1. Angkutan Jalan
Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang
dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan
No. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan
Orang di Jalan, maka Angkutan Jalan diklasifikasikan
sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Bus
Taxi
Mikrolet
Bemo
Becak
Delman
2. Angkutan Rel
Adapun jenis transportasi rel adalah :
a) Kereta
b) Trem
c) Monorel
Kemacetan
Pertumbuhan kendaraan bermotor yang cepat di kota-kota
besar, tanpa diimbangi dengan pembangunan sarana dan
prasarana yang memadai akan menimbulkan betumpuknya
kendaraan di jalan sehingga mengakibatkan kemacetan.
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau
bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh
banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Kecelakaan
Jenis
Kendara
an
Tahun
2004
Motor
2005
800.00
833.8
8
38
2
Mobil
204.31
135.5
3
92
Jumla
1.004.3 969.3
h
21
30
Sumber: Dishub Pemkot Surabaya
2006
2007
928.68
6
228.19
5
1.156.8
81
972.64
5
232.88
8
1.205.5
33
Jenis
Tahun
Kendara
an
Motor
2004
2005
800.00
833.8
8
38
2
Mobil
204.31
135.5
3
92
Jumla
1.004.3 969.3
h
21
30
Sumber: Dishub Pemkot Surabaya
2006
2007
928.68
6
228.19
5
1.156.8
81
972.64
5
232.88
8
1.205.5
33
perjalanan dapat ditunjukkan oleh persebaran tarikantarikan perjalanan yang ada di Kota Surabaya yang berupa
pusat-pusat kegiatan dan pelayanan. Penduduk Surabaya
yang hendak melakukan perjalanan dihadapkan pada
pilihan moda transportasi yang tersedia dan rute yang akan
dilintasinya.
Dalam proses pemilihan moda transportasi, kita dapat
meninjau dari 4 segi, yaitu dari karakteristik sistem
transportasi, karakteristik perjalanan, karakteristik kota dan
zona, dan karakteristik pelaku perjalanan.
Faktor karakteristik sistem transportasi antara lain:
1. Waktu relatif perjalanan mulai dari lamanya
menunggu
kendaraan,
waktu
berjalan
ke
terminal/halte, dan waktu di atas kendaraan
2. Biaya relatif perjalanan merupakan total biaya yang
timbul akibat melakukan perjalanan dari asal ke
tujuan
3. Tingkat pelayanan tarif
4. Tingkat akses daya hubung/kemudahan pencapaian
tempat tujuan
5. Tingkat kehandalan angkutan umum dari segi waktu,
ketersediaan ruang parkir dan tarif
Faktor karakteristik perjalanan antara lain:
1. Tujuan perjalanan
2. Waktu perjalanan, seperti pagi, siang, malam hari
3. Panjang perjalanan
Faktor karakteristik kota dan zona antara lain:
1. Jarak kediaman dengan tempat kegiatan
2. Kepadatan penduduk
Faktor pelaku perjalanan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Pendapatan
Kepemilikan kendaraan
Kondisi kendaraan pribadi
Kepadatan permukiman
Sosial-ekonomi
lainnya
(struktur
dan
ukuran
keluarga), usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan
sebagainya
ISSUE
Tingginya urbanisasi yang secara tidak langsung dapat
dikatakan akibat tidak meratanya pertumbuahan di
beberapa wilayah di bagian Indonesia, contoh Surabaya.
Antara daerah pedalaman dengan daerah perkotaan.
Semakin besarnya perbedaan antara tingkat pertumbuhan
wilayah tersebut mengakibatkan semakin besar
atau
tingginya tingkat urbanisasi, yang pada gilirannya akan
menimbulkan permasalahan perkotaan, salah satunya
adalah transportasi.
Di kota Surabaya tingkat pertumbuhan pergerakan yang
sangat tinggi yang tidak mungkin dihambat, sementara
sarana dan prasarana transportasi sangat terbatas,
mengakibatkan aksesibilitas dan mobilitas menjadi
terganggu. Sekarang ini program pembangunan jalan di
daerah perkotaan membutuhkan biaya yang sangat besar.
