PBL 2 Perdarahan
PBL 2 Perdarahan
edu/8960402/PBL_2_Per
darahan?auto=download
SISTEM HEMATOLOGI
MODUL PERDARAHAN
SEMESTER 3
Tutor :
dr. Maria Eka Putri
Anthika Deciyanti
2012730008
Eza Melinda
2012730034
Luthfi Pratama
2012730058
Mohammad Gibran Usamah 2012730062
Muhammad M nur
2012730065
Refi Hadriana
2012730081
Ririn Oktaviani
2012730087
Rizgah M Jawas
2012730091
Sarah Nadia Rahmayanti
2012730097
M. Irfan Pramana
2008730082
Reni Aprianti
2007730101
Kata Pengantar
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Pujisyukur kami sampaikankepada Allah SWT karena atasnikmat dan rahmat-Nya kami
dapatmenyelesaikantugasPBL ini
dengan baik.Shalawatdansalammarilahsenantiasapenulissampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman
yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Dalam tugas PBL kali ini penulis membahas modul tentang Perdarahan. Tugas ini merupakan
salah satu laporan PBL Sistem Hematologi program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan pada Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tugas laporan ini dibuat bukan hanya untuk memenuhi
syarat tugas saja melainkan untuk tambahan bacaan teman-teman semuanya.
Dalam proses pembuatan tugas laporan ini tentunya penulis mendapat bimbingan, arahan,
pengetahuan, dan semangat, untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada:
danlainnya.Penulissadari bahwa
yang
Tim Penulis
Daftar is
Kata Pengantar---------------------------------------------------------------------------------------------i
Daftar isi---------------------------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I
Pendahuluan------------------------------------------------------------------------------------3
Tujuan-------------------------------------------------------------------------------------------3
I.c Manfaat--------------------------------------------------------------------------------------------3
BAB II Pembahasan-------------------------------------------------------------------------------------4
II.a
Skenario-----------------------------------------------------------------------------------------4
II.b
Kata sulit----------------------------------------------------------------------------------------4
II.c
II.d
Pertanyaan--------------------------------------------------------------------------------------4
II.e
Jawaban-----------------------------------------------------------------------------------------5
BAB I
Pendahuluan
Mekanisme hemostasis
Mekanisme pembekuan
Gangguan vaskuler
Gangguan trombosit
Gangguan pembekuan
DIC
Farmakokinetik obat- obat hemostasis darah dan antikoagulan
I.c Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui definisi
perdarahan, klasifikasi perdarahan, dan jenis-jenis penyakit yang berhubungan dengan
perdarahan.
BAB II
II.a
Pembahasan
Skenario
Anak laki-laki 9 tahun menderita perdarahan setelah sunat. Kasus yang sama terjadi pada
keponakannya. Dari riwayat keluarga diketahui anak tersebut sering memar berwarna birubila
terjadi benturan dengan benda tumpul. Anak itu disarankan untuk tinggal di rumah sakit
untuk didiagnosis penyebab pendarahan.
II.b
Kata sulit
II.d
Pertanyaan
II.eJawaban
1. Definisi perdarahan dan klasifikasi
Perdarahanatau
hemorrhage
adalahkelurnyadarahdaripembuluhperdarahan.
cm),
danekimosis
(lebihbesar).Penimbunanmasifdarah
di
dalamjaringandisebut hematoma.
Keluarnyadarahdarisistemkardiovaskular,
disertaipenimbunandalamjaringanataudalamruangtubuh/disertaikeluarnyadarahdaritub
uh.
Keluarnyadarahdarisalurannya
yang
normal
(arteri,
vena
ataukapiler)
kedalamruanganekstravaskulusolehkarenahilangnyakontinuitaspembuluhdarah.
