Anda di halaman 1dari 17

Dehidrasi Pada Laki- Laki 45 Tahun Bekerja Pada Tungku Pemanas

Edwin Quinito (10.2013.319)


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jl. Ardjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
Alamat korespondensi : edwinquinito@yahoo.co.id

Pendahuluan
Kerja adalah aktivitas sehari- hari untuk mendapatkan sesuatu dapat berupa uang, timbal
balik, atau barang. Pekerjaan tentunya dibutuhkan oleh setiap orang untuk memenuhi kebutuhan
dirinya maupun orang lain.
Pemeliharaan standar kesehatan dan keselamatan yang tinggi di lingkungan kerja
mencakup pengawasan kondisi pekerjaan, termasuk tingkat kebisingan, tingkat radiasi,
temperatur, luka fisik akibat terjatuh atau terkena mesin, terluka atau terkontaminasi dengan
bahan-bahan kimia yang digunakan di tempat berkerja. Tingkat kesehatan dari seseorang
mempunyai pengaruh yang besar terhadap penampilan dan kapasitas kerjanya. Dengan demikian
maka penekanan dalam program kesehatan kerja tidak hanya pada mengusahakan peningkatan
dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial pekerja di semua lapangan pekerjaan saja, tetapi juga pada pencapaian
produktivitas kerja yang optimal.1
Penyakit akibat dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pemaparan terhadap lingkungan kerja. Walaupun bahaya dari faktor-faktor atau agen-agen
lingkungan tertentu sudah diketahui sejak berabad-abad yang lalu,namun masih banyak pula
yang belum dapat sepenuhnya dikendalikan di tempat kerja sehingga dapat menimbulkan
gangguan kesehatan terutama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia,
upaya-upaya untuk melakukan evaluasi dan pengendalian di tempat kerja, termasuk bahayabahaya kerja yang efeknya sudah jelas diketahui seringkali kurang mendapat perhatian. Konsep
bahwa yang terkena penyakit akibat kerja (Occupational Disease) hanya pekerja itu sendiri telah
berkembang dan mencakup pula keluarga dari pekerja yang bersangkutan serta masyarakat pada
umumnya. Dari berbagai studi epidemiologis, disamping penyakit-penyakit akibat kerja
dipelajari pula berbagai faktor yang mengganggu kesehatan di tempat kerja yang kemudian
berkontribusi terhadap timbulnya penyakit. Penyakit-penyakit tersebut sebagai penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan (Occupational related Disease), dimana pada penyakit yang
dimaksud, lingkungan kerja bukan sebagai penyebab langsung, namun berperan sebagai faktor
penyokong (contributing factor) terhadap timbulnya penyakit.1,2

Tentunya pekerjaan dapat menyebabkan penyakit yang dapat berasal dari lingkungan,
prilaku kerja, dan akses pelayanan kesehatan. Pekerjaan tentunya akan memiliki kecendrungan
untuk menyebabkan beberapa penyakit yang spesifik. Pekerja yang bekerja pada tungku pemanas
tentunya akan memiliki eksposure terhadap panas. Untuk mengurangi dan menghindari
terjadinya penyakit atau kecelakaan akibat kerja maka ada panduan untuk standard dilakukanya
pekerjaan itu.2
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis kepada pasien.
Identitas

: Laki- Laki, 45 tahun, pekerja di bagian tungku pemanas pabrik gelas

Keluhan utama

: nyeri saat buang air kecil

RPS

: nyeri saat buang air kecil sejak pagi

RPD
: 2 minggu lalu mengalami nyeri saat buang air kecil dan sudah berobat
dan sembuh setelah minum obat
RPK

:-

Riwayat Sosisl

: Memiliki kebiasaan minum teh

Pengunaan Obat

: Sudah berobat tapi tidak diketahui obat yang diberikan

Keluhan tambahan : Tidak ada rasa sakit di pinggang dan kencing berwarna kuning, karyawan
lain ada juga yang mengalami hal serupa.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

:-

Kesadaran

: Compos mentis

TTV
Tekanan darah

Nadi

Frekwensi napas

Suhu

: normal

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

: lidah kering, dada, perut, dan ekstremitas dalam batas normal

Palpasi

Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan urin

: Kultur urine,Kristal urin ++

USG

: Untuk mengetahui apakah ada batu yang menyebabkan rasa sakit.


