PBL Modul Perdarahan
PBL Modul Perdarahan
com/doc/299017559/PBL-Modul-Perdarahan
Semester 3
MODUL PERDARAHAN
SISTEM HEMATOLOGI
Kelompok 2 :
Amalia Devi
(2012730116)
Anjar Puspitaningrum
(2012730118)
(2012730121)
Nadhifayanti Fauziah
(2012730143)
(2012730147)
Reyhan Calabro
(2012730148)
(2012730151)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami dan mempelajari aspek-aspek dari penyakit perdarahan, hemostasis, dan
penatalaksanaan yang diperlukan serta gangguan-gangguan pada penyakit perdarahan.
Skenario 1
Seorang anak, wanita, umur 5 tahun, dibawa ke Puskesmas karena ada bintik bintik
merah di lengan, tungkai dan badan, dan keluardarah dari anusnya. Penderita tidak demam.
Enam hari sebelumnya anak tersebut baru sembuh dari batuk pilek.
Kata/Kalimat Kunci
-
Pertanyaan
1. Jelaskan hemostasis dan mekanismenya!
2. Jelaskan mekanisme pembekuan darah!
3. Jelaskan gangguan-gangguan pada vaskuler, proses pembekuan dan trombosit (dan
komplikasinya)!
4. Sebutkan dan jelaskan penatalaksaan dan pemeriksaan penunjang dari penyakit-penyakit
perdarahan!
5. Jelaskan DD dari skenario!
6. Jelaskan farmakodinamik obat-obatan yang berpengaruh pada sistem pembekuan darah!
7. Jelaskan patofisiologi dari tiap-tiap gejala (bintik-bintik merah, keluarnya darah dari
anus)!
Jawaban
1. Jelaskan hemostasis dan mekanismenya!
Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusakyaitu, penghentian hemoragia (hemo berarti darah; stasis berarti berdiri). Untuk terjadinya
perdarahan dari suatu pembuluh, dinding pembuluh harus mengalami kerusakan dan tekanan
di bagian dalam pembuluh harus lebih besar daripada tekanan di luarnya untuk memaksa
darah keluar dari defek tersebut. Faal hemostasis melibatkan berikut:
1. Sistem vaskuler
2. Sistem trombosit
3. Sistem koagulasi
Untuk mendapatkan faal hemostasis yang baik maka keempat sistem tersebut harus
bekerja sama dalam suatu proses yang berkeseimbangan dan saling mengontrol. Kelebihan
atau kekurangan suatu komponen akan menyebabkan kelainan. Kelebihan fungsi hemostasis
akan menyebabkan trombosis, sedangkan kekurangan faal hemostasis akan menyebabkan
perdarahan.
Hemostasis melibatkan tiga langkah utama:
1. Spasme vaskular
2. Pembentukan sumbat trombosit
3. Koagulasi darah (pembentukan bekuan darah)
A. Spasme vaskular mengurangi aliran darah melalui pembuluh yang cedera
Pembuluh darah yang terpotong atau robek akan segera berkonstriksi. Mekanisme
yang mendasari hal ini belum jelas tetapi diperkirakan merupakan suatu respon intrinsik
yang dipicu oleh suatu zat parakrin yang dilepaskan secara lokal dari lapisan dalam
(endotel) pembuluh yang cedera. Kontriksi ini, atau spasme vaskular, memperlambat darah
mengalir melalui defek dan memperkecilkehilangan darah. Permukaan-permukaan endotel
yang saling berhadapan juga saling menekan oleh spasme vaskular awal ini sehingga
permukaan tersebut menjadi lekat satu sama lain dan semakin menambal pembuluh yang
rusak. Tindakan-tindakan fisik ini tidak cukup untuk mencegah secara sempurna
pengeluaran darah lebih lanjut tetapi dapat meminimalkan aliran darah yang melalui
pembuluh yang rusak sampai tindakan hemostatik lain dapat benar-benar menyumbat
kebocoran tersebut.