Macam-macam perdarahan:
a. Perdarahan di dalam( internal bleeding )
b. Perdarahan yang tidakdapatdilihatpadabagianluartubuh,perdarahaniniterjadi di
dalamjaringan-jaringan,organorgan,atauronggatubuhtermasukkepala,dada,danperutcontohditempatperdaraha
n yang potensialtermasukmata ,otot-ototsendi
c. Perdarahanluar(eksternal bleeding )
d. Terjadikarenakerusakandindingpembuluhdarahdisertaidengankerusakankulit
yang memungkinkandarahkeluardaritubuh
e. Berdasarkanpembuluhdarah
mengalamigangguanperdarahanluardibedakanmenjadi:
* PerdarahanArteri
* Perdarahan Vena
* Perdarahankapiler
f. Macam-macamperdarahan
- Perdarahanspontan
- Perdarahanberlangsung lama/berlebihan
- Perdarahanlebihsatutempat
2. Mekanisme perdarahan
Perdarahan yang abnormal dapat disebabkan oleh :
1
2
3
4
Kelainan vaskuler
Trombositopenia
Gangguan fungsi trombosit
Gangguan koagulasi
yang
Pola perdarahan yang terjadi relatif dapat diduga bergantung pada etiologinya , perdarahan
vaskular dan trombosit cenderung disertai oleh perdarahan dari selaput lendir dan pada kulit,
sedangkan pada kelainan koagulasi sering terjadi pada sendi atau jaringan lunak.
KELAINAN PERDARAHAN VASKULAR
Kelainan vaskular adalah sekelompok keadaan heterogen yang ditandai oleh mudah memar
dan perdarahan spontan dari pembuluh darah kecil. Kelainan yang mendasari terletak dalam
pembuluh darah itu sendiri atau dalam jaringan ikat perivaskular.
( Kapita Selekta
terluka akan diisi oleh bekuan darah setelah 20 menit 1 jam. Bekuan akan
mengalami retraksi ini akan menutup luka.
4. Pembentukan jaringan ikat atau penghancuran bekuan darah
Setelah bekuan darah terbentuk bisa terjadi 2 proses :
a. Bekuan diinvasi oleh fibroblas kemudian membentuk jaringan ikat pada
seluruh bekuan tersebut.
b. Bekuan dihancurkan.
Biasanya perdarahan pada luka pembuluh darah kecil akan diinvasi oleh fibroblas.
Hal ini berlanjut sampai terjadi organisasi jaringan ikat dalam waktu 1-2 minggu.
bersifat didapat. Biasanya hal ini menyangkut pembentukan banyak sekali bekuan-bekuan
kecil di seluruh tubuh , yang dinamakan diseminated intravascular coagulation (DIC).
Efek lokal perdarahan berkaitan dengan adanya darah yang keluar dari pembuluh di dalam
jaringan, dan pengaruhnya dapat berkisardari yang ringan hingga yang mematkan. Barangkali
pengaruh lokal yang paling ringan adalah memar, yang mungkin hanya mempunyai arti
kosmetik. Perubahan warna memar yang kebiru-biruan secara langsung berkaitan dengan
adanya eritrosit yang keluar dan terkumpuldalam jaringan. Eritrosit yang keluar dari
pembuluh ini dipecahkan dengan cepat dan difagosit oleh makrofag yang ada sebagai bagian
kesatuan dari respon peradangan. Makrofag ini memproses hemoglobin dengan cara yang
sama seperti yang digunakan pada resiklus normal eritosit tua, namun dengan cara yang lebih
cepat dan terpusat. Pada saat hemoglobin dimetabolisme dalam sel-sel makrofag ini,
terbentuk suatu kompleks yang mengandung besi yang dinamakan hemosiderin,bersamaan
pula dengan terbentuknya zat yang tidak mengandung besi yang dalam jaringan dinamakan
hematoidin (walaupun secara kimia identik dengan bilirubin). Hemosiderin berwarna coklatkarat dan hematoidin berwarna kuning muda. Interaksi pigmen-pigmen ini berpengaruh pada
perubahan warna memar yang berkisar dari biru kehitaman kemudian memudar menjadi
coklat dan kuning, dan akhirnya menghilang karena makrofag mengembara dan pemulihan
jaringan yang sempurna.
