Anda di halaman 1dari 15

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia

Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

MENGGAGAS KEMBALI KONSEP AGROSILVOPASTORAL SEBAGAI BASIS


KEDAULATAN PANGAN NUSANTARA
Oleh : Moh. Andika Lawasi, S.Hut, M.Sc

Krisis pangan adalah sebuah tragedi besar bagi negara agraris. Kepala Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian RI, Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS saat menjadi pembicara dalam
acara Seminar Nasional & Focus Group Discussion bertema Peran Perguruan Tinggi dalam
Mendukung Program Diversifikasi Pangan Nasional di Bale Sawala Unpad, Jatinangor, Kamis
(27/01).

Mengacu pada definisi yang dibuat oleh masyarakat yang tergabung dalam Serikat Petani
Indonesia, Kedaulatan pangan dapat didefinisikan sebagai hak setiap bangsa dan setiap rakyat
untuk memproduksi pangan secara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian,
peternakan, dan perikanan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional.

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

Kearifan lokal masyarakat tradisional memiliki banyak Pangan kuat. Rakyat Berdaulat. Negara
Berwibawa. Itulah slogan yang coba penulis gagas kembali dalam tulisan ini sembari
mengingatkan kepada semua pembaca bahwa kekuatan kita sesungguhnya bukan ada pada
rekayasa sosial dan rekayasa teknologi, tetapi kekuatan itu sesungguhnya ada pada rakyat. Ada
pada masyarakat tradisional. Tersembunyi dan tersimpan rapi bak permata yang belum mampu
kita gali dan kita ejawantah secara luas dan menyeluruh.

Konsepsi SPI tentang kedaulatan pangan


Kedaulatan pangan adalah hak setiap bangsa dan setiap rakyat untuk memproduksi
pangan secara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan
perikanan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional.
Terdapat tujuh prasyarat utama untuk menegakkan kedaulatan pangan, antara lain
adalah: (1) Pembaruan Agraria; (2) Adanya hak akses rakyat terhadap pangan; (3)
Penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan; (4) Pangan untuk pangan dan tidak
sekadar komoditas yang diperdagangkan; (5) Pembatasan penguasaan pangan oleh
korporasi; (6) Melarang penggunaan pangan sebagai senjata; (7) Pemberian akses ke
petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian.
Kedaulatan pangan merupakan prasyarat dari ketahanan pangan (food Security).
Mustahil tercipta ketahanan pangan kalau suatu bangsa dan rakyatnya tidak memiliki
kedaulatan atas proses produksi dan konsumsi pangannya. Oleh karena itu merupakan
suatu keharusan bagi setiap bangsa dan rakyat untuk dapat mempunyai hak dalam
menentukan makanan yang dipilihnya dan kebijakan pertanian yang dijalankannya,
kapasitas produksi makanan lokal di tingkat lokal dan perdagangan di tingkat wilayah.

Kedaulatan Pangan, Jalan Keluar Krisis Pangan


Indonesia
Krisis pangan adalah masalah klasik bangsa ini, sebuah ironi bagi negara agraris yang
tanahnya subur dan gemah ripah loh jinawi. Krisis pangan saat ini terjadi dimana
kebutuhan pangan Indonesia telah tergantung kepada impor, dan harganya naik tak
terkendali. Namun harus diperhatikan, bahwa krisis pangan yang terjadi di Indonesia
bukanlah sebab yang akan berdampak pada hal lain (kemiskinan, pengangguran).
Fenomena ini adalah sebuah akibat dari kebijakan dan praktek privatisasi, liberalisasi,
dan deregulasisebagai inti dari Konsensus Washington.

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

Privatisasi; Akar dari masalah ini tidak hanya parsial pada aspek impor dan harga seperti
yang sering didengungkan oleh pemerintah dan pers. Lebih besar dari itu, ternyata negara
dan rakyat Indonesia tidak lagi punya kedaulatan, yakni kekuatan dalam mengatur
produksi, distribusi dan konsumsi di sektor pangan. Saat ini di sektor pangan, kita telah
tergantung oleh mekanisme pasar yang dikuasai oleh segelintir perusahaan raksasa.
Privatisasi sektor panganyang notabene merupakan kebutuhan pokok rakyattentunya
tidak sesuai dengan mandat konstitusi RI, yang menyatakan bahwa Cabang-cabang
produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Faktanya, Bulog dijadikan privat, dan industri hilir pangan hingga distribusi (eksporimpor) dikuasai oleh perusahaan seperti Cargill dan Charoen Phokpand. Mayoritas rakyat
Indonesia jika tidak bekerja menjadi kuli di sektor pangan, pasti menjadi konsumen atau
end-user. Privatisasi ini pun berdampak serius, sehingga berpotensi besar dikuasainya
sektor pangan hanya oleh monopoli atau oligopoli (kartel)seperti yang sudah terjadi saat
ini.

