Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS INDONESIA

PERAN SERTA TANTANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN


DAN SELF REGULATORY ORGANIZATION DALAM
TERCIPTANYA PASAR MODAL YANG EFISEN, TERATUR DAN
WAJAR

PROPOSAL TESIS
JUNAIDI CERDAS TARIGAN
1506699775
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
KEKHUSUSAN PASAR MODAL
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

2.1

Latar Belakang
Kegiatan Pasar Modal telah hadir di Indonesia sejak zaman
kolonial Belanda dimana pada saat itu, Pasar Modal didirikan dan
digunakan untuk kepentingan pemerintahan Belanda dan VOC yaitu
digunakan sebagai sumber dana pembangunan perkebunan yang dilakukan
secara masif pada saat itu. Perkembangan Pasar Modal dimulai dengan
pembukaan cabang Amsterdamse Effectenbueurs di Batavia (Jakarta) pada
tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereniging voor de
Effectenhandel.1
Pada awalnya Bursa tersebut memperjualbelikan saham dan
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan/ perkebunan Belanda yang
beroperasi di Indonesia, Obligasi yang diterbitkan pemerintah (provinsi
dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang
diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta Efek milik
perusahaan

Belanda lainnya.

Namun selanjutnya

seiring

dengan

pengakuan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh Belanda,


maka pada tahun 1950 pemerintah Republik Indonesia menerbitkan
Obligasi Republik Indonesia.
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar-Modal, diunduh pada hari Sabtu 17 Juni 2016,
pukul 20.00 WIB
2

Dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang mampu


tumbuh dengan stabil dan berkelanjutan dan memberikan kesejahteraan
secara adil kepada seluruh rakyat Indonesia, maka program pembangunan
ekonomi nasional harus dilaksanakan secara komprehensif dan mampu
menggerakkan kegiatan perekonomian nasional yang memiliki jangkauan
yang luas dan menyentuh keseluruh sektor riil dari perekonomian
masyarakat Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, program pembangunan nasional
perlu didukung oleh tata kelola pemerintahan yang baik dan melakukan
reformasi yang berkelanjutan terhadap setiap komponen dalam sistem
perekonomian nasional. Salah satu komponen penting dalam sistem
perekonomian nasional dimaksud adalah sistem keuangan dan keseluruhan
kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi bagi
berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional.
Industri Pasar Modal tersebut kemudian berkembang sangat pesat
dan di dalam perkembangannya dilakukan beberapa perubahan dan
terbitnya beberapa kebijakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mengembangkan Pasar Modal sebagai salah satu indikator ekonomi
melalui pengawasan dan pengaturan yang diselenggarakan secara teratur,
wajar, transparan dan efisien serta memperhatikan pula perlindungan
terhadap pemodal dan masyarakat serta perkembangan industri Pasar
Modal itu sendiri.

Selain itu, perkembangan perekonomian nasional dan internasional


dewasa ini mengalami perubahan mendasar menuju sistem ekonomi global
yang ditandai dengan semakin terintegrasinya perdagangan internasional,
baik sektor jasa, barang maupun lalu lintas modal. Untuk mengantisipasi
perubahan

tersebut,

seluruh

aspek

perekonomian

nasional

perlu

dipersiapkan dengan menciptakan industri sektor jasa keuangan yang


sehat, berdaya saing global, dan efisien.
Terjadinya proses globalisasi pada sektor jasa keuangan dan
pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi dan inovasi finansial
telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis dan
saling terkait antar masing-masing sektor jasa keuangan. Dalam
perkembangannya kemudian muncul beberapa entitas usaha yang
menciptakan integrasi usaha di sektor jasa keuangan, yaitu antara lain
adanya entitas usaha yang menjalankan kegiatan usaha di bidang
perbankan kemudian memiliki anak perusahaan yang menjalankan
kegiatan usaha di bidang perasuransian, dana pensiun, sekuritas,
pembiayaan serta pegadaian. Integrasi usaha di sektor jasa keuangan
tersebut timbul karena pelaku merasa perlu untuk memberikan jasa dan
pelayanan yang menyeluruh kepada masyarakat yang menggunakan jasa
entitas usaha tersebut.
Namun di dalam praktiknya untuk masing-masing kegiatan usaha
di sektor jasa keuangan tersebut dibina, diawasi dan diatur oleh lembaga
yang berbeda-beda. Sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan terdapat Bank Indonesia sebagai