Selain itu, pH urin juga merupakan petunjuk yang berharga untuk menduga kemungkinan

batu penyebab karena pH urin normal postprandial adalah 5.9. Jika pH urin menetap < 4,8
memberi kesan adanya batu asam urat atau batu sistein, yang keduanya terlihat radiolusen pada
foto polos abdomen. Sebaliknya, jika pH > 7.2 memberikan kesan adanya batu struvit yang akan
terlihat radioopak pada foto polos. Terakhir, pemeriksaan urin 24 jam diindikasikan untuk
diagnosis faktor yang berkontribusi pada pembentukan batu, yaitu untuk mengetahui apakah ada
hiperkalsiuria, peningkatan ekskresi oksalat, penurunan ekskresi sitrat. 3 Hasil pemeriksaan
penunjang yang didapat dari skenario adalah hasil pemeriksaan urin yaitu ditemukan kristal ++.
Gejala klinis
Beberapa tanda-tanda awal dari gejala dehidrasi adalah Anda merasa haus dan pusing,
mulut kering, kelelahan, jarang buang air kecil, urine berwarna lebih gelap serta berbau lebih
kuat, dan kulit kering.
Jika dehidrasi terjadi pada bayi, gejala awal yang bisa diperhatikan adalah ubun-ubun
bayi akan menyusut, jumlah air mata sedikit ketika menangis, popok tetap kering setelah
beberapa jam, kurang aktif, rewel, dan mudah mengantuk.
Dalam keadaan dehidrasi, tubuh akan sangat terpengaruh meski kita kehilangan sedikit
air. Sayang sekali, tidak ada alat pengukur yang bisa diandalkan jika tubuh membutuhkan air,
terutama pada bayi dan anak kecil. Petunjuk yang cukup bagus adalah dari warna urine. Warna
urine yang bening berarti tubuh Anda memiliki cukup cairan, sedangkan urine yang warna
kuning atau kuning gelap akan jadi pertanda awal dari dehidrasi.
Berikut ini adalah gejala klinis yang perlu diwaspadai oleh pasien:

Merasa lelah atau kebingungan

Pusing yang tidak hilang setelah beberapa detik merubah posisi dari duduk ke berdiri

Denyut jantung cepat tapi lemah

Napas cepat

Kesadaran menurun

Tidak buang air kecil selama 8 jam

Kejang-kejang
WD dan DD
WD: Dehidrasi ringan
DD: Infeksi saluran kemih
7 Langkah Diagnosis Okupasi
Untuk menegakkan diagnosis pada skenario ini, apakah pasien menderita penyakit akibat
kerja ataupun tidak, dapat dilakukan 7 langkah diagnosis okupasi.
1. Diagnosis Klinis, Dehidrasi Ringan

Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta penunjang, dapat ditentukan
diaknosis klinis pasien pada skenario adalah dehidrasi ringan dengan diagnosis banding
infeksi daluran kemih. Dehidrasi merupakan gangguan dalam keseimbangan cairan tubuh
yang diakibatkan karena kurangnya jumlah cairan akibat pengeluaran berlebih atau intake
yang kurang. Kurangnya jumlah cairan sering dibarengin dengan kekurangan mineral
yang dibutuhkan tubuh dan hal itu menyebabkan timbul gejala yang dapat berakibat fatal.
Dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan hingga berat berdasarkan gejala yang
muncul tadi.
2. Pajanan di Lingkungan Kerja

Informasi mengenai ada tidaknya pajanan yang didapat oleh pasien dapat digali dari
anamnesis lebih lanjut mengenai pekerjaan pasien. Dimulai dari jeni pekerjaannya,
berapa lama sudah bekerja dibagian itu, berapa jam sehari lama bekerjanya, lingkungan
dan kondisi bahkan kebiasaan yang didapat karena bekerja. Dari skenario diatas, pajanan
yang didapat pasien adalah tekanan panas karena pasien bekerja di pabrik gelas bagian
memasukkan material ke tungku.

3. Hubungan Pajanan dan Diagnosis Klinis

Hubungan antara pajanan dan diagnosis klinis pasien harus diamati juga melalui tinjauan
pustaka. Dari hasil tinjauan pustaka untuk kasus seperti pada skenario, hasilnya adalah
ada hubungan antara pajanan dengan diagnosis klinis. Tetapi sebelumnya harus dilakukan
pengukuran suhu terlebih dahulu di lingkungan kerja dan dibandingkan dengan data
berikut, NAB iklim kerja bagi pekerja yang bekerja selama 6 jam sehari dan istirahat 2
jam dengan beban kerja sedang adalah ISBB sebesar 28,00 C.
4. Besarnya Pajanan