Usaha
pemerintah
untuk
memecahkan
masalah
transportasi perkotaan telah banyak dilakukan, baik dengan
meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang ada maupun
dengan pembangunan jaringan jalan baru, ditambah
dengan rekayasa dan manajemen lalu lintas terutama
pengaturan efisiensi transportasi angkutan umum dan
penambahan armadanya. Tetapi, berapa pun besarnya
biaya yang dikeluarkan, kemacetan dan tundaan tetap
tidak bisa dihindari. Ini disebabkan karena kebutuhan akan
transportasi
terus
berkembang
pesat,
sedangkan
perkembangan penyediaan fasilitas transportasi sangat
rendah
sehingga
tidak
bisa
mengikutinya.
Bisa
dibayangkan bagaimana kondisi di Surabaya di tahun 2036
bisa
KONTEKS BANGUNAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kon.teks/ n
bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung
atau menambah kejelasan makna;
Menurut Mulyana (2005: 21), konteks merupakan sebab
dan alasan terjadinya suatu pembicaraan.
Dari dua hal di atas, konteks global mengenai perihal ISSUE
yang akan saya ambil dalam tugas Desain Arsitektur 5
(FUTURE CITY : SURABAYA VISION 2036) adalah mengenai
OPTIMALISASI Prasarana transportasi di Surabaya, yakni
mengoptimalkan sistem transportasi kota Surabaya melalui
Objek Arsitektural, bagaimana agar masyarakat lebih
memilih untuk menggunakan sarana transportasi umum
dan menekan transportasi pribadi agar tidak melebihi
kapasitas jalan yang sering menyebabkan kemacetan.
Dengan
menggunakan
pendekatan
Arsitektur
Eksperimental dari unit topik Material and Building
Construction yang saya pilih dalam mata kuliah ini.
Dengan
melihat
kembali
ISSUE,
yaitu
mengenai
perpindahan antar moda transportasi. Bagaimana arsitekur
dapat mengonsentrasikan beberapa moda transportasi
dalam satu wadah yang menjadikannya terintegrasi dengan
baik.
Dari unit topik Material and Building Construction,
Konstruksi merupakan salah satu bahan eksperimen yang
akan diterapkan dalam rancangan respon arsitektural
sesudahnya. Dan berkenaan dengan transportasi, cabang
dari
konteks
optimalisasi
tersebut
akan
banyak
berhubungan dengan sebuah perpindahan, seperti pada
infografik berikut :
Memiliki keterhubungan antar ruang di dalamnya yang mudah dijangkau oleh pengguna.
Sirkulasi yang teratur baik dalam hal keluar-masuk objek bangunan maupun dalam hal aksesibilitas ruang.
KONTEKS LOKASI
Dengan masalah transportasi dalam sebuah kota,
penempatan area lokasi jelaslah sangat berkaitan dengan
sistem pergerakan di kota Surabaya, khususnya pada
kendaraan umum.
Lokasi yang digunakan haruslah suatu area lokasi yang
memang rute lalu lintas dari sebagian banyak kendaraan
umum atau merupakan tempat yang signifikan bagi
masyarakat sekitar dalam mendapatkan fasilitas umum
transportasi.
GUBEN
G
RESPON ARSITEKTURAL
Berbagai kasus yang menimbulkan macet bahkan
kecelakaan,
hampir
semua
solusi
dipegang
oleh
pemerintah dalam bentuk biaya seperti penyediaan
prasarana, kebijakan pemerintah, keamanan, juga hal-hal
lain yang dapat menjadi alternatif untuk mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi. Juga memberi arahan ke
masyarakat mengenai kesadaraan diri mereka terhadap
lalu lintas agar respon dari masyarakat selaras dengan apa
yang diharapkan mengenai lingkungan kota Surabaya.
Beberapa negara mengatasi maslah lalu lintas dengan
caranya masing-masing, diantaranya seperti :
-
GUBEN
G
Dari beberapa peta rute
jalur
kendaraan
yang
ada,
GUBENG
merupakan lokasi
yang
dapat
dikatakan
sebagai area yang
signifikan, khususnya pada
area
stasiun.
Dimana stasiun Gubeng
merupakan salah
satu dari dua stasiun yang
besar di Surabaya,
dan dapat dilihat dari peta bahwa hampir semua jenis
kendaraan umum melintasi area tersebut, termasuk
rencana MRT di Surabaya
Selain itu, letak posisi Gubeng yang berada di tengah area
kota Surabaya sangat memungkinkan untuk akses yang
mudah dari seluruh arah.