Liberalisasi; krisis pangan juga disebabkan oleh kebijakan dan praktek yang
menyerahkan urusan pangan kepada pasar (1998, Letter of Intent IMF), serta mekanisme
perdagangan pertanian yang ditentukan oleh perdagangan bebas (1995, Agreement on
Agriculture, WTO). Akibatnya negara dikooptasi menjadi antek perdagangan bebas.
Negara ini pun melakukan upaya liberalisasi terhadap hal yang harusnya merupakan state
obligation terhadap rakyat. Market access Indonesia dibuka lebar-lebar, bahkan hingga 0
persen seperti kedelai (1998, 2008) dan beras (1998). Sementara domestic subsidy untuk
petani kita terus berkurang (tanah, irigasi, pupuk, bibit, teknologi dan insentif harga). Di
sisi lain, export subsidy dari negara-negara overproduksi pangan seperti AS dan Uni Eropa
beserta perusahaan-perusahaannyamalah meningkat. Indonesia pun dibanjiri barang
pangan murah, sehingga pasar dan harga domestik kita hancur (1995 hingga kini). Hal ini
jelas membunuh petani kita.

Deregulasi; beberapa kebijakan sangat dipermudah untuk perusahaan besar yang


mengalahkan pertanian rakyat. Seperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No.
4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan 65/2006, UU No. 18/2003 Tentang
Perkebunan, dan yang termutakhir UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal. Dengan

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

kemudahan regulasi ini, upaya privatisasi menuju monopoli atau kartel di sektor pangan
semakin terbuka. Hal ini semakin parah dengan tidak diupayakannya secara serius
pembangunan koperasi-koperasi dan UKM dalam produksi, distribusi dan konsumsi di
sektor pangan.
Dengan sistem kebijakan dan praktek ini, Indonesia kini tergantung kepada pasar
internasional (harga dan tren komoditas). Maka saat terjadi perubahan pola-pola
produksi-distribusi-konsumsi secara internasional, kita langsung terkena dampaknya.
Kasus kedelai 2008 ini sebenarnya bukanlah yang pertama, karena ada kasus-kasus
sebelumnya (beras pada tahun 1998, susu pada tahun 2007, dan minyak goreng pada tahun
2007). Hal ini akan sedikit banyak serupa pada beberapa komoditas pangan yang sangat
vital bagi rakyat yang masih tergantung pada pasar internasional: beras, kedelai, jagung,
gula, singkong dan minyak goreng.
Krisis pangan di awal tahun 2008 ini menunjukkan bahwasanya tesis tentang pasar bebas
itu tidak berlaku untuk keselamatan umat manusiaterutama dalam hal pangan. Bahkan
sejak aktifnya perdagangan bebas ini dipromosikan WTO, angka kelaparan di dunia
semakin meningkat dari 800 juta jiwa (1996) menjadi 853 juta jiwa (2007).
Oleh karena itu, Serikat Petani Indonesia (SPI), dan di tingkat internasional La Via
Campesina sudah dengan tegas menyatakan agar WTO keluar dari pertanian (1996sekarang). Dan untuk jangka panjang, petani menuntut dilaksanakannya pembaruan
agraria dalam rangka basis kebijakan agraria dan pertanian.
Dalam jangka pendek dan menengah, masalah krisis pangan sebenarnya terkait dengan 3
halyakni (1) produksi pangan; (2) luasan lahan; dan (3) tata niaga pangan. Dengan
memperhatikan ketiga hal tersebut, maka petani menuntut solusi jangka pendek kepada
pemerintah:
Mematok harga dasar pangan yang menguntungkan petani dan konsumen. Harga tidak
boleh tergantung kepada harga internasional karena tidak berkorelasi langsung dengan
ongkos produksi dan keuntungan. Harga harus sesuai dengan ongkos produksi dan
keuntungan petani dan kemampuan konsumen
Memberikan insentif harga kepada petani komoditas pangan (terutama beras, kedelai,
jagung, singkong, gula dan minyak goreng) jika terjadi fluktuasi harga. Hal ini sebagai
jaminan untuk tetap menggairahkan produksi pangan dalam negeri.
Mengatur kembali tata niaga pangan. Pangan harus dikuasai oleh negara dan digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Bulog bisa diberikan peran ini, tapi harus