5. Hubungan riwayat keluarga dengan gejala pada skenario
Hemofilia adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius, dan
berhubungan dengan defisiensi faktor VIII (AHG=Antihemophilic Globulin), IX
(PTC=Plasma Thromboplastin Component, faktor Christmas), atau XI (PTA=Plasma
Thromboplastin Antecedent). Biasanya hanya terdapat pada anak laki-laki, terpaut
kromosom X dan bersifat resesif.
6. Mekanisme pembekuan:
Pada saat pembekuan darah terjadi 2 jalur yaitu jalu intrinsik dan jalur ekstrinsik.
Pada jalur intrinsik faktor XII diaktifkan oleh kolagen yang masuk dari permukaan pembuluh
yang rusak ataupun dari permukaan tabung reaksi maka akan mengaktifkan faktor XI yang
sudah ada di dalam darah. Lalu dengan bantuan Ca 2+ (faktor IV) yang dikeluarkan oleh
sumbatan trombosit akan mengaktifkan faktor IX. Dan selanjutnya dengan bantuan Ca 2+ dan
Platelet Factor(PF3) yang juga dikeluarkan oleh sumbatan trombosit serta faktor VIII akan
mengaktifkan faktor X.
Faktor X ini juga bisa diaktfikan langsung oleh tromboplastin jaringan (faktor III)
yang dikeluarkan pada saat terjadi trauma dengan bantuan Ca 2+ dan faktor VIII. Lalu proses
dari jalur intrinsik dan ekstrinsik menjadi sama yaitu dengan berubahnya protrombin (faktor
II) menjadi trombin dengan Ca2+ , faktor V dan PF3.
Trombin ini selanjutnya berfungsi untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Trombin ini juga dapat mengaktifkan faktor XII yang dapat menstabilkan jala fibrin yang
terbentuk sehingga sel-sel darah terperangkap dan terjadilah bekuan.
7. Faktor-faktor pembekuan:
Fibrinogen:
sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin
melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah
afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
Prothrombin:
sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif
trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari
pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan
faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
Jaringan Tromboplastin:
koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak
dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik
yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Kalsium:
sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.
Proaccelerin:
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma,
tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur.
Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor
ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
Proconvertin:
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam
Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama
dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin
herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin
K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
Antihemophilic faktor,
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur
intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai
kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab
hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
Tromboplastin Plasma komponen,
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari
pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut
juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
Stuart faktor,
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik
intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari
pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor
V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin
untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik.
Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
Tromboplastin plasma
yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi;
sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga
faktor antihemophilic C.
Hageman faktor:
faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing
lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI.
Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
Fibrin-faktor yang menstabilkan,
sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka
menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk
pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang
hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya
pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh
darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan
pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan
maupun
yang
melarutkan
bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga
aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis
memiliki 3 fase yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit
akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang
terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang
dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan
dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat
hemostatik
ataupun
trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk
sumbat
hemostatik
atau
trombos
yang
lebih
stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin
Tipe trombos :
1. Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang mengandung
eritrosit (pada tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal, khususnya didaerah
dengan
aliran
yang
cepat[arteri]).
2. Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan
perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombos
ini dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama
dengan
sumbat
trombosit
yang
mengawali
pembentukannya.
3. Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yang amat kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan ekstrinsik.
Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial yang
dipertahankan.
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan
dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan
suatu permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam
sebuah lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi
thrombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada
pristiwa diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
a. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
b.
Kofaktor
c.
Fibrinogen
d.
Transglutaminase
yang
menstabilkan
bekuan
fibrin
e.
Protein
pengatur
dan
sejumla
protein
lainnya
Lintasan
intrinsic
Lintasan intinsik melibatkan factor XII, XI, IX, VIII dan X di samping prekalikrein,
kininogen dengan berat molekul tinggi, ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit. Lintasan ini
membentuk
factor
Xa
(aktif).
