Anda di halaman 1dari 22

Definisi Aktiva Tetap

Aktiva

tetap

merupakan

aktiva

perusahaan

yang

tidak

dimaksudkan untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam


kegiatan

perusahaan

yang

umumnya

lebih

dari

satu

tahun,

dan

merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.


Sifat

pertama

dari

aktiva

tetap

adalah

bahwa

maksud

perolehannya bukan untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan


dalam kegiatan perusahaan. Sifat ini lah yang membedakannya dari
persediaan barang ( inventory ). Contoh : mobil yang diperdagangkan
oleh dealer mobil merupakan persediaan barang sedangkan mobil yang
dipakainya untuk antar jemput pegawai merupakan aktiva tetap.
Sifat kedua dari aktiva tetap adalah umurnya yang lebih dari satu
tahun. Karena sifat inilah maka kita mengenal unsur penyusutan dalam
aktiva tetap. Penyusutan tidak lain dari pada alokasi biaya tetap tersebut
dalam masa umur aktiva tetap yang bersangkutan.
Didalam literatur dan peraktik akuntansi, aktiva yang mempunyai
sifat pertama dan kedua tersebut diatas sudah dianggap sebagai aktiva
tetap.

Akibatnya,

semua

aktiva

yang

digunakan

dalam

kegiatan

perusahaan dan berumur lebih dari satu tahun langsung dijadikan aktiva
tetap ( istilahnya adalah : dikapitalisasi ). Contoh : sapu dan gelas minum
yang dipakai dikantor ikut dikapitalisasi.
Mengkapitalisasi aktiva yang tidak besar jumlahnya sebenarnya
tidaklah bijaksana. Setiap aktiva harus diadministrasikan dengan cara
tertentu, misalnya harus ada kartu aktiva tetap, penyusutan harus
dihitung secara berkala misalnya satu bulan sekali, dan harus ada
inventarisasi atas aktiva tetap, misalnya setahun sekali. Penatausahaan
aktiva tetap ini memakan waktu dan biaya sedangkan biaya ini mungkin
melebihi biaya aktiva tetap yang kecil.
Oleh karena itu untuk digolongkan sebagai aktiva tetap, suatu
aktiva

juga

harus

mempunyai

sifat

ketiga

yaitu

yakni

bahwa

pengeluaran tersebut harus merupakan pengeluaran yang besar bagi


perusahaan

tersebut.

Dengan

kata

lain,

suatu

perusahaan

harus

mempunyai kebijakan kapitalisasi yang menetapkan jumlah minimum


pengeluaran yang dapat dikapitalisasi. Ini berarti bahwa pengeluaran
dibawah jumlah minimum tersebut harus dibebankan kerugi laba tahun
yang berjalan.
Setiapa

perusahaan

tentunya

mempunyai

kebijaksanaan

kapitalisasi tersendiri, karena material untuk suatu perusahaan belum


tentu material untuk perusahaan yang lain. Contoh : sebuah mesin tik
dalam suatu biro perjalanan yang kecil mungkin sangat material jumlah
nya sedangkan mesin tik yang sama langsung harus dibebankan kerugilaba dalamsuatu perusahaan tambang.
Disamping pengertian aktiva tetap, didalam pembicaraan seharihari sering dikenal istilah barang/ harta tak bergerak yang merupakan
lawan dari barang/harta tak bergerak. Harta tak gerak tidak sama dengan
aktiva tetap. Istilah barang gerak dan barang tak gerak merupakan istilah
hukum.
Dari

uraian

diatas

jelas bahwa

barang

tak

gerak

mungkin

merupakan aktiva tetap tapi mungkin juga tidak. Contoh : tanah tempat
usaha merupakan barang tak gerak dan aktiva tetap, sedangkan kalau
tanah tersebut diperjual belikan, maka ia merupakan barang tak gerak
tapi bukan aktiva tetap.
Aktiva tetap dapat dibagi atas tiga kelompok, yakni :
1. Aktiva tetap yang dicantumkan berdasarkan harga perolehannya, tanpa
disusutkan atau dideplesi, misalnya : tanah dimana gedung kantor atau
suatu pabrik terletak.
2. Aktiva tetap yang disusutkan, misalnya gedung, mesin-mesin, perabot
kantor, dll.
3. Aktiva tetap yang dideplesi misalnya tanah-tanah pertambangan.

Tujuan Pemeriksaan Aktiva Tetap

Dalam suatu pemeriksaan umum, pemeriksaan atas aktiva tetap


mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menentukan bahwa aktiva tersebut memang ada.
2. Untuk menetapkan hak milik atas aktiva tetap dan apakah aktiva tersebut
dijadikan jaminan.
3. Untuk menentukan apakah penilaian aktiva tersebut adalah sesuai
dengan prinsip akuntansi indonesia.
4. Untuk menentukan apakah penyusutan telah sesuai dengan prinsip
akuntansi indonesia dan apakah ia telah diterapkan secara konsisten.