Besarnya pajanan juga dapat diperoleh dari hasil anamnesis ataupun observasi langsung
jika diperlukan. Perlu diketahui patofisiologi penyakit dan bukti epidemiologisnya, serta
dicaritahu mengenai pemakaian alat pelindung diri, apakah sesuai atau tidak.
5. Faktor Individu

Langkah ini merupakan langkah penting untuk menentukan apakah pasien menderita
PAK atau bukan. Perlu ditanyakan riwayat penyakit pasien dan keluarga khususnya
riwayat atopi atau alergi, ataupun sakit ginjal.
6. Faktor Eksternal

Langkah ini sama pentingnya seperti langkah ke 5 dalam penentuan diagnosis PAK atau
bukan. Perlu ditanyakan faktor-faktor eksternal yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan yang dapat menimbulkan atau berakibat seperti diagnosis klinis, dalam kasus
ini dehidrasi. Perlu diketahui kebiasaan makan dan minum pasien, serta kebiasaan sosial
pasien yang lain seperti hobinya dan kegiatan lain diluar pekerjaan. Dalam skenario
dinyatakan ada faktor kebiasaan pasien yang hanya minum air teh setelah makan.
7. Diagnosis Okupasi

Langkah terakhir untuk menentukan apakah pasien menderita PAK atau bukan. Dapat
juga dinyatakan dengan penyakit yang diperberat kerja ataupun untuk diagnosis masih

membutuhkan informasi lagi. Untuk kasus pada skenario diatas, pasien didiagnosis
menderita dehidrasi yang diperberat kerja.
Etiologi
Sesuai UU Nomor 1 Tahun 1970, Tentang: Ditetapkannya Persyaratan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, salah satu sumber bahaya yang ditemukan di tempat kerja adalah bahaya
kondisi fisik berupa iklim kerja panas. Hal ini juga diperjelas dengan keluarnya Kepmenaker No.
51 Tahun 1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja, tertera dalam pasal 1, dimana NAB
iklim kerja bagi pekerja yang bekerja selama 6 jam sehari dan istirahat 2 jam dengan beban kerja
sedang adalah ISBB sebesar 28,00 C.4
NAB (Nilai Ambang Batas) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga
kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Biasanya ahli hygiene industry
menggunakan parameter yang disebut Wet Bulb Globe Thermometer (WBGT) atau Indeks Suhu
Bola Basah (ISBB), yaitu penggabungan parameter suhu udara kering, suhu basah bola dan suhu
radiasi.4
Dari hasil pemetaan 7 langkah diagnosis okupasi diatas dapat ditentukan bahwa etiologi
dari penyakit pasien diatas adalah karena faktor lingkungan kerjanya yaitu heat stress. Tekanan
panas atau heat stress adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang dterima pekerja dari
kontribusi metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan dan faktor lingkungan, seperti
temperatur udara, kelembaban, sirkulasi udara dan radiasi panas serta pakaian yang digunakan.
Keadaan heat stress ringan maupun sedang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan berakibat
buruk pada penampilan kerja dan keselamatan. Pada saat heat stress mendekati batas toleransi
tubuh, resiko terjadinya kelainan kesehatan menyangkut panas akan meningkat.5
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan panas atau heat stress, yaitu:
1. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan adanya
pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut nadi dan suhu tubuh akibat
pembentukan keringat.5 Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian
diri seseorang terhadap lingkungannya. Aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan
penurunan suhu tubuh dan pengeluaran garam dari dalam tubuh. Proses aklimatisasi
ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa waktu. Mengingat