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

dengan intervensi yang kuat dari Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan dan
Departemen Keuangan.
Menambah produksi pangan secara terproyeksi dan berkesinambungan, dengan segera
meredistribusikan tanah objek landreform yang bisa segera dipakai untuk pertanian
pangan.
Menyediakan insentif bagi petani komoditas pangan, terutama bibit, pupuk, teknologi dan
kepastian beli
Memberikan dukungan pelembagaan organisasi petani komoditas pangan, yakni
kelompok tani, koperasi, dan ormas tani

Kontak:
Henry Saragih (Ketua Umum SPI) 08163144441
SERIKAT PETANI INDONESIA (SPI)
Jl Mampang Prapatan XIV No. 5
Jakarta 12790
Telp. +62 21 7991890
Fax. +62 21 7993426
Email. spi@spi.or.id
Website. www.spi.or.id

Pandangan dan
kedaulatan pangan

Sikap

SPI

tentang

Keadaan Kekurangan Pangan


Pada World Food Summit (WFS) Food and Agriculture Organization (FAO) bulan November
1996 di Roma, para pemimpin negara/pemerintah telah mengikrarkan kemauan politik dan
komitmentnya untuk mencapai ketahanan pangan serta melanjutkan upaya menghapuskan

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

kelaparan di semua negara anggota dengan mengurangi separuhnya jumlah penderita kekurangan
pangan pada tahun 2015. Menurut FAO pada tahun 1996 terdapat 800 juta dari 5,67 milyar
penduduk dunia yang menderita kurang pangan, diantaranya 200 juta balita menderita kurang
gizi terutama energi dan protein. Laporan PBB juga mencatat bahwa 3 5 ribu orang mati setiap
hari akibat kelaparan dan dampaknya. Angka ini lebih besar lagi terjadi di negara negara Sub
Sahara Afrika, negara negara miskin dan didaerah yang terlibat konflik perang.
Di Indonesia ancaman kelaparan dan kekurangan gizi pada bayi dan balita telah menjadi
persoalan yang sampai hari ini belum bisa terselesaikan oleh negara. Contoh kasus, data Dinas
Kesehatan Kota Bogor menunjukkan 317 balita (bayi dibawah tiga tahun) di Bogor kekurangan
gizi, hal ini akibat tidak mempunyai orang tua anak tersebut memenuhi kebutuhan pangan akibat
kemiskinan, karena penghasilan yang tidak menentu seringkali anak anak tersebut hanya
makan 1 hari sekali (kompas, 17 April 2002). Kasus lain, di Kab. Kutai, Kalimantan Timur,
yang dikenal dengan kabupaten kaya raya, ternyata banyak memiliki warga yang miskin,
terutama didaerah pedalaman yang hanya menggantungkan hidupnya dengan makan 1 hari sekali
(Kompas, 16 April 2002)
Walaupun saat ini ancaman kelaparan itu belum begitu meluas, akan tetapi untuk kasus Indonesia
bukanlah sesuatu yang mustahil, karena pada saat inipun Indonesia merupakan salah satu negara
yang sangat besar tergantung pangannya dari luar negri (Food Trap). Saat ini Indonesia berada
dalam status rawan pangan, bukan karena tidak adanya pangan tetapi lebih karena pangannya
tergantung dari pihak lain. Jika kita menilik angka impor pangan dari tahun ketahun selalu
melonjak, akibat pertambahan penduduk, semakin rendahnya produktifitas lahan pertanian serta
menurunnya minat petani untuk berproduksi akibat tidak adanya kebijakan dalam meningkatkan
kesejahteraan petani penghasil pangan. Pada tahun 2001, data import bahan pangan yaitu
gandum mencapai 3,5 juta ton, jagung 1,2 juta ton, beras 2 juta ton, kedelai 1,2 juta ton, gula
pasir 1,7 juta ton, yang keseluruhan devisa yang dihabiskan Rp. 16,62 triliyun, ditambah import
buah buahan sebanyak Rp. 900 milyar (Kompas, 16 Oktober 2001). Hal ini menunjukkan
fakta yang sangat ironis, dimana Indonesia dikenal sebagai bangsa yang agraris dan berlahan
subur ternyata kebutuhan pangannya sangat tergantung dari luar negeri.
B. Konsep Keamanan Pangan (Food Security) gagal mengatasi kelaparan dunia
Dalam upaya mengatasi kelaparan, World Food Summiot (WFS) 1996 mengeluarkan berbagai
pandangan dan rencana kerja yang harus di implementasikan seluruh negara negara yang
menjadi anggotanya. Diantara program tersebut adalah dikeluarkannya resolusi nomor 176
tahun 1996 yang isinya menjadikan hari kelahiran PBB FAO pada tanggal 16 Oktober sebagai
HARI PANGAN SEDUNIA, dan dijalankannya suatu konsep Keamanan Pangan (Food Security)
sebagai suatu upaya untuk mengatasi bahaya kelaparan yang menimpa dunia. Adapun prinsip
prinsip yang terkandung dalam konsep tersebut adalah sebagai berikut :

