Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. PATOFISIOLOGI
Pada status epileptikus terjadi kegagalan mekanisme normal untuk mencegah kejang.
Kegagalan ini terjadi bila rangsangan bangkitan kejang (Neurotransmiter eksitatori: glutamat,
aspartat dan acetylcholine) melebihi kemampuan hambatan intrinsik (GABA) atau
mekanisme hambatan intrinsik tidak efektif.
Status epileptikus dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1. Fase I (0-30 menit) - mekanisme terkompensasi. Pada fase ini terjadi:

Pelepasan adrenalin dan noradrenalin


Peningkatan cerebral blood flow dan metabolisme
Hipertensi, hiperpireksia
Hiperventilasi, takikardi, asidosis laktat

2. Fase II (> 30 menit) - mekanisme tidak terkompensasi. Pada fase ini terjadi:

Kegagalan autoregulasi serebral/edema otak


Depresi pernafasan
Disritmia jantung, hipotensi
Hipoglikemia, hiponatremia
Gagal ginjal, rhabdomyolisis, hipertermia dan DIC

Penyebab terjadinya status epileptikus antara lain infeksi, hipoglikemia, hipoksemia,


trauma, epilepsi, panas, dan tidak diketahui (30%)
B. PATOGENESIS

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Status epileptikus tonik-klonik, banyak berasal dari insult akut pada otak dengan suatu
fokus serangan. Penyebab status epileptikus yang banyak diketahui adalah, infark otak
mendadak,

anoksia

otak,

bermacam-macam

gangguan

metabolisme,

tumor

otak,

menghentikan kebiasaan minuman keras secara mendadak, atau berhenti makan obat anti
kejang. Jarang status epileptikus disebabkan oleh penyakit degenerasi sel-sel otak,
menghentikan penggunaan penenang dengan mendadak, pasca anestesi dan cedera perinatal.
Penderita yang sebelumnya tidak mempunyai riwayat epilepsi, mungkin mempunyai riwayat
trauma kepala, radang otak, tumor, penyakit pembuluh darah otak.

Kelainan-kelainan ini terutama yang terdapat pada lobus frontalis, lebih sering
menimbulkan status epileptikus, dibandingkan dcngan lokasi lain pada otak. Penderita yang
mempunyai riwayat epilepsi, dcngan sendirinya mempunyai faktor pencetus tertentu.
Umumnya karena tidak teratur makan obat atau menghentikan obat sekehendak hatinya.
Faktor pencetus lain yang harus diperhatikan adalah alkohol, keracunan kehamilan, uremia
dan lain-lain.
Klasifikasi status epileptikus adalah sebagai berikut:
1. Overt generalized convulsive status epilepticus
Aktivitas kejang yang berkelanjutan dan intermiten tanpa ada kesadaran penuh.
a. Tonik klonik
b. Tonik
c. Klonik
d. Mioklonik
2. Subtle generalized convulsive status epilepticus diikuti dengan generalized convulsive
status epilepticus dengan atau tanpa aktivitas motorik.
3. Simple/partial status epilepticus (consciousness preserved)
a. Simple motor status epilepticus
b. Sensory status epilepticus
c. Aphasic status epilepticus
4. Nonconvulsive status epilepticus(consciousness impaired)
a. Petit mal status epilepticus
b. Complex partial status epilepticus

D. GEJALA
Pengenalan terhadap status epileptikus penting pada awal stadium untuk mencegah
keterlambatan penanganan. Status tonik-klonik umum (Generalized Tonic- Clonic)
merupakan bentuk status epileptikus yang paling sering dijumpai, hasil dari survei ditemukan
kira-kira 44 sampai 74 persen, tetapi bentuk yang lain dapat juga terjadi.
1. Status Epileptikus Tonik-Klonik Umum (Generalized tonic-clonic Status Epileptikus)
Ini merupakan bentuk dari Status Epileptikus yang paling sering dihadapi dan
potensial dalam mengakibatkan kerusakan. Kejang didahului dengan tonik-klonik umum
atau kejang parsial yang cepat berubah menjadi tonik klonik umum. Pada status tonik-klonik

umum, serangan berawal dengan serial kejang tonik-klonik umum

tanpa pemulihan

kesadaran diantara serangan dan peningkatan frekuensi.