otoritas di sektor perbankan, Bapepam sebagai otoritas di sektor Pasar
Modal dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan 2 sebagai otoritas dari
lembaga keuangan yang bukan merupakan bank.
Berdasarkan hal tersebut, wacana dari berbagai pihak mendorong
perlu dibentuknya suatu lembaga independen yang akan melakukan
pembinaan, pengawasan dan pengaturan secara terintegrasi agar tercipta
suatu koordinasi yang baik dalam pengawasan antar sektor jasa keuangan.
Pengawasan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang
terintegrasi dan bersifat independen tersebut bertujuan untuk menciptakan
dan menjaga terselenggaranya sektor jasa keuangan agar dalam melakukan
kegiatannya dapat berfungsi secara sehat, kompetitif, stabil dan aman.
Selain itu, dengan dibentuknya suatu lembaga pengawas jasa
keuangan yang melakukan pengawasan atas seluruh sektor jasa keuangan
maka akan mempermudah koordinasi dalam perlindungan atas konsumen
penyedia jasa keuangan. Perlindungan itu sangat dibutuhkan mengingat
semakin pesatnya perkembangan dari produk hybrid yang merupakan
kombinasi antar produk dari setiap sektor jasa keuangan maupun
perkembangan entitas usaha yang melakukan kegiatan lintas sektor jasa

2 Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK) dan Bapepam, sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 606/KMK.01/2005 tanggal 30 Desember 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, digabung menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK)

keuangan membutuhkan suatu lembaga otoritas yang terintegrasi dalam


melakukan pembinaan, pengawasan dan pengaturan atas setiap dan lintas
sektor jasa keuangan melalui pengawasan satu atap.
Pasar Modal sendiri, sampai dengan saat ini dapat dikatakan masih
belum tersosialisasi dengan baik kepada seluruh lapisan masyarakat, hal
ini dapat dilihat dari masih sedikitnya jumlah investor domestik yang
menanamkan modalnya di Pasar Modal. Selain itu, masih banyak
masyakat yang belum memahami produk-produk ataupun layanan yang
diberikan oleh penyedia jasa keuangan di bidang Pasar Modal. Salah satu
contoh paling nyata adalah ketidaktahuan nasabah atas produk investasi
bodong yang diterbitkan oleh PT Antaboga Delta Sekuritas.
Berkenaan dengan hal tersebut dan sesuai dengan amanat UndangUndang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, maka
untuk memberikan edukasi bagi konsumen dan masyarakat, Otoritas Jasa
Keuangan harus bisa berperan dengan melakukan sosialisasi yang rutin,
memberikan informasi ataupun edukasi terkait dengan produk-produk
yang ditawarkan di Pasar Modal dan Otoritas Jasa Keuangan harus selalu
responsif terhadap produk-produk yang diterbitkan oleh institusi tertentu
dan ditawarkan kepada masyarakat, seolah-olah produk tersebut
merupakan produk jasa keuangan atau Pasar Modal, namun tidak terdaftar
dan tidak memperoleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, Otoritas Jasa Keuangan juga harus berperan untuk


meningkatkan jumlah investor domestik di Pasar Modal mengingat bahwa
jumlah investor domestik di Pasar Modal masih sangat minim dan pada
saat ini dapat dikatakan bahwa Pasar Modal Indonesia masih di dominasi
oleh investor Asing. Dengan minimnya jumlah investor domestik di Pasar
Modal Indonesia mengakibatkan Pasar Modal kita hanya bergantung
kepada dana dari investor asing. Hal demikian yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya krisis keuangan di Indonesia pada tahun 2008, dimana
pada saat investor asing menarik dananya dari Pasar Modal Indonesia
terjadi penurunan indeks saham yang cukup tajam dan terjadinya
penarikan (redemption) besar-besaran atas modal masyarakat di Pasar
Modal.
Dengan terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan yang melakukan
pengawasan dan pengaturan yang secara terintegrasi terhadap sektor jasa
keuangan, telah disusun beberapa kebijakan dan pengaturan, termasuk di
dalamnya perizinan terintegrasi, pengawasan terintegrasi, sistem informasi
terintegrasi,