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

FAO percaya bahwa upaya mengatasi bahaya kelaparan bisa diatasi dengan cara cara
meningkatkan teknologi teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Dalam
menerapkan kebijakan itu, maka FAO setuju terhadap pengembangan Rekayasa Genetika.
FAO percaya bahwa kekuatan pasar bebas dapat membantu mengatasi kekurangan pangan di
beberapa wilayah dan negara di dunia ini.
Kini lima tahun setelah WFS dilaksanakan, fakta menunjukkan bahwa produksi jumlah makanan
di tingkat dunia (Stock pangan) sebenarnya sangat berkecukupan. Namun muncul pertanyaan
mengapa dengan jumlah produksi makanan yang berlimpah tersebut, angka kelaparan ditingkat
dunia masih tinggi seperti yang telah digambarkan diatas. Dari fakta fakta itu menunjukkan
bahwa konsep Keamanan Pangan (Food Security) telah gagal dalam mengatasi kekurangan
pangan bagi ummat manusia di tingkat dunia. Adapun penyebab ketidak sanggupan konsep
Keamanan Pangan (Food Security) dalam mengatasi kekeurangan pangan bagi sebagian ummat
manusia adalah sebagai berikut :
(1) Keyakinan dari FAO bahwa Bio teknologi dapat memenuhi kebutuhan pangan dunia menjadi
isapan jempol semata. Karena kenyataannya dengan rekayasa genetika tidak dapat memecahkan
problem kelaparan. Sebab pihak pihak yang sanggup menerapkan system pertanian dengan
menggunakan bibit hasil rekayasa genetika adalah hanyalah peaatani pemilik modal yang kuat
atau perusahaan perusahaan pertanian. Dengan diterapkannya Rekayasa Genetika telah
mendorong tidak terlestarikannya keaneka ragaman hayati sebagai sumber kekayaan alam yang
dimiliki oleh rakyat selama ini.
Akibatnya seluruh teknologi pertanian dibidang pangan dunia hanya dikontrol oleh segelintir
perusahaan perusahaan berskala internasional. Saat ini ada 5 perusahaan yang mengontrol 100
persen perdagangan teknologi pertanian. Kontrol perusahaan perusahaan tersebut menjadi kuat
karena didukung oleh Intelectual Property Rights (IPRs). Sebenarnya sebelum kehadiran
Rekayasa Genetika, FAO turut mendukung pelaksanaan dari Gerakan Revolusi Hijau yang
dijalankan di negara negara berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rejim Orde Baru
berkuasa. Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak
mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan
secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara tahun 1984 1989.
Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan
sosial pedesaan.
Karena ternyata Revolusi hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari
setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di tingkat pedesaan.
Sebab sebelum revolusi hijau dilaksanakan, keadaan penguasaan dan pemilikan tanah di
Indonesia sudah timpang, akibat dari gagalnya pelaksanaan Pembaruan Agraria yang telah mulai
dilaksanakan pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965.