Lintasan ini dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein, kininogen dengan berat
molekul tinggi, factor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan
negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut teraktif pada permukaan sel endotel.
Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada permukaan pengaktif, factor XII akan
diaktifkan menjadi factor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan
menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak kalikrein lagi dengan
menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, factor xiia mengaktifkan factor XI
menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari kininogen dengan berat
molekul
tinggi.
Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan factor IX, menjadi enzim serin protease,
yaitu factor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam factor X untuk
menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu factor Xa. Reaksi yang belakangan ini
memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan
trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan factor IXa dan factor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam
semua reaksi yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (factor II, VII, IX dan X),
residu Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat
pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit
pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin
dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII,
suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi
sebagai resepto untuk factor IXa dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan
oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk factor VIIIa, yang
selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.
Lintasan
Ekstrinsik
Lintasan ekstrinsik melibatkan factor jaringan, factor VII,X serta Ca2+ dan menghasilkan
factor Xa. Produksi factor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi factor
jaringan pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan factor VII dan
mengaktifkannya; factor VII merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam
darah dan disintesis di hati. Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk factor VIIa
dengan menggalakkan aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan factor X. factor VII
memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam factor X yang dipotong oleh kompleks tenase
pada lintasan intrinsic. Aktivasi factor X menciptakan hubungan yang penting antara lintasan
intrinsic
dan
ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa kompleks
factor jaringan dengan factor VIIa juga mengaktifkan factor IX dalam lintasan intrinsic.
Sebenarna, pembentukan kompleks antara factor jaringan dan factor VIIa kini dipandang
sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in vivo. Makna
fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan factor XII, prekalikrein dan
kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari
fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, factor XIIa dan Xia dapat
memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan factor jaringan (TFPI: tissue factor fatway inhibitior) merupakan inhibitor
fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar
didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung factor Xa dengan terikat
pada enzim tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks factor Xa-TFPI ini
manghambat
kompleks
factor
VIIa-faktor
jaringan.
Lntasan
Terakhir
Pada lintasan terskhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dak
ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian
mengubah
fibrinogen
menjadi
fibrin.
Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan
kompelks protrombinase yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, factor Va, factor
Xa
dan
protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta
plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor VIII dalam kompleks tenase. Ketika
aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik
pada membrane trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan factor Xa serta
protrombin. Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan
demikian akan menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi
thrombin. Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati.
Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan tempat
protease aktif yang bergantung pada serin berada dalam region-terminalkarboksil molekul
tersebut. Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta Xa pada membrane trombosit,
protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak aktif untuk menghasilkan molekul
thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A
dan
B
pada
thrombin
disatukan
oleh
ikatan
disulfide.
Konversi
Fibrinogen
menjadi
Fibrin
Fibrinogen (factor 1, 340 kDa) merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan
terdiri atas 3 pasang rantai polipeptida nonidentik (A,B)2 yang dihubungkan secara
kovalen oleh ikatan disulfda. Rantai B dan y mengandung oligosakarida kompleks yang
terikat dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga
structural yang terlibat berada pada kromosom yang sama dan ekspresinya diatur secara
terkoordinasi dalam tubuh manusia. Region terminal amino pada keenam rantai
dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan disulfide, sementara region
terminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan molekol memanjang yang sangat
asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aa dan B, diberi nama difibrinopeptida A (FPA) dan
B (FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya masing-masing yang mengandung
muatan negative berlebihan sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamate disamping
tirosin O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB. Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat
larut pada fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi dengan
menimbulkan
repulse
elektrostatik
antara
molekul-molekul
fibrinogen.
Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase,
menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian serta
pada rantai Aa dan B fibrinogen. Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin
menghasilkan monomer fibrin yang memiliki struktur subunit ()2. Karena FPA dan FPB
masing-masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan mempertahankan
98% residu yang terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan
memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan molekul monomer fibrin mengadakan
agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin
yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel darah
merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos merah atau putih. Bekuan fibrin ini
mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya melalui ikatan nonkovalen antara
molekul-molekul
monomer
fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah factor XIII menjadi
XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silan
secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus amida
residu glutamine dan gugus -amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang
lebih
stabil
dengan
peningkatan
resistensi
terhadap
proteolisis.
Regulasi
Trombin
Begitu thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya
harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau
pengaktifan trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap
reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara
aktivasi
dan
inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
8. Penanganan awal saat pendarahan:
Peinsip awal untuk penangan pendarahan meliputi kontrol pendarahandan melindungi luka
dari cedera selanjutnya .
Tata cara penanganan awal pendarahan secara umum :
1. Lindungi diri anda sendiri dari luka pendarahan dengan menggunakan sarung tangan
mesid. Jika tidak ada, gunakan beberapa lapis kassa, pakaian bersih, bungkus
pelastik, kantong plastic, atau bahan-bahan kedap air.
2. Bukalah area luka dengan melepaskan atau memotong pakaian untuk menemukan
sumber pendarahan.
3. Tempatkan pembalut seperti kassa steril atau kain bersih pada luka dan tekan
langsung dengan lengan anda. Tindakan ini menghentikan sebagian besar pendarahan.
4. Jika korban berdarah dari lengan atau tungkai, tinggikan area cedera di atas tinggi
jantung untuk mengurangi aliran darah sambil anda terus menekan.
5. Gunakan perban tekan untuk menahan pembalut ( kassa) pada luka. Bungkus dengan
perban kassa gulung dalampola melingkar secara kuat di atas pembalut dan di atas
serta dibawah luka.
6. Jika darah merembas melalui kassa dan perban, jangan mengangkat perban dan
pembalut (kassa) tersebut. Gunakan pembalut (kassa) tambahan dan perban tekan
diatas yang lama.
7. Jika pendarahan tidak dapat di kontrol, berikan tekanan pada titik tekanan sambil
menjaga tekanan pada luka. Titik tekanan adalah titik di mana arteri yang dekat
permukan kulit berjalan berjalan dekat tulang, yang dapat menekannya. Sebagian
besar titik tekanan yang dapat diakses pada kedua sisi tubuh adalah titik tekan
berakialpada lengan atas dan titik tekanan femoral di lipat paha.
Etiologi
defisiensi faktor VIII, karena sintesis menurun atau pembentukan faktor VIII dgn struktur
abnormal.
patofisiologi
Hemofillia A disebabkan oleh defisiensi F.VIII clotting activity(F.VIIIC) dapat krn sintesis
atau pembentukan faktor VIII.C dgn struktur abnormal.
Hemofillia B :defisiensi F.IX. F.VIII yg diperlukan dlm pembentukan tenase complex yg
akn mengaktifkan F.X. defisiensi f.VIII mengganggu jalur intrinsikberkurg pembentukan
fibringangguan koagulasi.
Pemeriksaan penunjang
1.Test Penyaring
-APTT Memanjang
-PPT dan waktu Trombin Normal
2.Test konfirmatif
-pengukuran kuantitatif F.VIII dan F.IX
-jika F.VIII defisiensi maka dilanjutkan dgn faktor von Willebrand.
3.Pem.pd karier Wanita-juga menunjukan F.VIII menurun.
Faktor Von Willebrand (FVW) adalah suatu glikoprotein multimer heterogen dalam plasma
yang dengan dua fungsi utama:
Memudahkan adhesi trombosit pada kondisi stres berat dengan menghubungkan
reseptor membran trombosit ke subendotel pembuluh darah
Bekerja sebagai pembawa plasma bagi faktor VIII, suatu protein koagulasi darah yang
penting
Epidemiologi
PVW ditmukan melalui studi pedigree sebuah keluarga secara cermat dikepulauan uland.
