Contents
Contents
I.
II.
Promosi Kesehatan.................................................................................................... 7
III.
IV.
Teori Perilaku...................................................................................................... 14
V.
VI.
Program Dasar
Promosi Kesehatan
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana
Perbaikan Gizi
Pemberantasan Penyakit Menular
Pengobatan
Selain program diatas puskesmas boleh mengambil program lain sesuai dengan situasi, kondisi,
masalah dan kemampuan puskesmas tersebut. Enam program lain selain enam program
kesehatan dasar diatas tersebut disebut program kesehatan pengembangan.
I.
Pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan
pendekatan terintegrasi dengan program kesehatan lainnya dengan memperhatikan, kegiatan
serta sasaran yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan. Dan telah tertuang dalam Rencana
Strategi
Kementerian Kesehatan.
Program, kegiatan dan sasaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dilakukan melalui:
1. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Mengintegrasikan promosi kesehatan gigi dan mulut kedalam program perilaku
hidup bersih dan sehat.
b. Membuat media promosi yang inovatif dan efektif, baik melalui media cetak,
media elektronik dan secara langsung pada semua kelompok umur pada
masyarakat seperti mencetak leaflet, poster, CD, lembar balik, serta dialog
interaktif di TV, radio, tayangan pendek, dll
c. Melakukan pendidikan tentang pentingnya perawatan gigi dan mulut yang teratur
oleh tenaga kesehatan gigi baik secara individu maupun masyarakat.
2. Program Fluoridasi
a.
b.
c.
d.
e.
Kadar fluor dalam air minum yang dikonsumsi di seluruh provinsi di Indonesia
Kadar fluor didalam berbagai pasta gigi yang beredar di Indonesia
Program fluoridasi air minum, garam, susu, dll.
Program kumur-kumur fluor pada murid-murid sekolah dasar (UKGS)
Program topikal aplikasi fl uor secara individualPelaksanaan program dan
kegiatan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan pendekatan terintegrasi
dengan program kesehatan lainnya dengan memperhatikan, kegiatan serta sasaran
yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan. Dan telah tertuang dalam
2
a.
b.
c.
d.
e.
Program Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) sejak usia dini
i. Penyusunan buku pendidikan kesehatan gigi remaja
ii. Penyusunan lembar balik penyuluhan kesehatan gigi
iii. Penyusunan standar pelayanan kesehatan gigi bagi anak
berkebutuhan khusus
iv. Penyusunan materi kesehatan gigi dan mulut untuk RS
5
Promosi Kesehatan
II.
Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, k elompok atau individu. Dengan harapan
bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu memperoleh
pengetahuan tentang kesehata yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan
dapat berpengaruh terhadap perilaku.
1. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan:
- Diagnose masalah
- Menetapkan prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah ada hal-hal yang menjadi pertimbangan antara lain:
a) Beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan.
b) Pertimbangan politis
c) Sumber daya yang ada di masyarakat. (Notoatmodjo, 2005)\
2. Mengembangkan komponen promosi kesehatan:
a. Menentukan tujuan promosi kesehatan.
Pada dasarnya tujuan promosi kesehatan adalah :
- Meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat.
- Peningkatan prilaku masyarakat yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap status
kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2005)
Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan ada 3 tingkatan :
- Tujuan program
- Tujuan pendidikan
- Tujuan prilaku (Notoatmodjo, 2005)
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelasaiannya.
b Interview
Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau
belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk
mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
4. Metode Promosi Kelompok
a Kelompok besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserrta penyuluhan itu
lebih dari 15 orang. Metode yang baik digunakan adalah :
- Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
-
Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seseorang ahli
atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap
hangat di masyarakat.
Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode yang cocok digunakan
antara lain :
-
Diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian
10
rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga
duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.
Dengan kata lain mereja harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap
anggota kelompok memiliki kebebasan untuk mengeluarkan pendapat.
c
karena, sasaran public yang heterogen, baik dilihat dari kelompok umur, pendidikannya,
tingkat sosio-ekonomi, sosio-budaya dsb. Dan hasil dari promosi kesehatan sasaran
massal ini sangat bervariasi dalam hal merespon, presepsi dan pengetahuan yang
didapat oleh sasaran tersebut. Apabila sasarannya massal maka dapat digunakan metode:
Ceramah umum/public speaking yang dilakukan dilapangan terbuka atau tempat
tempat umum,
Menggunaan media massa elektronik , seperti tv dan radio dengan bentuk talk show,
12
III.
Teori Perilaku
A. Teori menurut WHO :
1. Pemikiran dan perasaaan
Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat
diartikan pertimbangan pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimlulus,
merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.
2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
Di dalam masyarakat, dimana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan
perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan yang pada umumnya adalah para
tokoh masyarakat setempat
3. Sumber daya yang tersedia
Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat
4. Sosio budaya
Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya
perilaku seseorang.
