Anda di halaman 1dari 10

GUBERNUR BALI

PERATURAN GUBERNUR BALI


NOMOR 46 TAHUN 2011
TENTANG
TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI,

Menimban
g

Mengingat

: a.

bahwa sapi Bali merupakan plasma nutfah ternak


nasional, sebagai kekayaan hayati yang terdapat di
Provinsi Bali harus dijaga kelestariannya;

b.

bahwa untuk mengoptimalkan keunggulan komparatif


dan kompetitif sapi Bali sebagai salah satu komoditas
unggulan perlu dilakukan kegiatan pembibitan sapi Bali
secara berkelanjutan;

c.

bahwa untuk melaksanakan kegiatan pembibitan sapi


Bali yang berkelanjutan diperlukan tersedianya bibit
sapi Bali yang memenuhi standar mutu sesuai dengan
potensi genetiknya;

d.

bahwa dalam rangka meningkatkan harga dan


menggairahkan usaha peternakan sapi Bali di Bali,
mempertahankan
kelestarian
dan
meningkatkan
populasi serta mutu genetik sapi Bali perlu diberikan
kesempatan untuk mengeluarkan bibit sapi Bali ke luar
Bali;

e.

bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d,
perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tata
Cara Pengeluaran Bibit Sapi Bali;

: 1.

Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1649);

2.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang


Konservasi
Sumber
Daya
Alam
Hayati
dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);

3.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang


Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3482);

4.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan
Peraturan
Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);

5.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);

6.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang


Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang


Karantina
Hewan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4002);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 36/Permentan/ OT.


140/8/2006 tentang Sistem Perbibitan Ternak Nasional;

10
.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54/Permentan/OT.


140/10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong
Yang Baik (Good Breeding Practice);

MEMUTUSKAN:
: PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PENGELUARAN
BIBIT SAPI BALI.
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Provinsi adalah Provinsi Bali.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali.
3. Gubernur adalah Gubernur Bali.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah
Daerah.
5. Pemerintah
Kabupaten/Kota
adalah
Pemerintah
Kabupaten/Kota se Bali.
6. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se-Bali.
7. Dinas Provinsi adalah Dinas Peternakan Provinsi Bali.
8. Dinas Kabupaten/Kota adalah Dinas yang membidangi
peternakan/kesehatan hewan di tingkat Kabupaten/Kota
se Bali.
9. Kepala Dinas Provinsi adalah Kepala Dinas Peternakan
Provinsi Bali.
10.Kepala Dinas Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas yang
membidangi peternakan/kesehatan hewan di tingkat
Kabupaten/Kota se Bali.
11.Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan
sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan,
alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen,
pasca
panen,
pengolahan,
pemasaran,
dan
pengusahaannya.
12.Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya
diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait
dengan pertanian.
13.Perbibitan adalah kegiatan budidaya yang menghasilkan
bibit ternak untuk keperluan sendiri atau untuk
diperjualbelikan.
14.Perbibitan sapi Bali adalah suatu sistem yang berkaitan
dengan segala urusan di bidang bibit sapi Bali yang
antara lain meliputi pemuliaan, perbanyakan, produksi,
peredaran, pemasukan dan pengeluaran, pengawasan
mutu, pengembangan usaha dan kelembagaan bibit sapi
Bali.
15.Bibit sapi bali yang selanjutnya disebut bibit adalah sapi
Bali yang mempunyai sifat unggul dan dapat mewariskan
sifat unggul tersebut, serta memenuhi persyaratan

tertentu untuk dikembangbiakkan.