Pengendalian Intern
Unsur-unsur utama dari sistem pengendalian intern atas aktiva
tetap adalah :
1. Adanya budget untuk pengeluaran bagi aktiva tetap yang disetujui oleh
pejabat yang berwenang. Persetujuan ini biasanya dilakukan dalam
berbagai tingkat tergantung dari jenis dan harga aktiva tetap yang
bersangkutan. Contoh : pembelian mesin pabrik yang baru harus
mendapat persetujuan dari dewan komisaris terlebih dahulu sedangkan
pembelian mesin tik atau mesin hitung cukup dengan persetujuan kepala
bagian yang membutuhkan perlengkapan tersebut dan direktur keuangan,
dst.
2. Adanya

kebijaksanaan

kapitalisasi

secara

tertulis,

yakni

yang

membedakan antara pengeluaran yang dianggap sebagai aktiva tetap


dan pengeluaran bukan aktiva tetap.
3. Kebijaksanaan mengenai penjualan aktiva tetap, prosedur pem-besi-tuan
aktiva tetap, dan pemindahan suatu aktiva tetap dari suatu bagian
kebagian yang lain, atau dari suatu lokasi ke lokasi yang lain atau dari
suatu anak perusahaan keanak perusahaan lain.
4. Adanya kartu-kartu aktiva tetap dan inventarisasi atas aktiva tetap secara
berkala.

5. Adanya pengendalian dan pengawasan atas aktiva-aktiva kecil dibawah


tanggung jawab pejabat tertentu.
6. Adanya asuransi kerugian atas aktiva tetap yang bisa rusak karena
kabakaran atau bencana lainnya atau kerugian karena hilang atau dicuri.

Program Pemeriksaan
1. Minta dari langganan suatu daftar utama mengenai aktiva tetapnya
dengan informasi yang berikut :
Harga
perolehan

31 des
sebelumnya

Tanah
Gedung
Mesin
Total

Xxx
Xxx
xxx
A

Perubahan dalam tahun berjalan


Penambahan
Pengurangan
31 des
tahun
berjalan
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
xxx
xxx
Xxx
B
C
D

Akumulasi
Penusutan
Tanah
Gedung
Mesin
Total

Xxx
Xxx
xxx
E

Xxx
Xxx
xxx
F

Xxx
Xxx
xxx
G

Xxx
Xxx
Xxx
H

Bandingkan total A dan E dengan angka dalam kertas kerja tahun yang
lalu dan lakukan footing dan crossfooting.
2. Periksa tambahan-tambahan atas aktiva tetap dalam tahun berjalan( yang
jumlahnya dalah B ) mengenai hal-hal yang berikut :
a. Apakah tambahan aktiva tersebut benar ada. Ini dapat dilakukan
dengan melihat sendiri adanya tambahan tersebut.
b. Adanya persetujuan dari pejabat yang berwenang dan melalui
prosedur yang telah ditetapkan.

c. Bahwa tambahan tersebut dicatat dengan harga perolehan dan


kalau dibeli dengan mencicil, seluruh harga aktiva tersebut telah
dicatat dan bagian yang belum dilunasi dicatat sebagai hutang.
d. Kelengkapan

surat-surat

atau

dokumen

pemilikan,

misalnya

sertifikat tanah dan akte jual beli tanah, BPKB, dan lain-lain.
3. Periksa pengurangan-pengurangan aktiva tetap dalam tahun berjalan
( yang berjumlah total C ), khususnya mengenai :
a. Persetujuan atau otorisasi atas pengurangan aktiva tetap tersebut
misalnya persetujuan untuk menjual aktiva tetap itu atau untuk
menjadikan aktiva tersebut sebagai besi tua.
b. Kebenaran perlakuan akuntansi, misalnya dalam penetapan untung
atau rugi karena penjualan aktiva tersebut dan penyusutan sampai
saat penjualan. Ini juga meliputi pemeriksaaan atas total G.
4. Periksa tambahan atas cadangan penyusutan ( yang berjumlah total F ).
Ini tidak lain merupakan pemeriksaan perhitungan penyusutan. Yang
harus

diperhatikan

disini

adalah

konsistensi

pemakaian

metode

penyusutan, misalnya kalau tahun lalu menggunakan metode penyusutan


dengan presentase tetap atau metode garis lurus, maka metode ini pula
yang harus ditetapkan tahun ini. Juga taksiran umur yang sama harus
digunakan untuk aktiva yang bersangkutan.
5. Seperti penjelasan no 1, akuntansi dapat juga meminta perincian dari
masing-masing jenis aktiva tetap. Ini dapat berupa daftar lengkap aktiva
yang

bersangkutan

atau

suatu

daftar/

perincian

tambahan

dan

pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang berjalan, jika digabungkan


dengan kertas kerja tahun lalu dapat merupakan daftar lengkap aktiva
tetap sampai dengan akhir tahun berjalan. Jika daftar ini sudah diperoleh,
bandingkan informasi dalam daftar ini dengan kartu-kartu aktiva tetap
yang bersangkutan. Bandingkan angka total dalam perincian aktiva tetap
tersebut dengan angka dalam buku besar yang bersangkutan.
6. Periksa asuransi atas aktiva yang bersangkutan, khususnya mengenai
nilai

pertanggungan,

premi

asuransi,

orang

atau

badan

yang

mendapatkan ganti kerugian, jenis asuransi, dan apakah polis asuransi


masih dalam masa berlakunya. Badan yang akan mendapatkan ganti rugi
belum tentu langganan yang mempunyai aktiva tersebut, misalnya jika
aktiva tersebut juga dijadikan barang jaminan pada bank. Dalam hal ini
biasanya bank meminta agar bank yang menjadi badan yang akan
menerima ganti rugi.
7. Pada

