana spesies itu ditemukan
(Stansfield, 1991).
Sifat Kualitatif
Tahapan karakterisasi ternak yang pertama kali dilakukan adalah dengan menggunakan
karakteristik genetik eksternal. Tahapan ini meliputi sifat kualitatif dan kuantitatif ternak. Sifat
kualitatif adalah sifat yang dapat dideskripsikan dimana individu-individu dapat diklasifikasikan
ke dalam satu, dua kelompok atau lebih dan pengelompokan itu berbeda jelas satu sama lain.
(Kumnirdpetch, 2002).
Warwick et al. (1995) mengatakan bahwa sifat kualitatif dikendalikan oleh satu atau
beberapa gen dan sedikit atau tidak sama sekali dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga variasi
genetik juga menunjukkan variasi sifat kualitatif. Karakteristik genetik eksternal dapat netral,
bermanfaat atau merugikan, tergantung pada lingkungan ternak itu dipelihara.
Sedangkan sifat kualitatif bangsa ternak ditentukan berdasarkan sifat sifat yang tidak
dapat diukur seperti, warna kuliat, bentuk tubuuh, glambir, tanduk, gumba, dan lain-lain.
Berdasarkan identifikasi terhadap konformasi(bentu) dan konstitusi(susunan) umur ternak dapat
untuk menyatakan tipe bangsa ternak sebagai petunjuk sejenis dan umur produksi, lama dan
siklus hidup dan lain-lain (Wahyuda, 2013).
C. Sifat Kuantitatif

Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur, sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak
pasangan gen dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Karakterisasi sumber daya genetik
sangat penting dilakukan. Karakterisasi dapat dilakukan dengan mengamati sifat-sifat fenotipe
pada metabolisme protein darah, karakterisasi molekuler dan karyotipe (Kumnirdpetch, 2002).
Identifikasi dari karakterisasi merupakan persyaratan awal untuk melakukan karakterisasi dan
pemanfaatan sumber daya genetik (Weigend dan Romanoff, 2001).

Anda mungkin juga menyukai