dan

pengaturan

terintegrasi

untuk

mengakomodir

perkembangan sektor jasa keuangan yang tentu saja melibatkan beberapa


sub-sektor jasa keuangan.
Pengaturan dan kebijakan tersebut sangat diperlukan dalam
perkembangan Pasar Modal ke depan, dimana industri Pasar Modal pada
saat ini kapasitasnya masih jauh relatif lebih kecil dibandingkan industri
perbankan, masih membutuhkan adanya lembaga dengan kapasitas dan

permodalan yang cukup besar untuk membantu mengembangkan Pasar


Modal dan memberikan diversifikasi pertanggungan risiko Perusahaan
Efek, Self Regulatory Organization (Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian), lembaga
penunjang maupun nasabah di Pasar Modal.
Selain itu, dalam rangka pengambangan Pasar Modal, Otoritas Jasa
Keuangan dibantu oleh Self Regulatory Organization sebagai lembaga
yang dapat mengatur anggotanya sendiri maupun kegiatan yang dilakukan
oleh anggotanya tersebut dalam rangka perpanjangan tangan pengawasan
dan pengaturan Otoritas Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal telah
menyusun pengembangan infrastruktur di Pasar Modal, pengembangan
pasar surat utang dan pendalaman pasar dalam rangka inklusi keuangan,
termasuk pula keikutsertaan dalam pasar modal global dan regional dalam
rangka mempersiapkan Pasar Modal Indonesia yang mampu berkompetisi
pada saat ini.
Adapun beberapa data statistik perkembangan Pasar Modal baik
Pasar Modal secara keseluruhan, maupun perkembangan pasar saham dan
pasar obligasi di Pasar Modal Indonesia, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Statistik Pasar Modal Indonesia per 16 Juni 20163

Selanjutnya, untuk perkembangan Emiten di pasar ekuitas dapat dijelaskan


dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 1.2 Data Statistik Klasifikasi Emiten Indonesia per 16 Juni 2016

Selain perkembangan Pasar Modal secara keseluruhan dan perkembangan


Emiten di Pasar Modal Indonesia, tabel berikut merupakan data
perkembangan pasar surat utang di Indonesia:

3Data Statistik Bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal, Bahan Market Update
RDK 22 Juni 2016.
9

Tabel 1.2 Data Statistik Kinerja Indeks Obligasi Indonesia per 16 Juni 2016

2.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana telah dikemukakan dalam latar
belakang di atas, yang menjadi fokus adalah bagaimana tantangan dan
peranan nyata Otoritas Jasa Keuangan bagi perkembangan industri Pasar
Modal, termasuk program maupun kebijakan dalam rangka terwujudnya
Pasar Modal Indonesia yang efisien, wajar dan teratur.

2.3

Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut di
atas, dapat diidentifikasi beberapa pertanyaan terkait dengan tantangan dan
peranan Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka terciptanya Pasar Modal
Indonesia yang efisien, wajar dan teratur, yaitu sebagai berikut:

10

1. Bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan dalam menjalankan fungsi


pembinaan, pengawasan, dan pengaturan di Pasar Modal, mengingat
bahwa Otoritas Jasa Keuangan juga memiliki tugas dan wewenang
pengaturan dan pengawasan pada kegiatan sektor jasa keuangan lain.
2. Bagaimana Otoritas Jasa Keuangan menjalankan fungsi pembinaan,
pengawasan, dan pengaturan di Pasar Modal dengan perkembangan
industri jasa keuangan yang sangat pesat, khususnya terkait dengan
perlindungan konsumen di Pasar Modal.
3. Program kebijakan dan pengembangan Pasar Modal apa yang sudah
dan perlu disusun oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Self Regulatory
Organization untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang efisien,
teratur dan wajar.
2.4

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini bagi penulis adalah untuk dapat
mengetahui tantangan serta peranan Otoritas Jasa Keuangan dan Self
Regulatory Organization termasuk kebijakan dan program yang telah
disusun dalam rangka tercapainya Pasar Modal yang efisien, wajar dan
teratur dan memiliki daya saing global.