C. Bekuan darah terjadi akibat terpicunya suatu reaksi berantai yang melibatkan
faktor-faktor pembekuan plasma.
Koagulasi darah, atau pembekuan darah, adalah transformasi darah dari cairan
menjadi gel padat. Pembentukan bekuan di atas sumbat trombosit memperkuat dan
menopang sumbat, meningkatkan tambalan yang menutupi kerusakan pembuluh. Selain
itu, sewaktu darah di sekitar defek pembuluh memadat, darah tidak lagi dapat mengalir.
Pembekuan darah adalah mekanisme hemostatik tubuh yang paling kuat. Mekanisme ini
diperlukan untukmenghentikan perdarahan dari semua defek kecuali defek-defek yang
paling kecil.
trombin dalam plasma dalam bentuk prekursor inaktif yang dinamai protrombin. Apa yang
mengubah protrombin menjadi trombin ketika dibutuhkan pembekuan darah? Perubahan ini
melibatkan jenjang pembekuan.
Jenjang Pembekuan
Terdapat faktor pembekuan plasma aktif lainnya, faktor X yang mengubah protombin
menjadi trombin, faktor X itu sendiri dalam keadaan normal terdapat dalam darah dalam
bentuk inaktif dan harus diubah menjadi bentuk aktif oleh faktor pengaktif lain, demikian
seterusnya. Secara bersama-sama terdapat 12 faktor pembekuan plasma yang ikut serta dalam
tahap-tahap esensial yang menyebabkan perubahan akhir fibrinogen menjadi jala fibrin yang
stabil. Faktor-faktor ini diberi nama angka romawi sesuai urutan penemuannya, bukan urutan
keikutsertaannya dalam proses pembekuan. Sebagian besar dari faktor pembekuan ini adalah
protein plasma yang disintesis oleh hati. Salah satu konsekuensi penyakit hati adalah waktu
pembekuan memanjang akibat berkurangnya produksi faktor-faktor pembekuan. Dalam
keadaan normal faktor-faktor ini selalu terdapat di dalam plasma dalam bentuk inaktif,
misalnya fibrinogen yang diubah menjadi untai-untai fibrin tak larut, protombin dan
prekursor lain, ketika diubah menjadi bentuk aktifnya, bekerja sebagai enzim ini
mengaktifkan faktor berikutnya, demikian seterusnya, dalam suatu rangkaian reaksi berantai
yang dikenal sebagai jenjang pembekuan (clotting cascade), sampai trombin mengatalisis
perubahan final fibrinogen menjadi fibrin. Beberapa dari tahap-tahap ini memerlukan
keberadaan Ca2+ plasma dan platelet factor 3 (PF3), suatu fosfolipid yang dikeluarkan oleh
sumbat trombosit. Karena itu trombosit juga berperan dalam pembentukan bekuan.
JALUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
Jalur intrinsik memicu pembekuan di dalam pembuluh yang rusak serta pembekuan
sampel darah di dalam tabung reaksi. Semua unsur yang diperlukan untuk menghasilkan
pembekuan melalui jalur intrinsik terdapat di darah. Jalur ini yang melibatkan tujuh
langkah berbeda, teraktifkan jika faktor XII (faktor Hageman) diaktifkan oleh kontak
dengan kolagen yang terpajan di pembuluh yang cedera atau permukaan benda asing
misalnya kaca tabung reaksi. Ingatlah bahwa kolagen yang terpajan juga memicu agregasi
trombosit. Karena itu, pembentukan sumbat trombosit dan reaksi berantai yang
menyebabkan pembentukan bekuan secara bersama diaktifkan jika terjadi kerusakan
pembuluh darah. Selain itu, mekanisme-mekanisme hemostatik komplementer ini saling
memperkuat. Agregat trombosit mengeluarkan PF3 yang esensial bagi jenjang pembekuan
yang selanjutnya meningkatkan agregasi trombosit lebih lanjut
Jalur ekstrinsik bersifat potong kompas dan hanya memerlukan empat langkah. Jalur ini,
yang memerlukam kontak dengan faktor-faktor jaringan yang eksternal terhadap
darah.memicu pembekuan darah yang telah kelaur dari jaringan. Ketika mengalami
trauma, jaringan mengeluarkan suatu kompleks protein yang dikenal sebagai
tromboplastin jaringan. Tromboplastin jaringan secara langsung mengaktifkan faktor X
sehigga melewatkan semua tahap sebelumnya di jalur intrinsik. Dari titik ini, kedua jalur
identik.