pembentukan keringat bergantung pada kenaikan suhu dalam tubuh. Aklimatisasi panas
biasanya tercapai setelah dua minggu. Dengan bekerja pada suhu tinggi saja belum bisa
menghasilkan aklimatisasi yang sempurna.5
2. Masa Kerja
Masa kerja menunjukan lama paparan di tempat kerja. Semakin lama bekerja di suatu
tempat maka semakin besar pula kemungkinan terpapar lingkungan kerja baik fisika,
kimia, biologi, dan sebagainya. Masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap
faktor risiko yaitu tekanan panas. Maka semakin lama masa kerja seseorang kemungkinan
besar orang tersebut telah mengalami aklimatisasi terhadap iklim kerja (ISBB).5
3. Umur
Faktor penting terkait umur yang memengaruhi terjadinya keluhan kesehatan adalah
penurunan fungsi jantung dan efisiensi pengeluaran keringat. Pekerja dengan usia di atas
40 tahun kelenjar keringat mempunyai respon yang lebih lambat terhadap beban panas
metabolik dan lingkungan dari pada pekerja muda. Pada kondisi dimana radiasi panas di
tempat kerja tinggi maka akan menyerap panas lebih banyak karena pembuluh darah
mereka yang terdapat di dekat kulit sehingga kulit akan terpapar panas dan menyerap
panas lebih banyak dari pada pekerja usia muda. Pekerja yang berusia diatas 40 tahun
mempunyai penurunan kemampuan untuk mengembalikan suhu tubuh pada suhu
normal.5
4. Jenis kelamin
Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau
kekuatan otot laki-laki disamping itu, seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin
daripada suhu panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh seorang wanita mempunyai
jaringan dengan daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan
dengan laki-laki. Akibatnya pekerja wanita akan memberikan lebih banyak reaksi perifer
bila bekerja pada cuaca panas. Komposisi air tubuh antara laki-laki dan perempuan
berbeda berdasarkan usia, laki-laki usia 18-40 tahun memiliki komposisi air tubuh 61%
dari kilogram berat badan sedangkan wanita memiliki komposisi air tubuh 51% dari
kilogram berat badan. Pada usia 40-60 tahun memiliki komposisi air tubuh 55% dari
kilogram berat badan dan wanita 47% dari kilogram berat badan.6
5. Ukuran tubuh

Adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisologis tubuh terhadap
panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tekanan panas
yang lebih besar karena mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang lebih kecil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berat badannya kurang dari 50 kg
selain mempunyai maximal oxygen intake yang rendah tetapi juga kurang toleran
terhadap panas daripada mereka yag mempunyai berat badan rata-rata. Proporsional
tubuh berbanding lurus dengan kebutuhan cairan. Selain proporsi ukuran tubuh,
komposisi dalam tubuh pun ikut mempengaruhi jumlah total cairan dalam tubuh. Lemak
(lipid) sebagai jaringan yang tidak bisa menyatu dengan air akan memiliki kandungan air
yang minimal. Maka kebutuhan asupan air minum juga berbeda, responden dengan
kategori gemuk lebih banyak membutuhan asupan air minum dibandingkan dengan
responden yang berkategori normal.5,6
6. Asupan Cairan
Pekerja yang bekerja di lingkungan panas sebaiknya mengkonsumsi air minum sebanyak
1 gelas setiap 20-30 menit. Pekerja yang minum pada saat haus saja tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan. Kebiasaan minum air yang baik dapat mencegah
terjadinya dehidrasi tubuh setelah terpapar panas dalam kurun waktu tertentu. Kebiasaan
minum air yang tidak dilakukan dalam kurun waktu yang sering tetap memungkinkan
terjadinya dehidrasi, meskipun jumlahnya cukup. Secara fisiologis, manusia sudah
dibekali dengan respon untuk memasukkan cairan kedalam tubuh. Respon haus
merupakan reflex yang secara otomatis menjadi perintah kepada tubuh memasukkan
cairan. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis yang mendalam mengenai hubungan
konsumsi cairan dengan status hidrasi.7
7. Jenis Air Minum
Minuman yang baik ialah air mineral kemasan. Sebenarnya minuman kopi, teh, soda, jus,
dan sebagainya mengandung agen dehidrasi. Meminum air sebaiknya jangan terlalu
banyak dan jangan terlalu sedikit paling tidak 8 gelas per harinya karena setiap fungsi
tubuh diatur dan tergantung pada air. Air harus tersedia untuk membawa elemen penting
yaitu oksigen, hormone, dan zat kimia pembawa pesan keseluruh tubuh.7
Epidemiologi

Penyebab dehidrasi yang paling utama adalah diare, terutama bila terjadi pada bayi dan
anak- anak. Tapi dehidrasi juga dapat dikaitkan pada kondisi iklim, aktivitas fisik, olahraga, pola
makan, dan pekerjaan. Dehidrasi terjadi karena kurangnya cairan tubuh akibat penggantian
cairan yang tidak adekuat sesuai dengan asupan minum. Selain itu dehidrasi juga dapat
disebabkan oleh muntah, berkeringat, demam, berolahraga saat cuaca panas, dan keadaan panas.
Berikut adalah orang yang memiliki risiko terkena dehidrasi lebih tinggi
Semua orang bisa mengalami dehidrasi jika kehilangan terlalu banyak cairan di dalam
tubuhnya, tapi terdapat beberapa orang memiliki risiko yang lebih besar.

Bayi dan anak-anak.

Orang-orang lanjut usia.

Orang dengan penyakit kronis (penyakit jangka panjang), seperti diabetes dan gagal
ginjal.

Atlet dengan intensitas latihan tinggi.

