Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Upacara kematian pada masyarakat Batak Toba merupakan


pengakuan bahwa masih ada kehidupan lain dibalik kehidupan di dunia
ini. Adapun maksud dan tujuan masyarakat Batak Toba untuk
mengadakan upacara kematian itu tentunya berlatar belakang kepercayaan
tentang kehidupan.

Berbicara tentang upacara kematian pada suku Batak Toba, dapat


kita tinjau dari defenisi dari istilah kematian saurmatua adalah seseorang
yang meninggal dunia apakah suami atau isteri yang sudah bercucu baik
dari anak laki-laki atau putri. Biasanya pada upacara kematian saur matua
pada masyarakat Batak Toba akan diiringi oleh alunan musik yang
dulunya biasa disebut dengan gorsi-gorsi satu hari sebelum mayat
tersebut dikebumikan. Alunan gondang itu biasa dilakukan untuk
menghormati arwah yang telah meninggal dan juga untuk silahturahmi /
pertemuan yang terakhir dari semua keluarga serta kerabat-kerabat
terdekat dari orang yang meninggal tersebut sebelum pada besok harinya
akan dimasukkan ke dalam peti jenazah untuk dikebumikan.

Universitas Sumatera Utara

Skripsi ini membahas deskriptif gondang sabangunan yang


digunakan dalam upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak
Toba yaitu Taganing atau tataganing (single-headed braced drum)
merupakan seperangkat gendang yang terdiri dari enam

buah drum.

Gondang sabangunan adalah satu ensambel musik tradisional pada


masayarakt Batak Toba. Ensambel ini terdiri dari seperangkat taganing,
sebuah sarune (double reeds-oboe), empat buah ogung (suspended-gongs):
ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora dan ogung doal, serta satu
buah hesek (idiophone). Masing-masing gendang memiliki nada (frekuensi
getaran) yang berbeda. Ketika dimainkan, ke enam gendang disusun dan
digantung pada sebuah alat penyangga.

Taganing dimainkan oleh dua orang pemain dengan menggunakan


stik pemukul kayu. Gendang yang terbesar ukurannya disebut gordang,
dimainkan satu orang. Dalam konteks komposisi musik, gordang berperan
sebagai instrumen ritmikal. Sementara lima gendang lainnya, lazim juga
disebut anak ni taganing, adalah instrumen melodik, dimainkan oleh satu
orang dan berperan sebagai pembawa melodi. Kedua instrumen tersebut,
gordang dan taganing,

dimainkan dalam satu ensambel musik yang

disebut gondang sabangunan.

Sistem permainanan gondang sabangunan dalam upacara kematian


saurmatua pada masyarakat Batak Toba adalah seperangkat alat musik,

Universitas Sumatera Utara

ensambel musik komposisi lagu (kumpulan dari beberapa lagu). Tetapi,


seperti yang kita lihat di kota Medan adanya banyak perubahan yang
terjadi. Sebahagian besar upacara kematian yang saurmatua telah
menggunakan bantuan dari musik tiup seperti pada alat music keyboard
yang funginya semakin lama semakin bertambah maju dan berkembang
yang dapat menirukan semua suara alat musik.

Jika kita simak dari asumsi yang telah dijelaskan diatas, sebelum
kita mengkaji lebih dalam mengenai fungsi gondang sabangunan pada
upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba yang berada di
kota Medan, dalam konteks yang berkembang mengapa dalam upacara
kematian saurmatua di kota Medan pada saat tahapan upacara kematian
tersebut dimulai sampai dengan selesai, gondang sabangunan dimainkan
secara murni tanpa ada bantuan dari alat musik tiup yang ada dalam
upacara kematian tersebut?. Karena setelah saya tinjau langsung ke
lapangan (datang untuk mengikuti upacara kematian masyarakat Batak
Toba yang ada di kota Medan) mayoritas telah menggunakan dua
perangkat musik yaitu: gondang sabangunan dan musik tiup. Dan untuk
dapat meninjau langsung upacara kematian masyarakat Batak Toba di kota
Medan baiknya kita melihat terlebih dulu keberadaan gorci-gorci/
pangorci yang masih eksis di kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Dalam sejarah upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak


Toba pada saat mangalap pande menjemput peti jenazah harus
didampingi oleh panggorsi karena pada saat menjemput peti jenazah
tersebut keluarga yang meninggal tersebut harus melakukan ritual atau
menyembah / meminta izin keapda penghuni kayu yang akan digunakan
sebagai peti jenazah orang yang meninggal tersebut.
Berikut ini uraian ringkas mengenai mangalap pande yang harus
diiringi oleh panggorsi / gondang sabangunan tersebut Apabila semua
sudah lengkap yaitu hasuhuton, pande hau, babi dan kelengkapannya
sudah berada pada pohon kayu yang hendak ditebang, biasanya kayu yang
ada diporlak disekitar kampung, maka petugas kepercayaan lalu
martonggo. Biasanya pada saat penebangan kayu peti jenazah, panggorsi
akan memulai pemotongan kayu tersebut dengan bunyi gendang yang
terdiri dari tujuh gendang. Tetapi pada upacara kematian ini, kebiasaan
itu tidak pernah diadakan lagi terutama di kota Medan. Itu disebabkan oleh
pengaruh jarangnya kayu yang dapat dijadikan menjadi peti jenazah
disekitar daerah tempat meninggalnya orang tersebut dan juga untuk
mempersingkat waktu dan juga materi untuk kualitas kayu yang akan
digunakan untuk peti jenazah orang yang meninggal tersebut.

Dalam upacara kematian tersebut menggunakan Gondang ini juga


dijadikan sebagai pengumuman kepada masyarakat bahwa ada orang tua
yang meninggal saur matua. Sebagai salah satu bentuk aktivitas adat,

Universitas Sumatera Utara

maka pelaksanaan upacara kematian ini tidak terlepas dari kehadiran dari
unsur-unsur Dalihan Natolu yang memainkan peranan berupa hak dan
kewajiban pada setiap suku Batak Toba. Maka dalihan natolu inilah yang
mengatur peranan tersebut sehingga prilaku setiap unsur khususnya dalam
kegiatan adat maupun dalam kehidupan sehari-hari tidak menyimpang dari
adat yang sudah ada.

Seperti yang saya kutip dari beberapa sumber acuan untuk


menyelesaikan skripsi ini, ada beberapa ketentuan yang berlaku pada masa
sekarang ini untuk dapat menggunakan gondang sabangunan. Saya tidak
ingat secara pasti tetapi salah satunya adalah karena alasan pembiayaan.
Tentu saja hal tersebut masuk akal mengingat rombongan yang akan
disewa untuk memainkan gondang akan lebih banyak jumlahnya. Sejauh
pengamatan saya, saat ini sudah lebih banyak orang yang memilih untuk
menggunakan fasilitas musik modern daripada gondang. Selain karena
lebih sesuai dengan keinginan hati mereka, alat musik modern juga relatif
lebih murah pembiayaannya dibanding dengan gondang. Memang hal
tersebut lumrah adanya, mengingat semakin terbatasnya jumlah orang
yang dapat memainkan gondang dengan baik, paralatan gondang pun
semakin sulit didapati.

Adanya gondang yang dimainkan pada upacara kematian


saurmatua

pada

masyarakat

Batak

Toba

yaitu

gondang

yang

Universitas Sumatera Utara

memeberitahukan dan mengundang masyarakat sekitarnya agar hadir di


rumah duka untuk turut menari bersama-sama. Setelah saya mengikuti
upacara kematian saurmatua di kota Medan, saya tertarik untuk mengkaji
mengapa pada saat-saat tertentu gondang sabangunan akan dimainkan
secara murni tanpa ada bantuan dari alat musik tiup yang juga seperangkat
musik yang ada pada saat upacara kematian tersebut berlangsung (yang
akan kita bahas secara lengkap dan jelas agar dapat dijadikan tulisan untuk
menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi perkuliahan S-1
jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.