Mekanisme ekstrinsik dan intrinsik biasannya bekerja bersamaan. Jika cedera jaringan
Retraksi bekuan
Setelah bekuan terbentuk, konstraksi trombosit yang terperangkap di dalam bekuan
akan menciutkan jala fibrin, menarik tepi-tepi pembuluh yang rusak agar saling mendekat.
Selama retraksi bekuan, cairan terperas dari bekuan. Cairan ini yang pada hakikatnya adalah
plasma tanpa fibrinogen dan prekursor pembekuan lainnya yang telah dibersihkan selama
proses pembekuan, disebut serum.
Amplifikasi selama proses pembekuan
Meskipun proses pembekuan yang melibatkan sedemikian banyak langkah tampaknya
tidak efesien, namun keuntungan proses ini adalah terjadi amplifikasi selama langkahlangkah tersebut. Satu molekul faktor yang telah diaktifkan mungkin dapat mengaktifkan
ratusan molekul faktor berikutnya dalam jenjang, yang masing-masing dapat mengaktifkan
lebih banyak lagi faktor selanjutnya, demikian seterusnya. Dengan cara ini, sejumlah besar
faktor akhir yang berperan dalam pembekuan cepat teraktifkan akibat pengaktifan awal hanya
beberapa molekul di tahap permulaan jenjang.
Karena itu, bagaimana proses pembekuan ini, setelah dimulai, dibatasi hanya di tempat
cedera pembuluh? Jika dibiarkan eredar maka faktor-faktor pebekuan yang telah aktif akan
memicu pembekuan luas yang dapat menyumbat pembuluh diseluruh tubuh. Untungnya,
setelah ikut serta dalam proses pembekuan lokal, faktor-faktor aktif yang ber jumlah besar
tersebut cepat diinaktifkan oleh enzim-enzim dan faktor lain yang terdapat di plasma atau
jaringan.
Protein dari kaskade koagulasi adalah proenzim (protease serin) dan prokofaktor
yang diaktivasi secara sekuensial. Kaskade dibagi berdasarkan uji laboratorium menjadi
jalur intrinsik, ekstrinsik, dan umum. Pembagian ini berguna dalam memahami hasil-hasil
uji koagulasi in vitro. Namun demikian, secara in vivo jalur-jalur ini terkaot erat satu sama
lain. Koagulasi mulai terjadi bila faktor jaringan yang teraktivasi pada permukaan sel yang
cedera mengikat dan mengaktivasi faktor VII, kompleks ini mengaktivasi faktor IX yang,
dengan kofaktor VIII, mengaktivasi faktor X menjadi Xa.
Trombosit mempercepat proses koagulasi dengan menyediakan fosfolipid membran.
Kompleks Xa dan Va, yang diaktivasi dari faktor V oleh trombin, bekerja pada protrombin
(faktor II) untuk menghasilkan trombin. Kemudian, trombin mengubah fibrinogen menjadi
monomer fibrin, dengan pelepasan fibrinopeptida A dan B. Monomer ini berkombinasi
untuk membentuk bekuan polimer fibrin. Faktor XIII menautsilangkan (crosslink) polimer
untuk membentuk bekuan yang lebih stabil. Trombin memiliki banyak peran kunci dalam
proses koagulasi:
1. Trombin mengubah fibrinogen plasma menjadi fibrin
2. Trombin mengamplifikasi koagulasi dengan: (i) mengaktivasi faktor XI yang
meningkatkan produksi Ixa, (ii) memecah faktor VIII dari molekul pembawanya, vWF,
untuk mengaktivasinya dan meningkatkan produksi Xa, dan (iii) mengaktivasi faktor V
menjadi faktor Va
3. Trombin juga mengaktivasi faktor XIII menjadi faktor XIIIa, yang menstabilkan
bekuan fibrin
4. Trombin mempotensiasi agregasi trombosit
5. Trombin mengikat trombomodulin pada permukaan sel endotel untuk membentuk suatu
kompleks yang mengaktivasi protein C, yang terlibat dalam pengaturan koagulasi.