Penyakit ini merupakan kelainan perdarahan herediter yang paling umum. Diturunkan
sebagai suat sifat (trait) dominant autosomal dengan prevalensi sekitar 1/100 sampai
3/100.000 orang. Namun, PVW berat dengan riwayat perdarahan yang mengancam jiwa <5
orang/ 1 juta penduduk di negara barat. Penyakit ini lebih sering terjadi daripada Hemofilia
A; laki-laki dan perempuan terkena sama banyak.
Etiologi
Pada PVW trombosit tidak melekat pada kolagen karena adanya defisiensi atau
kelainan pada FVW.
PVW ini juga disebabkan mutasi oleh gen faktor von Willebrand. FVW adalah suatu
protein multimerik besar yang dihasilkan oleh sel endotel yang membawa faktor VIII dalam
plasma dan memperantai adhesi trombosit ke endotel.
Gejala Klinis
Epistaksis (mimisan)
Mudah memar
Faktor VIII/vWF plasma adalah suatu kompleks yang terdiri atas dua protein terpisah yang
dapat dibedakan berdasarkan kriteria fungsional, kimiawi dan imunologik. Untuk
mengaktifkan faktor X di jalur pembekuan intrinsik disebut protein koaulan faktor VIII atau
faktor VIII. Defisiensi faktor VIII menyebabkan hemofilia A. Melalui ikatan non kovalen,
faktor VIII berikatan dengan protein yang jauh lebih besar, vWF yang membentuk sekitar
99% kompleks vWF/faktor VIII. Secara normal, vWF terdapat dalam sirkulasi (dalam
kaitannya dengan faktor VIII) dan di subendotel tempat protein ini berikatan dengan kolagen.
Apabila sel endotel terkelupas oleh trauma atau cidera, vWF akan terpajan dan mengikat
trombosit melalui reseptor glikoprotein Ib dan IIb/IIIa. Memang, fungsi terpenting vWF in
vivo adalah mempermudah adhesi trombosit ke dinding pembuluh darah yang rusak dan
sebagai pengangkut faktor VIII. Oleh karena itu, vWF sangat penting dalam proses normal
hemostasis, dan tidak adanya faktor ini dalam penyakit Von Wiilebrand menyebabkan diatesis
perdarahan.
Secara singkat, kedua komponen kompleks faktor VIII/vWF, yang disintesis secara terpisah,
bergabung dan beredar dalam plasma sebagai satu kesatuan yang berfungsi mendorong
pembekuan serta interaksi trombosit-trombosit pembuluh darah yang penting untuk
memastikan hemostasis.
Klasifikasi PVW
PVW disebabkan oleh kelainan kuantitatif atau kualitatif, suatu protein pembekuan yang
diperlukan untuk interaksi antar trombosit dinding pembuluh darah dan untuk membawa
faktor VIII. Dan terdapat 3 tipe utama : tipe 1, tipe 2 dan tipe 3
Merupakan kelainan yang ringan dan merupakan kasus terbanyak. 40% anggota keluarga
kelompok ini membawa alel PVW namun dengan kadar FVW normal. Bersifat autosomal
dominant
Tipe 3
Tipe 2 yang terdiri dari subtipe 2A, 2B, 2M, dan 2N. Tipe 2 merupakan kelainan yang ringansedang, dan bersifat autosomal resesif.
Tipe 2A
Varian FVW yang ditandai dengan kehilangan multimer BM dan penurunan fungsinya yang
tergantung trombosit (platelet-dependent)
Tipe 2B
FVW dengan kehilangan multimer BM tinggi disebabkan oleh peningkatan afinitas terhadap
glikoprotein1b (GP1b) trombosit.
Tipe 2M
Varian FVW dengan penurunah fungsi tergantung trombosit yang tidak berkaitan dengan
kehilangan multimer BM tinggi.
Tipe 2N
Diagnosis
Penyakit ini dibagi menjadi beberapa subtipe bergantung pada apakah ada reduksi
FVW atau jenis-jenis defek fungsional lainnya
Bila pasien dalam keadan kritis, sulit menetapkan diagnosis yang tepat. Bila PVW dianggap
sebagai faktor penunjang dari perdarahan pasien, lebih dahulu harus diobati secara empiris
dan penelusuran laboratoris ditunda sampai pasien secara klinis stabil dan tidak mendapat
produk darah dan obat setelah beberapa minggu.