Walaupun

demikian,

dalam

upacara

kematian

tersebut

menggunakan 2 perangkat alat musik yang pada dulunya berfungsi


sebagai tanda hormat semua keluarga yang ditinggalkan oleh orang yang
meninggal tersebut dan juga sebagai ritual keberangkatan arwah orang
yang meninggal tersebut menuju banua ginjang. Dalam upacara kematian
saurmatua tersebut, setiap seperangkat alat musik yang dimainkan
mempunyai saat-saat tertentu masing-masing walaupun kadang kala
dimainkan secara bersamaan. Gondang sabangunan dimainkan pada saatsaat tertentu secara murni tanpa ada bantuan dari alat musik elektronik

. Apabila saya melihat serta meninjau secara langsung, seluruh


keturunan dari orang yang meninggal tersebut, tidak menunjukkan rasa

Universitas Sumatera Utara

sedih yang begitu mendalam sekali. Karena orang yang meninggal


saurmatua bagi masyarakat Batak Toba adalah orang yang meninggal
tersebut sudah wajar karena telah menyelesaikan semua tugas-tugasnya di
dunia kepada semua keturunanya atau yang lebih utama adalah anaknya
yang pada masa hidupnya adalah menjadi tanggung jawab orang yang
meninggal tersebut sebelum seluruh anak-anaknya menikah. Apabila
seluruh anak-anaknya telah menikah orang yang meninggal tersebut telah
menyelesaikan tugasnya sebagai seorang orangtua (kematian saurmatua).

Untuk mengetahui pokok permasalahan yang akan dijelaskan oleh


sipenulis yaitu mengapa pada saat-saat tertentu pada upacara kematian
saurmatua tersebut, harus menggunakan alunan musik sabangunan / yang
tidak dapat dimainkan oleh seperangkat alat musik tiup yang berada disana
karena pada saat-saat tertentu tersebut mengandung unsur ritual untuk
dapat berkomunikasi dengan arwah orang yang meninggal tersebut.
Gondang sabangunan akan murni dimainkan pada saat sekumpulan orang
tersebut akan meminta kepada pemain musik untuk menunjukkan rasa
turut berduka cita kepada orang yang meninggal tersebut agar dengan
tenang pergi menuju ke banua ginjang. Biasanya orang yang meminta
musik tersebut akan memanggil amang panggual panggorci nami itu
biasanya dari dahulu ditujukan kepada pemain gondang sabangunan untuk
memainkan lagu yang diminta oleh mereka. Sekarang ini panggilan
tersebut telah dipakai juga untuk pemain seperangkat alat musik brass

Universitas Sumatera Utara

yang ada dalam upacara kematian tersebut. Gondang yang diminta


biasanya

adalah

gondang

usip-usip

yaitu

agar

mereka

dapat

menyampaikan rasa turut berduka cita mereka kepada orang yang


meninggal tersebut

secara

berdoa dalam

hati masing-masing

berkomunikasi langsung kepada arwah orang yang meninggal tersebut


sambil manortor, dalam kisah sejarahnya diwajibkan untuk tunduk secara
perlahan dan akhirnya pada posisi jongkok. Pada saat itulah mereka
berdoa dalam hati mereka masing-masing menyampaikan apa yang ada
dalam hati mereka kepada orang yang meninggal tersebut.