Setiap kejang berlangsung dua sampai tiga menit, dengan fase tonik yang melibatkan
otot-otot aksial dan pergerakan pernafasan yang terputus-putus. Pasien menjadi sianosis
selama fase ini, diikuti oleh hyperpnea retensi CO 2. Adanya takikardi dan peningkatan
tekanan darah, hyperpireksia mungkin berkembang. Hiperglikemia dan peningkatan laktat
serum terjadi yang mengakibatkan penurunan pH serum dan asidosis respiratorik dan
metabolik. Aktivitas kejang sampai lima kali pada jam pertama pada kasus yang tidak
tertangani.
2. Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik (Clonic-Tonic-Clonic Status Epileptikus)
Adakalanya status epileptikus dijumpai dengan aktivitas klonik umum mendahului
fase tonik dan diikuti oleh aktivitas klonik pada periode kedua.
3. Status Epileptikus Tonik (Tonic Status Epileptikus)
Status epilepsi tonik terjadi pada anak-anak dan remaja dengan kehilangan kesadaran tanpa
diikuti fase klonik. Tipe ini terjai pada ensefalopati kronik dan merupakan gambaran dari
Lenox-Gestaut Syndrome.
4. Status Epileptikus Mioklonik
Biasanya terlihat pada pasien yang mengalami enselofati. Sentakan mioklonus adalah
menyeluruh tetapi sering asimetris dan semakin memburuknya tingkat kesadaran. Tipe dari
status epileptikus tidak biasanya pada enselofati anoksia berat dengan prognosa yang buruk,
tetapi dapat terjadi pada keadaan toksisitas, metabolik, infeksi atau kondisi degeneratif.
5. Status Epileptikus Absens
Bentuk status epileptikus yang jarang dan biasanya dijumpai pada usia pubertas atau dewasa.
Adanya perubahan dalam tingkat kesadaran dan status presen sebagai suatu keadaan mimpi
(dreamy state) dengan respon yang lambat seperti menyerupai slow motion movie dan
mungkin bertahan dalam waktu periode yang lama. Mungkin ada riwayat kejang umum
primer atau kejang absens pada masa anak-anak. Pada EEG terlihat aktivitas puncak 3 Hz
monotonus (monotonous 3 Hz spike) pada semua tempat. Respon terhadap status epileptikus
Benzodiazepin intravena didapati.
6. Status Epileptikus Non Konvulsif
Kondisi ini sulit dibedakan secara klinis dengan status absens atau parsial kompleks, karena
gejalanya dapat sama. Pasien dengan status epileptikus non-konvulsif ditandai dengan stupor
atau biasanya koma. Ketika sadar, dijumpai perubahan kepribadian dengan paranoia,

delusional, cepat marah, halusinasi, tingkah laku impulsif (impulsive behavior), retardasi
psikomotor dan pada beberapa kasus dijumpai psikosis. Pada EEG menunjukkan generalized
spike wave discharges, tidak seperti 3 Hz spike wave discharges dari status absens.
7. Status Epileptikus Parsial Sederhana
a. Status Somatomotorik
Kejang diawali dengan kedutan mioklonik dari sudut mulut, ibu jari dan jari-jari pada satu
tangan atau melibatkan jari-jari kaki dan kaki pada satu sisi dan berkembang menjadi
jacksonian march pada satu sisi dari tubuh. Kejang mungkin menetap secara unilateral dan
kesadaran tidak terganggu. Pada EEG sering tetapi tidak selalu

menunjukkan periodic

lateralized epileptiform discharges pada hemisfer yang berlawanan (PLED), dimana sering
berhubungan dengan proses destruktif yang

pokok dalam otak. Variasi dari status

somatomotorik ditandai dengan adanya afasia yang intermitten atau gangguan berbahasa
(status afasik).
b. Status Somatosensorik
Jarang ditemui tetapi menyerupai status somatomotorik dengan gejala sensorik unilateral
yang berkepanjangan atau suatu sensory jacksonian march.
8. Status Epileptikus Parsial Kompleks
Dapat dianggap sebagai serial dari kejang kompleks parsial dari frekuensi yang cukup untuk
mencegah pemulihan diantara episode. Dapat terjadi otomatisme, gangguan berbicara, dan
keadaan kebingungan yang berkepanjangan. Pada EEG terlihat aktivitas fokal pada lobus
temporalis atau frontalis di satu sisi, tetapi bangkitan epilepsi sering menyeluruh. Kondisi ini
dapat dibedakan dari status absens dengan EEG, tetapi mungkin sulit memisahkan status
epileptikus parsial kompleks dan status epileptikus non-konvulsif pada beberapa kasus
E. MANIFESTASI KLINIK
F. DIAGNOSIS
Diagnosa dalam keadaan status epileptikus tidak sukar, akan tetapi perawatannya
memerlukan lebih banyak perhatian. Status epileptikus dapat timbul karena berbagai sebab.
Bilamana dokter dipanggil untuk menolong penderita, maka ia tidak usah langsung memberi
obat untuk menghilangkan kejang umum yang hebat itu. Dengan tenang harus menyelidiki
dahulu penyakit yang mendasarinya.
Anamnesis:

