Anda di halaman 1dari 16

WARTA

WARTA

Daftar Isi

BAPEPAM
INFORMASI PASAR MODAL INDONESIA DAN MANCA NEGARA

EDISI 15 / Maret 2006

Homepage http:www.bapepam.go.id

Dari Redaksi :
Awal Pebruari lalu Bapepam bekerja sama dengan Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia
(APEI), Financial Service Volunteer Corps (FSVC) dan Asian Development Bank (ADB) telah
menyelenggarakan workshop tentang Money Laundering. Materi workshop ini sangat menarik
untuk diinformasikan kepada kalangan pasar modal, oleh karena itu dalam edisi kali ini
Redaksi sengaja mengangkat event tersebut sebagai berita utama.
Dalam Rubrik Artikel, Redaksi menyajikan dua artikel, tentang Obligasi Syariah dan
Surat Utang Negara. dana tak kalah menariknya, dalam rubrik Info, Redaksi menyajikan
sebuah informasi yang sangat menarik juga yakni, Buletin Akuntasi Staf (BAS), edisi kedua. BAS ini dapat dijadikan salah satu acuan bagi akuntan pada umumnya dalam
penerapan PSAK.
Selamat Membaca

Hal. 1

DARI REDAKSI

Wawasan: Stock Exchange of Thailand


(SET) menyetujui penerapan
transaksi menggunakan basket order
atas transaksi derivativ, Canada turut
serta berpartisipasi dalam Fraud
Prevention Forum.

Hal.2

RAGAM PERISTIWA

PublicDissemination Seminar on
Bond Market, Seminar Potensi
Mahasiswa dalam Dunia Pasar Modal,
Capital Market Exhibition.

Hal. 3

BERITA UTAMA

Enhanching Participation of the


Capital Market in Combating Money
Laundering.

Hal. 5

ARTIKEL

Mampukah Mengikuti
Keberhasilan Malaysia
Mengembangkan Obligasi
Syariah?, Sisi lain Penawaran SUN
ritel.

Hal. 10

STATISTIK

Perkembangan Pasar Modal


Bulan Maret 2006

Redaksi

Wawasan :
Dewan Direksi Stock Exchange of Thailands (SET) telah menyetujui penerapan transaksi menggunakan basket orders atas
transaksi derivatif, yang akan di luncurkan pada bulan April 2006. Sistim Basket Trading tersebut diharapkan efektif dilaksanakan
pada pertengahan tahun 2006 ini.
Transaksi menggunakan basket orders memungkinkan para broker untuk melakukan pesanan untuk sekelompok Efek dalam
satu waktu daripada harus melakukan pesanan satu-persatu atas Efek tersebut secara individual.
Broker dapat mengelola dana nasabahnya secara lebih efisien, khususnya saat mereka sedang bernegosiasi atas pesanan Efek
derivatif. Dengan memfasilitasi investasi dalam Efek derivatif dan aktivitas indeks arbitrase, basket trading mampu membuat
manajemen portofolio menjadi lebih efisien.
Saat ini, sistim basket orders telah digunakan di berbagai Bursa Efek besar didunia seperti Hong Kong, New York dan
Singapore.
Efek yang akan ditransaksikan dalam basket orders harus merupakan Efek dalam daftar SET 50 index. Harga beli/jual-nya
yang dinyatakan dalam pesanan tidak boleh melebihi batas harga interval dan basket orders dapat diajukan saat jam perdagangan
normal serta tiap basket harus dibuat atas satu jenis pesanan jual atau beli saja.
(Sumber : http://www.set.or.th)
Otoritas pasar modal Canada turut serta berpartisipasi dalam Fraud Prevention Forum yang mempromosikan bulan Maret
2006 sebagai Fraud Awareness Month. Dengan berpartisipasi dalam kegiatan ini, CSA mengharapkan peningkatan
kewaspadaan publik akan bahaya tindak fraud bahkan dari sumber terpercaya mereka sekalipun, sehingga dengan meningkatnya
kepedulian ini maka hal tersebut mampu membantu publik dalam melindungi keuangan dan investasi mereka dari tindakan
kejahatan finansial seperti penipuan.
Sebagai partner dari Fraud Prevention Forum, CSA bersama lebih dari 75 organisasi Pemerintah dan swasta untuk
mempromosikan pendidikan nasional kepada publik dan kampanye kepedulian dengan slogan: Recognize It. Report It. Stop
It.
Selain itu setiap warganegara Canada juga dianjurkan untuk mengunjungi website www.csa-acvm.ca agar dapat mempelajari
dan mengenal bentuk-bentuk kejahatan finansial, bahkan bagi pengunjung juga disediakan kuis terkait dengan hal tersebut.
(Sumber : http:// www.osc.gov.on.ca/About/NewsReleases/2006/nr_20060306_csa-fraud-month.jsp)
Pada tangal 17 Februari 2006 yang lalu, Direksi London Stock Exchange (LSE) mengumumkan rencana mereka untuk
memberikan dividen saham kepada pemegang saham LSE senilai 510 juta Poundsterling atau 200 pence (2) persaham dan
akan melaksanakan program share buyback hingga sebesar 50 juta Poundsterling pertahun.
bersambung ke hal. 4
Penerbit : Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Departemen Keuangan RI;
Pelindung: Ketua BAPEPAM;
Pengarah: Sekretaris BAPEPAM;
Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Kabag. Kerjasama Internasional dan
Hubungan Masyarakat;
Kontributor Edisi Maret 2006: Herry Siswanto, Bayu Dwi Kariastanto,
Asep Nurwanda, Basri Pohan, Iman Djuansyah, Ridiani Kurnia, Yudi Pramono,
Farida Resturani

Warta

Sekretariat Redaksi: Herry Siswanto, Agnes Hesti Pratiwi, Yudi Pramono, Farida Resturani,
Elsie Wulandari, Bayu Dwi Kariastanto, Ahmad Muharom, Danik Setyowati, M. Soimun,
Fadyan Siswoyo
Distribusi & Dokumentasi: Bagian Kerjasama Internasional & Hubungan Masyarakat
Alamat Redaksi : Gedung 16 Lantai, lt. 4, Dept. Keuangan R.I.,
Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4, Jakarta 10710.
Telp. 3858001 ext. 4132; Fax. 3858321;
E-mail : humas@bapepam.go.id ;
Website : http://www.bapepam.go.id

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

RAGAM

PERISTIWA

Public Dissemination Seminar on Bond Market Development

Korea Indonesia Knoewledge Sharing Project (KSP)


mengadakan Public Dissemination Seminar on Bond
Market Development di Flores B Room, Lobby Floor
Hotel Borobudur Jakarta pada tanggal 29 Maret 2006.

Seminar Potensi Mahasiswa Dalam Dunia Pasar Modal

Kelompok Studi Ekonomi dan Pasar Modal


Teknologi Bandung (KSEP ITB) mengadakan
Seminar Potensi Mahasiswa Dalam Dunia
Pasar Modal dalam rangka Capital Market
Education Fair 2006 dengan tema Brings
Capital Market Into Your Lifestyle yang
diselenggarakan pada tanggal 16 Maret
2006 di KSEP ITB. Hadir dalam seminar
tersebut Sekretaris BAPEPAM, Wahyu
Hidayat, mewakili Ketua Bapepam
menyampaikan keynotes speech.

Capital Market Exhibition

Capital Market Exhibition yang di selenggarakan


oleh Universitas Lampung (UNILA) pada tanggal 2123 Maret 2006 di Bandar Lampung. Dalam
kesempatan tersebut Sekretaris BAPEPAM, Wahyu
Hidayat, hadir mewakili Ketua Bapepam untuk
menyampaikan keynotes speech. Selain itu hadir
pula Kepala Bagian Kerjasama Internasional &
Humas Gonthor R Aziz, Kepala Bagian Penetapan
Sanksi I Ketut Widiana dan Kasubag Humas Herry
Siswanto.

Warta

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

BERITA

UTAMA

Enhancing P
articipation of the Capital Market in Combating Money Laundering:
Participation
An AML Workshop for the Indonesian Securities Industr
y
Industry
(Jakarta, 1-3 F
ebruari 2006)
Februari
Oleh : Asep Nur
wanda
Nurwanda
Pada awal bulan Februari lalu,
Bapepam bekerja sama dengan Asosiasi
Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Financial Service Volunteer Corps (FSVC) dan
Asian Development Bank (ADB) telah
menyelenggarakan kegiatan workshop
dengan tema Enhancing Participation of
the Capital Market in Combating Money laundering: An AML Workshop for the Indonesian Securities Industry dalam rangka
sosialisasi pembangunan rezim anti-money
laundering (AML) kepada seluruh pelaku
pasar modal di Indonesia.
Kegiatan yang berlangsung selama
tiga hari di Jakarta, tepatnya di Diamond
Ballroom, Hotel Nikko tersebut dihadiri
oleh 425 partisipan yang mewakili institusi
masing-masing antara lain Perusahaan
Efek, Bank Kustodian, organisasi
internasional, asosiasi di pasar modal,
Self Regulatory Organizations (SROs) serta
Bapepam.
Kegiatan workshop pada hari
pertama merupakan acara yang dihadiri
oleh pejabat-pejabat director level di
industri pasar modal. Tercatat sebanyak
229 partisipan (director level) hadir dan
ikut ambil bagian dalam kegiatan workshop pada hari tersebut.
Acara diawali dengan welcome remarks
dari Ayumi Konishi (Director Governance,
Finance, and Trade Division, Southeast Asia
Department, ADB) yang sekaligus
membuka secara resmi penyelenggaraan
kegiatan workshop ini. Setelah secara
resmi dibuka, acara dilanjutkan dengan
keynote speech dari Darmin Nasution
(Ketua Bapepam).
Setelah sesi pembukaan selesai,
kemudian acara dilanjutkan dengan
diskusi panel yang menghadirkan Yunus
Hussein (Ketua Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi KeuanganPPATK),
Robinson Simbolon (Kepala Biro
Perundang-undangan dan Bantuan
Hukum, Bapepam) dan Lily Widjaja
(Ketua Asosiasi Perusahaan Efek IndonesiaAPEI) dan dipandu oleh Arif
Baharudin
(Kepala
Bagian
Pengembangan Kebijakan Transaksi dan
Lembaga Efek, Bapepam) sebagai moderator. Pada sesi diskusi panel ini agenda
yang dibahas antara lain:
i) Overview isu AML di Indonesia;
ii) Peraturan AML di pasar modal; dan
iii) Peranan APEI dalam pelaksanaan
rezim AML.