FAKTOR PENGHAMBAT KOAGULASI
Faktor penghambat koagulasi ini menghambat kaskade kaogulasi dan memastikan
bahwa kerja trombin terbatas di tempat cedera:
1. Antitrombin menginaktivasi protease serin, terutama faktor Xa dan trombin. Heparin
mengaktivasi antitrombin
2. Makroglobulin 2, antiplasmin 2, antitripsin 2, dan kofaktor II heparin juga
menghambat protease sering dalam sirkulasi
3. Protein C dan S adalah protein tergantung vitamin K yang dibuat di hati. Protein C
diaktivasi melalui kompleks trombin trombomodulin dan seperti protein S,
menghambat koagulasi dengan menginaktivasi faktor Va dan VIIIa, protein C juga
Hemostatis yang mengalami gangguan dengan perdarahan abnormal dapat disebabkan oleh:
1.
2.
3.
4.
akut, biasanya pada masa kanak-kanak, dan mungkin berhubungan dengan artropati,
hematuria, dan gejala gastrointerstinal.
B. TROMBOSIT
Perdarahan berlebihan yang disebabkan oleh trombositopenia atau gangguan fungsi
trombosit terjadi di mukosa (misalnya epistaksis, perdarahan gastrointestinal, atau
menoragia) atau mengenai kulit (purpura, petekie, dan ekimosis). Gejala biasanya terjadi
bila jumlah trombosit <10 x 109/L tetapi dapat lebih tinggi bila fungsi trombosit terganggu.
1. TROMBOSITOPENIA (Trombosit <140 x 109/L)
a. KONGENITAL
Keadaan ini jarang terjadi, penyebabnya emliputi anemia aplastik kongenital,
trombositopenia dengan tidak adanya sindrom radii (TAR) atau sindrom WiskottAldrich (trombositopenia dengan eksema dan hipogamaglobulinemia). Infeksi
kongenital
(misalnya
rubella,
sitomegalovirus)
sering
menyebabkan
trombositopenia.
b. DIDAPAT
Keadaan ini disebabkan oleh defisiensi produksi trombosit atau destruksi
trombosit yang dipercepat.
2. TROMBOSITOPENIA AUTOIMUN
Trombosit diselubungi oleh autoantibodi (imunoglobulin) dan dibuang oleh
makrofag sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu, masa hidupnya berkurang dari 710 hari menjadi beberapa jam.
a. AKUT
- Biasanya terjadi pada masa kanak-kanak (2-7 tahun)
- Sering muncul setelah infeksi virus
- Ruam purpura atau epistaksis sering terjadi
- Biasanya menghilang secara spontan. Sebagian kecil mengalami perdarahan
mukosa dan harus diobati dengan prednisolon atau imunoglobulin intravena.