Orang-orang yang tinggal di dataran tinggi.

Orang-orang yang berolahraga di tempat yang panas dan lembap.


Pekerja yang berhubungan dengan panas.
Penelitian yang dilakukan oleh Andrey Livchak pada tahun 2005 yang berjudul The
Effect of Supply Air Systems on Kitchen Thermal Environment diperoleh hasil bahwa faktor
o
suhu berpengaruh terhadap produktivitas. Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5 C di atas
tingkatan nyaman akan menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh
manusia tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan.
Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.
Air merupakan salah satu zat gizi dan kekurangan air merupakan kekurangan gizi,
penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) tahun 2009 yang dilakukan di
beberapa kota di Indonesia menunjukan bahwa ternyata 46,1% subjek mengalami dehidrasi
ringan. Beberapa kota yang dilakukan penelitian didapatkan angka dehidrasi pada daerah Jakarta
dan Jawa Barat 40,9%, Jawa Timur 48,3%, dan Sulawesi Selatan 49,9% setengah dari subjek
yang dilakukan pengukuran merupakan orang dewasa dan remaja yang mengetahui kebutuhan
air minum sekitar dua liter.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soemarko tahun 2002 menyebutkan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan lingkungan kerja adalah suhu lingkungan kerja.
Jika suhu terlalu tinggi, yang disebut dengan lingkungan kerja panas, selain mengganggu
kenyamanan juga mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Jika jumlah cairan
dan elektrolit tidak cukup produksi urin akan menurun dan kepekatan urin meningkat
(hipersaturasi/supersaturasi). Keadaan ini bila berlangsung cukup lama dapat mendorong
terbentuknya antara lain kristal dan batu asam urat di saluran kemih. Diperoleh prevalensi kristal
asam urat pada peneltian ini sebesar 45.2%. Hal diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Borghi et al yang memeriksa prevalensi terjadinya batu ginjal (stone disease) dan faktor risiko
terjadinya batu saluran kemih pada pekerja pabrik pembuatan kaca bersuhu 29-31 0C WBGT,
diperoleh hasil prevalensi nefrolitiasis sebesar 8.5%. Sedangkan pada kontrol yang bekerja pada
suhu normal sebesar 2.4%. Terjadi insiden yang tinggi (38.8%) berupa jenis batu asam urat pada
pekerja yang terpapar keadaan heat stress. Dari studi ini dapat dipastikan bahwa dehidrasi kronis
mempresentasi faktor risiko keadaan litogenik, terutama terhadap batu jenis asam urat, dan
perlunya minum yang cukup pada pekerja di lingkungan panas.8,9
Patofisiologi
Dehidrasi disebut pula dengan ketidak seimbangan hiperosmolar. Dehidrasi terjadi akibat
kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional,
terutama natrium. Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadar natrium, peningkatan
osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air merupakan substansi yang diperlukan oleh tubuh
manusia, sehingga jumlah komponen ini harus terpenuhi dengan baik. Kehilangan komponen air
sering diakibatkan oleh karena asupan air yang tidak adekuat atau pengeluaran (output) yang
berlebihan, misalnya keringat, panas, dan diare. Upaya untuk mencegah terjadinya dehidrasi
dapat dilakukan dengan banyak minum air yang diberi garam dengan jumlah yang kurang lebih
sama dengan jumlah air dan garam yang hilang.10
Dehidrasi menyebabkan depresi Adrenosin Tri Phospat (ATP) dan Phospocreatin yang
menyebabkan kelelahan otot sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja. Dehidrasi yang
berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Ginjal merupakan organ yang
berperan besar dalam proses regulasi cairan tubuh. Paparan panas merupakan salah satu faktor
dominan yang mengganggu proses bekerja. Panas akan menimbulkan gangguan kesehatan pada