Pembahasan mengenai overview isu


AML di Indonesia disajikan oleh
Yunus Hussein yang diawali dengan
mengulas keberadaan Indonesia
sebagai salah satu negara yang
dimasukkan oleh Financial Action Task
Force (FATF) dalam daftar Non-Cooperative Countries and Territories (NCCTs
list) pada bulan Juni 2004, hingga pada
tanggal 11 Februari 2005 lalu FATF
mengeluarkan Indonesia dari NCCTs
list namun dengan beberapa
persyaratan dan rekomendasi antara
lain:
- Mendorong pelaporan transaksi
yang mencurigakan;
- Capacity Building dari para penegak
hukum pada kasus tindak pidana
pencucian uang (TPPU);
- Mendorong proses penyelesaian
perkara TPPU secara tepat waktu;
dan
- Melanjutkan pemeriksaan/audit
kepatuhan penyedia jasa keuangan
(PJK) terhadap UU TPPU secara
tegas;
Selanjutnya, Yunus Hussein juga
menjelaskan peranan PPATK dalam
pembangunan rezim AML di Indonesia yaitu dengan membuat pedoman
umum bagi PJK dalam memenuhi
kewajiban untuk melaporkan transaksi
keuangan mencurigakan (suspicious
transaction reportsSTR) dan transaksi
keuangan tunai (cash transaction reportsCTR) serta membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan
BI, Bapepam, DJLK, DJBC, DJP,
KPK, Polri dan Financial Inteligence
Unit (FIU) secara internasional.
Pada agenda selanjutnya, yaitu
Peraturan AML di pasar modal,
Robinson Simbolon menjelaskan
bahwa Bapepam telah melakukan
koordinasi dengan PPATK untuk
menghindari dualisme audit kepatuhan
terhadap PJK di pasar modal sesuai
dengan UU Nomor 15 tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 25 Tahun 2003
(Pasal 27 ayat 2) dan MoU antara
PPATK dan Bapepam. Selain itu,
Bapepam juga telah menyusun draft
guideline
pencegahan
dan
penanggulangan money laundering di

Warta

pasar modal yang akan diberlakukan


kepada seluruh pelaku pasar modal
dalam rangka memberikan pedoman
pelaksanaan Peraturan Bapepam No.
V.D.10 tentang Prinsip Mengenal
Nasabah (KYC Principle) dengan tujuan
agar PJK di pasar modal khususnya
Perusahaan Efek dapat mengenali profil
nasabah dan karakteristik setiap transaksi
nasabah sehingga dapat mengidentifikasi
suatu transaksi mencurigakan dan
selanjutnya melaporkannya kepada
PPATK.
Dalam sesi peranan APEI dalam
pelaksanaan rezim AML, Ketua APEI,
Lily Widjaja memaparkan issue yang
terjadi saat ini, yaitu rendahnya tingkat
kepatuhan Perusahaan Efek jika dilihat
dari minimnya penyampaian STR dan
CTR oleh Perusahaan Efek. Issue tersebut
telah ditindaklanjuti oleh APEI dengan
membentuk departemen AML yang
secara khusus dibebani tugas untuk
meningkatkan pemahaman dan
pelaksanaan KYC dan AML di
Perusahaan Efek secara berkelanjutan
dan menjadi mitra diskusi bagi
Perusahaan Efek seputar hal-hal yang
berhubungan dengan KYC dan AML.
Selain itu, APEI juga mengenakan sanksi
denda kepada anggotanya yang diketahui
tidak melaporkan CTR dan STR.
Dari kegiatan hari pertama, dapat
disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan salah satu tempat yang
potensial untuk melakukan kegiatan
pencucian uang karena mempunyai
karakteristik yang unik dan tidak lepas
dari perbankan dan bidang lainnya.
Bapepam tidak akan sanggup untuk
mencegah atau menanggulangi kejahatan
pencucian uang sendiri, oleh karena itu,
diperlukan adanya koordinasi dan
kerjasama dengan pihak/lembaga terkait
baik domestik ataupun internasional serta
pengawasan yang terus-menerus terhadap
kepatuhan para pelaku pasar modal.
Kegiatan workshop dilanjutkan pada
hari kedua dan ketiga dengan penjelasan
yang lebih teknis mengenai AML. Acara
tersebut diikuti oleh para direktur dan
compliance officer dari Perusahaan Efek,
Bank Kustodian, SROs dan Bapepam
yang dibagi menjadi dua grup dengan
agenda yang sama yaitu:
- Overview AML di Indonesia;
- Sifat dasar dari Money laundering dan

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

BERITA

UTAMA

kejahatan keuangan lainnya;


- Pengurangan risiko dari money laundering; dan
- Studi atas kasus-kasus money laundering di pasar modal.
Tercatat partisipan yang hadir pada
hari kedua (grup 1) sebanyak 186 orang dan pada hari ketiga (grup 2)
sebanyak 190 orang.
Workshop dibuka oleh Angela Sapp
(Country Director FSVC) dan dilanjutkan
dengan diskusi mengenai overview
AML di Indonesia yang merupakan
lanjutan dari diskusi hari sebelumnya.
Pembicara pada sesi ini adalah Susno
Duadji (Deputi PPATK) pada hari
kedua dan I Gde Made Sadguna
(Deputi PPATK) pada hari ketiga
dengan dipndu oleh Arif Baharudin
sebagai moderator. Susno Duadji dan I
Made Sadguna pada kesempatan
tersebut sama-sama mempresentasikan
skema rezim AML di Indonesia dan
juga proses pendeteksian CTR dan STR.
Selain itu, terdapat pula data laporan
PJK kepada PPATK per 31 Desember
2005 yang menunjukkan bahwa PJK di
industri
pasar
modal
yang
menyampaikan STR dan CTR hanya
sebanyak 4 Perusahaan Efek sebanyak
13 laporan (12 STR dan 1 CTR) serta 1
Manajer Investasi dengan 1 STR,
jumlah tersebut jauh sekali jika
dibandingkan dengan penyampaian
laporan yang dilakukan oleh industri
perbankan yaitu 106 bank dan 1 BPR
dengan jumlah laporan sebanyak 3.233
STR. Dari laporan tersebut tampak
sekali betapa rendahnya peran serta para
pelaku pasar modal terutama
Perusahaan Efek, Manajer Investasi dan
Bank Kustodian sebagai PJK, padahal
seperti kita ketahui pasar modal sangat
potensial untuk menjadi sarana money
laundering, mengingat dana masyarakat
yang mengalir didalamnya cukup besar.
Dalam sesi Sifat Dasar Dari Money
Laundering dan Kejahatan Keuangan
lainnya, Pauline David (Legal & AML
Consultant,
ADB)
membagi
penjelasannya kedalam 4 bagian antara
lain:
i) Money laundering as a Subset of Criminal Activity.
ii) International Legal and Regulatory
Framework and Standards.
iii) Detecting and Reporting Suspicious Activities.
iv) Building a Risk-Based AML Model-Regional Asia Perspective.
Agenda selanjutnya dari kegiatan
workshop ini yaitu pengurangan risiko
dari money laundering (mitigating risk of
money laundering). Rachel Raemore (Senior Vice President & Compliance Director,

Capital & Wealth Management Group,


Wachovia Corp.), dan Julia A. Mold
(Manager, Financial Advisory Services,
AML Practice, Deloitte Financial Advisory
Services LLP) tampil sebagai pembicara
dengan dipandu oleh Angela Sapp
sebagai moderator. Sesi ini mengulas
tipologi AML pada industri sekuritas
secara mendalam serta tantangan unik
yang dihadapi industri sekuritas.
Dalam presentasinya, Rachel
Raemore mengemukakan pendekatan
yang efektif untuk program AML yang
dinamakan WARRCOM. WARRCOM
merupakan kepanjangan dari Written
Policies and Procedures, Awareness and
Training, Regulatory and Internal Reporting, Record Keeping, Costumer Due Diligence, Oversight dan Monitoring.
Sementara itu Julia Mold
mengemukakan pendekatannya dalam
mengurangi risiko money laundering
melalui delapan langkah pengendalian
lingkungan (eight step control environment)
yaitu:
1. Tone-at-The-Top
2. Establish Enterprise-Wide Policies &
Procedures
3. Maintain a strong Control Culture
4. Designate and Anti-Money Laundering
Officer
5. Promote Good Intelligence and Communication
6. Impress the role of training executives and
employees
7. Monitoring and testing AML compliance
8. Leveraging technology solutions
Agenda terakhir dari kegiatan workshop ini yaitu presentasi dan diskusi
tentang studi kasus money laundering
yang terjadi di pasar modal yang masih
dipandu oleh moderator dan
pembicara yang sama dengan sesi
sebelumnya. Pada sesi ini, baik Rachel
maupun Julia masing-masing
memaparkan studi kasus AML dengan
padat dan jelas mulai dari high level action serta berbagai skenario penyelesaian
atas kasus-kasus yang dijelaskan.
Dengan berakhirnya sesi studi kasus
tersebut maka berakhir pula serangkaian
kegiatan workshop dalam rangka
sosialisasi pembangunan rezim AML
ini.
Pada akhir pertemuan, sebagai closing remark, Arif Baharudin menyatakan
bahwa sudah saatnya seluruh pelaku
pasar
modal
di
Indonesia
meningkatkan kesadarannya untuk ikut
berpartisipasi dalam memerangi tindak
pidana pencucian uang ini dengan cara
minimal menyampaikan laporan baik
itu STR maupun CTR kepada PPATK
tanpa ada keraguan. (AN)

Warta

Wa w a s a n
.
Pelaksanaan akan dilakukan
melalui penerbitan saham seri B
sekaligus memperkenalkan holding
company yang baru yaitu London
Stock Exchange Group.
Rencana pemberian dividen saham
ini akan diajukan dalam RUPS
pada tanggal 19 April 2006 dan
persetujuan dari High Court yang
dijadwalkan keluar pada tanggal 12
Mei 2006.
(Sumber : http://www.fibv.com)
Saham pertama dari NYSE Group
diperdagangkan pada tanggal 8
Maret 2006 di New York Stock
Exchange setelah penggabungan
New York Stock Exchange Archipelago yang baru-baru ini disetujui
oleh otoritas pasar modal Amerika
US-SEC. Penggabungan New York
Stock Exchange, Inc. dan Archipelago Holdings, Inc membentuk
bursa terbesar dan menciptakan global multi-product, pasar dari multiasset class atas saham yang tercatat
maupun OTC, produk pendapatan
tetap, opsi, dan produk turunan
lainnya.
Struktur NYSE Group
Aset dan aktivitas bisnis dari New
York Stock Exchange akan dikelola
oleh 3 (tiga) entitas terpisah tetapi
terafiliasi dengan NYSE Group,
yaitu:
 New York Stock Exchange LLC
(NYSE LLC);
NYSE LLC merupakan anak
perusahaan langsung dan
sepenuhnya dimiliki oleh NYSE
Group dan akan menjadi bursa
efek nasional. NYSE LLC akan
berfungsi sebagai self-regulatory
dan tolok ukur kiner ja dari
pasar.
 NYSE Market;
NYSE Market beroperasi
sebagai fasilitas transaksi dari
pasar
dan
yang
akan
menerbitkan lisensi kepada
pelaku pasar untuk menjadi
anggotanya.
 NYSE Regulation, Inc.
NYSE Regulation merupakan
perusahaan non-profit dan
melaksanakan
fungsi
pengaturan dari NYSE LLC.
CEO dari NYSE Regulation
bertanggung jawab dan melapor
secara langsung kepada NYSE
Regulation
board
yang
mayoritas merupakan direktur
independen bukan direksi dari
NYSE Group.