Setelah saya melihat dan mengkaji upacara kematian tersebut


untuk menyelesaikan tulisan ini, apabila dalam upacara kematian Batak
Toba yang berada di kota Medan mengapa gondang sabangunan murni
digunakan pada setiap saat-saat tertentu orang yang datang berkunjung
dan manortor ada dimainkan. Karena setiap saat-saat tertentu orang yang
berkunjung pasti meminta gondang usip-usip kepada panggorci untuk
menunjukkan rasa bela sungkawa mereka kepada orang yang meninggal
tersebut. Jadi menurut pandangan saya apabila ada upacara kematian
masyarakat Batak Toba yang berada di kota Medan yang menggunakan
gondang sabangunan mempunyai peranan penting dalam upacara tersebut
walaupun tidak seluruh musik yang dimainkan dalam upacara kematian
saurmatua yang tersebut. Gondang sabangunan dimainkan secara murni
tanpa ada bantuan dari alat musik lainnya, itu disebabkan oleh masih

Universitas Sumatera Utara

adanya kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Batak Toba semenjak


dulunya. Mereka masih mempercayai bahwa pada saat gondang tersebut
dimainkan mempunyai peranan yang sangat penting karena menurut
mereka dapat mempertemukan langsung dengan orang yang meninggal
tersebut untuk terakhir kalinya. Jadi, peranan penting pada saat gondang
sabangunan tersebut dimainkan adalah yang menjadi pokok permasalahan
terpenting yang akan dibahas dalam menyelesaikan skripsi ini.

Maka dari itu, untuk kebutuhan penelitian dan penulisan maka


penulis hendak membuat tulisan ini dengan judul STUDI DESKRIPTIF
GONDANG SABANGUNAN DALAM UPACARA KEMATIAN
SAURMATUA PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA
MEDAN.

1.2 Pokok Permasalahan

Untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi terfokus, dan


menjaga agar pembahasan nantinya tidak menjadi melebar maka disini
penulis merasa perlu membuat pemabatasan masalah dalam bentuk pokok
permasalahan, yaitu:

1. Peranan godang sabangunan yang dimainkan pada upacara kematian


saurmatua pada masyarakat Batak Toba yg ada di kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana fungsi dan kegunaan gondang dalam upacara kematian


saurmatua pada masyarakat Batak Toba.

3. Mengapa pada saat-saat tertentu pada upacara kematian saurmatua pada


masyarakat Batak Toba di kota Medan harus menggunakan gondang
sabangunan secara murni (tanpa ada bantuan dari alat musik lainnya).

1.3 Tujuan dan Mamfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan penulisan tentang gondang sabangunan pada upacara


kematian Batak Toba adalah:

1. Untuk mengetahui peranan gondang sabangunan pada upacara kematian


saurmatua pada masyarakat Batak Toba di kota Medan.

2. Untuk mengetahui fungsi dan kegunaan gondang dalam upacara


kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba.

3. Untuk mengetahui mengapa pada saat-saat tertentu pada upacara


kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba di kota Medan harus
menggunakan gondang sabangunan secara murni (tanpa ada bantuan dari
alat musik lainnya.

Universitas Sumatera Utara

1.3.2 Manfaat

Selain tujuan, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi para


pembaca, baik yang berada dalam disiplin ilmu Etnomusikologi, maupun
di luarnya, dan khususnya untuk penulis sendiri dalam menambah
wawasan tentang budaya masyarakat Batak Toba. Beberapa manfaat yang
diperoleh dan ingin dicapai dalam tulisan ini adalah:

1. Sebagai dokumentasi untuk menambah referensi tentang masyarakat


Batak Toba bagi disiplin ilmu Etnomusikologi, khususnya mengenai
peranan gondang sabangunan dalam upacara kematian saurmatua pada
masyarakat Batak Toba.

2. Menambah referensi tentang peranan penting gondang sabangunan


dalam upacara kematian masyarakat Batak Toba, khususnya bagi jurusan
Etnomusikologi.