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

(2) Keyakinan FAO bahwa kesepakatan kesepakatan yang ada di bawah Organisasi
Perdagangan Dunia (World Trade Organization) perdagangan pangan akan dapat menjamin
keamanan pangan (Food Security) di tingkat dunia. Khusus dibidang pertanian diatur dalam
kesepakatan yang disebut dengan Agrement Of Agriculture (AoA). Di dalam AoA ini diatur
mengenai tidak bolehnya suatu negara melakukan proteksi perdagangan pertanian, penghapusan
tentang pembatasan tariff, dan dihapuskannya kebijakan subsidi eksport dan produksi pertanian.
Selain diatur melalui AoA, kebijakan pertanian di dunia juga terikat dengan kesepakatan
kesepakatan lainnya yang ada di bawah WTO, yakni tentang Trade Related Intelectual Proverty
Rights (TRIPs) yaitu mengenai pematenan terhadap teknologi hasil rekayasa genetika, termasuk
juga keaneka ragaman hayati yang diakui sebagai penemuan oleh pihak pihak tertentu. Selain
itu, pertanian juga terikat dengan kesepakatan Sanitary and Phytosanitary (SPS). Secara khusus
negara negara yang mengalami krisis moneter juga terikat dengan kesepakatan kesepakatan
yang dibuat dengan institusi institusi internasional dalam Program Structural Adjusment
Program (SAP) yang dibuat oleh IMF. Bagi negara negara penerima dana dari Bank Dunia
(World Bank), dan lembaga lembaga keuangan internasional lainnya, juga terikat dengan
beberapa kesepakatan lainnya dalam upaya menjalankan program program yang berasal dari
pinjaman.
Kenyataannya setelah kesepakatan kesepakatan WTO itu dilaksanakan sejak tahun tahun
1995 telah menyebabkan terjadinya perubahan yang mendasar dalam bidang kehidupan
perekonomian dunia, termasuk dibidang pertanian. WTO akhirnya telah menyebabkan
terjadinya monopoli perdagangan, bukannya liberalisasi perdagangan. Dibawah WTO negara
negara industri mampu meningkatkan eksport pertaniannya menjadi lebih kuat akibat masih
diterapkannya praktek praktek dumping secara terselubung.
Ketidakadilan dan ketergantungan pangan atau ketidakmerdekaan dalam bidang pangan yang
terjadi saat ini dapat dilihat dari kecenderungan kebijakan dan praktek pembangunan pertanian
yang terjadi di beberapa negara.
Banyak negara negara di dunia ini yang tenggelam dalam situasi harga import pangan murah
Kebijaksanaan pertanian lebih banyak diutamakan untuk kepentingan eksport, ketimbang untuk
memenuhi kebutuhan local rakyat dari suatu negara
Dijalankannya kebijakan spesialisasi produksi dari satu negara terhadap satu jenis produksi
Menempatkan peran dari perusahaan yang sangat besar untuk mengelola perdagangan pangan.
Hal itu mengakibatkan semakin kuatnya kontrol segelintir perusahaan terhadap perdagangan dan
produksi pangan di tingkat dunia. Saat ini hampir 97 persen perdagangan pangan dunia dikuasai
oleh perusahaan perusahaan internasional.

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

Meningkatnya jumlah petani yang tidak memiliki tanah, dan terkonsentrasinya pemilikan dan
penguasaan tanah bagi sekelompok orang
Meningkatnya jumlah pengangguran akibat dari digunakannya teknologi pertanian
Jumlah rakyat yang miskin semakin bertambah dan tingkat kemiskinan semakin buruk
Semakin terjadinya ketidak adilan gender, yaitu semakin buruknya posisi kaum tani perempuan
dalam produksi dan konsumsi pangan
Melanjutkan fakta fakta yang sebelumnya di sampaikan diatas, di Indonesia dengan mudah kita
bisa menyajikan fakta fakta yang menunjukkan kondisi pangan di Indonesia semakin buruk,
yang telah menyebabkan hilangnya kedaulatan peatani Indonesia terhadap produksi pangan, dan
kedaulatan konsumen terhadap pangan yang dikonsumsinya.
Indonesia terjebak dalam kebijakan pangan yang monokultur (bagian dari upaya penyeragaman
kebudayaan) yang diterapkan oleh rejim Orde Baru, yakni tergantung pada satu jenis tanaman
pangan, yaitu tanaman padi untuk menghasilkan beras sebagai bahan pokok pangan. Padahal
suku bangsa Indonesia yang berdiam di ribuan pulau dengan kekayaan alam yang sangat
beragam dapat menghasilkan sumber makanan yang beraneka ragam yang menjadi kebudayaan
rakyat itu sendiri. Rakyat Indonesia yang hidup di kepulauan Maluku, dan Papua dulu hidup dari
sagu dan ubi ubian yang setara dengan beras, tapi kebijakan ordea baru mereka didorong untuk
memakan nasi.
Indonesia terjebak
kedalam kebijakan harga pangan yang murah, untuk menompang
pengembangan industri, dan pengembangan sektor lainnya. Sehingga rejim yang berkuasa saat
ini belum mempunyai kebebasan politik untuk mengubah kebijakan tersebut. Padahal
seharusnya sector industrilah yang mendukung sektor pertanian, bukan sebaliknya
Dewasa ini harga beras import lebih murah dari beras produksi lokal, akibatnya petani yang
memproduksi pangan semakin miskin, dan menggantikan tanamannya dengan tanaman pertanian
lainnya. Kebijakan import beras dan jagung, serta kebutuhan pangan lainnya dengan pajak
import yang sangat rendah, bahkan sampai nol persen pada tahun 1999, dan adanya kebijakan
dumping serta subsidi di negara importir telah menyebabkan harga pangan import tersebut
menjadi sangat murah di Indonesia. Hal itu disebabkan oleh tekanan IMF terhadap pemerintah
Indonesia untuk menghapus subsidi di bidang pertanian, perdagangan bebas pertanian, privatisasi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pembebasan pajak import produksi pertanian.
Petani, dan perusahaan perusahaan yang ada di Indonesia di dorong untuk menanam tanaman
tanaman eksport, seperti sawit, dan karet menggantikan tanaman pangan. Tanah tanah subur
yang seharusnya cocok untuk tanaman pangan tetapi digunakan untuk tanaman perkebunan.