Sampai 20% kasus mengalami trombositopenia imun kronik.
b. KRONIK
Trombositopenia imun pada orang dewasa kemungkinannya kecil dapat hilang
tanpa terapi dan biasanya bersifat kronik. Keadaan ini lebih sering terjadi pada
perempuan (rasio laki-laki/perempuan 1:4). Autoantibodi terdapat pada permukaan
trombosit dan mungkin juga terdapat sebagai antibodi bebas dalam serum.
c. TEMUAN LABORATORIUM
- Hemoglobin dan jumlah sel darah putih normal, trombosit rendah, sering <20 x
-
109 /L
Sumsum tulang normal atau terjadi peningkatan jumlah megakariosit
PT dan APTT normal, fibrinogen normal.
antibodi
antikardiolipin.
d. PENGOBATAN
Pengobatan, jika perlu, adalah dengan menggunakan obat sebagai berikut ini:
- Prednisolon (1 mg/kg/hari, berkurang dalam waktu lebih dari 4-6 minggu)
- Imunoglobulin intravena bermanfaat untuk mendapatkan peningkatan sementara
-
jumlah trombosit
Splenektomi diperlukan untuk pasien yang tidak memberikan respons dengan
3. TROMBOSITOPENIA ALOIMUN
Pasase antibodi maternal melalui plasenta pada trombositopenia imun dapat
menyebabkan trombositopenia neonatal, yang secara khas akan hilang secara spontan
setelah beberapa minggu. Ibu yang telah mengalami sensitisasi (misalnya karena
transfusi darah atau kehamilan sebelumnya) terhadap antigen trombosit dapat memiliki
antibodi yang melewati plasenta dan menyelubungi trombosit janin dan bayi baru lahir,
yang kemudian dibuang melalui sistem retikuloendotelial (reticuloendothelial system,
RES). Individu dengan aloantibodi trombosit tersebut juga dapat menjadi
trombositopenik setelah transfusi darah (purpura pascatransfusi). Antibodi kemudian
ditunjukan untuk melawan antigen HPA1-a pada trombosit.
4. PENYEBAB LAIN TROMBOSITOPENIA
a. OBAT-OBATAN
Obat-obatan dapat menyebabkana trombositopenia dengan menghambat
produksi sumsum atau melalui mekanisme imun. Mekanisme imun yang paling
sering (misalnya quinin, heparin) terjadi bila obat membentuk suatu antigen dengan
protein plasma, suatu antibodi terhadapnya kemudian terbetuk, dan kompleks
antigen-antibodi
dalam
sirkulasi
diabsorpsi
pada
permukaan
trombosit.
3. PENGOBATAN
Infus konsentrat faktor VIII untuk meningkatkan kadar pada pasien sampai 20-50%
profilaktik di rumah
4. KOMPLIKASI PENGOBATAN
- HIV dan hepatitis C dari sediaan tidak murni (sebelum tahun 1980-an awal). AIDS,
-
sama banyak.
1. GAMBARAN KLINIS
Perdarahan, biasanya dari selaput lendir (mulut, epistaksis, menoragia)
Kehilangan darah berlebih setelah trauma atau pembedahan
Hamartrosis dan perdarahan otot jarang terjadi
2. DIAGNOSIS
- APTT memanjang, PT normal
- Kadar faktor VIII dan vWF berkurang
- Waktu perdarahan memanjang
- Fungsi trombosit terganggu, agregasi dengan ristocetin berkurang
- Trombositopenia ringan dapat terjadi
- Penyakit ini dibagi menjadi beberapa subtipe bergantung pada apakah ada reduksi
vWF atau jenis-jenis defek fungsional lainnya.
3. PENGOBATAN
D. GANGGUAN LAIN
Defisiensi faktor XI lebih jarang terjadi darpada hemofilia A, memliki insidensi
lebih tinggi pada bangsa Yahudi Ashkenazi, dan bersifat resesif autosomal. Terdapat
korelasi yang buruk antara kadar faktor XI dan gejala-gejala. Gangguan ini biasanya
ringan, tetapi dapat terjadi perdarahan spontan dan pascabedah. Defisiensi kongenital
faktor II, V, VII, X, dan XIII jarang terjadi dan biasanya menyebabkan gangguan
perdarahan ringan. Defisiensi faktor XIII memperpanjang APTT tetapi tidak menyebabkan
gejala klinis. Defisiensi fibrinogen terjadi sebagai gangguan resesif autosomal agak berat.