pemeriksaan

aktiva

tetap

sebenarnya

sekaligus

kita

dapat

memeriksa perkiraan rugi laba yang bersangkutan, misalnya :


a. Biaya penyusutan dan akumulasi penyusutan
b. Untung atau rugi karena penjualan aktiva tetap
c. Kerugian karena pem-besi-tuan aktiva tetap
d. Kerugian karena bencana yang memusnakan aktiva tetap dan ganti
rugi dari perusahaan asuransi
e. Biaya reparasi mesin-mesi.
8. Kalau perusahaan juga mempunyai hutang terutama hutang jangka
panjang, ada kemungkinan sebagian atau seluruh aktiva tetap dijadikan
jaminan. Hal ini dapat diketahui misalnya dari perjanjian kredit atau pada
waktu pemeriksaan dokumen hak milik, ternyata dokumen ini tidak ada
dan katanya disimpan oleh pemberi kredit. Jika aktiva tetap dijadikan
jaminan maka prosedur yang berikut harus dijalankan :
a. Pengiriman permintaan pengukuhan saldo (permintaan konfirmasi )
kepada pemberi kredit, lengkap dengan permintaan daftar barang
jaminan yang ditahan oleh pemberi kredit.
b. Pinjam polis asuransi dan lihat ada atau tidaknya bankers clause
yang menetapkan bahwa bank menjadi badan yang akan menerima
ganti rugi.
c. Catat syarat barang jaminan untuk dicantumkan dalam catatan
mengenai ikhtisar keuangan sebagai disclosure dan dalam surat
pernyataan pelanggan.

d. Kalau aktiva tetap itu dihipotekkan, lakukan pemeriksaan kadaster,


yaitu dengan meminta keterangan tertulis tentang status aktiva
tersebut dari kantor pendaftaran tanah.

Penyajian Aktiva Tetap Dalam Ikhtisar Keuangan


1) Sebaiknya digunakan istilah akumulasi penyusutan dan biaya penyusutan
daripada menggunakan istilah penyusutan saja baik untuk pos neraca
maupun pos rugi laba.
2) Akumulasi penyusutan hendaknya disajikan sebagai pengurangan atas
harga perolehan, sehingga nilai buku dapat dilihat langsung dari neraca.
Ada beberapa perusahaan yang mencantumkan akumulasi penyusutan
disebelah kredit neraca dan bukan sebagai pengurangan dari biaya
perolehan aktiva tetap tersebut. Kalau hal ini dilakukan, hendaknya:
a. Neraca sebelah kiri jangan disebut aktiva dan yang disebelah kanan
jangan disebut pasiva melainkan disebut debet dan kredit. Hal ini
disebabkan karena dalam sisi debet dari nerac, aktiva tetap
dinyatakan

dalam

bentuk

harga

perolehan

tanpa

dikurangi

akumulasi penyusutan, sehingga untuk disebut aktiva sisi debet


neraca sebenarnya terlalu tinggi ( Overstated ). Juga akumulasi
penyusutan yang diletakkan disebelah kredit neraca bukanlah
merupakan hutang atau modal, meskipun bersaldo kredit.
b. Cadangan penyusutan hendaknya jangan ditaruh dibawah modal
atau laba yang ditahan. Hal ini mungkin akan menimbulkan salah
pengertian seolah-olah direksi menyisihkan pendapatan atau laba
yang ditahan (seolah-olah merupakan appropriation dari retained
earning).
3) Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan dalam neraca atau dalam
catatan mengenai ikhtisar keuangan. Dasar penelitian yang dapat
diterima adalah dasar harga perolehan. Penilaian kembali tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi indonesia.

4) Metode penyusutan yang digunakan juga harus dicantumkan dalam


neraca atau catatan ikhtisar keuangan.
5) Kebijaksanaan kapitalisasi harus dicantumkan dalam ikhtisar keuangan
atau catatan mengenai ikhtisar keuangan.
6) Barang-barang yang dijadikan jaminan harus dicantumkan dalam catatan
mengenai ikhtisar keuangan.
7) Aktiva tetap yang sudah tidak dipakai karena sudah tua atau secara
ekonomis tidak dapat lagi digunakan, tidak boleh dicatat sebagai aktiva
tetap dan harus dicatat sebagai aktiva lain dengan harga besi tua
( salvage value ).

Masalah-masalah Khusus
1) Sering terjadi bahwa aktiva tetap dibeli dari atau dibuat oleh perusahaan
yang masih berafiliasi dengan perusahaan/ pelanggan yang diperiksa.
Contoh:
PT. ABC yang mendapat kredit investasi dari suatu bank untuk
mendirikan hotel, kemudian membuat suatu perusahaan pemborong
bangunan ( PT. DEF ) atau PT. PQR yang merupakan suatu usaha patungan
( Joint venture ) antara sebuah perusahaan indonesia dengan suatu
perusahaan asing. Perusahaan asing ini mensupply aktiva tetap dan
aktiva tersebut mungkin barang bekas pakai yang diperbaiki kemudian
dikirim ke Indonesia.
Dalam kedua contoh ini ada masalah penetapan harga perolehan
yang wajar karena pihak yang mensupply aktiva tetap tersebut masih
berafiliasi dengan perusahaan yang diperiksa.
Dalam

bahas

inggris

transaksi

ini

disebut related

party

transaction atau transaksi yang tidak at arms length.