3. Tujuan lebih jauh adalah untuk dapat digunakan lagi oleh penulis lain
yang ingin membahas tentang masalah yang sama, dengan objek yang
berbeda.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Konsep Dan Teori

1.4.1. Konsep

Menurut pandangan yang terkait dalam konsep pembahasan


gondang sabangunan dalam upacara kematian Batak Toba, sebagian besar
masyarakat masyarakat Batak Toba yang mulai kurang perduli dengan
adat istiadat yang pada masyarakat Batak Toba sejak dulunya. Oleh karena
itu, penulis lebih mengasumsikan bahwa minimnya gondang sabanguan
yang digunakan pada upacara kematian Batak Toba yang berada di kota
Medan

dikarenakan

oleh

budaya

yang

berkembang

dan

juga

perkembangan zaman.

Pada upacara kematian Batak Toba khususnya di kota Medan pada


umumnya menggunakan dua perangkat alat musik yaitu: gondang
sabangunan dan brass band/music tiup. Walaupun demikian, dalam
upacara kematian tersebut menggunakan dua perangkat alat musik yang
pada dulunya berfungsi sebagai tanda hormat semua keluarga dan kerabat
lainnya yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal tersebut dan juga
sebagai ritual keberangkatan arwah orang yang meninggal tersebut menuju
banua ginjang. Pada saat upacara kematian tersebut berlangsung, orang
yang dating untuk melayat orang yang meninggal tersebut biasanya datang
secara berkelompok. Hal itu terjadi karena apabila orang yang melayat
datang secara berkelompok agar tidak memakan waktu yang banyak.

Universitas Sumatera Utara

Dalam upacara kematian tersebut, setiap seperangkat alat musik yang


dimainkan mempunyai saat-saat tertentu bagi kedua perangkat alat musik
tersebut untuk dimainkan walaupun kadang kala dimainkan secara
bersamaan. Gondang sabangunan dimainkan secara murni tanpa ada
bantuan dari alat musik lainnya, itu disebabkan oleh masih adanya
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Batak Toba semenjak dulunya.
Mereka masih meyakini bahwa pada saat gondang tersebut dimainkan
mempunyai peranan yang sangat penting karena menurut mereka dapat
mempertemukan langsung dengan orang yang meninggal tersebut untuk
terakhir kalinya. Jadi, peranan penting pada saat gondang itu dimainkan
adalah pokok permasalahan terpenting yang akan dibahas dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Sebelum kita membahas pokok permasalahan yang akan dibahas


pada skripsi ini, baiknya terlebih dahulu kita mengetahui pengertian dari
konsep. Konsep adalah kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atau
persoalan yang perlu di rumuskan. Pada upacara kematian pada Batak
Toba, peralatan gondang sabangunn yang digunakan akan membawakan
instrument musik dalam adat istiadat Batak Toba yang disebut dengan
margondang. Pada saat kerabat-kerabat yang datang untuk menghormati
arwah dari jasad yang meninggal dunia, akan selalu meminta gondang
kepada pargonci gondang yang telah lazim digunakan pada upacara
kematian lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Adapun gondang yang dimainkan oleh peralatan gondang tersebut


adalah:

1. Gondang Mula-Mula

2. Gondang Sitio-tio

3. Gondang Liat-liat

4. Gondang Simba-simba

5. Gondang Hasuhuton

Pangorsi biasanya dipanggil kepada orang yang memainkan


peralatan gondang dalam upacara kematian tersebut. Dalam sekelompok
pargocci, pemain Taganing (Partaganing), diberi gelar sebagai Batara
Guru Humundul, karena dia adalah orang yang memimpin music yang
dilakukan pada upacara kematian pada Batak Toba.. Hal ini merupakan
satu kehormatan bagi para pargocci, karena pargocci adalah orang yang
dianggap mampu menyampaikan keinginan mereka kepada Tuhan (Batara
Guru dalam bahasa Batak). Cara menyampaikannya adalah dengan
memainkan pola-pola ritem tertentu, yang sudah sering digunakan dalam
berbagai upacara adat.

Universitas Sumatera Utara

1.4.2. Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam


membahas permasalahan dalam tulisan ini dan juga menjadi pokok
permasalahan yang akan dibahas adalah deskriptif gondang sabangunan
dalam upacara kematian masyarakat Batak Toba di kota Medan.