Disfibrinogenemia (adanya molekul yang fungsinya abnormal) bisa merupakan gangguan
dominan autosomal yang langka maupun gangguan didapat yang lebih sering (penyakit
hati, keganasan, dan lupus eritematosus sistemik)
GANGGUAN KOAGULASI : DIDAPAT
A. PENYAKIT HATI
Penyakit hati menyebabkan defek pada koagulasi, trombosit, dan fibrinolisis
- Penurunan sintesis faktor-faktor yang bergantung vitamin K (II, VII, IX, X, protein C
-
coagulation, DIC)
Disfibrinogenemia dapat menyebabkan perdarahan atau trombosis
2. GAMBARAN LABORATORIUM
- Trombositopenia
- Hampir semua uji koagulasi dan fibrinolisis abnormal dengan kadar fibrinogen yang
-
rendah
Produk degradasi fibrin (misalnya X-DP atau FDP) terdapat dalam plasma (X=faktor
pembekuan)
- Apusan darah: anemia hemolitik mikroangiopatik dapat terjadi
3. PENGOBATAN
- Obati penyebab, misalnya antibiotik untuk septikemia, penghilangan stimulus
-
1. OBAT-OBATAN
- Antikoagulan dan obat yang mempengaruhi antikoagulasi merupakan obat yang
paling sering mengganggu koagulasi
- Kemoterapi (misalnya 1-asparaginase dapat menyebabkan trombosis)
2. INHIBITOR KOAGULASI DIDAPAT
Antibodi terhadap faktor koagulasi ini adalah idiopatik, lebih sering pada orang
berusia lanjut, atau terjadi pada keganasan (misalnya limfoma), penyakit jaringan ikat
(misalnya SLE), dan dengan paraprotein (misalnya mieloma). Inhibitor ini
menyebabkan perdrahan berlebih, baik spontan maupun setelah cedera.
3. DEFISIENSI VITAMIN K
Vitamin K diperlukan untuk mengaktivasi faktor-faktor II, VII, IX, dan X serta
protein C dan S melalui karboksilasi. Vitamin K larut dalam lemak dan berasal dari
sayur-sayuran dalam makanan dan flora usus. Defisiensi terjadi pada pasien dengan diet
buruk, pasien yang menggunakan antibiotik spektrum luas yang dapat mengurangi flora
usus, pasien yang menderita penyakit saluran empedu, dan pasien yang mengalami
malabsorsi usus.
4. PERDARAHAN
MASIF PPASCATRAUMA/PASCAPEMBEDAHAN
YANG
Pemeriksaan penunjang
Istirahat
Diet
Transfusi
Darah segar atau PRC
Trombosit
Plasma segar
Medikamentosa
Opat pertama :
Crycoprecipitate untuk mengganti fibrinogen
Heparin masih kontroversial
Epsilon amino caproic acid ( EACA )
Pemeriksaan penunjang
Trombositopeni
Burr cell +
Hipofibrinogenemi
Fibrin degradation product ( FDP ) meningkat
Waktu protrotombin memanjang
Partial Thromboplastin time ( PTT ) normal atau naik
D-Dimer +
Istirahat
Diet
Medikamentosa
Obat Pertama :
Prednison 1-2 mg/kg BB/hari
Respons 80 %
IgG dosis tinggi 400 mg/kg BB/hari selama 3-5 hari
Respons 90 %
Obat alternatif :
Danazol 600 mg/hari
respons 50 %
Imunosupresif untuk kasus refrakter :
Vinkristin
Vinblastin
Azatioprin
Siklofosfamid
Splenoktomi bilamana prednison gagal
Respons 80 %
Pemeriksaan penunjang
Pada apusan darah perifer ditemukan :
Pemeriksaan khusus
Sumsum tulang normal atau megakariosit meningkat
IgG terhadap trombosit meningkat
4. VON WILLEBRAND DISEASE
Penatalaksanaan
Terapi umum
Istirahat
Diet
Medikamentosa
Obat pertama :
Tipe 1 vWD :
Desmopressin ( DDAVP ) 0,3g/kg BB/IV atau SQ,maksimal
30g
DDAVP IM 150 g untuk penderita <50 kg atau 300g > 50 kg
Wanita dengan vWD sering diterapi estrogen dan progesteron
untuk meningkatkan aktivitas vWF
Tipe 2 dan 3 vWD :
Biasanya butuh infus konsetrat faktor VIII seperti Humate-P
atau
Koate-HS.Bila
tidak
tersedia,dapat
diberikan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan IgA
antikoagulan in vitro, sebab terlalu toksik untuk penggunaan in vivo. Natrium edetat
mengikat kalsium menjadi suatu kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.