Dalam hal ini harus ada penjelasan ( disclosure ) dalam catatan
mengenai ikhtisar keuangan tentang jenis dan besarnya transaksi
tersebut.

2) Didalam pembahasan prosedur pemeriksaan, disebutkan bahwa akuntan


harus melihat adanya aktiva yang bersangkutan untuk menyakinkan
dirinya sendiri bahwa aktiva tersebut memang ada.
Kalau aktiva ini hanya sekedar gedung, mesin tik atau suatu
kendaraan bermotor, hal ini masih mudah, kesukaran sering timbul karena
aktiva yang ingin dilihat merupakan suatu perlengkapan yang tidak begitu
dikenal oleh akuntan, sehingga kita tidak dapat memastikan bahwa
barang yang kita lihat memang sungguh-sungguh barang yang hendak
dilihat.
Kalau barang tersebut mempunyai catatan teknis yang juga
tercetak

pada

perlengkapan

yang

bersangkutan

maka

ia

dapat

membandingkan catatan yang ada pada dokumen pembelian dengan


catatan pada perlengkapan. Kalau sistem pengendalian intern dapat
dipercaya, akuntan dapat mencocokkan nomor aktiva tetap berdasarkan
register atau kartu aktiva langganan. Kalau akuntan masih tidak puas ia
dapat menggunakan tenaga ahli dalam lapangan yang bersangkutan.
3) Selain transaksi pembelian yang tidak at arms length seperti kasus no 1,
mungkin juga ada transaksi penjualan aktiva tetap yang dilakukan
tidak at arms length , misalnya penjualan rumah instansi pada seorang
direktur.
Dalam hal ini akuntan harus melihat prosedur dan kebijakansanaan
intern dalam menjual aktiva pada direkturnya. Akuntan harus sangat
berhati-hati kalau peristiwa tersebut terjadi pada perusahaan yang
dijalankan oleh orang-orang yang bukan menjadi pemilik modal, karena
transaksi seperti itu mungkin hanya menguntungkan pribadi direktur
tersebut. Kenyataan yang dapat lebih mencurigakan akuntan dalam hal
prosedur intern tidak jelas ialah kalau sebelum rumah tersebut dijual,
rumah tersebut diperbaiki lebih dulu dan biaya perbaikan dibebankan
pada perusahaan sedang harga jual dilakukan dengan nilai buku yang
sudah rendah.

4) Sering dilihat bahwa aktiva tetap dibeli dengan harga yang terlalu tinggi
dibandingkan dengan harga yang umum berlaku untuk barang tersebut
pada waktu itu dan ditempat yang sama.
Kesulitannya disini adalah bahwa unsur komisi atau kick back yang
telah menambah harga aktiva tetap tersebut tidak dapat dibuktikan oleh
akuntan.
Pimpinan perusahaan atau dewan komisaris seharusnya diberi tahu
mengenai keadaan ini, tetapi bukan dengan pemberitahuan bahwa ada
unsur komisi atau kick back melainkan adanya barang yang dibeli dengan
harga yang lebih tinggi. Disini harga pasaran umumnya dan sumber harga
tersebut sebaiknya juga dicantumkan. Kalau barang-barang tersebut
dapat ditenderkan dan pembelian tersebut dilakukan tanpa tender hal ini
juga harus dicantumkan dalam surat komentar akuntan.
5) Didalam salah satu prosedur pemeriksaan diatas disebutkan bahwa
akuntan

harus

menelaah

jumlah

pertanggungan

asuransi

untuk

menentukan apakah jumlah pertanggungan itu cukup, kurang atau


bahkan lebih. Hal ini bukanlah hal yang mudah, dan sangatlah tidak
bijaksana untuk menentukan kecukupan jumlah pertanggungan asuransi
dengan sekedar membandingkan nilai buku aktiva tetap itu dengan
jumlah pertanggungannya atau dengan membandingkan jumlah pinjaman
( misalnya dari bank ) dengan jumlah pertanggungannya.
Membandingkan nilai buku dengan jumlah pertanggungan mempunyai
kelemahan sebagai berikut :
a. Nilai buku tidak mencerminkan harga atau nilai aktiva yang
bersangkutan. Misalnya, jika aktiva tetap tersebut sudah disusutkan
penuh,

nilai

bukanya

nol.

Perbandingan

antara

jumlah

pertanggungan dengan nilai buku dapat memberi kesan seolaholah jumlah pertanggungan terlalu besar.
b. Misalkan aktiva tetapnya masih baru sehingga nilai buku masih
menggambarkan nilai aktiva tetap. Membandingkan nilai buku
dengan jumlah pertanggungan belum tentu memberikan gambaran

mengenai kecukupan jumlah pertanggungan. Contoh : dalam


industri tekstil, harga bangunan yang sangat tinggi disebabkan
karena perlunya fondasi bangunan yang khusus. Kalau terjadi
kebakaran ditaksir fondasi ini masih tetap dapat dipertahankan
sehingga tidak perlu jumlah pertanggungannya sama dengan nilai
buku aktiva baru.
Membandingkan nilai buku dengan persyaratan kredit bank juga
tidak selalu tepat. Bank misalnya dapat mensyaratkan jumlah barangg
jaminan 150% dari jumlah debetstand hutang dan karenanya jumlah
pertanggungan juga dibuat 150% dari debetstand. Jumlah pertanggungan
ini mungkin cukup, mungkin kurang atau mungkin juga berlebihan, karena
jumlah pertanggungan yang cukup tidaklah mempunyai hubungan
langsung dengan persyaratan kredit bank.
6) Dimuka disebutkan bahwa nilai aktiva tetap yang sesuai dengan prinsip
akuntansi Indonesia adalah harga perolehan atau harga historis. Kalau
pemegang saham mempunyai gedung yang mempunyai harga historis
Rp. 2.500.000 tapi bernilai Rp. 25.000.000 pada saat ini, gedung tersebut
dujadikannya sebagai penyetoran modal, ia tentu saja dapat mengatakan
bahwa penyetoran modal nya bernilai Rp. 25.000.000 dan bukan Rp.
2.500.000. dalam hal ini dari segi si pemegang saham harga Rp.
25.000.000 adalah harga penilaian kembali ( appraised value ) tapi untuk
PT harga Rp. 25.000.000 dalah harga perolehan. Sehingga kalau kita
memeriksa PT tadi, penilaian aktiva tetapnya adalah sesuai dengan
prinsip akuntansi indonesi. Tapi disini perlu ada catatan mengenai related
Party transaction tersebut.
7) Penyusutan aktiva tetap berdasarkan prinsip akuntansi belum tentu sama
dengan umur aktiva yang disebutkan dalam peraturan perpajakan.
Akuntan atau pembantunya harus menyusun suatu kertas kerja
yang

merekonsiliasi

penyusutan

penyusutan untuk keperluan pajak.

menurut

prinsip

akuntansi

dan

Pengujian Subtantif Atas Saldo Aktiva Tetap


Rekening aktiva tetap digunakan untuk menampung pencatatan
atas aktiva perusahaan atau organisasi yang mempunyai manfaat
ekonomis lebih dari satu tahun. Aktiva-aktiva yang termasuk dalam
katagori ini antara lain, tanah, bangunan, jalan, jembatan, bangunan air,
instalasi dan jaringan, mesin, peralatan, kendaraan, serta mebel. Aktiva
tersebut tidak akan habis dalam waktu satu tahun. Rekening nominal
yang berkaitan erat dengan aktiva tetap adalah biaya depresiasi,
perbaikan, dan sewa gedung atau aktiva lainnya.
Aktiva tetap sering kali merupakan komponen terbesar dari total
aktiva dalam neraca perusahaan atu organisasi. Biaya-biaya yang
berhubungan dengan aktiva tetap merupakan faktor yang material dalam
laporan rugi laba. Pemeriksaan terhadap aktiva tetap memakan waktu
dan biaya yang relatif labih sedikit dibandingkan dengan pemeriksaan
aktiva lancar.
Dalam audit atas aktiva tetap , auditor harus memisahkan
pengujian kedalam katagori berikut :
1. Melaksanakan prosedur analitis
Jenis prosedur analitis tergantung pada sifat operasi klien. Prosedur
analitis untuk aktiva tetap :
Prosedur analitis
Membandingkan beban penyusutan
yang dibagi dengan biaya aktiva tetap
kotor dengan tahun sebelumnya
Membandingkan akumulasi penyusutan
yang dibagi dengan biaya aktiva tetap
kotor dengan tahun sebelumnya
Membandingkan reparasi dan
pemeliharaan bulanan atau tahunan,
beban perlengkapan, beban peralatan
kecil, dan akun-akun serupa dengan
tahun sebelumnya
Membandingkan biaya manufaktur
kotor yang dibagi dengan beberapa
ukuran produksi dengan tahun
sebelumnya

Salah saji yang mungkin


Salah saji beban penyusutan dan
akumulasi penyusutan
Salah saji akumulasi penyusutan
Membebankan jumlah yang harus
dikapitalisasi

Peralatan yang menganggur atau


peralatan yang disingkirkan tetapi
belum dihapus

2. Memverifikasi akuisisi tahun berjalan


Perusahaan harus mencatat penambahan selama tahun berjalan
dengan benar karena aktiva memiliki pengaruh jangka panjang terhadap
laporan keuangan. Kegagalan untuk mengkapitalisasi aktiva tetap, atau
mencatat akuisisi pada jumlah yang salah, akan mempengaruhi neraca
sehingga perusahaan melepas atau membuang aktiva itu. Laporan laba
rugi

juga

akan

terpengaruh

hingga

aktiva

itu

telah

sepenuhnya

disusutkan.
Karena pentingnya akuisis periode berjalan dalam audit aktiva
tetap, auditor menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo sebagai kerangka referensi bagi pengujian atas
rincian saldo: (1) eksistensi (2) kelengkapan (3) keakuratan (4) klasifikasi
(5) pisah batas (6) detail tie-in (7) serta hak dan kewajiban.
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan pengujian audit yang
umum ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tujuan audit yang
Pengujian atas rincian
berkaitan dengan
saldo yang umum
saldo
Akuisisi tahun
Memfooting skedul
berjalan dalam
akuisisi.
skedul akuisisi sama
Menelusuri setiap
dengan jumlah file
akuisisi ke file induk
induk terkait, dan
untuk melihat jumlah
totalnya sama
an deskripsinya.
dengan buku besar
Menelusuri total
umum (detail tie-in)
kebuku besar umum.