Pemeriksaan Laboratorium
Penyakit von Willebrand harus dibedakan dengan hemophilia A atau B, Dimana pada
vWD:
transfusi trombosit.
Prognosis
Ada beberapa factor yang mempengaruhi prognosa yaitu usia penderita, jumlah trombosit,
kadar antibody platelet dan lama timbulnya keluhan. Respon terapi dapat mencapai 50-70%
dengan pemberian steroid.
Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal sebagai
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan pembekuan darah
yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang hampir selalu disertai dengan
penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik ditandai oleh adanya gangguan hemostasis
yang multipel dankompleks berupa aktivasi pembekuan darah yang tidak terkendali dan
fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC merupakan salah satu kedaruratan medik,
karenamengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera.
Epidemiologi
Kejadian LPS dapat menjadi hasil dari proses patologis banyak. Penyebab paling
umum adalah sepsis, yang merupakan peradangan besar di seluruh tubuh karena adanya
etiologi menular. Penyebab umum lainnya termasuk trauma dan kerusakan jaringan, serta
keganasan. Kandungan menyebabkan juga dapat menyebabkan DIC.
Etiologi
a. Perdarahan terjadi karena:
Hipofibrinogenemia
Trombositopenia
Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen)
Fibrinolisis berlebihan.
b. KID dapat terjadi pada penyakit-penyakit :
Infeksi (demam berdarah dangue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria
tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia).
Komplikasi kehamilan (sulusio plasenta, kematian janin intrauterine, emboli cairan
aminion).
Setelah operasi (operasi paru)
Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut).
Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis. DIC pun dapat
merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel.(1,4,5,)
1. DIC akut:
Infeksi:
bakteri (gram negatif, gram positif,
ricketsia)
Virus (HIV, varicella, CMV, hepatitis,
virus dengue)
Parasit (malaria)
Keganasan :-Hematologi (AML)
Metastase
(mucin
secreting
adenocarcinoma)
Patomekanisme
Pada pasien dengan KID, terjadi pembentukan fibrin oleh thrombin yang diaktivasi
oleh factor jaringan. Factor jaringan, berupa sel mononuklis dan sel endotel yang diaktivasi
oleh factor jaringan. Factor jaringan, berupa sel mononuklir dan sel endotel yang teraktivasi,
mengaktivasi factor VII. Kompleks antara factor jaringan dan factor VII yang teraktivasi
tersebut akan mengaktivasi factor X baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
cara mengaktivasi factor IX dan VII. Faktor X yang teraktifasi bersama dengan factor V akan
mengubah protrombin menjadi thrombin. Disaat bersamaan terjadi konsumsi factor
antikoagulan seperti antitrombin III, protein C dan jalur penghambat-faktor jaringan,
mengakibatkan kurangnya factor-faktor tersebut. pembentukan fibrin yang terjadi tidak
diimbangi dengan penghancuran fibrin yang adekuat, karena system fibrinolisis endogen
(plasmin) tertekan oleh penghambat-aktivasi plasminogen tipe 1 yang kadarnya tinggi di
dalam plasma menghambat pembentukan plasmin dari plasminogen. Kombinasi antara
meningkatnya pembentukan fibrin dan tidak adekuatnya penghancuran fibrin menyebabkan
terjadinya thrombosis intravascular yang menyeluruh.
Gejala klinis dan tanda
DIC
yang
berkembangtiba-tibabiasanyamenyebabkanpendarahan,
yangmungkinsangatparah. Jikakondisiberikutoperasiataumelahirkan,
pendarahanmungkintakterkendali. Pendarahandapatterjadipadatempatsuntikanintraven
aataudalamotak, saluranpencernaan, kulit, otot, atauronggatubuh.