16.Calon bibit sapi Bali jantan adalah sapi Bali jantan


berumur antara 24 bulan sampai kurang dari 36 bulan
yang dapat diperkirakan menjadi bibit setelah melalui
proses penilaian yang di dasarkan pada catatan silsilah,
fenotifik, dan/atau informasi ilmiah lainnya.
17.Bibit sapi Bali jantan adalah sapi Bali jantan berumur 36
bulan atau lebih yang dapat diperkirakan menjadi bibit
setelah melalui proses penilaian yang didasarkan pada
catatan silsilah, fenotifik, dan/atau informasi ilmiah
lainnya.
18.Calon bibit sapi Bali betina adalah sapi Bali betina
berumur kurang dari 18 bulan yang dapat diperkirakan
menjadi bibit setelah melalui proses penilaian yang
didasarkan pada catatan silsilah, fenotifik, dan/atau
informasi ilmiah lainnya.
19.Standarisasi bibit adalah proses spesifikasi teknis bibit
yang dibakukan dan disusun berdasarkan konsesus
semua pihak yang terkait, dengan memperhatikan syarat
mutu genetik, syarat-syarat kesehatan hewan, serta
perkembangan IPTEK, untuk memberi kepastian manfaat
yang akan diperoleh.
20.Sertifikasi bibit adalah proses penerbitan surat
keterangan tentang standar mutu bibit dan atau calon
bibit sapi bali jantan setelah melalui pemeriksaan,
pengujian dan pengawasan serta memenuhi semua
persyaratan untuk diedarkan.
21.Surat Keterangan Kelayakan Bibit adalah proses
penerbitan surat keterangan tentang standar kelayakan
bibit sapi bali setelah melalui proses pemeriksaan,
pengawasan dan memenuhi semua persyaratan untuk
diedarkan sesuai Standar Nasional Indonesia sapi Bali
Nomor:7355:2008.
22.Peternak adalah perorangan warga Negara Republik
Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha
peternakan.
23.Perusahaan peternakan adalah orang perorangan atau
korporasi, baik yang berbentuk badan usaha maupun
yang bukan badan usaha, yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang mengelola usaha peternakan dengan
kriteria dan skala tertentu.
24.Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut SNI
adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan
termasuk
tatacara
dan
metoda
yang
disusun
berdasarkan konsesus semua pihak yang terkait, dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan IPTEK,
serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa
yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang

sebesar-besarnya
yang
ditetapkan
oleh
Badan
Standarisasi Nasional dan berlaku secara nasional.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Perbibitan sapi Bali dilaksanakan berdasarkan asas manfaat,
berkelanjutan, keamanan, kerakyatan, keadilan, keterbukaan,
keterpaduan, kemandirian, kemitraan, dan profesional.
Pasal 3
Pengaturan perbibitan sapi Bali bertujuan untuk:
a. menjamin adanya pemanfaatan dan pelestarian sapi Bali
secara berkelanjutan;
b. menjamin ketersediaan bibit sapi Bali bermutu secara
maksimal dan berkelanjutan;
c. mewujudkan keadilan dalam pembagian keuntungan yang
diperoleh dari pemanfaatan sapi Bali; dan
d. menghimpun, mengolah dan menyajikan data dan informasi
tentang perbibitan sapi Bali.
BAB III
PERSYARATAN DAN KLASIFIKASI BIBIT SAPI BALI
Pasal 4
(1) Katagori bibit sapi Bali yang diatur pengeluarannya dari
wilayah Provinsi Bali adalah:
a. Calon bibit sapi Bali jantan;
b. Bibit sapi Bali jantan; dan
c. Calon bibit sapi Bali betina
(2) Bibit sapi Bali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) harus memenuhi:
a. persyaratan umum; dan
b. persyaratan khusus.
Pasal 5
Persyaratan umum bibit sapi Bali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. sehat dan bebas dari penyakit hewan menular strategis yang
dinyatakan oleh Dokter Hewan berwenang;
b. bebas dari segala cacat fisik; dan
c. bebas dari cacat alat reproduksi dan/atau alat kelamin.
Pasal 6
Persyaratan khusus bibit sapi Bali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b, meliputi:
a. persyaratan kualitatif; dan

b. persyaratan kuantitatif.
Pasal 7
(1) Persyaratan kualitatif bibit dan/atau calon bibit sapi Bali
jantan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a,
meliputi:
a. warna bulu hitam, lutut ke bawah putih, pantat putih
berbentuk setengah bulan, ujung ekor hitam;
b. tanduk pendek dan kecil;dan
c. bentuk kepala lebar dengan leher kompak dan kuat.
(2) Persyaratan kualitatif calon bibit sapi Bali betina
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, meliputi:
a. warna bulu merah, lutut ke bawah putih, pantat putih
berbentuk setengah bulan, ujung ekor hitam dan ada
garis belut warna hitam pada punggung;
b. tanduk pendek dan kecil;dan
c. bentuk kepala panjang dan sempit serta leher ramping.
(3) Persyaratan kuantitatif bibit dan/atau calon bibit sapi Bali
jantan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b
sebagai berikut :
Katagori

Calon bibit
sapi Bali
jantan

Bibit sapi Bali


jantan

Umur
(bulan)

24 - <
36

36

Parameter
Lingkar Dada
minimum (cm)
Tinggi Pundak
minimum (cm)
Panjang Badan
minimum (cm)
Lingkar Dada
minimum (cm)
Tinggi Pundak
minimum (cm)
Panjang Badan
minimum (cm)