Akuisisi tahun lalu


berjalan seperti yang
tercantum dalam
daftar memang ada
(eksistensi)

Memeriksa faktur
vendor dan laporan
penerimaan.
Memeriksa aktiva
secara fisik.

Akuisisi yang ada

Memeriksa faktur

Komentar
Memfooting skedul
akuisisi dan
menelusuri setiap
akuisisi yang harus
dibatasi kecuali
pengendaliannya
lemah.
Semua kenaikan saldo
buku besar umum
selama tahun
tersebut harus
direkonsiliasi dengan
skedul
Bukanlah hal yang
umum untuk
memeriksa secara
fisik aktiva yang
diperoleh kecuali
pengendaliannya
lemah atau jumlahnya
meterial
Tujuan ini merupakan

telah dicatat
(kelengkapan)

Akuisisi tahun
berjalan yang ada
dalam daftar sudah
akurat. (keakuratan)
Akuisisi tahun
berjalan yang ada
dalam daftar telah
diklasifikasikan
dengan benar.
(klasifikasi)

Akuisis tahun
berjalan dicatat pada
periode yang benar
(pisah batas).
Klien memiliki hak
atas akuisisi tahun
berjalan (hak)

vendor yang
berhubungan erat
dengan akun seperti
reparasi dan
pemeliharaan untuk
mengungkapkan
item-item yang akan
menjadi aktiva tetap.
Mereview perjanjian
lease dan sewa.
Memeriksa vendor

Memeriksa faktur
vendor dalam akun
aktiva tetap untuk
mengungkapkan
item-item yang harus
diklasifikasikan
sebagai aktiva tetap
kantor, pabrik, dll.
Memeriksa faktur
vendor yang
berhubungan erat
dengan akun seperti
reparasi untuk
mengungkapkan
item-item yang akan
menjadi aktiva tetap.
Memeriksa beban
sewa dan lease untuk
lease yang dapat
dikapitalisasi.
Mereview transaksi
yang mendekati
tanggal neraca pada
periode yang benar.
Memeriksa faktur
vendor

salah satu yang paling


penting untuk aktiva
tetap

Luasnya tergantung
pada resiko inheren
dan efektifitas
pengendalian internal.
Tujuannya berkaitan
erat dengan
pengujian untuk
kelengkapan. Hal ini
dilakukan dalam
kaitannya dengan
tujuan tersebut dan
pengujian untuk
keakuratan.

Biasanya dilakukan
sebagai bagian dari
pengujian pisah batas
utang usaha.
Biasanya tidak ada
masalah untuk aktiva
tetap.
Akte properti, aktiva
tidak berwujud, dan
tagihan pajak sering
kali diperiksa untuk
tanah dan bangunan
utama.

Titik awal untuk memverifikasi akuisisi tahun berjalan umumnya


merupakan sebuah skedul yang diperoleh dari klien menyangkut semua
akuisisi yang dicatat pada akun aktiva tetap dibuku besar umum selama
tahun tersebut. Klien memperoleh informasi ini dari file induk aktiva tetap.
Skedul yang tipikal memuat deskripsi, notasi apakah barang tersebut baru
atau bekas, umur aktiva untuk tujuan penyusutan, metode penyusutan,
dan biaya atau harga perolehannya.
3. Memverifikasi pelepasan tahun berjalan
Transaksi yang melibatkan pelepasan aktiva tetap sering kali
disalahsajikan apabila pengendalian internal perusahaan tidak memiliki
metode formal untuk memberi tahu manajemen tentang penjualan, tukar
tambah, pengabaian, atau pencurian mesin dan peralatan yang tercatat.
Jika klien lalai mencatatpelepasan, biaya awal akun aktiva tetap akan
dinyatakan terlalu tinggi, dan nilai buku bersih akan dinyatakan terlalu
tinggi hingga aktiva telah disusutkan sepenuhnya. Metode formal untuk
menelusuri pelepasan dan provisi menyangkut otorisasi yang tepat atas
penjualan atau pelepasan aktiva akan membantu mengurangi resiko salah
saji. Juga harus ada verifikasi internal yang memadai atas pelepasan yang
tercatat untuk memastikan bahwa aktiva telah dihapus dengan benar dari
catatan akuntansi.
Tujuan

utama

auditor

dalam

memverifikasi

penjualan,

tukar

tambah, atau pengabaian aktiva tetap adalah untuk mengumpulkan bukti


yang cukup bahwa semua pelepasan telah dicatat dan pada jumlah yang
benar. Titik awal untuk memverifikasi pelepasan adalah skedulklien yang
berisi

catatan

tentang

pelepasan

itu.

Skedul

tersebut

umumnya

mencantumkan tanggal kapan aktiva dilepas atau dibuang, nama orang


atau perusahaan yang mengakuisisi aktiva, harga jual, biaya awal,
tanggal akuisis dan akumulasi penyusutan.
Ketika suatu aktiva dijual atau dibuang begitu saja tanpa ditukar
dengan aktiva pengganti, keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan
memeriksa faktur penjualan terkait dan file induk aktiva tetap. Auditor