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

ARTIKEL
(Sumber : http://www.nyse.com)
Pada tanggal 7 Maret 2006,
OMX Helsinki Stock Exchange
memulai transaksi atas ETF (Exchange Traded Fund) yang
berbasis pada indeks blue chip
OMX yaitu OMXH25.
Produk ETF tersebut dinamakan
sebagai XACT OMXH25 yang
terdiri dari 25 (dua puluh lima)
saham teraktif ditransaksikan di
Helsinki Stock Exchange. XACT
OMXH25 ini merupakan ETF
kedua yang tercatat di OMX.
(Sumber : http://
www.omxgroup.com/omxcorp/)
Singapore Exchange (SGX)
sedang melaksanakan hearing
kepada publik atas usulan
perubahan batasan jumlah minimum bid di SGX. Usulan
perubahan ini bertujuan untuk
menurunkan penyebaran dan
menekan biaya transaksi bagi investor
sehingga
mampu
meningkatkan daya saing secara
keseluruhan, likuiditas, dan
efisiensi di SGX.
Usulan perubahan tersebut antara
lain:
 Penyesuaian struktur minimum bid, dengan cara
mengurangi jumlah minimum bid untuk saham, waran
terstruktur, ETF, dan obligasi
yang ditransaksikan di papan
utama:
SESDAQ
dan
Xtranet, sesuai dengan
kharakteristik masing-masing
Efek.
 Penyesuaian tekanan order
bid
dari
Efek
yang
terpengaruhi
oleh
pengurangan jumlah minimum bid-nya.
 Merubah spesifikasi kontrak
ETF, dalam hal harga per-unit
dan
nilai
kontraknya
terpengaruhi
oleh
pengurangan penyebaran
minimum bagi ETF.
Dalam proposalnya, SGX
merekomendasikan
untuk
mengadopsi
pendekatan
pengukuran dengan memberikan
alasan yang tepat bagi
penyesuaian jumlah minimum
bid; mempelajari pengaruh dari
penyesuaian tersebut; serta
melakukan penyesuaian lebih
lanjut bila dipandang perlu.
(Sumber : http://www.sgx.com/)

Mampukah Mengikuti
Keberhasilan Malaysia
Mengembangkan Obligasi
Syariah?
oleh : Bayu Dwi Kariastanto
Ketika harga minyak meningkat secara
drastis sejak kampanye perang melawan
terorisme pasca tragedi 11 September 2001,
negara-negara penghasil minyak di kawasan
timur-tengah mengalami peningkatan
pendapatan yang luar biasa.
Biasanya
dana hasil penjualan minyak ini langsung
diinvestasikan di berbagai lembaga
keuangan di Amerika. Tetapi sejak
diperketatnya aturan pembukaan rekening
dan transfer uang di lembaga keuangan
Amerika dikarenakan adanya kecurigaan
mengenai penggunaan beberapa rekening
untuk mendanai kelompok teroris, maka
mulailah timbul kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh investor timur tengah untuk
melakukan transaksi keuangan di pasar
finansial Amerika.
Menghadapi hal tersebut, investor timur
tengah mencari tempat baru untuk
menempatkan dananya. Pilihan pun jatuh
ke Eropa. Pemindahan dana secara
bertahap ini dampaknya langsung dapat

Bulan madu Timur Tengah


Eropa
ini
rupanya
tidak
berlangsung lama. Sejak terjadinya
teror bom di negara-negara
pendukung invasi Amerika ke Iraq
(Spanyol dan Inggris), negaranegara anggota Uni Eropa dan
Inggris mulai juga memberlakukan
pengawasan yang ketat terhadap
rekening-rekening warga asing
khususnya dari dunia Arab. Persis
seperti kejadian di Amerika, Investor Timur-Tengah juga mulai
mengalami kesulitan membuka
rekening dan melakukan transaksi
di pasar finansial Eropa. oleh karena
itulah Investor Timur Tengah mulai
mencari tempat baru bagi danadana mereka.
Kemanakah larinya dana
tersebut? Asia Pasifik adalah
sasaran
pemindahan
dana
berikutnya. Pemilihan kawasan

dilihat dari kenaikan nilai Euro terhadap


Dollar sepanjang tahun 2002-2005 dan
juga dapat dilihat dari penurunan nilai
Dollar terhadap semua hard currency.

Asia-Pasifik adalah pilihan yang


sangat rasional mengingat pasar
finansial asia telah tumbuh relatif
baik tanpa ada aturan yang

Warta

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

ARTIKEL
mempersulit masuknya investasi asing.
malahan negara-negara di asia
berlomba-lomba memberikan insentif
untuk menarik masuknya investasi
asing.
Salah satu negara Asia yang
mampu menangkap peluang ini
adalah Malaysia. Visi Malaysia yang
ingin menjadi pusat pasar modal
syariah dunia berhasil secara konsisten
diterapkan.
Keberhasilan
pengembangan Obligasi Syariah
menjadi
kunci
keberhasilan
pengembangan Pasar Modal Syariah.
Obligasi Syariah yang dikeluarkan
baik oleh Pemerintah maupun
Koorporasi mayoritas dibeli oleh investor asing dari Timur-Tengah.
Sampai akhir tahun 2005, Malaysia
telah menguasai 89 % penerbitan
Obligasi Syariah di dunia (lihat tabel).
Perkembangan Obligasi Syariah di
Malaysia
Perkembangan pasar Obligasi
syariah di Malaysia bisa dibagi
menjadi dua periode yaitu periode
sebelum tahun 2001 dan periode
setelah tahun 2001.
Sebelum tahun 2001, bisa
dikatakan bahwa Obligasi Syariah
Malaysia tidak bisa diterima oleh
masyarakat investor syariah.
Penerbitan Obligasi Syariah mereka
menggunakan metode MUNIF (Al
Murabahah Notes Issuence Facility).
Skema MUNIF adalah penjualan
aset secara tunai kepada investor
(spot sales) yang diikuti dengan
pembelian kembali aset tersebut oleh
Emiten dengan pembayaran di
belakang (deffered sales). Sebagai
bukti pembelian kembali tersebut, investor akan menerima Sertifikat
Obligasi senilai dengan harga dasar
ditambah dengan margin.
Sepintas skema penerbitan
Obligasi Syariah dengan metode
MUNIF ini mirip dengan penerbitan
Zero Coupond Bond. Penerbitan
Obligasi Syariah dengan metode
MUNIF ini ditolak oleh mayoritas
ulama, baik di Indonesia maupun di
Timur Tengah karena transaksi ini
dapat digolongkan sebagai transaksi
innah. Innah adalah transaksi jual
beli yang dilakukan dengan dua
harga yang berbeda terhadap barang
yang sama dengan kondisi yang
sama.
Setelah tahun 2001, Malaysia
menyelaraskan peraturan penerbitan
Obligasi Syariah-nya dengan standar
internasional yang dikeluarkan oleh
AAOIFI. Obligasi syariah yang
diterbitkan kebanyakan juga adalah

Warta

Obligasi Syariah Pendapatan Tetap


(Ijarah, Murabahah, Salam, dan
Ishtisna) yang lebih diterima oleh
pasar
internasional
karena
memberikan kepastian return
dibandingkan Obligasi Syariah
dengan skema mudharabah. Obligasi
Syariah yang paling digemari oleh
investor Timur Tengah adalah
Obligasi Ijarah. Obligasi Ijarah ini
yang diterbitkan mengacu pada
skema Paragraf 3.1 AAOIFI yang
diterima oleh mayoritas ulama di
dunia.
Secara singkat penerbitan Obligasi
ini menggunakan akad jual dan sewa
kembali dengan opsi membeli di
akhir periode (sale & lease back with
purchase option). Ambil contoh
pemerintah
Malaysia
akan
membangun sebuah Rumah Sakit
Internasional dengan menerbitkan
Obligasi Ijarah. Pertama pemerintah
Malaysia
akan
membentuk
perusahaan patungan terlebih dahulu
(Joint Venture Special Purpose Vehicle/
SPV company) bersama beberapa
lembaga keuangan. SPV ini
kemudian akan membeli beberapa
aset dari pemerintah Malaysia. SPV
menjual hak kepemanfaatan aset
kepada investor dengan menerbitkan
Obligasi Ijarah. Uang yang diperoleh
dari penjualan aset inilah yang akan
digunakan oleh pemerintah Malaysia untuk mendanai proyeknya.
Sedangkan aset yang dibeli tadi akan
disewakan
kembali
kepada
pemerintah Malaysia sehingga
pemerintah Malaysia berkewajiban
membayar upah sewa (ujrah). Upah
sewa tersebut selanjutnya oleh SPV
akan didistribusikan kepada para
pemegang Obligasi.
Skema penerbitan Obligasi
Syariah Pendapatan Tetap Lain
secara garis besar juga sama dengan
penerbitan Obligasi Ijarah yaitu selalu
melibatkan jual-beli aset tetap serta
melibatkan pihak ketiga (SPV)
Perkembangan Obligasi Syariah
ini di Malaysia begitu luar biasa.
Sampai awal tahun 2005, Obligasi
Syariah menguasai 36% total pasar
Obligasi sedangkan jika dilihat dari
jumlah penerbitan tumbuh 31% dari
tahun sebelumnya.1
Tantangan Penerbitan Obligasi
Ijarah Indonesia di Pasar
Internasional
Selama ini penerbitan Obligasi
Ijarah (Obligasi Syariah Pendapatan
Tetap yang diterbitkan di Indonesia
baru Obligasi Ijarah) di Indonesia
mengacu pada standar AAOIFI

Paragraf 3.2 dengan modifikasi yang


menggunakan skema buy and lease it
atau lease and sub-lease it. Dengan
skema ini Investor akan membeli/
menyewa aset dari Emiten yang
kemudian menyewakan kembali
kepada pihak lain atau Emiten itu
kembali. Berbeda dengan yang
disyaratkan oleh AAOIFI yang
mengharuskan penggunaan SPV,
penerbitan Obligasi Ijarah di Indonesia tidak melalui pembentukan SPV
sehingga sebagai gantinya Emiten
terlibat dua kali dalam transaksi ini.
Pertama sebagai penjual aset dan
yang kedua sebagai wakil dari investor untuk menyewakan kembali aset
tersebut kepada pihak lain.
Skema
Obligasi
Ijarah
berdasarkan Paragraf 3.2 ini tidak
diakui oleh mayoritas ulama di
Timur-Tengah sebagai bentuk
Obligasi Ijarah, tetapi sebagai Obligasi
al manafi. Selain itu, penerbitan
Obligasi Ijarah tanpa melibatkan
pihak ketiga ini juga masih ditolak
oleh mereka dan hanya sebagian
yang mengakui kebolehannya, tetapi
itupun dengan syarat kontrak sewamenyewa dilakukan dengan periode
yang panjang yaitu minimal 98
tahun. Sesuatu syarat yang sangat
sulit untuk dipenuhi!.
Pembentukan SPV ini sendiri di
Indonesia sekarang mengalami
kesulitan karena tidak ada payung
hukum yang dapat digunakan.
Undang-undang Nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal hanya
mengakui satu bentuk SPV yaitu SPVnya Reksadana. Dengan tidak
adanya payung hukum yang kuat,
tidak akan ada satupun pelaku pasar
modal yang berani membentuk SPV.
Hal ini terbukti dengan tidak adanya
satupun SPV Efek Beragunan Aset
(EBA) yang terbentuk sejak Ketua
Bapepam mengeluarkan Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/
2003 tentang Pedoman Kontrak
Investasi Kolektif EBA pada tahun
2003.
Kendala berikutnya adalah
menyangkut sistem hukum nasional.
Sistem hukum nasional menganut
system Civil Law yang tidak
membedakan antara legal owner dan
beneficial owner seperti sistem common
law yang dianut oleh negara-negara
Islam lainnya (terutama bekas
jajahan Inggris). Padahal pada
hakekatnya yang diperdagangkan
pada saat penerbitan Obligasi Ijarah
adalah kepemilikan manfaat, bukan
kepemilikan hukum. Jika yang
diperdagangkan adalah kepemilikan