Klasifikasi
I

II

III

182

172

165

125

119

113

130

124

118

195

181

176

130

125

120

135

129

123

(4) Persyaratan kuantitatif calon bibit sapi Bali betina


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, sebagai
berikuti:
Katagori

Calon bibit
sapi Bali
betina

Umur
(bulan)

< 18

Parameter
Lingkar Dada
minimum (cm)
Tinggi Pundak
minimum (cm)
Panjang Badan
minimum (cm)
Pasal 8

Klasifikasi
I

II

III

138

130

125

105

99

95

107

101

97

(1) Umur bibit sapi Bali ditentukan berdasarkan:


a. catatan kelahiran; dan/atau
b. pergantian gigi seri permanen.
(2) Tata cara pengeluaran bibit sapi Bali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7
dituangkan dalam petunjuk teknis.
(3) Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Provinsi.
BAB IV
PRODUKSI BIBIT SAPI BALI
Pasal 9
(1) Pembibitan sapi Bali berada di dalam wilayah Provinsi Bali.
(2) Produksi bibit sapi Bali dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, petaniternak yang tergabung dalam kelompok tani ternak atapun
gapoktan, dan/atau badan usaha pembibit sapi Bali.
(3) Kelompok peternak dan/atau badan usaha pembibit sapi
Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah penghasil
bibit sapi Bali yang telah melaporkan aktivitasnya pada
Dinas Kabupaten/Kota dan/atau diketahui keberadaannya
oleh Dinas Kabupaten/Kota.
(4) Penghasil bibit sapi Bali sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling sedikit memiliki sarana-prasarana:
a. untuk
pemeliharaan
ternak
dan/atau
kegiatan
pembibitan ternak;dan
b. untuk melaksanakan kegiatan pelestarian fungsi
lingkungan.
(5) Bibit sapi Bali yang diproduksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi bibit dan/atau calon bibit sapi Bali
jantan ataupun calon bibit sapi Bali betina dengan
klasifikasi I, II dan III.

BAB V
SERTIFIKASI BIBIT SAPI BALI
Pasal 10
(1) Sapi Bali yang memenuhi standar mutu bibit diberikan
sertifikat atau surat keterangan kelayakan bibit sapi Bali.
(2) Sertifikat atau surat keterangan kelayakan bibit sapi Bali
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh
Kepala Dinas Provinsi atas nama Gubernur berdasarkan
hasil penilaian atas usulan dari kelompok peternak
dan/atau badan usaha pembibit sapi Bali.
BAB VI
PENENTUAN HARGA DASAR BIBIT SAPI BALI
Pasal 11
(1) Harga dasar bibit dan/atau calon bibit sapi Bali jantan
ataupun calon bibit sapi Bali betina yang diedarkan atau
dikeluarkan harus sesuai dengan klasifikasi atau
kualitasnya.

(2) Harga dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


dapat memberi manfaat nyata bagi peternak, dan tetap
kompetitif untuk memenuhi kebutuhan bibit sapi Bali pada
tingkat nasional.
(3) Harga dasar sebagaimana
berdasarkan berat hidup
Keputusan Gubernur.

dimaksud pada ayat (1)


yang ditetapkan dengan

BAB VII
PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI
Pasal 12
(1) Pengeluaran bibit dan atau calon bibit sapi Bali jantan
ataupun calon bibit sapi Bali betina dari wilayah Provinsi
Bali dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, perorangan, dan/atau badan
hukum berdasarkan ijin Gubernur.
(2) Bibit dan/atau calon bibit sapi Bali jantan ataupun calon
bibit sapi Bali betina yang dapat dikeluarkan dari wilayah
Provinsi Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
yang memeiliki sertifikat atau mempunyai surat keterangan
kelayakan bibit sapi Bali dan direkomendasi oleh Kepala
Dinas Provinsi.

(3) Bibit dan/atau calon bibit sapi Bali jantan ataupun calon
bibit sapi Bali betina yang dapat dikeluarkan dari wilayah
Provinsi Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi surat keterangan dan/atau surat ijin lainnya
untuk keperluan pengeluaran ternak antar pulau sesuai
peraturan perundangan.
(4) Tempat transaksi untuk mendapatkan bibit dan/atau calon
bibit sapi Bali jantan ataupun calon bibit sapi Bali betina
yang akan dikeluarkan dari wilayah Provinsi Bali oleh
setiap orang dan/atau badan hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dilakukan di
kelompok peternak dan/atau badan usaha pembibit sapi
Bali.
(5) Alokasi bibit dan/atau calon bibit sapi Bali jantan ataupun
calon bibit sapi Bali betina yang dapat dikeluarkan dari
wilayah Provinsi Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan
Gubernur
setiap
tahun
dengan
mempertimbangkan aspek pelestarian populasi demi
menjaga mutu/kualitas sapi Bali di Provinsi Bali.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Peraturan Gubernur
diundangkan.