harus membandingkan biaya dan akumulasi penyusutan yang ada dalam


file induk dengan ayat jurnal yang tercatat dalam jurnal umum serta
menghitung kembali keuntungan atau kerugian atas pelepasan aktiv a
sebagai perbandingan dengan catatan akuntansi. Jika terjadi tukar
tambah aktiva dengan aktiva pengganti, auditor harus memastikan
bahwa aktiva yang baru dikapitalisasi dan aktiva yang digantikan dihapus
secara layak dari catatan, dengan mempertimbangkan nilai buku aktiva
yang ditukar tambah dan biaya tambahan aktiva yang baru.
4. Memverifikasi saldo akhir akun aktiva
Dua tujuan auditor ketika mengaudit aktiva tetap termasuk
menentukan bahwa :
a. Semua aktiva tetap yang tercatat ada secara fisik pada tanggal
neraca
b. Semua aktiva tetap yang dimiliki telah dicatat.
Ketika
tersebut,

merancang

pertama

pengujian

auditor

audit

untuk

mempertimbangkan

memenuhi
sifat

tujuan

pengendaliaqn

internal terhadap aktiva tetap. Idealnya, auditor mampu menyimpulkan


bahwa pengendalian cukup kuat untuk memungkinkannya bergantung
pada saldo yang dicatat dari tahun sebelumnya. Pengendalian yang
penting meliputi penggunaan file induk untuk setiap aktiva tetap,
pengendalian

fisik

yang

memadai

terhadap

aktiva

yang

mudah

dipindahkan ( seperti, komputer, perkakas, dan kendaraan ), penulisan


nomor identifikasi kesetiap aktiva tetap, serta perhitungan fisik periodik
atas aktiva tetap dan rekonsiliasinya oleh personil akuntansi. Metode
formal untuk memberi tahu departemen akuntansi tentang semua
pelepasan aktiva tetap juga merupakan pengendalian yang penting
terhadap saldo aktiva yang dicatatketahun berjalan.
5. Memverifikasi beban penyusutan
Beban penyusutan merupakan salah satu dari beberapa akun
beban yang tidak diverifikasi sebagai bagian dari pengujian pengendalian

dan pengujian subtantif atas transaksi. Jumlah yang tercatat ditentukan


dengan alokasi internal dan bukan oleh transaksi pertukaran dengan
pihak luar. Jika beban penyusutan berjumlah material, akan diperlukan
lebih banyak pengujian yang terinci atas beban penyusutan ketimbang
untuk akun yang telah diverifikasi melalui pengujian pengendalian dan
pengujian subtantif atas transaksi.
Tujuan audit Yng berkaitan dengan saldo yang paling penting untuk
beban penyusutan adalah keakuratan. Auditor harus berfokus pada
penentuan apakah klien mengikuti kebijakan penyusutan yang konsisiten
dari periode ke periode, dan apakah perhitungan klien sudah benar.
Dalam

menentukan

hal

yang

pertama,

auditor

harus

mempertimbangkan empat aspek:


(1) Umur manfaat akuisisi periode berjalan
(2) Metode penyusutan
(3) Estimasi nilai sisa
(4) Kebijakan penyusutan aktiva dalam tahun akuisisi dan disposisi
Kebijakan klien dapat ditentukan melalui diskusi dengan
personil yang berwenang dan membandingkan responnya dengan
informasi

yang

ada

dalam

file

permanen

auditor.

Dalam

memutuskan kelayakan umur manfaat yang dibebankan ke aktiva


yang baru saja diakuisisi, auditor harus mempertimbangkan umur
fisik aktiva, umur yang diharapkan, (dengan memperhatikan
keusangan atau kebijakan normal perusahaan untuk meningkatkan
mutu aktiva tetap ), dan kebijakan perusahaan yang ditetapkan
menyangkut pertukaran peralatan.
6. Memverifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan
Pendebetan ke akumulasi penyusutan biasanya diuji sebagai bagian
dari audit atas pelepasan aktiva, sementara kredit diverifikasi sebagai
bagian dari beban penyusutan. Jika auditor menelusuri transaksi tertentu
ke catatan akumulasi penyusutan dalam file induk aktiva tetap sebbagai

bagian dari pengujian tersebut, maka hanya diperlukan sedikit pengujian


tambahan atas saldo akhir akumulasi penyusutan.
Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit atas saldo akhir
akumulasi penyusutan adalah :
(1) Akumulasi penyusutan yang dinyatakan pada file induk aktiva tetap
sama dengan buku besar umum. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan
menguji footing akumulasi penyusutan dalam file induk aktiva tetap
dan menelusuri totalnya kebuku besar umum.
(2) Akumulasi penyusutan dalam file induk sudah akurat.
Dalam beberapa kasus, umur aktiva tetap khusunya properti pabrik
mungkin saja berkurang secara signifikan kerena umumnya permintaan
pelanggan atas produk, kerusakan fisik yang tidak terduga, modifikasi
operasi, atau perubahan lainnya. Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan
tersebut, auditor harus mengevaluasi kememadaian penyisihan untuk
akumulasi penyusutan setiap tahun guna memastikan bahwa nilai buku
bersih tidak melampaui nila realisasi aktiva.

Penetapan Resiko Deteksi


Jenis aktiva tetap yang berbeda mempunyai resiko bawaan dan
resiko pengendalian yang juga berbeda. Resiko bawaan untuk tanah
adalah lebih rendah dibandingkan resiko bawaan untuk kendaraan
maupun

bangunan.