18.
19. ANTITROMBOTIK
20.
Antitrombotik adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit
sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering
ditemukan pada sistem arteri.
1. Aspirin
21.
permukan
trombosit,
yang
merupakan reseptor untuk fibrinogen dan faktor von Willebrand, yang menyebabkan
melekatnya trombosit pada permukaan asing dan antar trombosit, sehingga terjadi agregasi
trombosit.
30.
31.
antikoagulan yang
mencegah
terbentuk dan
bekerja
spesifik
terhadap
fibrin
sehingga
menimbulkan
lisis
sistemik
1. Hemostatik Lokal
45. Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok berdasarkan mekanisme hemostatisnya.
46. Hemostatik Serap
47. Hemostatik serap menghentikan perdarahan dengan pembentukkan suatu
bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang mempermudah pembekuan bila
diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah. Dengan kontak pada permukaan
asing, trombosit akan pecah dan membebaskan faktor yang memulai proses pembekuan
darah. Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang bersal dari
pembuluh darah kecil saja, misalnya kapiler, dan tidak efektif untuk menghentikan
perdarahan arteri atau vena yang tekanan intravaskularnya cukup besar.
48. Astringen
49.
Zat ini bekerja lokal dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan
dapat dihentikan. Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler, tetapi
kurang efektif bila dibandingkan dengan vasokonstriktor yang digunakan lokal.
50. Koagulan
51.
dua cara, yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trobin dan secara
langsung menggumpalkan fibrinogen.
52. Vasokonstriktor
53. Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokonstriksi, dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
54.
2. Hemostatik Sistemik
55.
Dengan memberikan transfusi darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan
dengan segera. Hal ini terjadi karena pasien mendapatkan semua faktor pembekuan darah
yang terdapat dalam darah transfusi.
56. Faktor Antihemofilik (Faktor VIII) dan Cryoprecipitated Antihemophilic
Factor
57.
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada
pasien hemofilia A (defisiensi faktor VIII yang sifatnya herediter) dan pada pasien yang
darahnya mengandung penghambat faktor VIII. Cryoprecipitated antihemophilic factor
didapat dari plasma donor tunggal dan kaya akan faktor VIII, fibrinogen dan protein
plasma lain.
58. Kompleks Faktor IX
59.
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX, dan X, serta sejumlah kecil protein
plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktorfaktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegahan perdarahan.
60. Desmopresin
61. Desmopresin merupakan vasopresin sintetik yang dapat meningkatkan kadar
faktor VIII untuk sementara. Peningkatan faktor pembekuan tersebut paling besar terjadi
pada 1-2 jam dan menetap sampai 6 jam. Obat ini diindikasikan untuk hemostatik jangka
pendek pada pasien dengan defisiensi faktor VIII yang ringan sampai sedang.
62. Asam Aminokaproat
63. Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari aktivator
plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancuran
fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam aminokaproat
dapat membantu mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan.
64. Asam Traneksamat
65. Obat ini merupaka analog asam aminokaproat, mempunyai indikasi sama
degan asam aminokaproat tetapi 10 kalilebih potent dengan efek samping yang lebih
ringan.
66. Jelaskan patofisiologi dari tiap-tiap gejala (bintik-bintik merah, keluarnya darah dari
anus)!