pekerja terutama akibat pengeluaran cairan yang berlebihan hal ini mengakibatkan gangguan
saluran kemih berupa kristal urin. Kristal urin terjadi karena adanya pemekatan urin sehingga
urin menjadi jenuh dan membentuk sedimen urin. Sedimen yang banyak dan menetap yang
terjadi pada urin akan mengakibatkan agregasi (penggumpalan) kristal dan kemudian menjadi
batu pada urin.10
Kristalisasi urin dapat terjadi pada pekerja yang terpapar pada suhu 29-310C WBGT.
Suhu lingkungan kerja yang panas akan menyebabkan usaha mendinginkan tubuh dengan jalan
mengeluarkan keringat dan meningkatkan penguapan melalui paru-paru juga ikut meningkat.
Pengeluaran cairan yang relatif banyak akan mempengaruhi kesimbangan cairan di dalam tubuh
sehingga cairan tubuh berkurang disusul dengan pemekatan urin sehingga akan terjadi keadaan
supersaturasi urin. Keadaan ini akan mempengaruhi ion-ion di dalam urin sehingga
mempermudah kristalisasi urin. Selain itu, dehidrasi juga dapat mempengaruhi berat badan
seseorang akibat keringat dan urin yang keluar selama beraktifitas.10
Menifestasi Klinis
Menifestasi klinis yang nampak akibat tekanan panas atau heat stress dapat dibagi
menjadi empat kategori dasar yaitu heat rash, heat cramps, heat exhasustion, dan heat stroke.
a. Heat Rash / Millaria Rubra
Millaria rubra sering dijumpai di kalangan militer atau pekerja fisik lainnya
yang tinggal di daerah iklim panas. Tampak adanya bintik papulovesikal, kemerahan
pada kulit yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini terjadi sebagai akibat sumbatan
kelenjar keringat dan terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan. 11 Kelainan
ini dapat mengganggu tidur sehingga efisiensi fisiologis menurun dan meningkatkan
kelelahan kumulatif. Keadaan ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
faktor yang lebih serius. Adanya kelainan kulit menyebabkan proses berkeringat dan
evaporasi terhambat, sehingga proses pendinginan tubuh terganggu. 11
b. Heat cramps / kejang
Heat cramps dapat terjadi sebagai kelainan tersendiri atau bersama dengan
kelelahan panas (heat exhaustion). Kejang otot timbul secara mendadak, terjadi
setempat atau menyeluruh, terutama otot ekstremitas dan abdomen. Penyebab
utamanya karena defisiensi garam. Kejang otot yang berat dalam udara panas
menyebabkan keringat diproduksi banyak. Bersama dengan keluarnya keringat
maka tubuh juga kehilangan elektrolit.11

c. Heat Exhaustion / kelelahan


Kelelahan akibat panas dapat timbul sebagai akibat kolaps sirkulasi darah
perifer karena dehidrasi dan defisiensi garam. Dalam usaha menurunkan panas,
aliran darah perifer bertambah, sehingga produksi keringat bertambah. Penimbunan
darah di perifer menyebabkan darah yang dipompa dari jantung ke organ lainnya
tidak mencukupi sehingga timbul gangguan. Kelelahan panas dapat terjadi pada
keadaan dehidrasi atau defisiensi garam tanpa dehidrasi. Kelainan ini dapat
dipercepat pada orang yang kurang minum, berkeringat banyak, mutah, diare atau
penyebab lain yang mengakibatkan pengeluaran cairan tubuh yang berlebihan. 11
d. Heat stroke / serangan akibat panas
Heat stroke adalah suatu keadaan darurat medik dengan angka kematian
yang tinggi. Pada kelelahan panas, mekanisme pengatur suhu bekerja berlebihan
tetapi masih berfungsi, sedangkan pada heat stroke ini mekanisme pengatur suhu
tidak berfungsi disertai dengan terhambatnya proses evaporasi secara total.
Tekanan

panas

yang

berlebihan

merupakan

beban

tambahan

yang

harus

diperhatikan dan diperhiungkan. Beban tambahan berupa paparan panas dapat


menyebabkan beban fisiologis seperti kerja jantung menjadi bertambah. Tekanan
panas yang berlebih juga dapat mengakibatkan perubahan fungsional pada organ
yang bersesuaian pada tubuh manusia serta dapat rasa letih dan kantuk,
mengurangi

kestabilan dan meningkatkatnya jumlah angka kesalahan kerja

sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja. 11

Sedangkan menifestasi untuk menentukan tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tabel
berikut:

Tabel 1. Derajat Dehidrasi menurut MMWR.12


Untuk menifestasi berupa ditemukannya kristal urin sudah dijelaskan pada patofisiologi.
Penatalaksanaan
Tatalaksana yang diberikan pada pasien dalam skenario dapat berupa simptomatis, yaitu
pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri saat buang air kecil, seperti asam mefenamat
dan asetaminofen. Sedangkan untuk penanganan dehidrasinya, secara sederhana prinsip
penatalaksanaan dehidrasi adalah mengganti cairan yang hilang dan mengembalikan
keseimbangan elektrolit, sehingga keseimbangan hemodinamik kembali tercapai. Dehidrasi
derajat ringan sampai sedang dapat diatasi dengan efektif melalui pemberian cairan ORS (oral
rehydration solution) untuk mengembalikan volume intravaskuler dan mengoreksi asidosis.
Selama terjadi gastroenteritis, mukosa usus tetap mempertahankan kemampuan absorbsinya.
Kandungan natrium dan sodium dalam proporsi tepat dapat secara pasif dihantarkan melalui
cairan dari lumen usus ke dalam sirkulasi. Jenis ORS yang diterima sebagai cairan rehidrasi
adalah dengan kandungan glukosa 2-3 g/dL, natrium 45-90 mEq/L, basa 30 mEq/L, kalium 2025 mEq/L, dan osmolalitas 200-310 mOsm/L. Banyak cairan tidak cocok digunakan sebagai
cairan pengganti, misalnya jus apel, susu, air jahe, dan air kaldu ayam karena mengandung
glukosa terlalu tinggi dan atau rendah natrium. Defisit cairan harus segera dikoreksi dalam 4 jam
dan ORS harus diberikan dalam jumlah sedikit tetapi sering,untuk meminimalkan distensi
lambung dan refleks muntah.13

Komplikasi
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian menifestasi klinis bahwa gejala yang dapat
timbul pada pasien dengan heat stress dapat diawali dengan heat rash lalu selanjutnya dapat
terjadi heat cramps, heat exhausetion sampai heat stroke. Dengan kata lain, apabila gejala
dehidrasi yang sudah dialami oelh pasien diabaikan, pasien dapat saja meninggal akibat heat
stress yang dialaminya. Selain itu adanya kristal pada saluran kemih dapat memicu terjadinya
infeksi saluran kemih.
Prognosis
Sama seperti kasus dehidrasi pada umumnya, resusitasi cairan yang cepat dapat
mengembalikan kondisi tubuh pasien, prognosisnya baik. Selain itu juga, perbaikan suhu pada
lingkungan kerja juga berpengaruh. Atau dengan kata lain resusitasi cairan yang baik tanpa
dibarengi dengan perbaikan kebiasaan serta pengaruh dari pekerjaan (jam kerja, suhu lingkungan
kerja) tidak akan berfungsi baik.
Pencegahan dan Pengendalian Panas
Pencegahan terhadap gangguan panas dapat dilakukan dengan air minum,
garam, makanan, istirahat, tidur dan pakaian. Air minum merupakan unsur
pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan panas. Air diperlukan untuk
mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat dan pengeluaran urin. Minum air
harus diperbanyak oleh pekerja yang bekerja di lingkungan panas ataupun yang
mengeluarkan banyak keringat. Lalu, pada pengeluaran keringat yang banyak,
perlu menambah pemberian garam, akan tetapi tidak boleh berlebihan karena
dapat menimbulkan haus dan mual. Makanan, sesudah makan, sebagian besar
darah mengalir ke daerah usus untuk menyerap hasil pencernaan. Untuk itu dapat
diberikan makanan dengan gizi seimbang bagi pekerja.
Istirahat yang cukup bermanfaat untuk menghindari terjadinya efek kelehan
komulatif. Lalu, tidur yang cukup untuk enghindari efek kelelahan setelah aktivitas
fisik yang berat yang dilakukan pada lingkungan kerja yang panas, tubuh
memerlukan istirahat yang cukup dan tidur sekitar 7 jam sehari. Dan pakaian dapat
melindungi permukaan tubuh terhadap radiasi sinar matahari dan sebagai
penghambat

terjadinya

konveksi

antara

kulit

dengan

aliran

udara.

Untuk

mendapatkan efek yang menguntungkan, baju yang dipakai harus cukup longgar
terutama bagian leher, ujung lengan dan ujung celana.
Pengendalian terhadap tekanan panas dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Isolasi terhadap sumber panas
Isolasi terhadap benda yang panas akan mencegah keluarnya panas ke
lingkungan. Ini dapat dilakukan misalnya dengan membalut pipa yang panas,
menutupi tangki yang berisi cairan panas sehingga mengurangi aliran panas
yang timbul. Cara ini meruapakan cara yang praktis dalam membatasi
pemaparan seseorang terhadap panas dan merupakan cara pengendalian
yang dianjurkan bila tempat kerja terdapat sumber panas yang sangat tinggi.
b. Tirai radiasi
Tirai radiasi terbuat dari lempengan alumunium, baja anti karat atau dari
bahan metal yang permukannya mengkilap.
c. Ventilasi setempat
Ventilasi ini bertujuan untuk mengendalikan panas konveksi yaitu dengan
menghisap udara panas.
d. Pendinginan lokal
Pendinginan lokal dilakukan dengan cara mengalirkan udara sejuk ke sekitar
pekerja dengan tujuan menggantikan udara yang panas dengan udara yang
sejuk dan dialirkan dengan kecepatan tinggi.
e. Ventilasi umum
Cara ini paling sering digunakan untuk mengendalikan suhu dan kelembaban
udara yang tinggi tetapi tidak dapat digunakan untuk mengurangi paparan
f.

panas karena radiasi yang tinggi.


Pengaturan lama kerja
Pengaturan lama bekerja digunakan untuk menghindari terjadinya gangguan
kesegatan akibat terpapar suhu udara yang tinggi, lamanya kerja dan
istirahat harus disesuaikan dengan tingkat tekaan panas yang dihadapi oleh
pekerja.

Kesimpulan
Setelah melakukan tinjauan pustaka, dapat saya simpulkan bahwa pasien laki-laki berusia
45 tahun dalam skenario menderita dehidrasi ringan diperberat kerja. Dari hasil penelusuran
menggunakan 7 langkah diagnosis okupasi didapatkan bahwa pasien memiliki kebiasaan buruk,
yaitu hanya minum air teh setelah makan. Kondisi kekurangan asupan cairan tadi diperberat
dengan pekerjaan pasien yang merupakan seorang buruh pabrik gelas dibagian memasukkan
material ke tungku. Untuk itu, pasien harus diedukasi mengenai bahaya dehidrasi dan harus

direhidrasi untuk mengembalikan kondisinya. Selain itu juga, kalau kita sebagai dokter
perusahaan, perlu dilakukan intervensi untuk mengatasi hal ini terulang terutama ke pekerja lain
juga. Caranya adalah dengan melakukan penelitian mengenai kondisi iklim lingkungan kerja
dengan bahaya yang akan dialami pekerja. Selain itu juga dapat diberikan fasilitas air minum di
tempat pekerja serta diperlakukannya sistem kerja sift.
Daftar Pustaka
1. Mubarak

H.

Anamnesis.

Dikutip

http://cetrione.blogspot.com/2009/06/anamnesis.html
October 2016.
2. Dikutip
dari

pada

dari
tanggal

25

http://ismaiyahdwiastutik.blogspot.com/p/konsep-dasar-

pemeriksaan-fisik.html pada tanggal 25 October 2016.


3. UKK-Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi.
ed.3. Jakarta: Badan penerbit IDAI; 2012. h.87-116,125.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
2011. Jakarta: Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.
5. Siswantara P. dan Ika SP. 2006. Perbedaan Efek Fisiologis pada Pekerja
Sebelum dan Sesudah Bekerja di Lingkungan Kerja Panas. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. vol.2. no.2. Januari 2006: 163-72.
6. Pranata, Andi Eka. 2013. Manajemen Cairan dan Elektrolit. Yogyakarta: Haikhi
7. Indra M., Furqaan N., Andi W. 2014. Determinan Keluhan Akibat Tekanan
Panas pada Pekerja Bagian Dapur Rumah Sakit di Kota Makassar. Dikutip dari
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/10692 tanggal 14 Oktober
2015.

8. Borghi L, et al. Urine Volume: Stone Risk and Preventive Measure, Journal Nephron, 81
(suppl 1), 31-7, 1999.
9. Soemarko dan Dewi S. 2002. Pengaruh Lingkungan Kerja Panas terhadap
Kristalisasi Asam Urat Urin pada Pekerja di Binatu, Dapur Utama dan Restoran
Hotel X, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: MedRep Grup PT. Kalbe
Farma.
10.Modric

J.

eHealthstar

Dehydration

types:

[Internet].

Pathophysiology,

2013

July

31.

lab

test

and

Available

values.
from:

http://www.ehealthstar.com/dehydration/types-pathophysiology.
11. Atmaja AK. 2012. Hubungan Antara Iklim Kerja Panas dengan Tingkat
Dehidrasi pada Tenaga Kerja di Unit Kantin PT. Indo Acidatama, Tbk, Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar.[Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Sebelas Maret.

12. Worcester, Elaine M, Coe, Frederick L. Nephrolithiasis. dalam: Lerma EV, Berns JS,
Nisenson AR. Current Diagnosis & Treatment Nephrology & Hypertension. Edisi
internasional. USA: The Mcgraw-Hills Companies, 2009; p 833-6.
13.
25

Huang LH, Anchala KR, Ellsbury DL, George CS. Dehydration [Internet].
October

2016.

http://emedicine.medscape.com/article/906999

Available

from:

Anda mungkin juga menyukai