Anamnesis pasien harus dilakukan secara tertib dan teratur, meliputi lama kejang,
sifat kejang sama ada fokal, umum atau tonik/klonik. Seterusnya, tingkat kesadaran diantara
kejang, riwayat kejang sebelumnya serta riwayat kejang dalam keluarga. Pasien juga harus
ditanya sama ada panas, atau ada trauma kepala, riwayat persalinan dan tumbuh kembang.
Selain itu, riwayat penyakit sistemik SSP seperti keganasan, infeksi, kelainan metabolic,
keracunan. Riwayat putus obat atau gagalnya pengobatan yang sudah berjalan juga penting.
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan neurologi lengkap meliputi tingkat kesadaran, penglihatan dan
pendengaran, refleks fisiologis dan patologi, lateralisasi, papiledema akibat peningkatan TIK
akibat tumor,perdarahan dll., sistem motorik yaitu kelumpuhan, tonus, pergerakan tidak
terkendali, ataksia, dan sistem sensorik yaitu parastesia, hipestesia, anestesia. kelumpuhan,
tonus, pergerakan tidak terkendali, ataksia, dan sistem sensorik yaitu parastesia, hipestesia,
anestesia.
Pemerikasaan penunjang:
Terdiri dari pemeriksaan laboratorium yaitu darah CBC, elektrolit, glukosa, fungsi
ginjal dengan urin analisis dan kultur, jika ada didugaan infeksi maka dilakukan kultur darah,
dan Imaging yaitu CT scan dan MRI untuk
mengevaluasi lesi struktural di otak, EEG untuk mengetahui aktivitas listrik otak
dan dilakukan secepat mungkin jika pasien mengalami gangguan mental. Pungsi
lumbar dapat kita lakukan jika ada dugaan infeksi CNS atau perdarahan
subaraknoid.

Turner C. Epilepsy. In: Neurology Crash course. 2 nd edition.Philadelphia:Mosby


Elsevier:2006.p.95-100
2. Franzon D.Status Epileptikus [online] [cited on 31 st Oktober 2011] Available from :
peds.stanford.edu/8_status_epilepticus.pdf
3. Manno M.E. New Management Strategies in the Treatment of Status Epilepticus.
In.Symposium

on

Seizures:

Mayo

Foundation

for

Medical

Education

and

Research:2003.p.508-518
4. Aminoff M.J. Seizures and Syncope In:Clinical Neurology:3rd edition.Stamford:Simon
Shuster;1996.p.234-236
5. deGroot J. Signalling in the nervous system. In :Correlative Neuroanatomy. 21st
edition.Connecticut:Appleton and Lange;1996.p.18-24
6. Omkar N. Pearls,Perils and Pitfalls:EEG in Status Epilepticus [online]2010 [cited on 31 st
Oktober 2011] Available from ;http://www.medscape.com/viewarticle/458594_8 LBM
Sitorus.Gawat Darurat Penyakit Syaraf [online]1992 [cited on 31 st Oktober 2011] Available
from:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/24_Status
Epileptikus.pdf/24_StatusEpileptikus.html
8.

Khalil

B.A.

The

EEG

in

Epilepsy.

In:

Atlas

of

EEG

and

seizure

semiology.Pensylvania:Elsevier Inc:2006.p.125-130
9. Kellaway P.The over all management in adult epileptic. In: The Medical Clinics of North
America.Philadelphia:W.B.Saunders:1958.p.324-326
10. H. Meierkord.EFNS guideline on the management of status epilepticus In: European
Journal of Neurology 2006, 13: 445450.
11. Reetta K. Status epilepticus treatment guidelines. In: Outcomes Of Status
Epilepticus:Finland.p.99-102

Anda mungkin juga menyukai