2.5

Manfaat Penelitian
Penelitian ini disusun sebagai bahan referensi dan dapat
memberikan manfaat edukasi bagi regulator, praktisi di sektor jasa
keuangan khususnya di bidang Pasar Modal, akademisi dan masyarakat
11

luas, mengingat bahwa peralihan kewenangan pembinaan, pengawasan


dan pengaturan Pasar Modal kepada Otoritas Jasa Keuangan baru saja
dilakukan, dan masih belum banyak terdapat referensi baik berupa buku
ataupun artikel penulisan ilmiah yang menjadi acuan terkait pembinaan,
pengawasan dan pengaturan Pasar Modal secara khusus dan sektor jasa
keuangan secara umum yang dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
2.6

Batasan Penelitian
A. Objek Penelitian
Adapun objek dalam penelitian ini adalah Otoritas Jasa
Keuangan dan Self Regulatory Organizationtermasuk program dan
kebijakan yang telah dan akan diambil dalam rangka pengembangan
Pasar Modal dan terciptanya Pasar Modal yang efisien, wajar dan
teratur.
B. Data Penelitian
Dalam mempersiapkan tulisan ini ini, Penulis menggunakan data
primer, yang diperoleh langsung dari penyusunan pengembangan
infrastruktur maupun pengembangan pasar yang sedang disusun oleh
Otoritas Jasa Keuangan dan Self Regulatory Organization, maupun data
sekunder yang diperoleh dari website Otoritas Jasa Keuangan dan Self
Regulatory Organization.

12

2.7

Struktur Penulisan
Penulisan ini akan terdiri dari lima bab dan masing-masing bab
akan terbagi ke dalam sub bab tersendiri. Masing-masing sub bab tersebut
akan menjelaskan secara terperinci permasalahan yang dibahas pada bab
tersebut. Adapun sistematikan penulisan adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan studi atau penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penulisan dan diakhiri dengan sistematikan penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Menjelaskan dasar teori mengenai fungsi, peranan dan kewenangan
Otoritas Jasa Keuangan serta beberapa kebijakan yang dilakukan maupun
seharusnya dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam terwujudnya
Pasar Modal yang efisien, wajar dan teratur.
Bab III : Metodologi Penelitian
Membahas secara singkat mengenai metode penelitian dalam rangka
menyusun dan melakukan penelaahan terhadap rumusan permasalahan,
objek penelitian, analisis penelitian dan kesimpulan serta saran yang
diperoleh dari dilakukannya penelitian ini.

13

Bab IV : Analisis dan Pembahasan Penelitian


Bab ini berisikan hasil dari tahap-tahap penelitian yang dilakukan. Selain
itu dijelaskan juga dalam Bab ini, hasil analisis dan interpretasi dari hasil
penelitian yang dilakukan.
Bab V : Penutupan
Bab ini berisikan kesimpulan atas hasil penelitian yang telah dilakukan
serta saran-saran yang terkai dengan penelitian, sehingga diharapkan dapat
memberikan daya guna baik bagi masyarakat maupun penelitian
selanjutnya.

14

BAB II
FUNGSI, PERANAN DAN KEBIJAKAN OTORITAS JASA
KEUANGAN DI BIDANG PASAR MODAL

2.1

Fungsi dan Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan di sektor Pasar


Modal
Pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan dunia usaha
dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal, serta memiliki peranan
strategis untuk menunjang pembangunan nasional, kegiatan Pasar Modal
perlu mendapat pengawasan agar Pasar Modal dapat berjalan secara
teratur, wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat. Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan UndangUndang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diberi
kewenangan luar biasa, karena diberikan kewenangan untuk membuat
peraturan, melakukan pemeriksaan dan penyidikan, serta menjatuhkan
sanksi administratif dan denda.
Mempertimbangkan pentingnya kedudukan Pasar Modal dalam
pembangunan tersebut, maka di dalam pelaksanaannya perlu dibentuk
fasilitas-fasilitas penunjang pelaksanaan proses penawaran dan permintaan
dalam rangka perdagangan di Pasar Modal, diberikan batasan-batasan dan
aturan main bagi para pelaku di Pasar Modal, serta kegiatan pasar modal

15

tersebut perlu pula mendapat pengawasan agar Pasar Modal dapat berjalan
secara teratur, wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat.
Mempertimbangkan hal tersebut, maka timbul suatu pemikiran
Pemerintah yang didukung Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk
suatu lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang terintegrasi untuk
seluruh sektor jasa keuangan serta bersifat independen. Pemikiran tersebut
kemudian termaktub dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang mengamanatkan bahwa
pengawasan industri jasa keuangan, termasuk Pasar Modal akan dilakukan
oleh suatu lembaga independen tersendiri dan saat ini sudah terealisasi
dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan.
Penerbitan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan tersebut telah mempertimbangkan dan dilandasi dengan
prinsip-prinsip reformasi sektor keuangan yaitu antara lain prinsip
independensi, prinsip terintegrasi dan prinsip menghindari benturan
kepentingan di dalam pengawasan sektor keuangan dimaksud.