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Gubernur
ini
dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali.
Ditetapkan
di
pada
tanggal

Denpasar
20 September 2011

GUBERNUR BALI,

MADE MANGKU PASTIKA

Diundangkan Denpasar
di
pada
20 September 2011
tanggal
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,

I MADE JENDRA
BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2011 NOMOR 46

Anda mungkin juga menyukai

  • 08 Pdbali 002
    08 Pdbali 002
    Dokumen91 halaman
    08 Pdbali 002
    susandhika
    Belum ada peringkat
  • Pergub 2011 12
    Pergub 2011 12
    Dokumen4 halaman
    Pergub 2011 12
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Pergub 2011 75
    Pergub 2011 75
    Dokumen15 halaman
    Pergub 2011 75
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Perda 2003 2
    Perda 2003 2
    Dokumen7 halaman
    Perda 2003 2
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Perda 2003 2
    Perda 2003 2
    Dokumen7 halaman
    Perda 2003 2
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Pergub 2011 98
    Pergub 2011 98
    Dokumen10 halaman
    Pergub 2011 98
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • PP No.38.Th
    PP No.38.Th
    Dokumen14 halaman
    PP No.38.Th
    Arie Medhotz
    Belum ada peringkat
  • Pergub 2008 50
    Pergub 2008 50
    Dokumen16 halaman
    Pergub 2008 50
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Up3 Anjingku Batuk Dan Sesak Nafas
    Up3 Anjingku Batuk Dan Sesak Nafas
    Dokumen9 halaman
    Up3 Anjingku Batuk Dan Sesak Nafas
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Prostatitis Pada Anjing
    Prostatitis Pada Anjing
    Dokumen4 halaman
    Prostatitis Pada Anjing
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Pergub 2010 18
    Pergub 2010 18
    Dokumen8 halaman
    Pergub 2010 18
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Perda 2009 15kiu
    Perda 2009 15kiu
    Dokumen17 halaman
    Perda 2009 15kiu
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Lo 1 Blok 23
    Lo 1 Blok 23
    Dokumen6 halaman
    Lo 1 Blok 23
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Virus Pada Hewan Aquatik
    Virus Pada Hewan Aquatik
    Dokumen8 halaman
    Virus Pada Hewan Aquatik
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 20 Up LO 2
    Blok 20 Up LO 2
    Dokumen10 halaman
    Blok 20 Up LO 2
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • 16 1
    16 1
    Dokumen11 halaman
    16 1
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 20 Up LO 3
    Blok 20 Up LO 3
    Dokumen5 halaman
    Blok 20 Up LO 3
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Tutorial 6
    Tutorial 6
    Dokumen7 halaman
    Tutorial 6
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 20 Up 4
    Blok 20 Up 4
    Dokumen7 halaman
    Blok 20 Up 4
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 20 Up LO 1
    Blok 20 Up LO 1
    Dokumen13 halaman
    Blok 20 Up LO 1
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 10 UP 6
    Blok 10 UP 6
    Dokumen15 halaman
    Blok 10 UP 6
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Up5 Mma
    Up5 Mma
    Dokumen5 halaman
    Up5 Mma
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 11 UP 4
    Blok 11 UP 4
    Dokumen9 halaman
    Blok 11 UP 4
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • SISTEMA UROGENITALIA Petunjuk Singkat Praktikum
    SISTEMA UROGENITALIA Petunjuk Singkat Praktikum
    Dokumen11 halaman
    SISTEMA UROGENITALIA Petunjuk Singkat Praktikum
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 1o Up 1
    Blok 1o Up 1
    Dokumen4 halaman
    Blok 1o Up 1
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 11 UP 5
    Blok 11 UP 5
    Dokumen29 halaman
    Blok 11 UP 5
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • 199 - Alamat Runggun Seklasis Jakarta Bandung
    199 - Alamat Runggun Seklasis Jakarta Bandung
    Dokumen4 halaman
    199 - Alamat Runggun Seklasis Jakarta Bandung
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 7 UP 2
    Blok 7 UP 2
    Dokumen5 halaman
    Blok 7 UP 2
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat
  • Blok 11 UP 4
    Blok 11 UP 4
    Dokumen9 halaman
    Blok 11 UP 4
    Jhonson De Carl Sitepu
    Belum ada peringkat