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

ARTIKEL
hukum (atau tidak dipisahkan),
maka akan menimbulkan proses
balik nama dua kali yaitu pada
penerbitan obligasi dan penarikan
obligasi. Konskuensinya akan
timbul biaya yang besar terutama
biaya balik nama dan pajak.
Pemerintah juga dilarang oleh
Undang-undang untuk menjual atau
menjaminkan asetnya sehingga
pemerintah Indonesia normatifnya
tidak bisa menerbitkan Obligasi
Syariah. Akibatnya pasar tidak
memiliki benchmark return jika
menerbitkan Obligasi syariah.
Untuk mengatasi semua kendala
di atas diperlukan usaha bersama
dari semua elemen pasar modal serta
kerja sama dengan instansi terkait.
RUU Pasar Modal yang sedang
dalam
proses
pembahasan
diharapkan dapat memasukkan
pasal yang nantinya dapat
digunakan
sebagai
dasar
pembentukan SPV pada penerbitan
Obligasi Syariah. Selain itu harus
dilakukan juga pembahasan dengan
Direktorat Pajak untuk menemukan
solusi pengenaan pajak yang terbaik
yang mampu memberikan insentif
penerbitan Obligasi Syariah di pasar
internasional
atau
minimal
menghilangkan
hambatan
penerbitan Obligasi Syariah yang
sekarang dihadapi (pajak yang
dikenakan secara agregat harus sama
dengan yang dikenakan terhadap
Obligasi konvensional).
Optimisme terhadap prospek
penerbitan Obligasi syariah di Indonesia harus tetap dimiliki mengingat
begitu besarnya pasar dalam negeri
di negara yang mempunyai 170 juta
Muslim ini, selain begitu luasnya
pasar Obligasi Syariah di dunia
internasional seperti telah dijelaskan
diatas. Potensi penerbitan Obligasi
Syariah yang kita miliki juga sangat
besar dikarenakan banyaknya aset
yang bisa dijadikan underlying
penerbitan Obligasi syariah. Layak
diketahui
bahwa
sebagian
perusahaan Malaysia menerbitkan
Obligasi Ijarah dengan underlying asset yang mereka miliki di Indonesia.
Menjadi sebuah ironi besar jika
pemilik aset sendiri tidak bisa
menerbitkan Obligasi Syariah
sendiri. (DK)
(Footnotes)
1)
Makalah Development & Regulation of
The Islamic Bond Market: The Malaysian
Experience yang disampaikan dalam
seminar Strengthening Bond Market
Development in APEC, 14-18 November 2005 di Kuala Lumpur.

Sisi Lain P
enawaran Surat Utang
Penawaran
Negara (SUN) ritel
Oleh : Basri Pohan
Pemerintah akan menawarkan
SUN ritel pada pekan pertama bulan
Mei 2006 dengan kisaran nilai emisi
sebesar Rp.500 miliar hingga Rp. 1
triliun dan memberikan kupon
berbunga tetap yang akan dibayarkan
setiap bulan. Rencana ini sesuai
dengan strategi pengelolaan surat
utang negara tahun 2005-2009. Untuk
itu Pemerintah dalam hal pengawasan,
trading platform, kliring dan setelmen
sedang menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak termasuk Bapepam,
Bank Indonesia dan Self Regulatory
Organizations (SRO). Yang menjadi
pertanyaan mengapa Pemerintah
menawarkan SUN ritel ? Tentu hal ini
tidak tanpa alasan. Pemerintah
berharap penawaran SUN ritel dapat
meminimalkan
biaya
utang,
memperluas basis investor dan
meningkatkan likuiditas pasar
sekunder SUN. Tulisan ini akan
memaparkan
implikasi
lain
penawaran SUN ritel.
Karakteristik Pasar Obligasi
Pasar obligasi adalah pasar bagi
pemodal institusi. Berinvestasi di
obligasi menuntut kemampuan
analisis bond yield curve. Artinya
diperlukan
kemampuan
mengkuantifikasi resiko seperti yield
curve risk dan credit spread. Memang
resiko juga ada pada pasar saham dan
pemodal menyadari hal tersebut.
Tetapi resiko pada pasar saham dan
pasar obligasi berbeda. Pasar saham
memiliki pemodal yang sangat
beragam dan tersedia banyak
informasi baik yang dimiliki pemodal
institusi dan perorangan. Berbeda
dengan pasar obligasi yang mayoritas
didominasi pemodal institusi.
Pemodal perorangan akan mengalami
kesulitan menghargai obligasi secara
wajar. Berikut ini alasannya.
Perdagangan obligasi umumnya
dilakukan melalui telepon atau over the
counter (OTC). Transaksi berlangsung
melalui 2 pihak, didokumentasikan
dan dilaporkan kepada Himpunan
Pedagang Surat Utang Negara
(Himdasun), BES dan Bank Indonesia jika perlu. Misalnya obligasi FR0005 telah ditransaksikan 2 pemodal

Warta

institusi dengan yield to maturity


(YTM) 12,26 persen. Harga SUN ini
tidak akan diketahui pemodal lain
kecuali transaksi tersebut dilaporkan
kepada BES atau Himdasun. Sampai
saat ini masih minim pelaku yang
melaporkan transaksinya kepada
Bursa Efek. Bahkan menurut
Himdasun lebih 50 persen SUN
ditransaksikan diantara sesama bank.
Konsekuensinya pemodal perorangan
akan dipaksa untuk menghargai
obligasi tanpa memiliki informasi
harga yang diinginkan pemodal
institusi. Hal ini tidak menguntungkan
bagi pasar.
Alasannya, pertama pemodal
institusi mempunyai keahlian analisis
dibanding
dengan
pemodal
perorangan sehingga mereka lebih ahli
menilai suatu obligasi. Kedua karena
pasar obligasi didominasi pemodal
institusi maka pembentukan harga
akan banyak terjadi diantara pemodal
tersebut. Implikasinya, karena
pemodal
perorangan
tidak
mengetahui spread harga penawaran
dan permintaan dari pemodal institusi
maka mereka akan membeli obligasi
pada harga tinggi dan menjual pada
harga rendah. Sangat berbeda dengan
pasar saham, pembentukan harga
terjadi pada harga pasar. Di pasar
saham pemodal perorangan dan
institusi memegang peranan penting
dalam pembentukan harga sementara
di pasar obligasi pemodal perorangan
dimarginalkan. Pemodal perorangan
tidak akan masuk pasar obligasi
sekalipun mereka mampu menghargai
obligasi tanpa mengetahui data harga
transaksi pemodal institusi. Kenapa?
Karena pemodal perorangan akan
masuk pasar obligasi dengan harapan
memperoleh return tetap. Pasar
obligasi tidak menyediakan hal itu.
Resiko
Di pasar obligasi pemodal
perorangan akan berhadapan dengan
resiko seperti market risk dan reinvestment risk. Market risk terjadi dimana
harga obligasi turun setelah pemodal
membeli obligasi. Disini pemodal
perorangan tidak akan menerima return tetap. Return tetap tidak mungkin

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

ARTIKEL
ada pada pasar obligasi kecuali harga
obligasi tidak berubah sampai dengan
jatuh tempo. Kenyataannya tidaklah
demikian. Harga obligasi yang turun
selama tahun 2005 juga membuat
pemodal perorangan enggan masuk
pasar obligasi. Resiko lain adalah reinvestment risk. Reinvestment risk
merupakan resiko bahwa bunga yang
diterima oleh pemodal obligasi hanya
dapat di investasikan kembali pada
tingkat yang lebih rendah daripada
tingkat
pengembalian
yang
diharapkan. Misalnya pemodal
perorangan ingin membeli SUN tenor
10 tahun dengan tujuan untuk
membiayai sekolah anak. YTMnya
sebesar 6 persen. Artinya membeli
SUN tersebut pada harga Rp. 500
jutaan dimana pada tahun ke-10
pemodal akan menerima Rp.1 miliar
lebih yang akan digunakan untuk
biaya pendidikan anaknya. Dalam hal
ini diasumsikan pemodal perorangan
dapat menginvestasikan kembali
pembayaran kupon pada YTM rate 6
persen. Kalau suku bunga menurun,
maka pemodal perorangan hanya
dapat menginvestasi kupon pada
tingkat bunga yang lebih rendah.
Konsekuensinya pemodal tidak dapat
memenuhi kebutuhan pendidikan
anaknya. Apalagi harga obligasi yang
menaik tidak cukup untuk menutupi
loss reinvestment income. Harga obligasi
akan menurun jika suku bunga
menaik karena hubungan terbalik price
dan yield. Resiko ini merupakan
sebagian resiko yang akan ditanggung
pemodal perorangan yang akan masuk
pasar obligasi. Di tempat lain seperti
berinvestasi melalui Reksa Dana
pemodal juga akan menghadapi
resiko yang sama. Pemodal
perorangan akan menanggung biaya
transaksi yang tinggi karena spread
yang lebar dan biaya komisi broker.
Pada pasar saham hampir tidak ada
pembedaan bagi pemodal perorangan
dan institusi. Di pasar saham pemodal
institusi dan pemodal perorangan
masih menanggung fee. Berbeda
dengan pasar obligasi dimana
pemodal institusi melakukan transaksi
secara OTC dan jarang menggunakan
broker. Mereka terhindar dari fee. Dan
apalagi bila transaksi yang terjadi
diantara mereka dalam nilai besar
maka spread bid dan ask lebih sempit
dibanding dengan pasar obligasi
pemodal perorangan (retail bond market). Perlu dicatat Pemerintah sampai
saat ini hanya menerima bid dari
bank, Perusahaan Efek dan
perusahaan lain dalam penawaran
competitive. Sekalipun pemodal
perorangan secara agresif membeli