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

Saat ini terjadi peristiwa yang sangat tragis akibat dari jatuhnya harga produksi tanaman eksport,
yang mengakibatkan semakin tidak sanggupnya petani untuk membeli kebutuhan pangan
Khusus dalam produksi beras, Indonesia hanya mampu swasembada selama lima tahun 1984
1989. Setelah tahun 1999 jumlah import beras ke Indonesia semakin tinggi. Indonesia saat ini
adalah termasuk negara pengeksport produksi perkebunan di dunia, namun sangat ironis pada
saat yang sama Indonesia adalah negara pengimport pangan terbesar di dunia, 50 % beras yang
di perdagangkan di tingkat dunia di Import ke Indonesia, dan Indonesia juga menjadi negara
pengimport terbesar kacang kedelai.
Perdagangan alat alat teknologi pertanian di Indonesia hanya dikuasai segelintir perusahaan
Internasional, seperti Monsanto, dan Novartis
Semakin tergantungnya kondisi pangan di Indonesia pada keputusan segelintir perusahaan
international di Indonesia. Hal itu menyebabkan posisi beberapa perusahaan tersebut dalam
kebijakan pangan semakin sangat menentukan bagi terjaminnya pangan, dan menyebabkan
semakin kuatnya peranan politik perusahaan tersebut di Indonesia.
Semakin berkurangnya peran negara dalam mengatur kebijakan pangan, hal itu dapat dilihat dari
adanya rencana pengubahan posisi dari Badan Urusan Logistik (BULOG) menjadi sebuah
Perusahaan Umum (PERUM)
Terjadinya penguasaan dan pemilikan tanah pada segelintir orang, baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Hal ini bisa dilihat dari fenomena dilaksanakannya system Corporate Farming,
yaitu modal contract farming baru seperti sistem Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang sudah lama
diterapkan pada usaha usaha perkebunan. Kini model PIR tersebut diterapkan juga pada
tanaman hortikultura dan mungkin ke depan tanaman pangan.
Membanjirnya import bahan pangan ke Indonesia yang di produksi dengan teknologi Rekayasa
Genetika, seperti import kedelei, gandum. Jagung dalam jumlah skala besar dari Amerika, dan
Australia, serta negara negara lain yang telah menggunakan teknologi rekayasa genetika,
sementara itu pihak perusahaan perdagangan tidak memberi imformasi bahwa proses produksi
bahan makanan tersebut menggunakan rekayasa genetika
Dari fakta fakta yang digambarkan di atas, kondisi pangan yang terjadi saat ini di dunia, dan di
Indonesia menunjukkan terjadinya posisi ketergantungan pangan pada segelintir perusahaan
Internasional. La Via Campesina (organisasi Perjuangan Petani Internasional) sebagai organisasi
payung SPI di tingkat Internasional telah memperkenalkan konsep kedaulatan pangan (Food
Sovereignty) bagi ummat manusia di dunia ini pada World Food Summit WFS) yang
dilaksanakan pada bulan November 1996 di Roma Italy. Pada saat itu, La Via Campesina
melakukan mobilisasi massa untuk mengecam konsep kedaulatan pangan (Food Security) yang