Jika
DIC
berkembanglebihlambat,
sepertipadapenderitakanker,
makapembekuandalampembuluhlebihumumdaripadaperdarahan.
Gejala
Perdarahan, yg mungkin dari bebrapa bagian dalam tubuh
Gumpalan darah
Penurunan tekanan darah
Mendadak memar
Tanda
Orang yang sering sakit akut dan perdarahan luas (perdarahan umum adalah
mulut, hidung dan situs venepuncture). Memar yang luas, gagal ginjal dan gangrene,
seperti dalam endotoksik shock atau emboli cairan amnioitic, atau mungkin berbahaya
dan kronis, seperti dalam kasus carcinomatosis.
Gambaran Klinis
Perdarahan pada kulit seperti petekie, ekimosis, dari bekas suntikan atau
tempat infuse pada mukosa, sering ditemukan pada KID akut. perdarahan ini juga bisa
massif dan membahyakan, misalnya pada traktus gastrointestinal, paru, susunan saraf
pusat atau mata. Pasien dengan KDI kronik umumnya hanya disertai sedikit
perdarahan pada kulit dan mukosa.
(Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing)
Perdarhan dari area pungsi, luka dan membrane mukosa pada pasien yang mengalami
syok, komplikasi obstetric, sepsis (infeksi yang meluas), atau kanker. Jika terjadi
dibawah kulit. Lesi vascular akan tampak.
Perubahan tingkat kesadaran yang mengindikasikan thrombus serebral.
Distensi abdomen yang mengisyaratkan terjadi perdarahan saluran cerna.
Sianosis dan takipnea ( peningkatan frekuensi pernafasan) akibat buruknya perfusi dan
oksigenisasi jaringan umum terjadi. Bercak-bercak di kulit menunjukan iskemia jaringan.
Hematuria (darah dalam urine) akibat perdarahan atau oligouria (penurunan pengeluaran
urine) akibat perfusi ginjal yang buruk.
Manifestasi Laboratorik
Manifestasi laboratorik DIC adalah :
1. trombositopenia-dapat diketahui dari hitung trombosit dan evaluasi trombosit pada
apusan darah tepi
2. APTT(acivated partial thromboplastin time), PTT(partial prothrombin time) dan
thrombin time memanjang, APTT lebih sensitive dibandingkan dengan PTT pada DIC
3. Fibrinogen plasma menurun
4. FDP(fibrinogen degradation product) dalam serum meningkat
5. factor VIII dan factor V menurun
6. apusan darh tepi : anemia mikoangiopatik dengan dijumpai adanya fragmentosit dan
mikrosferosit
7. D-dimer (hasil pemecahan fibrin ikat silang) positif
8. Tes parakoagulasi positif
Diagnosis klinis
Gejala-gejala umum seperti demam, hipotensi, asidosis, hipoksia, proteinuria.
memperlambat pembekuan pada orang yang telah lebih kronis, ringan DIC di mana
pembekuan lebih masalah daripada perdarahan.
b. Terapi
Suportif
Memperbaikidanmenstabilkanhemodinamik
Memperbaikidanmenstabilkantekanandarah
Membebaskanjalannapas
Memperbaikidanmenstabilkankeseimbanganasambasa
Memeperbaikimenstabilkankeseimbanganelektrolit
Komplikasi
Bekuan yang banyak terbentuk akan memnyebabkan obstruksi atau hambatan aliran
darah di semua organ tubuh. Dapat terjadi kegagalan organ yang luas. Angka kematian lebih
dari 50%.
BAB III
Penutup
Daftar pustaka
Guyton and Hall. 2012. Buku ajar fisiologikedokteran. Ed.11. Jakarta: EGC
J. Corwin Elizabeth.2009.Buku SakuPatofisiologi. Jakarta: EGC
Sylvia & Lorraine.20.Patofisiologi, ed.6 ; hal 125.Jakarta: EGC
Thygerson, et.al.2006. Pertolongan pertama. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga