ajaran Islam mulai meraih masa kebangkitan kembali. Sekitar tahun 1960-an
banyak cendekiawan moslem dari negara-negara Islam sudah mulai melakukan
pengkajian ulang atas penerapan sistem hukum Eropa kedalam industri keuangan
dan sekaligus memperkenalkan penerapan prinsip syariah islam dalam industri
keuangannya.
Pada awalnya prinsip syariah islam diterapkan pada industri perbankan dan
Cairo adalah merupakan negara yang pertamakali mendirikan bank Islam sekitar
tahun 1971 dengan nama Nasser Social Bank yang operasionalnya berdasarkan
sistem bagi hasil (tanpa riba). Berdirinya Nasser Social Bank tersebut, kemudian
diikuti dengan berdirinya beberapa bank Islam lainnya seperti Islamic Development
Bank (IDB) dan the Dubai Islamic pada tahun 1975, Faisal Islamic Bank of Egypt,
Faisal Islamic Bank of Sudan dan Kuwait Finance House tahun 1977.
Selanjutnya penerapan prinsip syariah
perbankan, juga telah dijalankan pada industri asuransi (takaful) dan industri Pasar
Jakarta, 19 April 2005
Modal (Pasar Modal Syariah). Pada industri Pasar Modal, prinsip syariah
telah
diterapkan pada instrumen obligasi, saham dan fund (Reksa Dana). Adapun negara
yang pertama kali mengintrodusir untuk mengimplementasikan prinsip syariah di
sektor pasar modal adalah Jordan dan Pakistan, dan kedua negara tersebut juga
telah menyusun dasar hukum penerbitan obligasi syariah. Selanjutnya pada tahun
1978, pemerintah Jordan melalui Law Nomor 13 tahun 1978 telah mengijinkan
Jordan Islamic Bank untuk menerbitkan Muqaradah Bond.
Ijin penerbitan
khususnya pada instrumen saham dilakukan berdasarkan penilaian atas saham yang
diterbitkan oleh masing-masing perusahaan, karena instrumen saham
secara
natural telah sesuai dengan prinsip syariah mengingat sifat saham dimaksud
bersifat penyertaan. Para ahli fiqih berpendapat bahwa suatu
saham dapat
kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu
komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam
untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal,
sekalipun berlabel syariah.
Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional dengan pasar modal
syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan
perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional
terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar
syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal
konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah
disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang
bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur
ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik
spekulasi.
Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan
umat Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-produk pasar
modal yang sesuai dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin beragamnya
sarana dan produk investasi di Indonesia, diharapkan masyarakat akan memiliki
alternatif berinvestasi yang dianggap sesuai dengan keinginannya, disamping
investasi yang selama ini sudah dikenal dan berkembang di sektor perbankan.
Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah merupakan sebuah negara
dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam, oleh karena itu sektor industri
pasar modal diharapkan bisa mengakomodir dan sekaligus melibatkan peranserta
warga muslim dimaksud secara langsung untuk ikut aktif menjadi pelaku utama
pasar, tentunya adalah sebagai investor lokal di pasar modal Indonesia. Sebagai
upaya dalam merealisasikan hal tersebut, maka sudah sewajarnya disediakan dan
dikembangkan produk-produk investasi di pasar modal Indonesia yang sesuai
dengan prinsip dasar ajaran agama Islam. Hal tersebut di atas menjadi penting
mengingat masih adanya anggapan di kalangan umat Islam sendiri bahwa
berinvestasi di sektor pasar modal di satu sisi adalah merupakan sesuatu yang tidak
diperbolehkan (diharamkan) berdasarkan ajaran Islam, sementara pada sisi yang lain
bahwa Indonesia juga perlu memperhatikan serta menarik minat investor
mancanegara untuk berinvestsi di pasar modal Indonesia. terutama investor dari
negara-negara Timur Tengah yang diyakini merupakan investor potensial.
Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi
dapat dikategorikan
dapat diterima kecuali terdapat implikasi dari Al Quran dan Hadist yang
melarangnya secara implisit maupun eksplisit.
Dalam beberapa literatur Islam klasik memang tidak ditemukan adanya
terminologi investasi maupun pasar modal, akan tetapi sebagai suatu kegiatan
ekonomi, kegiatan tersebut dapat diketegorikan sebagai kegiatan jual beli (al Bay).
Oleh karena itu untuk mengetahui apakah kegiatan investasi di pasar modal
merupakan sesuatu yang dibolehkan atau tidak menurut ajaran Islam, kita perlu
mengetahui hal-hal yang dilarang/ diharamkan oleh ajaran Islam dalam hubungan
jual beli.
syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari
DSN-MUI. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh
sertifikat/ predikat syariah dari DSN-MUI yaitu bahwa calon emiten terlebih dahulu
harus mempresentasikan terutama struktur bagi hasilnya dengan nasabah/ investor,
struktur transaksinya, bentuk perjanjiannya seperti perjanjian perwali amanatan dll.
Perkembangan di lantai Bursa
Perkembangan transaksi saham syariah di Bursa Efek Jakarta bisa
digambarkan bahwa, berdasarkan lampiran Pengumuman BEJ No. Peng-499/BEJDAG/U/12-2004 tanggal 28 Desember 2004, bahwa daftar nama saham tercatat
yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) untuk periode 3 Januari
2005 s.d Juni 2005 adalah sebagai berikut :
Anggota JII Periode Januari s.d. Juni 2005
No
Nama Emiten
No
Nama Emiten
1.
16
Kalbe Farma
2.
17
Limas Stokhomindo
3.
18
London Sumatera
4.
19
5.
20
Multipolar
6.
Bumi Resources
21
7.
Ciputra Development
22
8.
23
Semen Cibinong
9.
Gajah Tunggal
24
10.
25
Timah
11.
26
12.
27
Telekomunikasi Indonesia
13.
28
14.
Indosat
29
United Tractors
15.
30
Unilever Indonesia
No.
Uraian
Desember 2003
Desember 2004
Persentase
Peningkatan
- Index JII
- Nilai Kapitalisasi
118.952
164.029
37,90%
48,42%
dibandingkan dengan total nilai emisi obligasi di pasar modal Indonesia di tahun
2004 secara keseluruhan yaitu sebesar Rp. 83.005,349 Triliun, maka prosentasenya
masih terlalu kecil yaitu baru mencapai 1,72%.
Indikasi
return %
1.
30-Oct-02
175
16,75
2.
30-Jun-03
200
17
3.
18-Sep-03
60
14
4.
30-Jun-03
45
15
5.
05-Dec-03
60
13
6.
22-Oct-03
200
13
7.
18-Mar-04
75
13,5
8.
28-Apr-04
150
13,80
9.
17-Jun-04
52
13,5 14,5
29-Jun-04
100
13,5 14,5
1-Nov-04
100
13,25
2-Des-04
85
13,75
10-Des-04
122
1.424 T
yang cukup tinggi jika dibanding rata return obligasi dengan prinsip
riba/konvensional.
Tgl. Efektif
NAB
(Milyar Rp)
15-Mei-00
59.239,28
12-Nov-00
14.744,94
21-Juli 03
94.125,95
21-April-04
30.517,01
21-April-04
140.556,97
20-Juli-04
10.446,99
12-Agst-04
7.395,84
26-Agst-04
129.900,67
14-Okt-04
23.080,54
29-Okt-04
15.961,91
525.970,10
Milyar