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

dipromosikan oleh FAO dan lembaga lembaga Internasional lainnya. Sampai hari ini konsep
yang diajukan oleh La Via Campesina tidak mendapat respon positif dari FAO, dan negara
negara anggotanya. Meskipun demikian, kini konsep yang diinisiatifi oleh La Via Campesina
tersebut telah diakui dan turut di perjuangkan oleh gerakan social di seluruh dunia.
C. Kedaulatan Pangan
Kedaulatan Pangan adalah suatu hak setiap bangsa dan setiap rakyat untuk memiliki kemampuan
guna memproduksi kebutuhan pokok pangan secara mandiri. Kedaulatan pangan adalah
merupakan prasyarat dari sebuah ketahanan pangan (food Security), maksudnya adalah suatu hal
yang mustahil, Ketahanan pangan tercipta kalau kedaulatan pangan tidak dimiliki oleh rakyat.
Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bagi setiap bangsa dan rakyat untuk dapat
mempunyai hak dalam menentukan makanan yang dipilihnya dan kebijakan pertanian yang
dijalankannya, kapasitas produksi makanan lokal di tingkat lokal dan perdagangan di tingkat
wilayah.
Dalam upaya menciptakan kedaulatan pangan menuju kepada keamanan pangan yang sejati,
pemerintah pemerintah haruslah melaksanakan kebijakan kebijakan yang mempromosikan
keberlanjutan, berlandaskan pada produksi pertanian keluarga, menggantikan peran industri yang
berorientasi pertanian eksport. Dengan demikian, kedaulatan pangan berarti menyangkut hal
hal sebagai berikut :
Kebijakan Pasar
Melindungi pasar dalam negeri dari serangan harga import murah
Mengatur produksi untuk kebutuhan pasar dalam negeri untuk mengatasi surplus
Menghentikan subsidi bagi usaha pertanian yang tidak berkelanjutan, dan ketiak adilan bagi
penyewa dan buruh tani, dan mendukung usaha usaha yang mendukung dilaksanakannya
pembaruan agraria, dan pertanian berkelanjutan
Menghentikan dukungan dukungan pada usaha pertanian yang secara langsung atau tidak
langsung untuk keperluan eksport
Jaminan Pangan, kualitas dan Lingkungan Hidup
Mengontrol penyebaran hama, dan penyakit untuk menjamin pangan
Menjamin kualitas pangan yang diinginkan oleh rakyat
Menciptakan mekanisme di tingkat nasional untuk menjamin kualitas lingkungan hidup, sosial
dan kesehatan

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

Akses terhadap sumber sumber Agraria


Meningkatkan keadilan terhadap akses sumber sumber agraria, tanah, air dan alat alat
produksi lainnya
Melindungi petani terhadap keanekaragaman dan kekayaan hayati yang mereka miliki dan
kebebasan petani untuk melakukan tradisi saling tukar menukar benih benih
Melarang pematenan makhluk hidup dan rezim pematenan kekayaan intelektual
Merevitalisasi terhadap hukum-hukum adat masyarakat setempat untuk melindungi sumber
sumber agraria dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Produksi dan Konsumsi
Membangun ekonomi pangan lokal yang berdasarkan pada proses produksi dan pemasaran
pangan di tingkat lokal
Keterbukaan pada informasi dan Anti Trust Laws:
Adanya informasi yang jelas dan terbuka tentang label, isi dan proses pembuatan pangan yang di
perdagangkan
Adanya keterbukaan, akauntability bagi yang memproduksi makanan dan memperhatikan hak
asasi manusia
Menciptakan adanya undang undang anti monopoli dalam produksi pangan yang berjalan.
Persoalan pangan bagi bangsa indonesia, dan juga bangsa bangsa lainnya di dunia ini adalah
merupakan persoalan yang sangat mendasar, dan sangat menentukan nasib dari suatu bangsa,
karena ketergantungan pangan dapat berarti terjadinya terbelenggunya kemerdekaan bangsa dan
rakyat terhadap suatu kelompok, baik neagara lain maupun kekuatan kekuatan ekonomi
lainnya. Bagi bangsa Indonesia, ketergantungan pangan akan menyebabkan persoalan
persoalan mendasar sebagai berikut :
Bagi negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang relatif besar merupakan suatu
persoalan yang sangat berbahaya menggantungkan produksi pangannya terhadap produksi
pangan negara lain
Bagi negara Indonesia yang memiliki kekayaan sumber sumber agraria dan sebagai negara
agraris merupakan suatu hal yang menunjukkan rendahnya peradaban (tak bermartabat) dengan
tetap mengimport kebutuhan pokok pangannya dari luar negeri.