16

Di dalam pembentukannya, Otoritas Jasa Keuangan diamanatkan


serta diberi tugas utama, termasuk akan tetapi tidak terbatas untuk:
a. mengatur dan mengawasi pengelolaan dan kegiatan sektor jasa
keuangan yang diselenggarakan lembaga jasa keuangan;
b. menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa
keuangan;
c. melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan pemahaman dan
memelihara kepercayaan publik terhadap sektor jasa keuangan;
d. melakukan langkah-langkah untuk memberikan perlindungan yang
wajar terhadap konsumen dari sektor jasa keuangan; dan
e. mengurangi tingkat kejahatan keuangan.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan, maka sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi,
tugas dan wewenang pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan
jasa keuangan di sektor Pasar Modal beralih dari Bapepam ke Otoritas
Jasa Keuangan. Peralihan tersebut meliputi seluruh tugas, fungsi dan
wewenang yang dimiliki Bapepam berdasarkan ketentuan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Dalam hal ini hendaknya dibedakan antara kewenangan (authority,
gezag) dan wewenang (competence, bevoegdheid), walaupun dalam
praktik pembedaanya tidak selalu dirasakan perlu. Kewenangan adalah apa
yang disebut kekuasan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan

17

Legislatif (diberi oleh Undang-undang) atau dari kekuasaan Eksekutif


administratif.4
Kewenangan yang biasanya terdiri atas beberapa wewenang adalah
kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan
terhadap sesuatu bidang pemerintahan atau bidang urusan tertentu yang
bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu bagian tertentu saja.
Di

dalam

kewenangan

terdapat

wewenang-wewenang

(rechts

bevoegdheden). Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu


tindak hukum publik, misalnya wewenang menandatangani/ menerbitkan
surat-surat izin dari seorang pejabat atas nama Menteri, sedangkan
kewenangan tetap berada di tangan Menteri tersebut.
Secara garis besar fungsi-fungsi yang dimiliki Otoritas Jasa
Keuangan adalah fungsi pembuatan peraturan (rule making), pemeriksaan,
penyidikan dan penegakan hukum (law enforcement). Fungsi rule making
bersifat quasi legislatif, karena Otoritas Jasa Keuangan bukanlah badan
yang dibentuk oleh negara untuk membuat peraturan perundang-undangan,
tetapi diberikan kewenangan oleh Undang-undang untuk membuat
peraturan khusus di sektor jasa keuangan.
Selain kewenangan, Otoritas Jasa Keuangan juga diberikan
kewajiban untuk membina, mengatur dan mengawasi setiap pihak yang
melakukan kegiatan di pasar modal. Pengawasan tersebut dapat dilakukan

4 Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta,


1994, hlm 78.
18

dengan menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk


peraturan, pedoman, bimbingan dan arahan, maupun secara represif dalam
bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi. Fungsi Otoritas
Jasa Keuangan demikian itu adalah fungsi-fungsi yang juga dimiliki oleh
Otoritas Pasar Modal di negara-negara lain di dunia.5
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
memformulasikan kedudukan dan fungsi , Otoritas Jasa Keuangan secara
multi formasi, yaitu secara pengaturan umum; pengaturan terperinci; dan
pengaturan sporadis.6
2.1.1

Pengaturan Umum
Secara umum, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal mengatur kewenangan dan tugas Otoritas Jasa Keuangan
sebagai:
1) Lembaga Pembina;
2) Lembaga Pengatur;
3) Lembaga Pengawas.
Ketiga kewenangan tersebut haruslah dilaksanakan oleh Otoritas
Jasa Keuangan dengan tujuan terciptanya suatu pasar modal yang:
1) teratur;
2) wajar;
3) efisien;

5 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
op.cit, hlm. 116.
6 Ibid, hlm. 116.
19

4) melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.


Sementara itu, pelaksanaan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan
sebagai lembaga pengawas dapat dilakukan secara:
1) Preventif, yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan dan
pengarahan, dan
2) Represif, yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan
penerapan sanksi-sanksi.
Fungsi Otoritas Jasa Keuangan tersebut, apabila dapat dilaksanakan
dengan benar sebenarnya memang sudah sesuai dengan prinsip- prinsip
hukum pasar modal secara global. Sebab di manapun, yang namanya
otoritas Pasar Modal selalu mempunyai 3 fungsi utama, yaitu7:
1. Fungsi Rule Making. Dalam hal ini Otoritas Pengawas dapat membuat
aturan-aturan main untuk Pasar Modal. Fungsi seperti ini disebut juga
sebagai fungsi Quasi Legislative Power;
2. Fungsi Adjudicatory. Ini merupakan fungsi otoritas pengawas untuk
melakukan fungsinya sebagai quasi Judicial Power. Jadi merupakan
kewenangan judicial seperti yang dilakukan oleh suatu badan
peradilan. Termasuk ke dalam fungsi ini misalnya mengadili dan
memecat atau mencabut izin ataupun melarang pihak-pihak pelaku di
Pasar Modal untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di
Pasar Modal;

7 Ibid, hlm. 116.


20

3. Fungsi Investigatory-Enforcement. Fungsi ini membuat otoritas


pengawas mempunyai wewenang investigasi dan enforcement, dan ini
dilakukan dengan memberikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
kewenangan penyelidikan dan penyidikan, yang membuatnya
semacam polisi khusus.
2.1.2

Pengaturan Terperinci
Pengaturan tentang kewenangan Otoritas Jasa Keuangan secara
terperinci dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

2.1.3

Pengaturan Secara Sporadis


Selain dari kewenangan Otoritas Jasa Keuangan seperti yang telah
disebutkan diatas, yakni kewenangan yang bersifat umum dan
kewenangan yang bersifat terperinci, masih ada lagi kewenangan
Otoritas Jasa Keuangan yang tersebar secara sporadis baik
diberikan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal

yang

pada

prinsipnya

merupakan

penegasan

atau

pengejawantahan lebih lanjut dari kewenangan Otoritas Jasa


Keuangan seperti tersebut diatas.8
2.2

Beberapa Praktik Modal Pengawasan Sektor Jasa Keuangan


Terdapat beberapa model pengawasan di sektor jasa keuangan yang
terdapat dalam praktik internasional. Model pengawasan industri jasa

8 Ibid, hlm. 120.


21

keuangan dalam praktik internasional tersebut sangat beragam yang dapat


diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu:
1. Multi Supervisory Model, yaitu pengaturan dan pengawasan sektor
jasa keuangan yang dilakukan oleh lebih dari dua otoritas. Masingmasing industri jasa keuangan seperti perbankan, Pasar Modal,
asuransi, dan lembaga jasa keuangan lainnya diatur dan diawasi oleh
masing-masing regulator yang berbeda. Model pengawasan sektor jasa
keuangan ini diterapkan di beberapa Negara, yaitu antara lain
Ameriksa Serikat dan Republik Rakyat China.
2. Twin Peak Supervisory Model, yaitu Pengaturan dan pengawasan
sektor jasa keuangan yang dilakukan oleh dua otoritas utama yang
pembagiannya didasarkan pada aspek prudential dan aspek market
conduct. Dalam model ini lembaga keuangan prudensial seperti bank
dan perusahaan Asuransi berada dalam satu jurisdiksi pengaturan dan
pengawasan tersendiri, sedangkan perusahaan Efek dan lembaga
keuangan lainnya serta seluruh produk-produk jasa keuangan berada
dalam satu jurisdiksi pengaturan dan pengawasan tersendiri pula.
Model ini diterapkan oleh Negara-negara seperti Inggris dan Kanada.
3. Unified Supervisory Modal, yaitu Pengaturan dan pengawasan sektor
jasa keuangan oleh otoritas yang terintegrasi dibawah satu lembaga
atau badan yang memiliki otoritas Pengaturan dan pengawasan
terhadap seluruh sektor jasa keuangan mencakup perbankan, Pasar
Modal, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya. Model ini diterapkan

22

oleh negara-negara yang sektor keuangannya cukup besar dan maju


seperti Jepang, Korea Selatan dan Jerman.

23

DAFTAR PUSTAKA
M.Irsan Nasarudin-Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Prenada
Media, Jakarta, 2004;
Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1994;
Robert Ang, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, MediaSoft Indonesia, Jakarta,
1997;

24

Anda mungkin juga menyukai