Warta

dan menjual SUN tidak akan


membantu Pemerintah mendapatkan
cost utang rendah. Kecuali pemodal
institusi peduli terhadap yield yang
diinginkan pemodal perorangan. Ini
mustahil akan terjadi.
Alasan lain dengan SUN ritel
Pemerintah dapat memperluas
pemodal yang selanjutnya membawa
ekspektasi heterogen secara teoritis
cukup beralasan. Namun tidak selalu
demikian. Misalkan dalam hal
menganalisa signal suku bunga
perbankan atau SBI rate, pemodal
institusi mempunyai
keahlian
menganalisa hal itu dan pemodal
perorangan
tidak.
Hal
ini
menunjukkan
pemodal
yang
heterogen tidak secara otomatis
menampilkan pandangan heterogen.
Aspek lain yang membuat SUN ritel
akan sulit berkembang adalah produk
finansial dari perbankan. Seperti
deposito dan sejenisnya yang
menawarkan fleksibilitas exit termasuk
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang
ditawarkan Bank Sentral. Bagi
pemodal yang berkarakter buy-hold
akan lebih cocok berinvestasi melalui
Reksa Dana. Disamping bebas pajak
juga
diperjualbelikan
dalam
denominasi ritel. Untuk itu rencana
penawaran SUN ritel perlu dikaji
kembali.
Pemerintah
dapat
menawarkan Surat Perbendaharaan
Negara (SPN) yaitu sejenis T-Bill atau
zero coupon bond untuk kepentingan
pemodal perorangan.
Mengenalkan zero coupon bond
memberikan implikasi positif terhadap
pasar obligasi. Yield curve yang ada
saat ini merupakan perwakilan YTM
menurut jatuh tempo. Bunga kupon
pada obligasi yang jatuh tempo lebih
lama akan berhadapan dengan reinvestment risk. Berinvestasi berdasarkan
coupon yield-curve tidaklah tepat.
Yang dianggap representatif adalah
dengan menggunakan spot yield curve.
Zero coupon bond juga memberikan
immunisasi bagi pemodal perorangan
dari reinvestment risk. Kurva yield
meniadakan reinvestment risk bunga
kupon. Pemodal perorangan tidak
akan berhadapan dengan reinvestment
risk dan market risk jika tidak melepas
obligasinya sampai jatuh tempo.
Disharmonisasi Kebijakan
Menawarkan
SUN
ritel
menunjukkan ketidakharmonisan
antara kebijakan menabung dan
berinvestasi. Upaya Pemerintah
menawarkan SUN ritel dikhawatirkan
menggeser tabungan sektor rumah
tangga kepasar modal. Memobilisasi

dana atau tabungan rumah tangga


kepada SUN ritel merupakan
pengalihan dari investasi produktif
kepada investasi yang kurang produktif.
SUN sekalipun sebagai aset risk free tidak
dapat disamakan dengan produk
perbankan. Budaya masyarakat
menabung telah menjadi program
Pemerintah sejak tahun 1970. Biaya
dan pengorbanan yang dikeluarkan
Pemerintah dan perbankan tidak dapat
digantikankan dengan SUN ritel.
Apakah sektor tabungan masyarakat
yang didistribusikan kepasar modal
akan dapat menopang target
pertumbuhan Gross Domestic Product
(GDP) ? SUN sesuai dengan
karakteristiknya adalah aset financial
yang umumnya tidak cocok bagi
penabung baik dari sisi return dan
tujuannya. Pemodal masih trauma
dengan Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Menawarkan SUN ritel dalam waktu
dekat ini adalah kebijakan yang kurang
efektif. Perlu diingat kegunaan SUN
umumnya untuk membiayai defisit
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Seperti untuk APBN
2006 Pemerintah akan menerbitkan
SUN netto sebesar Rp. 24,886 triliun
untuk menambal defisit 21,4 triliun.
Sepanjang pembelian dan penjualan
SUN masih tergantung dari akses
informasi transaksi yang terjadi
diantara sesama pemodal institusi maka
pasar SUN masih jauh dari jangkauan
pemodal perorangan. Pada saat ini
mayoritas pelaku pasar SUN adalah
bank, dana pensiun, asuransi dan
Reksa Dana. Fixed Income Trading
System (FITS) yang disediakan Bursa
Efek Surabaya (BES) sebagai sarana
perdagangan obligasi korporasi ritel
juga tidak menunjukkan kemajuan
yang berarti. Melakukan transaksi
obligasi melalui Bursa Efek juga
mensyaratkan harus membuka
rekening di broker dan transaksi harus
melalui broker atau anggota bursa.
Untuk itu diusulkan sebelum
menawarkan SUN ritel terlebih dahulu
Pemerintah membangun kepercayaan
pemodal
terhadap
kebijakan
Pemerintah. Kredibilitas Pemerintah
ditunjukkan dari kebijakan utang yang
transparan, kebijakan tingkat bunga
yang konsisten dengan makroekonomi
termasuk market design dan
mekanisme kliring dan penyelesaian.
Terakhir perlu dipertimbangan
pemodal perorangan diberikan
kesempatan mengikuti non-competitive
bid dalam lelang SUN dan
diperkenankan mengajukan single bid
untuk pembelian SUN dalam jumlah
tertentu termasuk insentif pajak.

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

INFO
BULETIN AKUNTANSI STAF BAPEPAM
BAS NO. 2 INTERPRETASI ATAS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
(PSAK) NO. 58 TENTANG OPERASI DALAM PENGHENTIAN
IKHTISAR: Interpretasi dalam Buletin Akuntansi Staf ini menyajikan pandangan staf mengenai penerapan PSAK
No. 58 tentang Operasi Dalam Penghentian.
TANGGAL: 25 November 2005
PENJELASAN LEBIH LANJUT: Hubungi Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan (62 21) 3857901; Biro Penilaian
Keuangan Perusahaan Sektor Jasa (62 21) 3857822; Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil (62 21) 3857823,
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1-4, Jakarta 10710
INFORMASI TAMBAHAN: Pernyataan dalam Buletin Akuntansi Staf bukan merupakan peraturan atau interpretasi
yang diterbitkan oleh Bapepam atau mendapat persetujuan resmi dari Bapepam. Pernyataan tersebut merupakan interpretasi
dan praktik yang diikuti oleh staf di Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa, Biro Penilaian Keuangan
Perusahaan Sektor Riil, dan Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan dalam melaksanakan tugasnya.
BULETIN AKUNTANSI STAF NO. 2
Buletin Akuntansi Staf ini memberikan interpretasi atas implementasi PSAK No. 58 khususnya paragraf 03. PSAK No.
58 bertujuan untuk mengatur prinsip-prinsip pelaporan informasi tentang operasi dalam penghentian, sehingga
meningkatkan kemampuan pengguna laporan keuangan dalam membuat proyeksi tentang arus kas perusahaan,
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, dan posisi keuangan perusahaan dengan memisahkan informasi tentang
operasi dalam penghentian dengan informasi tentang operasi yang tetap berlangsung.
Adapun paragraf 03 PSAK No. 58 menyatakan sebagai berikut:
Operasi dalam penghentian adalah suatu komponen perusahaan:
(a) yang oleh perusahaan, sesuai dengan rencana tunggal tertentu:
(i) dilepas secara keseluruhan, misalnya dengan menjual komponen perusahaan tersebut dalam suatu transaksi tunggal, dengan
pemisahan usaha (demerger) atau pengalihan kepemilikan komponen perusahaan ke pihak lain;
(ii) dilepas sebagian demi sebagian, misalnya dengan menjual aktiva komponen perusahaan tersebut dan menyelesaikan
kewajibannya satu per satu; atau
(iii) diakhiri operasinya dengan meninggalkan kegiatan usaha
(b) yang merupakan lini usaha utama atau wilayah geografis utama tersendiri; dan
(c) yang secara operasional dan untuk tujuan pelaporan keuangan dapat dibedakan.
Selanjutnya dalam paragraf 09 dinyatakan bahwa salah satu contoh kegiatan yang tidak memenuhi kriteria (a) dari
paragraf 03 di atas adalah penjualan anak perusahaan yang aktivitasnya sejenis dengan aktivitas induk perusahaan atau anak
perusahaan lain.
FAKTA:
PT ABC adalah induk perusahaan dari perusahaan PT X dan PT Y. Pada tanggal 31 Desember 2003 kepemilikan PT
ABC atas saham PT X dan PT Y masing-masing sebesar 51% dan 80%. PT ABC bergerak dalam bidang polimerisasi,
twisting dan pemintalan, PT X bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran benang wol, dan PT Y bergerak dalam
bidang pertenunan, industri tekstil, dan perdagangan umum. Sebelumnya pada tanggal 31 Oktober 2003, PT ABC telah
menandatangani kontrak penjualan seluruh kepemilikan atas saham PT X sebesar 51% kepada pihak lain. Pada tanggal
31 Januari 2004, proses penjualan PT X selesai dilaksanakan. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2004, PT Y melakukan
restrukturisasi hutang kepada salah satu krediturnya, dimana sebagian besar hutang tersebut dikonversi menjadi saham.
Dengan penerbitan saham baru PT Y sebanyak 1.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham yang diambil
bagian seluruhnya oleh kreditur tersebut, maka kepemilikan PT ABC di dalam PT Y berkurang dari 80% menjadi 25%.
PERTANYAAN 1:
Berkaitan dengan transaksi pelepasan PT X kepada pihak lain:
a) apakah aktivitas anak perusahaan (PT X) bisa dikatakan sejenis dengan aktivitas perusahaan induk (PT ABC)
sehingga memenuhi kriteria dalam paragraf 09 di atas?
b) apakah PT ABC perlu menyajikan laporan keuangan per 31 Desember 2003 dan 2004 berdasarkan PSAK 58
tentang Operasi Dalam Penghentian, yaitu dengan memisahkan informasi tentang operasi dalam penghentian
dengan informasi tentang operasi yang dilanjutkan?
JAWAB :
Berdasarkan PSAK No. 5 tentang Segmen Usaha dan PSAK No. 58 tentang Operasi Dalam Penghentian dinyatakan
sebagai berikut:
a. PSAK No. 5 paragraf 09
Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau
jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan
risiko dan imbalan segmen lain
PSAK No. 5 paragaraf 10
bersambung ke hal 14
Warta

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

STATISTIK

Perkembangan P
asar Modal Indonesia
Pasar
bulan Maret 2006
Pada bulan pertama di tahun 2006,
Indeks Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) mengalami
pergerakan yang cukup fluktuatif
dengan adanya kenaikan dan
penurunan yang tajam, namun
menunjukkan
kecenderungan
meningkat. Dimana pergerakan indeks
yang sangat ekstrim terjadi pada
tanggal 19 Januari dengan kenaikan
yang signifikan hingga 36,863 poin,
namun terjadi penurunan yang cukup
tajam pada tanggal 23 Januari sebesar
22,386 poin. Dan terjadi rekor indeks
tertinggi sepanjang sejarah bursa pada
tanggal 11 Januari 2006 di level
1.261,283. Pergerakan indeks yang
ter jadi di awal tahun 2006
dikarenakan faktor makro baik di
dalam negeri maupun luar negeri
seperti indeks regional, harga minyak
mentah dunia, suku bunga The Fed
dan suku bunga SBI serta adanya
Januari effect, disamping itu adanya
perpindahan dana dari Reksa Dana
Pendapatan Tetap ke pasar saham juga
membuta transaksi saham di Januari
kembali semarak.
Pada bulan Maret
2006, Indeks Harga
Saham Gabungan di
Bursa Efek Jakarta (BEJ)
m e n u n j u k k a n
kecenderungan meningkat
yang ditutup pada level
1.322,974 atau naik 92,31
poin (7,5%) dibandingkan
indeks akhir bulan
sebelumnya yang berada
dilevel 1.230,664. Dalam
perkembangannya terjadi
kenaikan indeks yang
sangat ekstrim pada
tanggal 17 Maret dengan
kenaikan yang signifikan
hingga 31,38 poin. Dan terjadi rekor
indeks tertinggi sepanjang sejarah
bursa pada tanggal 20 Maret di level
1.330,113. Faktor yang menjadi
penggerak indeks disamping faktor
fundamental saham itu sendiri juga
dipengaruhi sentimen pasar atas
perkembangan makro ekonomi Indonesia seperti rendahnya inflasi,
turunnya suku bunga SBI,
membaiknya nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, rencana kenaikkan
tarif dasar listrik dan turunnya harga
minyak dunia serta kenaikan suku

10

Warta

bunga The Fed.


Pada pekan pertama di bulan
Maret indeks ditutup pada posisi
1.239,270 atau naik 8,606 poin
(0,69%) dibandingkan penutupan hari
terakhir di bulan Pebruari. Maraknya
perdagangan saham di bursa terutama
dikarenakan terjaganya angka inflasi
bulan Pebruari dibawah 1% yaitu di
level 0,58% turun secara signifikan
dibandingkan bulan Januari sebesar
1,36% diikuti diturunkannya suku
bunga SBI 1 bulan sebesar 1 bps ke
level 12,74%. Dengan turunnya inflasi
membuat pelaku optimis bahwa
perekonomian Indonesia akan segera
pulih. Disamping aksi beli pada saham
sektor perbankan pembelian juga
ter jadi
pada
saham
sektor
pertambangan seiiring dengan
naiknya permintaan dunia akan
bahan tambang seperti batu bara.
Harga saham sektor pertambangan
seperti PT Internasional Nickel Indonesia dan PT Aneka Tambang juga
mengalami tekanan beli setelah
naiknya harga nickel dunia selama tiga
minggu ini, dimana harga nickel di

London Metal Exchange untuk


pengiriman 3 bulan kedepan naik 3%
menjadi US$ 15,295 a metric ton.
Kenaikan komoditi pertambangan
dikarenakan tingginya permintaan
dunia sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi dunia yang semakin
membaik seperti China.
Namun perkembangan indeks
dalam pekan kedua mengalami
penurunan, dimana indeks ditutup
pada level 1.247,422 atau turun 13,84
poin (1,09%) dibandingkan akhir
minggu sebelumnya yang mencapai

level 1.261,265. Nilai rata-rata


perdagangan saham perhari di BEJ
pada minggu ini Rp 1.335,89 miliar,
juga mengalami penurunan sebesar
5,88% dibandingkan minggu
sebelumnya Rp 1.419,41 miliar.
Namun demikian, pemodal asing
dalam pekan ini lebih banyak
melakukan pembelian, terlihat dari total posisi beli yang lebih besar daripada
posisi jualnya sehingga terjadi aliran
dana masuk sekitar Rp 33,75 miliar.
Penurunan indeks terutama
dipengaruhi oleh aksi profit taking dan
aksi konsolidasi sejumlah pemodal
atas sebagian saham-saham unggulan
yang mempunyai utang dalam dolar
AS maupun yang tergantung pada
bahan baku import seiring dengan
adanya penurunan nilai tukar rupiah
yang berada dalam kisaran Rp 9.245/
dolar AS. Disamping itu, harga
saham-saham perbankan juga
mengalami penurunan terkait respon
negatif pasar atas pernyataan Senior
Deputi Bank Indonesia bahwa Bank
Indonesia memperkirakan inflasi akan
naik 1 persen dalam kuartal kedua
tahun ini. Dengan
naiknya inflasi,
para
pemodal
mengkhawatirkan
kemungkinan akan
kembali naiknya
tingkat suku bunga
perbankan yang
akan berdampak
pada
tingkat
permintaan kredit
dan kemungkinan
semakin naiknya
non performing loans
(NPL) sehingga
dapat menurunkan
profit yang akan
diperoleh sektor perbankan.
Pada pekan ketiga, indeks kembali
menguat yang ditutup pada level
1.305,178 atau naik 57,756 poin
(4,63%) dibandingkan akhir minggu
sebelumnya yang mencapai level
1.247,422. Dalam pekan ini, pemodal
asing banyak melakukan aksi beli
sehingga terdapat capital inflow yang
cukup signikan sebesar Rp 914,88
miliar, sementara nilai rata-rata
perdagangan saham perhari di BEJ
pada minggu ini Rp 1.779,89 miliar,
naik 33,24% dibandingkan minggu

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

STATISTIK
sebelumnya Rp 1.335,90 miliar. Naiknya kinerja bursa antara lain didorong oleh adanya aksi beli atas harga saham PT
Apexindo Pratama setelah perusahaan tersebut memenangkan kontrak pengeboran senilai USD 22 juta dari Chevron
Geothermal Salak Ltd.
Para pemodal juga melakukan aksi beli kembali saham PT Bank Mandiri , saham Bank Rakyat Indonesia dan Bank
BCA ditengah spekulasi kemungkinan semakin turunnya tingkat suku bunga. Hal ini tidak terlepas dari adanya penurunan
yield SBI 1 (satu) bulan menjadi 12,70% dari minggu sebelumnya 12,74% sehingga akan mengurangi biaya bagi nasabah
serta meningkatkan permintaan pinjaman. Selain itu, kembali membaiknya nilai tukar rupiah menjadi sekitar Rp 9.135/
dolar AS mendorong para pemodal untuk memburu saham-saham berkapitalisasi besar yang akan diuntungkan dengan
menguatnya rupiah seperti saham PT Telkom dan PT Astra Intl.
Kinerja indeks terus menguat pada pekan keempat,
dimana indeks ditutup pada level 1.311,374 atau naik 6,196
poin (0,47%) dibandingkan akhir minggu sebelumnya yang
mencapai level 1.305,178. Nilai rata-rata perdagangan
saham perhari di BEJ pada minggu ini juga menguat
menjadi Rp 2.183,03 miliar atau naik 22,65% dibandingkan
minggu sebelumnya Rp 1.779,89 miliar Kenaikan ini antara
lain didorong aksi beli pemodal atas saham-saham unggulan
berkenaan dengan adanya perkiraan dari World Bank
maupun Pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi tahun
ini sekitar 6 persen. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi
diharapkan akan meningkatkan pula permintaan kredit serta
tingkat konsumsi masyarakat.
Pasar juga merespon positif atas membaiknya nilai tukar rupiah yang mencapai kisaran Rp 9.070/dolar AS memberikan
sentimen positif pada perdagangan saham di bursa karena menguatnya nilai tukar rupiah akan mempengaruhi penurunan
biaya impor dan biaya utang luar negeri. Faktor pengerak pasar lainnya adalah adanya penilaian positif terhadap pasar
saham dalam negeri oleh Merill Lynch & Co serta Macquaire Securities. Hal tersebut terkait perkiraan akan semakin berkurangnya
tekanan inflasi dan naiknya tingkat suku bunga.
Pada pekan terakhir bulan Maret 2006, dimana perdagangan saham di bursa berlangsung selama 3 (tiga) hari berkenaan
dengan adanya libur Hari Raya Nyepi dan cuti nasional, indeks terus mengalami peningkatan yang ditutup pada level
1.322,974 atau naik 11,600 poin (0,88%) dibandingkan akhir minggu sebelumnya yang mencapai level 1.311,374. Hal ini
tidak terlepas dari aksi beli pemodal atas saham-saham yang mempunyai informasi individual yang menarik seperti saham
PT Kalbe Farma dan Saham PT Tempo Scan Pacific berkenaan dengan menguatnya nilai tukar rupiah menjadi sekitar Rp
9.028/dolar
AS.
Membaiknya nilai tukar rupiah
akan berdampak pada
semakin menurunnya biaya
impor bahan baku,
dimana umumnya produsen
obat dalam negeri
mengimpor lebih dari 80%
bahan baku obatnya.
Disamping itu para
pemodal juga memburu saham
pertambangan seperti
saham PT International Nickel
Indonesia dan PT Aneka
Tambang sehubungan dengan
adanya perkiraan oleh
Citigroup Inc akan adanya
peningkatan harga nickel
sebesar 8,3% seiring dengan
tingginya
ekpansi
ekonomi global dan kurangnya
penawaran/supply.
Saham
lainnya
yang
mengalami tekanan beli
adalah saham PT Indocement
Tunggal Prakarsa dan PT Astra International sehubungan dengan kembali menguatnya nilai tukar rupiah yang berada
dalam kisaran Rp 9.003/dolar AS diharapkan akan semakin meringankan beban biaya impor bahan baku dan beban
utang luar negeri dari sektor riil. Namun pada akhir bulan, indeks mengalami penurunan sebesar 2,245 poin (0,17%) ke
level 1.322,974. Para pemodal cenderung melakukan aksi jual atas saham PT Internasional Nickel Indonesia setelah
perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar deviden yang dibawah harapan pasar.
Nilai rata-rata perdagangan saham perhari di BEJ pada bulan ini Rp 1.671,91 miliar. Sementara itu, proporsi perdagangan
lebih didominasi oleh pemodal domestik yang mencapai
67,92% dibandingkan dengan pemodal asing 32,08% dari
total perdagangan saham. Pemodal asing lebih banyak
melakukan pembelian, terlihat dari total posisi beli yang
lebih besar daripada posisi jualnya sehingga terjadi aliran
dana masuk sekitar Rp 1.936,09 miliar.
Indeks komposit bursa di kawasan regional Asean pada
akhir Maret 2006 ditutup berfluaktuasi jika dibandingkan
dengan penutupan bulan Pebruari 2006. Indeks Singapore
naik 51,44 poin (2,07%) ke posisi 2.533,40, indeks Philippina
naik 72,99 poin (3,44%) ke level 2.195,95, sementara indeks
bursa Thailand menurun 10,80 poin (1,45%) ke posisi
733,25, dan bursa Malaysia turun 2,31 poin (0,25%) ke
level 926,63.(Riset)
Warta

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

11

STATISTIK
Transaksi Pemodal Domestik dan Asing terhadap Total Perdagangan
Nilai Perdagangan (Rp milyar) :

Volume Perdagangan (juta saham) :


Periode
2004
2005
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
2006
Jan
Peb
Mar

Total

Indonesia

^%

Asing

^%

411.768,3 330.746,9

80,32

81.021,3

19,67

50.924,1
35.042,0
62.671,5
28.099,0
26.779,2
26.603,7
34.809,3
43.083,9
26.986,6
26.453,3
14.934,4
24.169,8

38.073,5
26.610,4
49.979,6
22.271,5
19.477,2
20.433,4
27.143,9
35.328,9
18.721,2
19.292,1
10.286,2
18.567,9

74,77
75,94
79,75
79,26
72,73
76,81
77,98
82,00
69,37
72,93
68,88
76,82

12.850,6
8.431,6
12.691,9
5.827,5
7.302,0
6.170,3
7.665,4
7.755,0
8.265,4
7.161,1
4.648,2
5.468,0

25,22
24,05
20,25
20,74
27,26
23,18
22,01
18,01
30,62
27,06
31,11
22,62

25.881,4
26.049,6
43.265,5

21.445,9
21.653,8
34.300,2

82,86
83,13
79,28

4.435,5
4.395,8
8.965,2

17,14
16,87
20,72

OBLIGASI PEMERINTAH RI / SUN


Obligasi
Nilai
Outstanding (Rp M)
(Rp M)

2005

Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des

399.304,2
428.227,3
408.236,4
408.236,4
400.187,0
417.825,7
404.985,1
404.985,1
406.545,1
405.466,1
401.416,3
389.507,6

20.270,6
9.939,9
10.896,9
14.705,4
8.927,9
11.888,0
8.277,7
7.478,0
15.341,4
7.354,0
896,8
7.548,3

2006

Jan
Peb
Mar

405.709,3
395.711,9
399.962,1

3.263,0
2.722,1
3.023,6

Hari Rata-rata
Bursa per hari
(Rp
M)
1.013,5
20
18
21
20
20
22
21
22
21
21
17
20

552,2
518,9
735,3
446,4
540,4
394,2
339,9
730,5
350,2
52,7
377,4
163,1
136,1
143,9

20
20
21

Total

Indonesia
145.651,8

2004 247.006,9
2005
Jan
35.213,8
Peb
29.313,9
Mar
70.170,9
Apr
28.042,8
Mei
53.933,6
Jun
25.752,1
Jul
28.174,9
Ags
35.793,0
Sept
31.197,5
Okt
26.687,1
Nov
16.056,1
Des
24.234,2
2006
Jan
27.792,4
Peb
25.320,7
Mar
35.109,9

^%

Asing

^%

58,97 101.355,2 41,03

22.415,8
18.685,2
39.956,4
17.475,5
29.944,7
16.371,7
17.385,7
22.899,5
15.744,8
15.078,2
9.277,8
15.269,6

63,66
63,74
56,94
62,32
55,52
63,57
61,71
63,98
50,47
56,50
57,78
63,01

12.798,0
10.628,7
30.214,5
10.567,3
23.988,9
9.380,4
10.789,1
12.893,5
15.452,8
11.609,0
6.778,3
8.964,6

36,34
36,26
43,06
37,68
44,48
36,43
38,29
36,02
49,53
43,50
42,22
36,99

19.977,1
16.965,9
23.845,1

71,88
67,00
67,92

7.815,3 28,12
8.354,8 33,00
11.264,9 32,08

NILAI KAPITALISASI PASAR

PERDAGANGAN OBLIGASI
Akhir
Periode

Periode

OBLIGASI KORPORASI
2005 Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des

61.800,2
62.700,2
62.950,2
63.600,2
62.327,1
62.924,1
65.524,1
63.770,9
63.570,9
63.295,9
63.230,9
62.830,9

3.346,5
1.062,0
1.297,3
3.111,3
1.394,0
23.528,4
1.328,1
1.666,0
3.424,5
3.517,5
1.025,9
4.497,3

20
18
21
20
20
22
21
22
21
21
17
20

165,7
82,5
68,8
155,6
69,7
1.069,5
63,2
75,7
163,1
167,5
60,4
224,86

2006 Jan
Peb
Mar

62.955,9
62.630,9
63.435,6

1.457,7
1.988,9
921,4

20
20
21

83,98
99,45
43,87

BURSA EFEK JAKARTA


Nilai
Jumlah Jumlah
Akhir
(Rp M)
Periode Emiten
Saham
2004
2005
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2006
Januari
Pebruari
Maret

^%

331

656.447.198.554

679.949,1

331
331
330
330
330
333
334
334
336
335
335
335

657.052.813.692
659.504.478.061
624.537.226.229
624.761.983.897
629.301.652.690
660.929.341.633
685.982.254.900
687.599.579.581
699.828.581.627
707.742.467.891
707.949.489.138
712.985.123.204

710.369,8
4,5
731.363,6
3,0
735.807,1
0,6
701.827,2 ( 4,6)
740.299,2
5,5
765.810,8
3,5
805.449,2
5,2
721,223,1 ( 10,5)
757.452,4
5,0
740.689,8 ( 2,2)
758.380,0
2,4
801.257,7
5,7

336
336
336

723.182.073.473
748.338.728.817
753.031.776.880

846.541,3
850.956,6
910.556,6

47,7

5,7
0,5
7,0

BURSA EFEK SURABAYA


2004
2005
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2006
Januari
Pebruari
Maret

205 526.051.067.558

605.390,2

205
205
205
205
205
208
208
208
207
207
207
207

4,2
630.638,2
2,3
644.844,5
642.175,9 ( 0,4)
556.348,6 (13,4)
17,4
653.321,1
2,7
671.206,4
5,8
710.433,7
629.173,8 ( 11,4)
2,9
647.231,4
628.320,9 ( 2,9)
3,8
652.362,4
6,6
695.561,1

530.132.935.989
530.221.563.920
491.510.257.367
492.732.935.805
512.811.375.534
521.582.672.746
523.438.482.941
523.251.231.585
528.380.090.022
528.360.745.087
528.424.642.614
531.827.319.176

204 532.006.444.142
204 532.139.859.092
204 533.075.473.573

733.059.3
730.921,1
783.263,5

49,5

5,4
( 0,3)
7,2

INDEKS BURSA DUNIA : Pebruari - Maret 2006


Bursa
JSX
SSX
STI
KLSE
SETI
PSE

12

+/+
+
+
+

92.3
46.0
51.5
2.3
10.8
73

28-02-06

29-03-06

1.230,7
651,6
2.481,9
928,9
744,0
2.122,9

1.322,9
697,6
2.533,4
926,6
733,3
2.195,9

Warta

^%
+
+
+
+

7.50
7.06
2.08
0.25
1.45
3.44

Bursa
KOSPI
HSI
N 225
TWSE
DJIA
FTSE
ASX

+/+
+
+
+
+

11.9
113.4
854.2
52.30
115.9
173.1
208.8

28-02-06

29-03-06

1.371,5
15.918,4
16.205,4
6.561,6
10.993,4
5.791,5
4.874,4

1.359,6
15.805,0
17.059,7
6.613,9
11.109,3
5.964,6
5.087,2

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

^%
+
+
+
+
+

0.87
0.71
5.27
0.80
1.05
2.99
4.28

STATISTIK
Kinerja Reksa Dana
Akhir
Periode

Jumlah
Reksa Dana

Pemegang
Saham / U.P

NAB
(Rp juta)

1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

25
77
81
81
94
108
131
186
246
326

2.441
20.234
15.482
24.127
39.487
51.723
125.820
171.712
299.063
254.660

2.782.322,5
4.916.604,8
2.992.171,4
4.974.105,0
5.515.954,1
8.003.769,8
46.613.833,2
69.477.719,8
104.037.824,6
29.405.612,2

2.942.232.210,518
6.007.373.758,547
3.680.892.097,256
4.349.952.950,816
5.006.049.769,659
7.303.771.880,360
41.665.523.049,213
60.020.745.572,816
84.700.701.702,709
21.262.143.379,980

331
333
342

238.075
351.946
178.052

28.544.981,9
27.124.043,4
29.038.145,7

20.740.158.401,440
18.390.117.277,760
20.598.331.532,030

Januari
Pebruari
Maret

Jumlah Saham/Unit
yang beredar

Aktivitas Reksa Dana


Periode

Redemption

Subscription

Net New Cash Flow

2004

379,530,996,273,421.00

398,410,733,111,116.00

18,879,736,837,694.60

2005 Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

29,632,335,195,146.90
30,648,114,430,410.70
45,332,222,423,435.60
41,310,875,612,192.20
20,488,588,679,430.30
22,007,986,032,493.20
21,563,543,453,613.10
27,247,499,634,662.30
31,649,998,036,148.00
5,182,699,638,453.42
3,220,575,167,527.85
4,697,837,864,667.47

34,984,222,151,645.70
31,018,024,351,680.50
33,849,932,401,992.90
24,301,139,696,137.40
17,962,789,880,886.60
18,664,816,680,201.10
17,233,589,365,422.80
14,040,354,924,766.20
6,789,549,682,628.82
3,759,491,482,571.96
1,207,540,638,967.63
2,715,386,438,974.89

5,351,886,956,498.80
369,909,921,269.80
(11,482,290,021,442.70)
(17,009,735,916,054.80)
(2,525,798,798,543.70)
(3,343,169,352,292.10)
(4,329,954,088,190.30)
(13,207,144,709,896.10)
(24,860,448,353,519.20)
(1,423,208,155,881.46)
(2,013,034,528,560.22)
(1,982,451,425,692.58)

4,411,473,878,186.53
3,514,244,676,327.32
4,588,934,146,593.28

2,812,509,290,360.44
2,246,413,122,739.87
4,685,082,023,164.32

(1,598,964,587,826.09)
(1,267,831,353,587.45)
96,147,876,571.04

2006 Januari
Pebruari
Maret
Sumber : E-Monitoring

Perubahan Aset Reksa Dana


Akhir

NAB

Perubahan NAB

RD

Dana Awal

Periode

(Rp T)

(Rp T)

Baru

(Rp M)

2002

46,6

38,61

482,4

29

510,48

2003

69,48

22,86

49,1

82

2.188,14

2004

104,04

34,56

49,7

70

782,07

2005

29,41

(74,63)

(71,73)

89

3.185,78

Jan

28,54

(1,07)

( 3,6)

1,00

Peb

27,12

(1,42)

( 4,9)

10,00

Mar

29,04

1,92

7,08

10

9,00

2006

Warta

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

13

INFO
Produk atau jasa yang memiliki karakteristik risiko dan imbalan yang berbeda secara signifikan tidak boleh dikelompokkan ke
dalam segmen usaha yang sama
PSAK No. 58 paragraf 11
PSAK 5 mengizinkan, tetapi tidak mengharuskan, berbagai tahap operasi yang terintegrasi secara vertikal untuk diidentifikasi
sebagai segmen usaha yang terpisah. Segmen usaha yang terintegrasi tersebut mungkin memenuhi kriteria (b) dari definisi operasi
dalam penghentian
Berdasarkan hal-hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa segmen usaha induk perusahaan (PT ABC) dan anak
perusahaan yang dilepas (PT X) adalah tidak sejenis atau berbeda.
b. PSAK No. 58 Paragraf 36
Pengungkapan yang diharuskan oleh paragraf 28-35 harus tetap disajikan dalam laporan keuangan untuk periode sampai
dengan, dan mencakup, periode saat proses penghentian tersebut selesai.......
Dalam kaitannya dengan pelepasan anak perusahaan, apabila aktivitas induk dengan anak perusahaan tidak sejenis
atau dapat dibedakan maka PSAK dimaksud harus diterapkan. Dengan demikian dalam kasus di atas PT ABC
harus menerapkan PSAK No. 58, yaitu memisahkan informasi tentang operasi dalam penghentian dengan informasi
tentang operasi yang dilanjutkan untuk laporan keuangan per 31 Desember 2003 dan 2004. Khusus untuk Laporan
Keuangan tahun 2004, pengungkapan mencakup fakta bahwa proses penghentian telah selesai.
PERTANYAAN 2:
Berkaitan dengan terdilusinya kepemilikan PT ABC atas saham PT Y, apakah PT ABC perlu menyajikan laporan
keuangannya berdasarkan PSAK 58 tentang Operasi Dalam Penghentian?
JAWAB :
Akibat terdilusinya kepemilikan PT ABC atas saham PT Y dari 80% menjadi 25%, maka laporan keuangan PT Y tidak
lagi dikonsolidasikan ke laporan keuangan PT ABC dan induk perusahaan mencatat investasi atas PT Y tersebut
dengan metode ekuitas. Berkurangnya kepemilikan saham PT ABC pada PT Y tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai
operasi dalam penghentian sebagaimana dimaksud dalam PSAK No. 58 paragraf 03 khususnya butir (a). Dengan
demikian dalam kasus di atas PSAK No. 58 tidak dapat diterapkan.