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

Indonesia akan menjadi sasaran empuk dari negara negara produksi pangan, dan alat alat
produksi pertanian, Rekayasa Genetika dan alat alat produksi pertanian lainnya
Apabila Indonesia terus melakukan import kebutuhan pokok pangan akan menguras cadangan
devisa negara
Tidak adanya jaminan pasokan produksi pangan dari suatu negara terhadap Indonesia, sehingga
itu akan menyebabkan kemungkinan terjadinya kelangkaan stock pangan yang di perdagangkan
di tingkat internasional
Hilangnya sumber mata pencaharian penduduk di pedesaan dan terjadinya kesenjangan ekonomi
dan sosial di pedesaan dan antar negara dunia ini, antara neagara uatara dengan negara selatan
Beranjak dari pandangan tersebut, maka SPI dengan ini menyatakan sikap sebagai berikut :
SPI memperjuangkan konsep kedaulatan pangan sebagai uapaya menciptakan kecukupan
pangan, dan mengatasdi kelaparan di dunia ini, sebaliknya dengan ini SPI menyatakan dengan
tegas menolak konsep Ketahanan Pangan yang dijadikan konsep oleh FAO, dan negara negara
angotanya. Karena konsep Ketahanan Pangan tersebut telah gagal mengatasi bahaya kelaparan
di dunia ini, dan hanya memperkaya perusahaan perusahaan transnasional serta sebagian rakyat
yang ada di negara negara maju.
Penguasaan terhadap sumber sumber agraria secara adil, sebagai prasyarat untuk dapat
memproduksi bahan bahan pangan
Memprioritaskan pada produksi pangan dalam negeri, aspek social dan lingkungan
Melindungi pasar dalam negeri dari serbuan import dan praktek praktek dari prinsip prinsip
perdagangan bebas
Melarang biopiracy dan mempatenkan makhluk hidup (binatang, tanam tanaman dan bagian
dari tubuh manusia termasuk juga terhadap keaneka ragaman hayati lainnya)
Mempunyai respek terhadap hak asasi manusia serta kesepakatan kesepakatan yang berkaitan
dengan kebebasan internasional
Menerapkan prinsip prinsip keadilan gender
Ditetapkan di:
Malang, Jawa Timur (28 Februari 2003)

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

Kedaulatan pangan adalah hak seseorang untuk mendefinisikan sistem pangan untuk mereka
sendiri. Istilah ini dibuat oleh anggota Via Campesina pada tahun 1996.[1] Pendukung
kedaulatan pangan menempatkan individu dalam memproduksi, mendistribusikan, dan
mengkonsumsi pangan di tengah pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan pangan,
bukan korprasi atau institusi pasar. (Wikipedia). Kedaulatan pangan tumbuh dalam menanggapi
ilusi yang diberikan oleh prinsip ketahanan pangan kebijakan penyediaan pangan yang dominan
secara global. Kebijakan ketahanan pangan menekankan akses pangan bernutrisi yang
mencukupi untuk semua, yang dapat disediakan melalui produksi dari dalam negeri maupun dari
impor. Dengan mengatasnamakan efisiensi dan produktivitas, di berbagai negara justru
berkembang rezim korporasi pangan di mana perusahaan besar mendominasi produksi dan
perdagangan pangan sementara petani kecil terlantarkan.[2] Fokus ketahanan pangan pada rezim
korporasi pangan demi produktivias dan efisiensi telah menyebabkan berbagai masalah yang
terus meluas secara global, seperti hilangnya pangsa pasar bagi produsen kecil dan berbagai
dampak lingkungan dari pertanian.
Haiti telah menjadi cntoh bagaimana produsen kecil tumbang akibat korporasi pangan.
Urbanisasi dari pedesaan ke perkotaan mencerminkan hilangnya budaya pertanian subsisten
menuju budaya buruh pabrik. Petani dipaksa pindah karena beras yang diimpor dari Amerika
Serikat jauh lebih murah sehingga beras yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaing.
Pada tahun 2008, Haiti mengimpr 80 persen beras yang dikonsumsinya, sehingga menyebabkan
mereka sangat rentan terhadap perubahan harga dan suplai dunia. Ketika harga beras melonjak
pada tahun 2008, banyak masyarakat yang tidak mampu membelinya, sedangkan produksi
pangan dalam negeri sudah terlanjur turun, sehingga suplai pangan tidak mencukupi dan banyak
yang memakan makanan yang tidak layak.[3]
HOME
27 Maret 2014
Ini Tiga Hal yang Mengancam Ketahanan Pangan

[Unpad.ac.id, 27/03/2014] Saat ini, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadi salah satu
tantangan utama dalam permasalahan pangan di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang terus
bertambah, maka permintaan pangan pun terus meningkat. Selain itu, tantangan lainnya adalah
pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim dan adanya persaingan pangan untuk
konsumsi dan bioenergi.
1.

Kedaulatan pangan. Masalah kekinian yang dihadapi.

2.

Defines kedaulatan pangan dan ketahanan pangan.

Rubrik Opini : Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing Dan Kedaulatan Pangan Indonesia
Tak ada yang baru di bawah matahari. Semua sudah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tinggal mengambil
inspirasi dari prinsip-prinsip ciptaan-Nya, kata sujiwo tejo.
andikakompasid@yahoo.com pass : @BacaKompas89
password: ctanlcc untuk kompasiana

3.

Krisis pangan vs kedaulatan pangan.

4.

Penyebab krisis pangan dan solusinya.

5.

Definisi agrosilvopastoral

6.

Agrosilvopastoral : solusi alternative dari kearifan lokal masyarakat

7.
Strategi agrosivlopastoral dalam memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan
nusantara.

Anda mungkin juga menyukai