Seeger (1958:184) menyebutkan, penyampaian suatu objek dengan


menerangkannya terhadap pembaca secara tulisan ataupun lisan dengan
sedetail-detailnya. Dengan demikian deskriptif yang penulis maksudkan
adalah menyampaikan dengan menggambarkannya melalui tulisan secara
jelas mengenai peralatan gondang dalam upacara kematian masyarakat
Batak Toba.

Untuk memahami fungsi peralatan gondang dalam upacara


masyarakat saurmatua pada masyarakat Batak Toba, penulis mengacu
pada pendapat Alan P.Merriam (1964:120) mengenai penggunaan dan
fungsi musik. Dimana diartikan bahwa use (penggunaan) menitik-beratkan
pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu digunakan,
sedangkan fungsion (fungsi) menitik beratkan pada alasan penggunaan
atau tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang lebih luas; sampai
sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.
Alan P. Merriam juga mengemukakan bahwa perubahan dapat juga
dipandang sebagai permulaan dari sebuah kebudayaan yang disebabkan

Universitas Sumatera Utara

oleh adanya 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam hal
ini faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi pada
saat proses pembuatan taganing adalah faktor external. Faktor external
yang dimaksud disini adalah difusi atau penyebaran agama. Sementara
perubahan internal merupakan perubahan yang timbul dari dalam dan
dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri. Perubahan internal
penulis sebut dengan invensi. Invensi merupakan penemuan-penuan baru
oleh pelaku budaya, sedangkan external ini penulis maksud dengan difusi
atau penyebaran agama.

(Sumardjo,2002:107)

kehidupan

terdiri

dari

dua

kutub

pertentangan, antara hidup dan mati, yang menjadi paham dasar


manusia sejak masa purba sebagai bentuk dualisme keberadaan hidup
hingga masa kini. Perubahan terjadi karena usaha masyarakat untuk
menyesuaiakan diri sesuai kebutuhan situasi dan kondisi yang timbul
sejalan dengan pertumbuhan masyarakat (Soekanto 1992;21). Pada akhir
ini masyarakat Batak Toba

mengalami perubahan dan berkelanjutan

secara refeleksi dimana masyarakat Batak Toba yang tidak menghilangkan


adat dan ajaran agama yang dianut. Dalam hal ini mungkin mungkin sudah
ada hipotesa-hipotesa, mungkin belum, tergantung dari sedikit banyaknya
pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan (Koenjaraningrat,
1991:29). Sedangkan menurut R.M Soedarsono (1994:46) penelitian

Universitas Sumatera Utara

kualitatif adalah data-data hasil penelitian harus dicermati dengan cermat


dan dianalisa.

Ritual menurut Echols dan Sadily (2000:488) memiliki arti upacara


keagamaan. Namun dalam tulisan ini, penulis mengasumsikan bahwa
ritual adalah upacara yang berkaitan dengan adat istiadat yang dimiliki
oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Dalam hal ini peralatan gondang
yang terdapat dalam upacara kematian masyarakat Batak Toba, penulis
mengacu kepada apa yang dikemukakan Suparlan (1983:43-45), dimana
seorang peneliti hendaknya memperlihatkan delapan hal sebagai berikut:
(1) Ruang dan Tempat, (2) Pelaku, (3) Kegiatan, (4) Benda-benda atau
alat, (5) Waktu, (6) Peristiwa, (7) Tujuan, (8) Perasaan.