13
Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif
mempunyai
6
tingkat
yaitu
:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2.
Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
14
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian- bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
b. Sikap (Attitude)
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Jadi manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat,
namun hanya dapat ditafsirkan.
Sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1
Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat juga kumpulan dari hal-hal
tersebut
Persepsi (Perception)
Mekanisme (Mechanism)
Adopsi (Adoption)
16
17
C. Skinner
Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo , merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori
Skinner ini disebut S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan teori S-O-R
tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a
bersangkutan.
b Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
observeable behaviour.
Perilaku tertutup dapat dipengaruhi oleh dua factor yaitu :
i. Factor Internal
Factor internal yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri seseorang ,
diantaranya : perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan
sebagainya.
ii.
Factor Eksternal
yaitu stimulus yang berasal dari luar diri seseorang, yaitu : lingkungan
baik fisik maupun non-fisik yang berupa social, budaya, ekonomi maupun politik.
Factor eksternal merupakan factor yang memiliki peran yang sangat besar
dalam mempengaruhi perilaku manusia yaitu factor social dan budaya dimana
individu tersebut berada.
Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.
Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari
luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di
18
dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan
lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap
pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan masyarakat dan segala
3
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Skinner membedakan adanya dua proses, yaitu:
Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena
menimbulkan respon respon yang relative tetap.
Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang
menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku
emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian
meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulationatau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi)
kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan
tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
(Notoadmojo, 2002)
19
Keterangan:
B
= Behavior
PF
= Predisposing factors
20
EF
= Enabling factors
RF
= Reinforcing factors
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang, misalnya kesehatan,
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para
petugas kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seorang ibu hamil yang tidak mau memeriksakan kehamilannya di puskesmas disebabkan
karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat dari pemeriksaan kehamilan bagi
ibu dan janin yang dikandung (predisposing factors). Tetapi barangkali juga karena rumahnya
jauh dari puskesmas tempat memeriksakan kehamilannya atau peralatan yang tidak lengkap
(enabling factors). Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat
lain disekitarnya tidak pernah memberikan contoh / penyuluhan tentang pentingya
pemeriksaan kehamilan (reinforcing factors).
21
bertentangan
atau
tidak
memperoleh
dukungan
dari
pembicaraan masyarakat.
Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah
tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan
diambil seseorang.
Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk
mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan
pribadinya masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri
22
IV.
rangsang (stimulus ) yang berkomunikasi dengan organisme. Perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula (mampu
meyakinkan). Karena itu kualitas dari sumber komunikasi sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku, misalnya gaya bicara, kredibilitas pemimpin kelompok, dsb
1. Dissonance Theory (Festinger : 1957)
Ada suatu keadaan cognitive dissonance yang merupakan ketidakseimbangan
psikologis, yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali. Dissonance tejadi karena dalam diri individu terdapat elemen kognisi yang
bertentangan, pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila terjadi penyesuaian secara
kognitif, akan ada perubahan sikap yang berujung perubahan perlaku.
Contoh :
Orang yang merokok merasa resah, dia tahu bahaya merokok tapi merasa bukan lakilaki kalau tidak merokok (dissonance). Akhirnya dia memutuskan kalau kejantanan
seseorang bukan hanya dari merokok, tapi dari banyak hal. Akhirnya dia memutuskan
berhenti merokok (consonance).
2. Teori Fungsi (Katz : 1960)
Meurut teori ini perilaku mempunyai fungsi :
a.
b.
c.
d.
instrumental
defence mechanism
penerima objek dan pemberi arti
nilai ekspresif
Perubahan perilaku individu tergantung kebutuhan Stimulus yang dapat memberi
perubahan perilaku individu adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan
orang tersebut.
3. Teori Kurt Lewin (1970)
23
Menurut Kurt Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan seimbang antara driving
forces (kekuatan-kekuatan pendorong) dan restrining forces (kekuatan-kekuatan penahan).
Perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut.
Ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku :
a. Kekuatan pendorong, kekuatan penahan tetap perilaku baru
Contoh : seseorang yang punya saudara dengan penyakit kusta sebelumnya tidak
mau memeriksakan saudaranya karena malu dikira penyakit keturunan, dapat berubah
perilakunya untuk memeriksakan saudaranya ke puskesmas karena adanya penyuluhan
dari petugas kesehatan terdekat tentang pentingnya deteksi dini kusta.
b. Kekuatan penahan, pendorong tetap perilaku baru
Misalnya pada contoh di atas , dengan memberi pengertian bahwa kusta bukan
penyakit keturunan, maka kekuatan penahan akan melemah dan terjad perubahan
perilaku.
c. Kekuatan penahan, pendorong, perubahan perilaku.
Misalnya pada contoh di atas dua-duanya dilakukan.
4. Teori Stimulus-Organisme-Response
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan,
gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok
atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya
sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada individu yang terdiri dari :
a
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus
yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat
meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang
peranan penting.
25
V.
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan
atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang
dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam
programprogram kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma
norma kesehatan diperlukan usahausaha yang konkrit dan positif. Beberapa strategi untuk
memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1
Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan ,
cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan
bersifat lebih langgeng.
Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini
berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif
berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan
waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan
26
kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku
mereka juga akan lebih mantap. Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa
perubahan perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat,
pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk
mewujudkan perubahan yang langgeng.
Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang ada orang
yang langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang orang merubah perilakunya karena
tekanan dari masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan
diri dengan norma yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semenamena dapat
tercapai dan harus benar- benar teruji, Ada 5 tingkatan perubahan perilaku :
1
2
perilakunya menjadi lebih sehat, tetapi belum siap berkomitmen untuk berubah.
Persiapan; Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan. Individu sudah pernah
27
Dorongan terjadinya perubahan sosial senantiasa terdapat di dalam setiap kehidupan, terutama
ditunjang oleh keinginan untuk berubah. Adapun faktor penghambat atau yang menghalangi
terjadinya perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Lambat
Latar belakang pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan sempitnya pola pikir
seorang individu. Akibatnya, masyarakat tidak mengalami kemajuan. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang terlambat disebabkan oleh masyarakat itu sendiri karena hidup dalam
keterasingan, merasa cukup dengan pengetahuan yang dimilikinya, masyarakat tidak siap
menerima perubahan.
2. Hubungan dengan Masyarakat Lain
Akibat kurangnya hubungan dengan masyarakat luar sehingga informasi yang dapat
menunjang pembangunan pada masyarakat tidak dapat diterima dengan baik.
3. Sikap Masyarakat yang Tradisional, Mempertahankan Adat atau Kebiasaan
Sikap masyarakat ini lebih memihak masa lampau karena masa tersebut merupakan masa
yang penuh kemudahan menurut beberapa kelompok. Tradisi yang berlaku sebagai warisan
masa lampau tidak dapat diubah dan harus terus dilestarikan. Hal ini dapat menghambat
perubahan, terutama beberapa kelompok yang konservatif dan ingin tetap bertahan dalam
kepemimpinan masyarakat.
Adat atau keyakinan masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku turun-temurun
merupakan pegangan hidup yang harus tetap berlaku dan dijalankan. Kebiasaan- kebiasaan
yang turun-temurun merupakan suatu hal yang sulit diubah pada masyarakat. Masyarakat
sendiri tidak mau mengubahnya karena takut terjadi bencana atau berkurangnya
keberuntungan yang ada dalam kehidupan mereka. Masyarakat yang memegang teguh adat
istiadat lama umumnya hidup dan bertahan pada masyarakat tradisional.
4. Kepentingan-kepentingan yang Tertanam Kuat atau Vested Interests
Setiap masyarakat memiliki stratifikasi sosial masing-masing yang bergantung pada
kedudukan seorang individu yang memiliki peranan dan pengaruh dalam masyarakat. Orang
28
yang berpengaruh akan memiliki kedudukan tinggi. Agar kedudukannya tetap bertahan,
setiap perubahan yang masuk akan ditolaknya dengan berbagai alasan.
5. Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap unsur perubahan yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan
masyarakat akan ditolak karena dianggap berlawanan dengan ideologi mereka. Misalnya,
masyarakat percaya bahwa pembangunan sebuah jembatan harus diadakan selamatan terlebih
dahulu. Akan tetapi, perencana proyek pembangunan tidak percaya akan hal tersebut
sehingga perencana akan ditolak keberadaannya oleh masyarakat.
6. Hakikat Hidup
Ada masyarakat yang memiliki keyakinan bahwa baik buruknya kehidupan ini ada yang
mengatur. Dorongan terjadinya perubahan dan penghambat perubahan senantiasa ada di
setiap masyarakat, bergantung besar kecilnya kekuatan dalam menanggapi perubahan
tersebut. Apabila dorongan lebih kuat daripada hambatan perubahan sosial akan terjadi.
Namun, apabila hambatan lebih kuat daripada dorongan, perubahan akan terhambat atau
tidak terjadi.
Hakikat dan sifat manusia menurut kerangka analisis Kluckhon dan Strodtbeck (1961),
bahwa hidup itu buruk dan hidup itu baik. Hidup itu buruk tetapi harus diperbaiki. (Sumber:
Pengantar Sosiologi, 2001)
Menurut Taylor (1991), ada beberapa hambatan dalam promosi kesehatan, yaitu :
1.
29
Mencakup perilaku riset dan praktisi yang berbeda, policy makers (pembuat
kebiasaan). Sebelum program dianggap efektif diperlukan studi, perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan direncanakan lagi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. jakarta: Rineka Cipta.
RI, K. K. (2012). Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut. Bakti
husada.
31