Redaksi Warta Bapepam menyampaikan terimakasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada para
kontributor sebagaimana daftar berikut, yang telah menyumbangkan tulisannya untuk dimuat di Warta Bapepam.
No.Nama
1. Achmad Muharrom
2. Agnes Hesti Pratiwi

3. Ali Ridwan

4.
5.
6.
7.

Basri Pohan
Bayu Dwi Kariastanto
Boby Wahyu Hernawan
Danang Tri Hartono

8. Dian Kartika Utomo

9. Diana Muinarosa

10. Dyah Mustika

14

Judul Tulisan

Edisi

Liputan : Bapepam Juara II Bulutangkis KONTAN


Sept
1. Liputan : IOSCO dan Keterlibatan Bapepam didalamnya; Peb.
2. Liputan : 30th IOSCO Annual Conference di Colombo; Apr.
3. Liputan : Policy Dialogue on Capital Market and
Corporate Governance in Indonesia;
Sept.
4. Liputan : ACMF Meeting WG Distribution Rule.
Des.
1. Liputan : Kunjungan Ketua Bapepam ke ASIC Office
di Sydney, Australia;
Mei
2. Liputan : Laporan Pertemuan 3rd Asean Capital Market
Forum;
Juli
3. Artikel : Membangun Pasar Obligasi yang Robust dan
Vebrant.
Nop.
Artikel : Merekam Jejak Pasar Modal Indonesia.
Des.
Artikel : Karakteristik Investor dan Industri Reksa Dana.
Des.
Artikel : Go Private.
Okt.
Liputan : Bisakah Pasar Modal sebagai Lahan Money
Laundering.
Peb.
1. Liputan : Kunjungan Chairman Australian Securities and
Invesment Commission
Peb.
2. Liputan : Annual Report Award 2005;
Agt.
3. Liputan : Pameran 60 TH Potensi Indonesia Merdeka
Agt.
1. Artikel : Transaksi REPO Surat Utang Negara
dengan Skema MRA;
Apr.
2. Liputan : Peluncuran Master Repurchase
Agreement (MRA);
Juni
3. Artikel Beberapa Masalah dan Usulan Perpajakan
di Pasar Modal.
Juli
Artikel : Krisis Ekonomi 1997, Menumbuhkan GCG
di Indonesia
Maret

2005
2005
2005

Warta

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005

INFO
11. Etty Retno Wulandari
12. Fadilah Kartikasasi
13. Farida Resturani

14. Halim Haryono


15. Herry Siswanto

16. I Made B. Tirthayatra

Artikel : Buletin Akuntansi Staf.


Des. 2005
Artikel : Siapkah Akuntan Indonesia Menghadapi
Persaingan Global
Juni 2005
1. Rubrik Rutin : Ragam Peristiwa;
Jan-Des 2005
2. Liputan : Pembukaan Perdagangan Pertama
Tahun 2005 di Bursa Efek Jakarta;
Jan. 2005
3. Liputan : Pelantikan Ketua Bapepam.
Mart 2005
Artikel : Mengenal Structure Fund.
Des. 2005
1. Rubrik Rutin : Wawasan;
Jan-Des 2005
2. Liputan : Kuliah Umum dan Seminar Career
Oportunity 2005 UTY;
Maret 2005
3. Liputan : Laporan Partisipasi BAPEPAM dalam Stock Exchange
Seminar di Tokyo;
Juli 2005
4. Liputan : Launching Galeri Investasi UTY-VAST;
Juli 2005
5. Liputan : Konferensi Pers HUT Pasar Modal,
Agts 2005
6. Liputan : Annual Report Award;
Agts 2005
7. Liputan : Pameran 60TH Potensi Indonesia Merdeka;
Agts 2005
8. Info : Nigeria, Swis dan Bank Dunia Menekankan
Pentingnya Memerangi Korupsi
Nop. 2005
1. Resensi : Socialy Responsible Invesment;
April 2005
2. Resensi : Dangerous Market;
Juni 2005
3. Artikel : Peraturan BAPEPAM atas Merger dan Akuisisi; Sept. 2005
4. Artikel : Go Private.
Okt. 2005

17. Iman Djuansah

Rubrik Rutin : Statistik Pasar Modal

18. Khoirul Muttaqien

Artikel : Indonesia Keluar dari NCCT List : Apa Pengaruh dan


Konsekuensinya Bagi Pasar Modal Indonesia
Peb. 2005

19. Lutfi Rahman Amin

Artikel : Sistem E_monitoring Reksa Dana.

20. M.S. Tumanggor

Artikel : Kajian Hukum Atas Insider Trading di Pasar Modal;


Suatu Antisipasi Terhadap Pengembangan Ekonomi Indonesia
(Satu Telaah Singkat).
Agt. 2005

21. Ngapon

Artikel : Semarak Pasar Modal Syariah

Apr-Mei 2005

22. Noveka Sugesty

Artikel : Sinking Fund Pilihan atau Kewajiban.

Jan. 2005

23. Novira Indrianingrum

1. Liputan : The 6th Asian Rountable on Corporate Governance ;Jan. 2005


2. Resensi : Financial Shenanigans: How To Detect Accounting
Gimmicks and Fraud in Financial Report.
Peb. 2005
Artikel : Seluk Beluk Rigth Issue di Pasar Modal Indonesia. Mart 2005
Liputan : ASIC Scoping Mission on Bapepam
Okt. 2005
1. Rubrik Rutin : Statistik Pasar Modal;
Jan-Des 2005
2. Artikel : Standar Obligasi Asia;
Jun 2005
3. Artikel : Asian Bond Fund;
Jul-Agt 2005
4. Artikel : APEC di Persimpangan Jalan;
Okt. 2005
5. Artikel : Perkembangan Reksa Dana.
Des. 2005
Artikel : Sekilas Tentang Peran Lembaga Pemeringkat Efek
dalam Industri Pasar Modal
Apr. 2005
Artikel : KORPRI mengisi Reformasi
Nop. 2005
1. Artikel : Transaksi REPO SUN dengan Skema MRA;
Apr. 2005
2. Liputan : Pengarahan Kebijakan Anti Pencucian Uang
kepada Industri Pasar Modal.
Mei 2005
Artikel : Kontrak Opsi dalam Prespektif Hukum Bisnis
Nop. 2005
1. Rubrik Rutin : Dari Redaksi, Ragam Peristiwa dan
Lay Out design;
Jan-Des 2005
2. Liputan Seminar & Capital Market Expo 2005
Mar. 2005

24. Paulus Suwarno


25. Retno Maruti
26. Ridiani Kurnia

27. Sungkana
28. Syafril Hendrik Hutabarat
29. Tri Martono
30. Tuahta Aloysius Saragih
31. Yudi Pramono

Warta

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

Jan-Des 2005

Jan. 2005

15

STATISTIK
Emisi Saham dan Obligasi

s.d 31 Maret 2006

Jenis
Emisi

Jumlah
Emiten

Nilai
(Rp Tn)

IPO Saham
Emisi II dst.
Right Issue
Pers. Publik
Jumlah :

427
7
434

45,885
0,483
220,594
1,754
268,716

IPO Obligasi
Emisi II dst.
Obl.Syariah
Obl.Konversi
Sek.Kredit
Jumlah :

149
3
7
1
160

38,858
49,487
2,082
1,825
0,003
92,255

517

360,971

Total Emisi :
Obl. US $

umlah perusahaan
yang memperoleh per
nyataan efektif untuk
menawarkan Saham dan
Obligasi kepada publik
sampai dengan tanggal
31 Maret 2006, 517 emiten
(77 emiten selain
menawar- kan saham juga
menerbit- kan Obligasi),
termasuk
7
(tujuh)
perusahaan publik yang
tidak tercatat di bursa dan
emiten yang melakukan
Right Issue (HMETD)
dengan total nilai emisi
Rp 360,97 triliun.

$ 105 Jt

Kinerja Bursa Efek


BURSA EFEK JAKARTA

Akhir Volume
Periode (Juta shm)
2002
2003
2004
2005
2006
Jan
Peb
Mar

171.207,35
234.280,81
411.768,34
401.968,03
25.881,40
26.049,58
43.265,51

BURSA EFEK SURABAYA

Nilai
Hari Rata-rata per hari
(Rp T) Bursa Volume
Nilai
(Juta shm) (Rp T)

Akhir
Volume
Nilai
Periode (Juta shm) (Rp M)

120,76
125,46
247,01
406,01

245
242
241
243

698,81
968,10
1.709,58
1.654,19

492,91
518,41
1.024,93
1.670,81

2002
2003
2004
2005

27,79
25,32
35,11

20
20
21

1.294,07
1.302,48
2.060,26

1.389,62
1.266,04
1.671,90

2006
Jan
Peb
Mar

Hari Rata-rata per hari


Bursa Volume
Nilai
(Juta shm) (Rp M)

5.525,36 11.512,77
8.323,52 3.103,82
18.735,14 8.228,24
15.546,29 5.342,09
723,06
547,85
572,84

418,63
346,44
202,90

245
242
241
243

22,55
34,39
77,74
63,98

46,99
12,83
34,14
21,98

20
20
21

35,42
27,39
27,29

20,19
17,32
9,70

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)


BURSA EFEK JAKARTA

16

Akhir

IHSG

Periode
2004
2005 Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
2006 Jan
Peb
Mar

1.000,23
1.045,43
1.073,82
1.080,16
1.029,61
1.088,16
1.138,98
1.182,30
1.050,09
1.079,27
1.066,22
1.096,64
1.162,63
1.232,32
1.230,66
1.322,97

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Perubahan
+/%
308,33 + 44,56
45,20 + 4,52
28,38 + 2,71
6,34 + 0,59
50,55 - 4,68
58,55 + 5,69
50,82 + 4,67
43,32 + 3,80
132,21 - 11,18
29,18 + 2,78
13,05 - 1,21
30,15 + 2,83
65,99 + 6,02
69,69 + 5,99
1,66 - 0,13
92,31 + 7,50

Warta

BURSA EFEK SURABAYA


Akhir

IHSG

Periode
2004
2005 Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
2006 Jan
Peb
Mar

545,62
567,24
579,84
583,41
555,83
584,54
608,84
633,78
561,10
576,55
559,64
581,01
653,68
653,68
651,60
697,63

BAPEPAM , E d i s i 15 / Maret 2 0 0 6

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Perubahan
+ / %
170,60 + 45,49
21,62 + 3,96
12,60 + 2,22
3,57 + 0,62
27,58 - 4,73
28,71 + 5,17
24,30 + 4,16
24,94 + 4,10
72,68 - 11,47
15,45 + 2,75
16,91 - 2,93
20,49 + 3,66
72,67 + 12,51
33,26 + 5,36
2,08
- 0,32
46,03 + 7,06

Anda mungkin juga menyukai