Hal

ini

diakibatkan

oleh

kerentanan

dalam

pengendalian dan kerumitan dalam perhitungan dari estimasi umur


ekonomis dan nilai residualnya. Variasi dalam resiko bawaan dan resiko
pengendalian antar berbagai aktiva tersebut perlu diperhatikan oleh
auditor dengan menentukan tingkat resiko deteksi yang tepat untuk
masing-masing pernyataan. Disamping itu, terdapat berbagai faktor lain
yang mempengaruhi tinggi rendahnya resiko bawaan. Resiko bawaan
pada pernyataan penilaian atau pengalokasian adalah relatif tinggi pada
pembelian aktiva tetap dengan menggunakan kredit jangka panjang.

Resiko pengendalian aktiva tetap pada umumnya relatif rendah


karena transaksi ini jarang terjadi dan terdapat otorisasi pimpinan atas
pembelian aktiva tetap yang penting. Meskipun resiko pengendaliannya
rendah sehingga resiko deteksinya ditetapkan pada tingkat yang tinggi,
auditor

perlu

menggunakan

pendekatan

pengutamaan

pengujian

subtantif. Hal ini disebabkan karena transaksi pembelian aktiva tetap


secara individual memiliki pengaruh yang material terhadap laporan
keuangan.
Sebuah Kasus Audit Asset Tetap
Pada Desember 2006 Indonesia Corruptin Watch (ICW) melaporkan
kasus dugaan korupsi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam
ruislaag (tukar guling) antara asset PT. Industri Sandang Nusantara (ISN),
sebuah BUMN yang bergerak di bidang tekstil, dengan asset PT. GDC,
sebuah perusahaan swasta.
Dalam ruislaag tersebut PT. ISN menukarkan tanah seluas 178.497
meter persegi di kawasan Senayan dengan Tanah seluas 47 hektar
beserta Pabrik dan mesin di karawang.
Berdasarkan hasil temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
semester

II

Tahun

Anggaran

1998/1999,

menyatakan

ruislaag

itu

berpotensi merugikan keuangan Negara sebesar Rp. 121,628 miliar.


Kerugian itu terdiri dari kekurangan luas bangunan pabrik dan
mesin milik PT. GDC senilai Rp. 63,954 miliar, berdasarkan penilaian
aktiva tetap oleh PT. Sucofindo pada 1999; penyusutan nilai asset pabrik
milik PT. GDC senilai Rp. 31,546 miliar; dan kelebihan perhitungan harga
tanah senilai Rp. 0,127 miliar. Selain itu juga ditemukan bahwa terdapat
nilai saham yang belum dibayarkan oleh PT. GDC sebesar Rp. 26 miliar.
Telaah Kasus
Dalam kasus Ruislaag di atas, karena ketidakjelasan prosedur dan
syarat-syarat
diselewengkan.

tukar

guling

asset,

sehingga

sangat

rawan

untuk

Seharusnya keputusan Tukar Guling tidak hanya menjadi wewenang


salah satu pejabat saja, melainkan melibatkan beberapa pejabat sebagai
pengendali dan control yang baik. Selain itu juga diperlukan sebuah
aturan

baku

oleh

perusahaan

mengenai

tukar

guling,

sehingga

kemungkinan penyelewengan menjadi berkurang.


Diperlukan juga control dari lembaga bersangkutan terhadap
penelitian tim penilik yang meneliti kelengkapan mengenai status asset,
dokumen kelengkapan asset, sehingga tidak ada manipulasi dari nilai
asset tersebut serta proses tukar menukar.
Walaupun menggunakan jasa Appraisal, penilaian asset tetap juga
tetap harus diawasi untuk mencegah kecurangan-kecurangan.
Dari kasus diatas dapat dibuktikan bahwa PT. ISN memiliki
pengendalian intern yang sangat buruk. Sehingga PT. ISN rawan dicurangi
oleh rekanan-rekanan bisnisnya maupun oleh oknum-oknum pejabat
perusahaan yang ingin mengambil keuntungan. Oleh karena itu hal
pertama yang harus dibenahi oleh PT. ISN adalah soal Pengendalian
Internnya

BAB III

Kesimpulan
1. Aktiva Tetap merupakan aset suatu perusahaan yang berwujud, yang
digunakan untuk

kegiatan operasional perusahaan dalam jangka

waktu lebih dari satu periode.


2. Dari sudut substansi, aktiva tetap dapat dibagi menjadi:
a. Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung,
dan peralatan.
b. Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti Goodwill,
hak paten, hak cipta, dan lain-lain.
Dari sudut disusutkan atau Tidak dapat dibagi menjadi :
a. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang dapat disusutkan
seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris, dan lain-lain.
b. Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang tidak disusutkan
seperti tanah.
Berdasarkan jenis dapat dibagi menjadi:
a. Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi,
misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parkir dan lain
sebagainya.
b. Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk
pabrik;
c. Mesin;
d. Inventaris;
e. Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
3. Tujuan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap:

Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi


yang berkaitan dengan aktiva tetap.

Membuktikan kebenaran aktiva tetap dan keterjadian transaksi


yang berkaitan dengan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.

Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang


dicantumkan di neraca.

Membuktikan

kewajaran

penilaian

aktiva

tetap

yang

dicantumkan di neraca.

Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva


tetap di neraca.

4. Prosedur audit atas aktiva tetap


Prosedur audit awal
Pengujian analitik
Pengujian terhadap transaksi rinci
Pengujian terhadap saldo akun rinci
Verifikasi penyajian dan pengungkap.

Anda mungkin juga menyukai