Seni sebagai presentasi estestis, dalam pertunjukan ini ada pesan


moral yang disampaikan khususnya kepada generasi muda masyarakat
Batak Toba. Nilai-nilai estesis ini meliputi rasa rindu terhadap kampung
halaman, menjadi fantasi nostalgia akan kebiasaan-kebiasaan hidup dan
rasa cinta akan budaya maupun adat-istiadat.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam menulis fungsi


gondang sabangunan dalam upacara kematian pada masyarakat batak toba
ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala,
atau untuk menentukan frekwensi atau penyebaran suatu gejala atau
frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam
masyarakat. Bahan ataupun data penelitian dapat diperoleh dari tulisantulisan atau ceramah yang terekam dalam konteks yang berbeda-beda, bisa
dari observasi, berita surat kabar dan sebagainya. Salah satu sifat dari data
kualitatif adalah bahwa data itu merupakan data yang memiliki kandungan
yang kaya, yang multi dimensional dan kompleks. Penelitian ini tidak
mempersoalkan sampel populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif.

Dalam mengumpulakan data-data yang nantinya dapat digunakan


untuk menjawab segala permasalahan yang ada, Nettl (1963:63-64)
menawarkan 2 cara, kerja lapangan yaitu lapangan (field work) dan kerja
laboratorium (desk work). Dalam penelitian lapangan penulis langsung
nerinteraksi dengan komunitas atau masyarakat pendukung yang menjadi
pelaku/penyaji musik gondang dalam upacara kematian Batak Toba
(pelaksana pargocci). Kegiatan ini dilakukan dengan melihat dan

Universitas Sumatera Utara

mengamati pertunjukan gondang sabangunan yang dimainkan oleh


pargocci dalam upacara kematian Batak Toba.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh

data secara sistematis, maka penulis

menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu


penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan menggambarkan atau
memaparkan suatu data detail yang berupa ungkapan-ungkapan, catatan
yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan atau tulisan individu atau
masyarakat yang bersangkutan. Metode kualitatif juga berkaitan dengan
kualitas dan diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan
perhitungan (Bogdan, 1975:4).

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan berbagai cara


baik mencari informan atau nara sumber yang dianggap memiliki otoritas
pada masyarakat pendukungnya ataupun metode yang dilakukan pada
pelaksanaan penelitian tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya, penulis juga melakukan wawancara di luar kegiatan,


dan untuk kepentingan ini, penulis mencoba mewawancari para pargocci
yang mengiringi upacara kematian tersebut. Dan untuk tahap terakhir,
penulis melakukan analisis data untuk melengkapi data dan juga untuk
kesempurnaan tulisan ini.

1.5.3 Kerja Lapangan

Kerja lapangan penulis lakukan dengan turun secara langsung ke


lapangan untuk melakukan penelitian. Dalam kerja lapangan penulis
melakukan pengamatan, wawancara dan perekaman/pencatatan data.
Selain itu penulis juga melaksanakan interaksi dengan para informan dan
masyarakat setempat untuk mendukung mudahnya pelaksanaan penelitian.
Sehingga dalam pengamatan, penulis dapat dikategorikan melakukan
pengamatan terlibat, dimana berinteraksi langsung dengan objek
penelitian. Namun tetap menjaga etika sebagai seorang peneliti, tetap
bertindak sebagai out sider terhadap objek penelitian.

Universitas Sumatera Utara

1.5.4 Wawancara

Dalam melakukan wawancara, penulis melakukan wawancara


tidak berstruktur untuk melengkapi data. Wawancara ini dilakukan untuk
mendapatkan data-data yang dihimpun dari jawaban-jawaban informan
dari pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan. Adapun pertanyaan itu
tidak hanya dipersiapkan terlebih dahulu, akan tetapi juga muncul sebagai
reaksi saat menyaksikan kegiatan atau proses upacara dan pembuatan
taganing tersebut, dan melihat adanya beberapa hal yang menarik untuk
dipertanyakan.

1.5.5 Observasi

Observasi

atau

pengamatan

dapat

berarti kegiatan

untuk

melakukan pengukuran dengan menggunakan indra penglihatan yang juga


berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam mengumpulkan
data salah satu tehnik yang cukup baik untuk diterapkan adalah
pengamatan secara langsung satu observasi terhadap subyek yang akan
diteliti. Dalam hal ini penulis mengadakan observasi pengamatan secara
langsung upacara kematian di kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai