Anda di halaman 1dari 93

Tektonik Geologi Papua

Penulis : Demianus Nawipa*


I. Tektonik Regional
Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara
Lempeng Indo-Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan
antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng
Pasifik yang bergerak ke barat.
Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi
yang berkaitan erat dengan perkembangan sari proses magmatik dan
pembentukan busur gunung api yang berasoisasi dengan mineralisasi
emas phorpir dan emas epithermal. Menurut Smith (1990),
perkembangan Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut:

Gambar 1. Tektonik Papua dan PNG


a. Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35 5 JTL)
Pada bagian belakang busur Lempeng kontinental Australia terjadi
pemekaran yang mengontrol proses sedimentasi dari Kelompok
Batugamping Papua Nugini selama Oligosen Awal Miosen dan
pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.

Gambar 1. Keadaan Pulau Papua Pada 30 ma Midle Oligocene

Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas


penunjaman, membentuk perkembangan Busur Melanesia pada bagian
dasar kerak samudera selama periode 44 24 Juta Tahun yang lalu
(JTL).
Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi
pada Oligosen Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan,
Komplek Porphir West Delta Kali Sute di Kepala Burung Papua.
Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi pembentukan ophiolit
pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian
utara dan Timur Laut Lempeng Indo-Australia. Kejadian ini membentuk
Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papua
diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau.
Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng
Samudera Solomon ke arah utara, membentuk Busur Melanesia dan ke
arah selatan masuk ke lempeng Indo-Australia membentuk busur
Kontinen Calc Alkali Moon Utawa dan busur Maramuni di Papua
Nugini.

b. Periode Miosen Akhir Plistosen (15 2 JTL)


Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Indo-Australia di
Papua Nugini sangat dipengerahui oleh karakteristik penunjaman dari
Lempeng
Solomon.
Pelelehan
sebagian
ini
mengakibatkan
pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan
berusia 18 7 Juta Tahun yang lalu.
Busur Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek emas
sulfida ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan Unigolf,
sedangkan Maramuni di utara, Lempeng Samudera Solomon menunjam
terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya penciutan
ukuran selama Miosen Akhir.

Gambar 2. Keadaan Pulau Papua pada 15 ma Midle Miocene

Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Indo-Australia terus


berlanjut dan pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus
berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian utara
dengan Busur Melanesia.
Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api
dan sedimen depan busur membentuk bagian Landasan Sayap

Miosen seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok


Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.
Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur
antara Busur Melanesia dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang
diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus berlangsung
hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir dan penunjaman
dan perkembangan dari busur Moon Utawa.
Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup dari barat
ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu Zona
Patahan Markam.
Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi
sepanjang Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna,
membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala Burung. Hal ini
diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari
Lempeng Australia.

Gambar 3. Keadaan Pulau Papua Pada 5 ma Early Pliocene

Kejadian yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini


menggambarkan bahwa pada Akhir Miosen usia bagian barat lebih

muda dibanding dengan bagian timur. Intensitas perubahan ke arah


kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah timur.
Akibat tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat
signifikan di bagian cekungan paparan di bagian selatan dan
mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua.
Zona Selatan tumbukan yang berasosiasi dengan sesar serarah
kemiringan konvergensi antara pergerakan ke utara lempeng IndoAustralia dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan
terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan
pergerakan evolusi tektonik Papua cenderung ke arah Utara Barat
sampai sekarang.
Kejadian tektonik singkat yang penting adalah peristiwa pengangkatan
yang diakibatkan oleh tumbukan dari busur kepulauan Melanesia. Hal ini
digambarkan oleh irisan stratigrafi di bagian mulai dari batuan dasar
yang ditutupi suatu sekuen dari bagian sisi utara Lempeng IndoAustralia yang membentuk Jalur Sesar Naik Papua. Bagian tepi utara
dari jalur sesar naik ini dibatasi oleh batuan metamorf dan teras ophilite
yang menandai kejadian pada Miosen Awal.
Perbatasan bagian selatan dari sesar naik ini ditandai oleh adanya
batuan dasar Precambrian yang terpotong di sepanjang Jalur Sesar
Naik. Jejak mineral apatit memberikan gambaran bahwa terjadi peristiwa
pengangkatan dan peruntuhan secara cepat pada 4 3,5 juta tahun
yang lalu(Weiland, 1993).
Selama Pliosen (7 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua
dipengaruhi oleh tipe magma I, yaitu suatu tipe magma yang kaya akan
komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au
yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi.
Selama pliosen (3,5 2,5 JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di
kepala burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben.
Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban
tektonik di bagian tepi utara lempeng Indo-Australia yang diakibatkan
oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan
sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith
(1990), sebagai akibat benturan lempeng Indo-Australia dan Pasifik
adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang
kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami
patahan dan perlipatan.

Gambar 4. Keadaan Pulau Papua Pada Zaman Recen (Sekarang)

Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan


mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.
Tempat tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi
diperkirakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari
komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll),
Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa Dawagu, Mogo Mogo Obano,
Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan
Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga.
Sementara di daerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute.
Sementara itu dengan adanya busur kepulauan gunungapi (Awewa
Volkanik Group) yang terdiri dari : Waigeo Island (F.Rumai) Batanta
Island (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen
Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), Memungkinkan
terdapatnya logam, emas dalam bentuk nugget.
II. Fisiografi dan Stratigrafi di Papua
1. Fisiografi
Fisiografi Papua secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu bagian Kepala Burung, Leher dan Badan. Bagian utara Kepala
Burung merupakan pegunungan dengan relief kasar, terjal, sampai
sangat terjal.
Batuan yang tersusun berupa batuan gunung api, batuan ubahan, dan
batuan intrusif asam sampai menengah. Morfologi ini berangsur berubah

ke arah barat sampai selatan berupa dataran rendah aluvial, rawa dan
plateau batugamping.
Bagian Badan didominasi oleh Pegunungan Tengah, dataran
pegunungan tinggi dengan lereng di utara dan di selatan berupa dataran
dan rawa pada permukaan dekat laut. Dataran di utara terdiri dari
cekungan luar antar bukit dikenal sebagai dataran danau yang dibatasi
di bagian utaranya oleh medan kasar dengan relief rendah sampai
sedang.
Pulau New Guinea telah diakui sebagai hasil dari tumbukan Lempeng
Australia dengan Lempeng Pasifik. Menurut Pigram dan Davies (1987),
Konvergensi dan deformasi bagian tepi utara lempeng Australia yang
berada di bagian timur Papua New Guinea dimulai sejak Eosen hingga
sekarang.
Hal itu mengakibatkan kenampakan geologi dan fisiografi Pulau New
Guinea dapat dibagi ke dalam 3 provinsi tektonik yaitu :
1. Dataran Bagian Selatan (Sauthern Plains)
2. New Guinea Mobile Belt (NGMB)
3. Bagian Tepi Lempeng Pasifik (Sabuk Ophiolite Papua )
Kenampakan fisiografi dari Papua ini merupakan kenampakan dari
keadaan geologi dan tektonik yang pernah terjadi di tempat tersebut.
Kerak kontinen Lempeng Australia yang berada di bawah laut Arafura
dan meluas ke arah utara merupakan dasar bagian selatan dari
Pegunungan Tengah Papua, batuan dasarnya tersusun oleh batuan
sedimen
paparan
berumur
Paleozoik
sampai
Kuarter
Tengah (Visser dan Hermes, 1962; Dow dan Sukamto, 1984).
Provinsi Tektonik Dataran selatan terdiri dari dataran dan rawa-rawa
didasari oleh batuan sedimen klastis yang mempunyai ketebalan lebih
dari 2 km berumur Eosen sampai MiosenTengah ditutupi oleh
batugamping berumur Pliosen Plistisen (Dow dan Sukamto, 1984).
Lebar dataran ini membentang sepanjang 300 km.
Masuk lebih kedalam lagi dijumpai adanya formasi-formasi batuan yang
terlipat kuat dan mengalami persesaran intensif yang dikenal dengan
sebutan New Guinea Mobile Belt (Dow, 1977).
Kerak Kontinen Lempeng Australia yang ditutupi oleh sedimen paparan
yang berada pada bagian ini telah mengalami pengangkatan dan
terdeformasi selebar 100 km berupa perlipatan dan persesaran ini
menempati bagian ketiga dari Mobile Belt.

Kompresi, deformasi dan pengangkatan dari Pegunungan Tengah


disebut oleh Dow danSukamto (1984) sebagai Orogenesa Melanesia.
Proses orogenesa dimulai pada awal Miosen hingga Miosen Akhir dan
mencapai puncaknya selama Pliosen Akhir hingga Awal Plistosen.
Geometri
struktur
jalur
lipatan
ini
mengarah
ke
Barat
Laut (Minster dan Jordan,
1978),
selanjutnya Dow dan Sukamto
(1984) memperkirakan mengarah 55 dari selatan ke arah barat dan
relatif konstan sepanjang orogenesa berlangsung. Batuan dasar dan
sedimen paparan terangkat secara bersamaan sepajang komplek sistem
struktur yang mengarah ke barat laut tersebut.
Sebagai akibatnya bagian sedimen yang ada pada daerah tersebut
mengalami persesaran dan terkoyakan, perlipatan yang kuat pada
bagian selatan dari antiklin sering mengalami pembalikkan sepanjang
struktur
utama
yang
mengalami
pergeseran
mendatar
mengiri (Dowdan Sukamto, 1984).
Di Papua bagian utara atau bagian ke dua dari Mobile Belt New Guinea
tersusun oleh batuan vulkanik afanitik yang merupakan bagian tepi utara
lempeng Australia yang terjadi selama periode tumbukan kontinen
dengan
busur
kepulauan
pada
waktu
Oligosen (Jaques
Dozy danRobinson, 1997; Dow, 1977).
Bagian dari Mobile Belt ini tersusun oleh batuan ultramafik Mesozoik
sampai Tersier dan mendasari batuan intrusi dari Sabuk Ophiolit Papua
dibagian utara yang dibatasi oleh suatu endapan gunung api bawah laut
yang berumur Tersier.
Endapan Gunung Api bawah laut ini tumpang tindih dengan sedimen
klastik hasil erosi selama pengangkatan pegunungan tengah yang
diendapkan di cekungan Pantai Utara (Visser dan Hermes, 1962).
Sabuk Ophiolite ini dibagian selatan dibatasi oleh suatu seri dari
komplek patahan terbalikkan sehingga mendekatkan sabuk ophiolit
untuk berhadapan dengan sedimen dari Jalur Pegunungan Tengah.
Pergerakan dari kerak samudera Pasifik sekarang mempunyai batas di
sebelah utara pantai Pulau New Gunea. Formasi stratigrafi yang
menyusun daerah ini diterobos oleh suatu grup magma intermediate
berumur Pliosen berupa kalk alkali stock dan batholit yang menempati
sepanjang jalur struktur regional utama.

2. Stratigrafi
Stratigrafi wilayah Papua terdiri atas :

1. Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum)


Di daerah Badan Burung atau sekitar Pegunungan Tengah tersingkap
Formasi Awigatoh sebagai batuan tertua di Papua yang berumur preKambium.
Formasi ini juga disebut Formasi Nerewip oleh Parris (1994) di dalam
lembar Peta Timika. Formasi ini terdiri dari batuan metabasalt,
metavulkanik dengan sebagian kecil batugamping, batuserpih dan
batulempung.
Formasi Awigatoh ini ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kariem.
Formasi Kariem tersusun oleh perulangan batupasir kuarsa berbutir
halus dengan batuserpih dan batulempung.
Umur formasi ini diperkirakan sekitar Awal Paleozoikum atau preKambium yang didasarkan pada posisi stratigrafinya yang berada di
bawah Formasi Modio yang berumur ilur Devon.
Didaerah Gunung Bijih Mining Access (GBMA) dijumpai singkapan
Formasi Kariem yang ditutupi secara disconformable oleh Formasi
Tuaba. Formasi Tuaba tersusun oleh batupasir kuarsa berlapis sedang
dengan sisipan konglomerat dan batuserpih yang diperkirakan berumur
Awal Paleozoikum atau pre-Kambrium.
Selanjutnya di atas Formasi Tuaba dijumpai Formasi Modio yang dibagi
menjadi 2 bagian yaitu bagian bawah Anggota A yang didominasi oleh
batuan karbonat yaitu stromatolitik dolostone yang berlapis baik.
Sedangkan di bagian atasnya ditempati oleh Anggota B yang terdiri dari
batupasir berbutir halus dengan internal struktur seperti planar dan
silang siur, serta laminasi sejajar.
Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan koral dan fission
track yang menghasilkan Silur-Devon. Kontak formasi ini dengan
Formasi Aiduna yang terletak di atasnya ditafsirkan sebagai kantak
disconformable (Ufford, 1996).
Formasi Aiduna dicirikan oleh batuan silisiklastik berlapis baik dengan
sisipan batubara, dan ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai
lingkungan delta, dan secara stratigrafi formasi ini ditindih secara selaras
oleh Formasi Tipuma. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan
kandungan fosil brachiopoda yaitu Perm.
Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar yang
berumur Paleozoikum terutama tersingkap di sebelah timur kepala
Burung yang dikenal sebagai Tinggian Kemum, serta disekitar Gunung
Bijih Mining Access (GBMA) yaitu di sebelah barat daya Pegunungan

Tengah. Batuan dasar tersebut disebut Formasi Kemum yang tersusun


oleh batusabak, filit dan kuarsit.
Formasi ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang
berumur Karbon yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh
sebab itu Formasi Kemum ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon
sampai Awal Karbon (Pigram dkk, 1982).
Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group
Aifam. Di sekitar Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu
Formasi Aimau, Aifat dan Ainim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan
sedimen yang taktermalihkan dan terbentuk di lingkungan laut dangkal
sampai fluvio-delataik. Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara tidak
selaras oleh Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi,
1999).
2.
Sedimentasi
Mesozoikum
hingga
Senosoik
a. Formasi Tipuma
Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga
dekat perbatasan di sebelah Timur. Formasi ini dicirikan oleh batuan
berwarna merah terang dengan sedikit bercak hijau muda.
Formasi ini terdiri dari batulempung dan batupasir kasar sampai halus
yang berwarna abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter.
Umur formasi ini diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan
diendapkan di lingkungan supratidal.
b. Formasi Kelompok Kembelangan
Di daerah Kepala Burung, Formasi Tipuma ditutupi secara tidak selaras
oleh Kembelangan Grup (Kelompok Kembelangan) yang tak
terpisahkan. Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari Papua Barat
hingga Arafura Platform.
Kelompok Kembelangan terdiri atas lapis batudebu dan batulumpur
karboniferus pada lapisan bawah batupasir kuarsa glaukonitik butiranhalus serta sedikit shale pada lapisan atas, dimana pada bagian atasnya
di sebut Formasi Jass terdiri dari batupasir kuarsa dan batulempung
karbonatan.
Sedangkan di daerah Leher dan Badan Burung Kembelangan Grup
dapat dibagi menjadi 4 formasi yaitu dari bawah ke atas adalah Formasi
Kopai (batupasir dengan sisipan batulempung), Formasi (batupasir),
Formsi Paniya (batulempung) dan Formasi Eksmai (batupasir).
Kelompok ini berhubungan dengan formasi Waripi dari kelompok Batuan
Gamping New Guinea atau New Guinea Limestone Group (NGLG).

c. Formasi Batu Gamping New Guinea


Selama masa Cenozoik, kurang lebih pada batas Cretaceous dan
Cenozoik.
Pulau New Guinea dicirikan oleh pengendapan (deposisi) karbonat yang
dikenal sebagai Kelompok Batu Gamping New Guinea (NGLG).
Kelompok ini berada di atas Kelompok Kembelangan dan terdiri atas
empat formasi, yaitu (1). Formasi Waripi Paleosen hingga Eosen; (2).
Formasi Fumai Eosen; (3) Formasi Sirga Eosin Awal; (3). Formasi
Imskin; dan (4). Formasi Kais Miosen Pertengahan hingga Oligosen.
3. Sedimentasi Senosoik Akhir
Sedimentasi Senosoik Akhir dalam basement kontinental Australia
dicirikan oleh sekuensi silisiklastik yang tebalnya berkilometer, berada di
atas strata karbonat Miosen Pertengahan. Di Papua dikenal 3 (tiga)
formasi utama, dua di antaranya dijumpai di Papua Barat, yaitu formasi
Klasaman dan Steenkool. Formasi Klasaman dan Steenkool berturutturut dijumpai di Cekungan Salawati dan Bintuni.
4. Kenozoikum
Grup Batugamping New Guinea, Grup ini dibagi menjadi 4 formasi dari
tua ke muada adalah sebagai berikut : Formasi Waripi, Formasi Faumai,
Formasi Sirga dan Formasi Kais.
Formasi Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupasir
kuarsa diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen
sampai Eosen. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Faumai secara
selaras dan terdiri dari batugamping berlapis tebal (sampai 15 meter)
yang kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan perlapisan
batupasir kuarsa dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh
formasi ini sekitar 500 meter.
Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang
juga merupakan sedimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal.
Formasi ini terdiri dari batuan karbonat berbutir halus atau kalsilutit dan
kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang menunjukkan umur Eosen.
Formasi Sirga dijumpai terletak secara selaras di atas Formasi Faumai,
terdiri dari batupasir kuarsa berbutir kasar sampai sedang mengandung
fosil foraminifera, dan batuserpih yang setempat kerikilan. Formasi Sirga
ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai laut dangkal dan berumur
Oligosen Awal.
Formasi Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga. Formasi
Kais terutama tersusun oleh batugamping yang kaya foraminifera yang

berselingan dengan lanau, batuserpih karbonatan dan batubara. Umur


formasi ini berkisar antara Awal Miosen sampai Pertengahan Miosen
dengan ketebalan sekitar 400 sampai 500 meter.
5. Miosen sampai sekarang
Pada Miosen sampai sekarang, di Papua dijumpai adanya 3 formasi
yang dikenal sebagai Formasi Klasaman, Steenkool dan Buru yang
hampir seumur dan mempunyai kesamaan litologi, yaitu batuan
silisiklastik dengan ketebalan sekitar 1000 meter. Ketiga formasi tersebut
di atas mempunyai hubungan menjari, Namun Formasi Buru yang
dijumpai di daerah Badan Burung pada bagian bawahnya menjemari
dengan Formasi Klasafat. Formasi Klasafat yang berumur Mio-Pliosen
dan terdiri dari batupasir lempungan dan batulanau secara selaras
ditindih oleh Formasi Klasaman dan Steenkool.
Endapan aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai
endapan bajir, terutama terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan
lempung dari rombakan batuan yang lebih tua.
6. Stratigrafi Lempeng Pasifik
Pada umumnya batuan Lempeng Pasifik terdiri atas batuan asal
penutup (mantle derived rock), island-arc volcanis dan sedimen laut
dangkal. Di Papua, batuan asal penutup banyak dijumpai luas
sepanjang sabuk Ophiolite Papua, Pegunungan Cycloop, Pulau Waigeo,
Utara Pegunungan Gauttier dan sepanjang zona sesar Sorong dan
Yapen pada umumnya terbentuk oleh batuan ultramafik, plutonil basik,
dan mutu-tinggi metamorfik. Sedimen dalam Lempeng Pasifik dicirikan
pula oleh karbonat laut-dangkal yang berasal dari pulau-arc. Satuan ini
disebut Formasi Hollandia dan tersebar luas di Waigeo, Biak, Pulau
Yapen dan Pegunungan Cycloop. Umur kelompok ini berkisar dari
Miosen Awal hingga Pliosen.
7. Stratigrafi Zona Transisi
Konvergensi antara lempeng Australia dan Pasifik menghasilkan batuan
dalam zona deformasi. Kelompok batuan ini diklasifikasikan sebagai
zona transisi atau peralihan, yang terutama terdiri atas batuan
metamorfik. Batuan metamorfik ini membentuk sabuk kontinyu (>1000
km) dari Papua hingga Papua New Guinea.

Gambar 2. Stratigrafi wilayah Papua


III. Tektonik Papua dan Sesar yang ada di Papua sekarang

Gambar 3. Peta Tektonik Papua


Tektonik Papua saat ini dipengaruhi oleh pergerakan 2 lempeng besar,
yaitu lempeng Pasifik kearah barat dan lempeng Indo-Australia yang ke

arah utara dengan jalur subduksi terdapat di perairan utara Papua


sampai perairan utara Biak dan perairan barat Fakfak sampai perairan
selatan Kaimana.
Dari peta tektonik Papua, terlihat bahwa konvergensi busur Melanesia
dan lempeng Indo-Australia menghasilkan banyak sesar lokal, jalur
sesar pegunungan tengah yang memanjang dari barat ke timur di bagian
tengah pulau Papua, cekungan utara Papua dan pengangkatan di
pesisir utara Papua dan di pegunungan Jayawijaya (2mm/tahun).
Sedangkan batas lempeng tektonik di utara Papua membentuk sesar
geser yang terjadi di bagian utara yaitu Sesar Sorong-Yapen.
Sesar ini merupakan sesar geser mengiri, sebelah utara relatif bergeser
ke barat dan bagian selatan relatif bergerak ke timur. Sudut lereng di
sebelah utara lebih curam dibandingkan sebelah selatan.
Lereng curam ini berpotensi longsor dan dapat membangkitkan tsunami
ketika ada getaran gempa. Gempa yang sering terjadi dengan
kedalaman dangkal, di sekitar sesar dan di sekitar leher burung.

Gambar 4. Sesar Sorong


Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi dan selama
40 juta tahun telah melepaskan potongan daratan yang luas dari Papua
sebelah utara dan pulau-pulau yang terbentuk karena adanya sesar ini
bergeser ke arah barat melintasi lautan ke arah Sulawesi.
Sesar Sorong ini muncul 20 juta tahun yang lalu dan masih aktif
berkembang sampai sekarang. Terlihat dari gambar diatas bahwa sesar
ini bukan sesar tunggal melainkan 2 sesar yang bergabung di daerah
sorong dan kemudian terpisah bercabang di wilayah kepala burung.
Selain Sesar Sorong masih banyak terdapat sesar aktif lain yang
berpotensi menimbulkan gempa merusak di pulau Papua, seperti Sesar
Koor yang membentang dari Raja Ampat sampai Sorong, Sesar Ransiki
yang berawal dari Manokwari sampai Ransiki, sesar Wandamen di

sepanjang Teluk Wondama, Sesar Yapen yang membentang dari barat


laut Serui sampai Waropen, Sesar Anjak Argun dan Lipatan Lengguru
yang membentang dari timur laut sampai tenggara Fak-fak.
Di bagian leher burung terdapat Sesar Tarera Aiduna dan Sesar
Weyland yang membentang dari barat daya sampai selatan kota Nabire,
Sesar Waipona yang membentang dari timur laut sampai tenggara
Nabire, dan Sesar Direwo yang membentang di utara Enarotali.
Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan wilayah ini
rawan akan gempa tektonik, terutama gempa dangkal yang sering
merusak dan menimbulkan tsunami.

IV. Gempa
dan
Tsunami
di
Papua
Gempa merusak yang pernah terjadi di wilayah Papua pada zona Sesar
Sorong antara lain pada 17 Pebruari 1996 di utara Biak (0.5 LU, 135.8
BT) pada pukul 14:59:30.6 WIB dengan magnitude 8.0 SR dan
kedalaman 21 km yang menimbulkan tsunami dengan 160 korban jiwa.
Hasil analisis dan penga
matan dari salah satu sumber menyatakan bahwa pensesaran gempa
Biak adalah jenis sesar naik. Gempa Biak ini diikuti oleh sekitar 300-an
gempa susulan yang menunjukkan bahwa telah terjadi banyak retakan
pada kerak bumi di sekitar pusat gempa.
Pada tahun 2004 terjadi 2 kali gempa yang merusak kota Nabire, yaitu 6
pebruari dengan magnitude 6.9 SR kedalaman 28 km dengan jarak
hanya 6 km dari kota Nabire dan disusul 26 Nopember dengan
magnitude 7.1 SR.
Di barat daya Manokwari pada 4 Januari 2009 terjadi gempa besar
lainnya dengan magnitude 7.9 SR dan kedalaman 48 km. Gempa ini
diikuti banyak gempa susulan sampai lebih empat bulan kemudian.
Tsunami yang timbul diduga adalah akibat adanya longsoran yang dipicu
oleh gempa yang terjadi di sekitar zona tersebut.[Sambung].
__________________________________________________________
______________
Penulis adalah Mahasiswa Teknik Geologi IST Akprind Yogyakarta
#Referensi dari buku :

[1] Andrew J.Marshall, Bruce M.Beehler, ekologi papua, geologi


tektonik hal.71 89, di translate dari yayasan obor indonesia, jakarta,
2012
[2] Sukandarrumidi, geologi sejarah, gadjah mada university press,
ypgyakarta 2005
[3] Anonim, nawipa demi, pengolahan data gempabumi untuk
menentukan nilai percepatan tanah maksimum daerah nabire dan
paniai berdasarkan peta geologi belanda, sikripsi sarjana muda
geologi Universitas Papua, tidak diterbitkan, 2012
[4] J.katili dan R.Marks, geologi umum, departemen urusan penelitian
nasional, jakarta, _
[5] Kal Muller, introducing Papua, DW books jakarta, 2008,
#Refensi dari media internet :
[1] (baca : http://www.rajawow.com/2015/02/misteri-pulau-papua-yangberusia-ratusan-juta-tahun.html) dikutip pada 15 agustus 2012
[2] (dibaca : http://pariwisata.frontroll.com/berita-2977-7-surga-duniatersembunyi-di-indonesia.html) dikutip pada 21 november 2015
[3] (dibaca : http://www.oocities.org/west_papua/geo_papua.htm) dikutip
pada 21 november 2015
[4] (dibaca : https://www.papua.go.id/view-detail-peta-3/explanationgeologi.html) dikutip pada 21 november 2015
https://demimaki.wordpress.com/biokisah-ku/tektonik-geologi-papua/

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Papua adalah pulau yang berada di timur wilayah kepulauan Indonesia. Bersama dengan
Papua Nugini, pulau ini merupakan pulau terbesar kedua di dunia, sekaligus merupakan pulau
yang mempunyai puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Australia,yaitu Puncak Wijaya(4.884
dpl).
Papua merupakan wilayah yang sangat kaya akan sumber alam sebagai akibat kegiatan
lempengnya yang terus mengalami perkembangan. Geologi Papua merupakan sesuatu yang
kompleks, melibatkan kegiatan interaksi konvergen Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik
serta proses pengendapan di masa lalu yang mengalami perkembangan dan pengangkatan.
Kebanyakan evolusi tektonik Cenozoic kepulauan ini terbentuk sebagai akibat interaksi
konvergen tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana evolusi tektonik pulau papua?
2. Bagaimana geologi regional pulau papua?
3. Bagaimana setingtektonik pulau papua?
4. Bagaimana stratigafi pulau papua?
5. Bagaimana gambaran peta geologi papua?
6. Bagaimakah keadaan geomorfologi pulau irian?
7. Bagaimanakah pengembangan wilayah pulau irian?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui evolusi tektonik pulau papua?
2. Untuk mengetahui geologi regional pulau papua?
3. Untuk mengetahui setingtektonik pulau papua?
4. Untuk mengetahui stratigafi pulau papua?
5. Untuk mengetahui gambaran peta geologi papua?
6. Untuk mengetahui keadaan geomorfologi pulau irian.
7. Untuk mengetahui pengembangan wilayah pulau irian.
D. MANFAT PENULISAN MAKALAH
a. MANFAT TEORITIS
1. makalah ini dapat menamba wawasan pembaca
2. sebagai dasar penyusunan makalah berikutnya
b. MANFAAT PRAKTIS
1. makalah ini bermanfaat untuk menamba wawasan dan pengetahuan.
2. Dapat mengetahui evolusi tektonik pulau papua
3. Dapat mengetahui geologi regional pulau papua
4. Dapat mengetahui setingtektonik pulau papua
5. Dapat mengetahui stratigafi pulau papua
6. Bagaimana gambaran peta geologi papua

BAB II
PEMBAHASANA.

A. Sejarah Geologi Papua

Gambar 1. Peta Geologi Papua Yang Di Sederhanahkan


Keterangan:
Warna Biru= batu gamping atau dolomite
Warna Merah=Batuan beku atau malihan
Warna Abu-abu=Sedimen lepas(kerikil, pasir, lanau)
Warna Kuning=Sedimen Padu(tak terbedakan)
Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang pada
tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir.
Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam
dan mengendapkan batuan klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai
batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batu gamping New Guinea yang berumur Miosen.
Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai 12.000 meter.
Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua,yang merupakan
akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng
Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus,
turbidit karbonan pada sisii benuamembentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai
Metamorf DorewoAkibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan)
LempengPasifik ke tas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah OrogenesaMelanesia
yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanyatumbukan Kraton Australia
dengan Lempeng Pasifik.Hal ini mengakibatkandeformasi dan pengangkatan kuat batuan
sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New
Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang komplek
dengan kemiringan ke arah utara,sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat ataurebah
dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia inidiperkirakan mencapai
puncaknya pada Pliosen Tengah.
Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara
maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegununganmenghasilkan detritus yang

diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapaiketebalan 3.000 - 12.000 meter.Pemetaan


Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase
magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum,umur magmatisme diperkirakan
berkurang ke arah selatan dari utara dengan polayang dikenali oleh Davies (1990) di Papua
Nugini.
Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,diperkirakan
berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase kedua magmatisme
berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan
Patahan Orogenesa MelanesiaDerewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal.
Magmatisme termudadan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang dikontrol
olehsuatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-Batuan intrusitersebut
menerobos hingga mencapai Kelompok Batugamping New Guinea, dimanaendapan porphiri CuAu dapat terbentuk seperti Tembagapura dan OK Tedi diPapua Nugini.
Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsunghingga sekarang
menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase tersebut.Menurut Smith (1990),sebagai
akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku
dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami
patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen
danmineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat -tempat
konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat padalajur Pegunungan
Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg,Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll),
Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu, Mogo Mogo Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu,
Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga.
Sementara didaerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute
B. Evolusi Tektonik Pulau Papua
Teori tektonik lempeng merupakan teori yang dapat menjelaskan mengenai pergerakan
lempeng-lempeng di muka bumi dan telah diterima umum sebagai teori yang valid dari sebuah
teori geologi. Teori ini menjelaskan bahwa di permukaan bumi ini, terdapat 7 lempeng besar
dan lempeng-lempeng(lithosfer) kecil lainnya. Kesemuanya mempunyai pergerakan aktif dan
dinamik sebagai akibat kegiatan energi di inti bumi. Tiap-tiap lempeng terdiri dari kerak benua
(continental crust) dan kerak samudera(oceanic crust), yang kesemuanya bergerak relative
terhadap sesamanya. Bagian selatan Pulau Papua merupakan tepi utara dari benua paling kuno,
yaitu Gondwanaland Termasuk dalam bagian benua ini adalah Benua Antartika, Benua
Australia, India, Amerika Selatan, Selandia baru, dan Kaledonia Baru.
Pembentukan Pulau Papua telah banyak didiskusikan oleh para ahli geologi dan
mendapat perhatian yang cukup besar karena geologinya yang kompleks tersebut
Pada mulanya pulau Papua merupakan dasar lautan Pasifik yang paling dalam. Awal
terpisahnya benua yang mencakup Papua di dalamnya(Benua Australia) terjadi pada masa
Kretasius Tengah(kurang lebih 100 juta tahun yang lalu). Lempeng Benua IndiaAustralia(atau biasa disebut Lempeng Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi
kutubnya dan bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah Barat.

Pulau Papua merupakan pulau yang terbentuk dari endapan ( sedimentation) dengan masa
yang panjang pada tepi utara kraton Australia yang pasif dimulai pada Zaman Karbon sampai
Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal,
sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klastik kuarsa, termasuk lapisan batuan klastik
karbonat, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New
Guinea berumur Miocen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai lebih dari 12.000 meter.
Selain itu, Papua juga terbentuk berdasarkan pertumbukan yang dihasilkan dari interaksi
konvergen kedua lempeng yaitu Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia, dijelaskan bahwa
Lempeng Pasifik mengalami subduksi sehingga lempeng ini berada di bawah Lempeng
Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke utara dan rotasi dari benua super ini, seluruh Papua
dan Australia bagian utara berada di bawah permukaan laut. Bagian daratan paling Utara pada
Lempeng India-Australia antara 90-100 juta tahun lalu berada pada 48 Lintang Selata yang
merupakan titik pertemuan Lempeng India-Australia dan Pasifik. Ketika Lempeng IndiaAustralia dan Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun lalu, Pulau Papua mulai muncul
di permukaan laut pada sekitar 35 Lintang Selatan, dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa
subduksi antara ke-2 lempeng tersebut telah menyebabkan endapan Benua Australia terangkat
sehingga memunculkan Pulau Papua. Proses ini berlanjut selama masa Pleistosen hingga Pulau
Papua terbentuk seperti sekarang ini. Proses pengangkatan ini berdasarkan skala waktu geologi,
kecepatannya adalah 2,5km per juta tahun.
Apabila dijabarkan berdasarkan periode-periodenya, maka aktivitas tektonik penting
yang menjadi cikal bakal Papua saat ini terjadi melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Pada Kala Oligosen terjadi pergerakan tektonik besar pertama di Papua,yang merupakan akibat
dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng
Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus dan
turbidit karbonat pada sisi benua sehingga membentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal
sebagai Metamorf Dorewo". Akibat lebih lanjut dari aktivitas tektonik ini adalah terjadinya
sekresi ( penciutan) Lempeng Pasifik ke atas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
2. Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang
dimulai pada pertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia
dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat dari batuan
sedimen Karbon-Miosen(CT) dan membentuk Jalur Aktif Peristiwa tektonik penting kedua
yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang dimulai pada pertengahan Miosen
yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini
mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat dari batuan sedimen Karbon-Miosen(CT) dan
membentuk Jalur Aktif

Gambar 2. Periode terbentuknya Pulau Papua


Proses konvergen antar lempeng juga mengakibatkan terbentuknya pegunungan di Papua.
Pegunungan tersebut adalah Pegunungan Jayawijaya yang memiliki Puncak Jaya
sebagai puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Australia dengan ketinggian 4.884 mdpl.
Pada pegunungan ini ditemukan fosil hewan laut yang sekaligus merupakan bukti bahwa Papua
dahulu merupakan dasar lautan yang mengalami pengangkatan. Puncak Wijaya mempunyai
salju yang diyakini sebagai salju abadi.

Gambar 3. Puncak Wijaya yang memiliki salju abadi

Gambar 4. Garis batas antara Lempeng Sunda dan Sahul


Berdasarkan proses geologi yang terjadi berpuluh-puluh juta tahun tersebut, 3 ahli Geologi
yaitu Wallace, Weber dan Lydekker berusaha menarik garis batas antara Lempeng Sahul dan
Lempeng Sunda seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
C. Geologi Regional Papua
Peristiwa-peristiwa geologi di Papua telah banyak diteliti dan dipelajari oleh para ahli
geologi. Pelopor penelitian adalahVisser dan Hermes(1962), sejak itu pulau ini menjadi pusat
perhatian bagi para ahli geologi, geofisika, maupun ahli eksplorasi.Para ilmuwan yang meneliti
pulau ini umumnya berpendapat bahwa orogenesis( pengangkatan) pada kala Oligosen adalah
awal mulainya proses tektonik di Papua hingga terbentuk fisiografi yang terlihat pada masa
sekarang ini dan lazim dikenal sebagai Orogen Melanesia.Orogenesis ini menghasilkan 3
mandala geologi, sehingga Dow et al.(1986) membagi geologi Papua menjadi 3
lajur berdasarkan stratigrafi, magmatik, dan tektoniknya, yaitu
1. Kawasan Samudera Utara yang dicirikan oleh ofiolit dan busur vulkanik kepulauan(Oceanic
Province) sebagai bagian dari Lempeng Pasifik.Batuan-batuan ofiolit pada umumnya tersingkap
di sayap utara Pengunungan Tengah Papua dan Papua Nugini.
2. Kawasan Samudera Utara yang dicirikan oleh ofiolit dan busur vulkanik kepulauan(Oceanic
Province) sebagai bagian dari Lempeng Pasifik. Batuan-batuan ofiolit pada umumnya
tersingkap di sayap utara Pengunungan Tengah Papua dan Papua Nugini.
3. Lajur peralihan yang terdiri atas batuan termalihkan(metamorf) dan terdeformasi sangat kuat
secara regional. Lajur ini terletak di tengah (central range) dan memisahkan kelompok 1 dengan
kelompok 2 dengan batas-batas sesar-sesar sungkup dan geser.
Dow et al.(2005), juga menjelaskan ciri dominan dari perkembangan geologi Papua
merupakan transformasi antara sejarah tektonik dari batuan mantap kraton Australia dan
Lempeng Pasifik di satu sisi, dan periode tektonik yang berlanjut dari zona deformasi di sisi
lainnya( New Guinea Mobile Belt). Dari paparan di sepanjang tepi Utara dan dari
eksplorasi permukaan bawah( sub-surface) di sebelah Selatan, serta pencatatan lengkap sejarah

geologi hingga saat ini menunjukkan, bahwa batuan dari kraton Australia pada sebagian besar
wilayah ini dicirikan oleh sedimentasi palung(shelf sedimentation). Hanya sebagian kecil yang
dipengaruhi oleh proses tektonik dari zaman Paleozoik Awal hingga Tersier Akhir. Batuan
Lempeng Pasifik yang terpaparkan di Papua berumur lebih muda. Terlepas dari batuan mantel
sesar naik yang kemungkinan berumur Mesozoik dan beberapa kerak Samudera Jurasik,
Lempeng Pasifik ini terdiri atas volkanik busur kepulauan dan subordinat kerak
samudera berumur Palaeogen.
Sedangkan pembagian geologi Papua hanya berdasarkan tektoniknya Davies et al.
(1996) dalam Evolution of the Papuan Basin dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 5. Pembagian geologi Papua menjadi 3 provinsi tektonik : SW atau southwest cratonic
zone, C atau central collisional zone atau zona tubrukan tengah NE atau northeastern islands
dan jajaran yang terbentuk akibat aktivitas volkanik Cainozoic
D. Seting Tektonik Papua
Geologi di wilayah ini sangat kompleks karena kawasan ini terbentuk dari dua interaksi
lempeng yaitu lempeng Australia dan lempeng pasifik sehingga menghasilkan bentukan yang
khas. Dan periode pembentukannya lebih dikenal dengan Orogenesa Melanesia. Orogenesa ini
mengakibatkan pola struktur irian jaya menjadi sangat rumit dan khas. Secara keseluruhan unsur
ini diakibatkan oleh gaya pemampatan berarah barat daya-timur laut, searah dengan tumbukan
Dow, drr (1984).
Ada dua bagian kerak utama yang terlibat di Irian Jaya yaitu kraton australia dan kerak
pasifik. Yang pertama adalah mantap dan menjadi dasar bagian selatan, sedangkan yang kedua
merupakan alas pantai utara (termasuk teluk cendarwasih, dow, drr, 1982)(gb.1). daerah badan
burung merupakan jalur memanjang dari timur ke barat yang telah mengalami pelipatan. Jalur ini
disebut sesar naik pegunungan tengah (JSNPT).
Seting tektonik Papua telah mendapatkan banyak perhatian dari beberapa ahli geologi
seperti Dow dkk(1985), Smith(1990) dan Mark Closs(1990). Ulasan dari ahli-ahli ini dapat
dijadikan sebagai kerangka dalam menerangkan posisi dan sejarah tektonik Papua. Konfigurasi

tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng Australia,
yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara
dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah
evolusi
yang
diidentifikasi berkaitan
erat
dengan perkembangan proses magmatik
dan pembentukan busur gunung api yang berasoisasi dengan mineralisasi emas phorpir dan
emas epithermal.

Gambar 5.Seting Tektonik Papua


Keterangan:
MTFB= Mamberamo Thrust and Fold Belt
WO =Weyland Overthrust
WT=Waipona Trough
TAFZ =Tarera-Aiduna Fault Zone
RFZ = Ransiki Fault Zone
LFB=Lengguru Fault Belt
SFZ =Sorong Fault Zone
YFZ =Yapen Fault Zone
MO =Misool-Onin High
Tanda panah menunjukkan gerakan relatif antara Lempeng Pasifik dan Australia.
Zona deformasi yang berada di sebelah Timur adalah bagian dari NewGuinea Mobile
Belt (Sabuk Mobil New Guinea) dan merupakan campuran dari batuan kraton Australia dan

Lempeng Pasifik. Walaupun pencatatannya terpisah- pisah, terdapat bukti bahwa


batuannya berasal dari tektonik utama pada episode Paleozoik Pertengahan dan Oligosen
maupun episode beku dalam Paleozoik Pertengahan, Triasik, Kretasius, dan Miosen Pertengahan.
Akan tetapi,sebaran paling luas dari aktivitas tektonik dan volkanik dimulai pada Miosen Akhir
dan berlanjut hingga sekarang ini yang disebut Melanesian Orogeny(Dow and Sukamto, 1984)
Dari gambar di atas diketahui bahwa wilayah Papua sangat berpotensi terhadap
terjadinya gempa tektonik maupun tsunami. Terdapat sejumlah lipatang ( folding) maupun sesar
naik sebagai akibat dari interaksi konvergen lempeng-lempeng bersangkutan, seperti Sesar
Sorong, Sesar Ransiki, dan Sesar Lungguru. Fakta menunjukkan bahwa akhir-akhir ini Papua
kerap digoncang gempa, bahkan pada saat terjadi gempa dan tsunami yang menimpa
Jepang beberapa waktu lalu, Papua juga ikut merasakan getaran gempa
a.

Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35-5 JT)

Pada bagian belakang busur Lempeng kontinental Australia terjadi pemekaran yang mengontrol
proses sedimentasi dari Kelompok Batugamping New Guinea selama Oligosen Awal Miosen dan
pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman, membentuk
perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama periode 44 24 Juta
Tahun yang lampau (JT). Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada
Oligosen Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West Delta Kali Sute
di Kepala Burung Papua. Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi pembentukan ophiolit pada
bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian utara dan Timur Laut Lempeng
Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papua
diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau.
Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah utara,
membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Australia membentuk busur
Kontinen Calc Alkali Moon Utawa dan busur Maramuni di New Guinea.
b.
Periode Miosen Akhir Sampai Plistosen (15 2 JTL)

Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Australia di New Guinea sangat dipengerahui
oleh karakteristik penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan sebagian ini mengakibatkan
pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan berusia 18 7 Juta Tahun. Busur
Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek emas sulfida ephitermal dan logam dasar
seperti di daerah Apha dan Unigolf, sedangkan Maramuni di utara, Lempeng Samudera Solomon
menunjam terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya penciutan ukuran selama Miosen
Akhir.
Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Australia terus berlanjut dan pengrusakan pada
Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian utara
dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api dan
sedimen depan busur membentuk bagian Landasan Sayap Miosen seperti yang diekspresikan oleh
Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.
Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur Melanesia
dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus
berlangsung terus hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir dan penunjaman dan
perkembangan dari busur Moon Utawa. Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup
dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu Zona Patahan Markam.

Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi sepanjang Sorong, Yapen,
Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala Burung. Hal ini
diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari Lempeng Australia. Kejadian yang
berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan bahwa pada Akhir Miosen usia
bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur. Intensitas perubahan ke arah kemiringan
tumbukan semakin bertambah ke arah timur. Akibat tumbukan tersebut memberikan perubahan yang
sangat signifikan di bagian cekungan

paparan di bagian selatan dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua.
Zona Selatan tumbukan yang berasosiasi dengan sesar searah kemiringan konvergensi antara
pergerakan ke utara lempeng Australia dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan
terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan pergerakan evolusi tektonik
Papua cenderung ke arah Utara Barat sampai sekarang.
Kejadian tektonik singkat yang penting adalah peristiwa pengangkatan yang diakibatkan oleh
tumbukan dari busur kepulauan Melanesia. Hal ini digambarkan oleh irisan stratigrafi di bagian mulai
dari batuan dasar yang ditutupi suatu sekuen dari bagian sisi utara Lempeng Australia yang
membentuk Jalur Sesar Naik Papua. Bagian tepi utara dari jalur sesar naik ini dibatasi oleh batuan
metamorf dan teras ophilite yang menandai kejadian pada Miosen Awal. Perbatasan bagian selatan
dari sesar naik ini ditandai oleh adanya batuan dasar Precambrian yang terpotong di sepanjang jalur
Sesar Naik. Jejak mineral apatit memberikan gambaran bahwa terjadi peristiwa pengangkatan dan
peruntuhan secara cepat pada 4 3,5 juta tahun yang lalu (Weyland, 1993). Selama Pliosen (7 1
juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I suatu tipe magma yang kaya
akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di
Ersberg dan Okeitadi.
Selama pliosen (3,5 2,5 JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada
bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari
peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya
pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok
Kemum.
Menurut (Smith 1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya
penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang
sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah
batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat
tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur
Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing,
dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa Dawagu, Mogo-Mogo Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu,
Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga.

Sementara itu dengan adanya busur kepulauan gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri
dari :Waigeo Island (F.Rumai) Batanta Island (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc),
Yapen Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), memungkinkan terdapatnya logam emas.

E. Stratigrafi Papua
Geologi Irian Jaya secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusan
utama yaitu: (a) batuan kraton Australia; (b) batuan lempeng pasifik; dan (c) batuan campuran
dari kedua lempeng. Litologi yang terakhir ini batuan bentukan dari orogenesa Melanesia.
Batuan yang berasal dari kraton Australia terutama tersusun oleh batuan alas, batuan malihan
berderajat rendah dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan
ini berumur palaezoikum akhir, secara selaras ditindih oleh sedimen paparan mesozoikum dan
batuan sedimen yang lebih muda , batuan vulkanik dan batuan malihan hingga tersier akhir.
(dow, drr,1985). Singkapan yang baik dan menerus dapat diamati sepanjang daerah batas tepi.
Utara dan pegunungan tengah.
Batuan lempeng pasifik umumnya lebih muda dan tersusun terutama oleh batuan ultrabasa,
tuf berbutir halus dan batuan sedimen laut dalam yang diduga berumur jura batuan mesozoikum
lainnya yang berasal dari kerak samudera seperti batuan ultramafik (kompleks ofiolit) dan batuan
plutonik berkomposisi mafik. Kelompok batuan ini tersungkupkan dan terakrasikan di atas kerak
kontinen Australia karena bertumbukan dengan lempeng pasifik. Keadaan ini membentuk pola
pegunungan kasar di daerah pegunungan tengah bagian utara. Jalur ofiolit membantang kearah
timur barat sejauh 400 km dan lebih dari 50 km lebar (dow dan sukamto,1984, lihat stratigrafi.
Stratigrafi wilayah Papua terdiri atas:
1. Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum)
Di daerah Badan Burung atau sekitar Pegunungan Tengah tersingkap Formasi Awigatoh
sebagai batuan tertua di Papua yang berumur pre-Kambium. Formasi ini juga disebut
Formasi Nerewip oleh Parris(1994) di dalam lembar Peta Timika.Formasi ini terdiri dari batuan
metabasalt, metavulkanik dengan sebagian kecil batugamping, batu serpih dan batu lempung.
Formasi Awigatoh ini ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kariem. Formasi Kariem sendiri
tersusun oleh perulangan batupasir kuarsa berbutir halus dengan batu serpih dan batu
lempung. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Awal Paleozoikum atau pre-Kambrium yang
didasarkan pada posisi stratigrafinya yang berada di bawah Formasi Modio yang berumum ilur
Devon. Penentuan umur Formasi Modia dilakukan dengan metode fision track dari mineral
zirkon yaitu 650+ 6,3 juta tahun yang lalu (Quarles van Ufford,1996).
Didaerah Gunung Bijih Mining Access (GBMA) dijumpai singkapan Formasi Kariem
yang ditutupi secara disconformable oleh Formasi Tuaba. Formasi Tuaba tersusun oleh batupasir
kuarsa berlapis sedang dengan sisipan konglomerat dan batuserpih yang diperkirakan berumur
Awal Paleozoikum atau pre-Kambrium.
Selanjutnya di atas Formasi Tuaba dijumpai Formasi Modio yang dibagi menjadi 2
bagian yaitu bagian bawah Anggota A yang didominasi oleh batuan karbonat yaitu stromatolitik
dolostone berlapis baik. Sedangkan dibagian atasnya ditempati oleh Anggota B yang terdiri dari
batupasir berbutir halus dengan internal struktur seperti planar dan silang siur, serta laminasi
sejajar. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan koral dan fission track yang

menghasilkan Silur-Devon. Kontak formasi ini dengan Formasi Aiduna yang terletak di atasnya
ditafsirkan sebagai kantak disconformable (Ufford, 1996).
Formasi Aiduna dicirikan oleh batuan silisiklastik berlapis baik dengan sisipan batubara,
dan ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai lingkungan delta, dan secara stratigrafi formasi
ini ditindih secara selaras oleh Formasi Tipuma. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan
kandungan fosil brachiopoda yaitu Perm.
Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar yang berumur
Paleozoikum terutama tersingkap di sebelah timur kepala Burung yang dikenal sebagai Tinggian
Kemum, serta disekitar Gunung Bijih Mining Access (GBMA) yaitu di sebelah barat daya
Pegunungan Tengah. Batuan dasar tersebut disebut Formasi Kemum yang tersusun oleh
batusabak, filit dan kuarsit. Formasi ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang
berumur Karbon yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh sebab itu Formasi Kemum
ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai Awal Karbon (Pigram dkk, 1982).
Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di sekitar
Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat dan Ainim.
Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang taktermalihkan dan terbentuk di lingkungan
laut dangkal sampai fluvio-delataik. Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara tidak selaras
oleh Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).
2. Sedimentasi Mesozoikum hingga Senosoik
a) Formasi Tipuma
Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga dekat perbatasan di
sebelah Timur. Formasi ini dicirikan oleh batuan berwarna merah terang dengan sedikit bercak
hijau muda. Formasi ini terdiri dari batu lempung dan batupasir kasar sampai halus
yang berwarna abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter. Umur formasi ini
diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan diendapkan di lingkungan supratidal.
b) Formasi Kelompok Kembelangan
Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari Papua Barat hingga Arafura Platform. Bagian
atas dari kelompok ini disebut formasi Jass. Kelompok Kembelangan terdiri atas lapis batu
debu dan batu lumpur karboniferus pada lapisan bawah batu pasir kuarsa glaukonitik butiranhalus serta sedikit shale pada lapisan atas. Kelompok ini berhubungan dengan formasi Waripi
dari kelompok Batuan Gamping New Guinea atau New GuineaLimestone Group( NGLG).
c) Formasi Batu Gamping New Guinea
Selama masa Cenozoik, kurang lebih pada batas Cretaceous dan Cenozoik, Pulau New
Guinea dicirikan oleh pengendapan(deposisi) karbonat yang dikenal sebagai Kelompok Batu
Gamping New Guinea( NGLG). Kelompok ini berada di atas Kelompok Kembelangan dan
terdiri atas empat formasi, yaitu(1). Formasi Waripi Paleosen hingga Eosen;(2). Formasi Fumai
Eosen;(3) Formasi Sirga Eosin Awal;(3). Formasi Imskin; dan(4). Formasi Kais Miosen
Pertengahan hingga Oligosen.
3. Sedimentasi Senosoik Akhir
Sedimentasi Senosoik Akhir dalam basement kontinental Australia dicirikan oleh
sekuensi silisiklastik yang tebalnya berkilometer, berada di atas strata karbonat Miosen
Pertengahan. Di Papua dikenal 3(tiga) formasi utama, dua di antaranya dijumpai di Papua Barat,

yaitu formasi Klasaman dan Steenkool. Formasi Klasaman dan Steenkool berturut-turut
dijumpai di Cekungan Salawati dan Bintuni.
4. Kenozoikum
Grup Batu gamping New Guinea, Grup ini dibagi menjadi 4 formasi dari tua ke muada
adalah sebagai berikut : Formasi Waripi, Formasi Faumai, Formasi Sirga dan Formasi Kais.
Formasi Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupsir kuarsa
diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di atas formasi ini
diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari batugamping berlapis tebal (sampai
15 meter) yang kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan perlapisan batupasir kuarasa
dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh formasi ini sekitar 500 meter.
Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan
sedimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan karbonat
berbutir halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang menunjukkan umur
Eosen.
`Formasi sirga dijumpai terletak secara selaras di atas Formasi Faumai, terdiri dari
batupasir kuarsa berbutir kasar sampai sedang mengnadung fosil foraminifera, dan batuserpih
yang setempat kerikilan. Formasi Sirga ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai laut dangkal
dan berumur Oligosen Awal.
Formasi Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga. Formasi Kais terutama
tersusun oleh batugamping yang kaya foraminifera yang berselingan dengan lanau, batuserpih
karbonatan dan batubara. Umur formasi ini berkisar antara Awal Miosen sampai Pertengahan
Miosen dengan ketebalan sekitar 400 sampai 500 meter.
5. Miosen sampai Recent.
Pada Miosen sampai recent, di Papua dijumpai adanya 3 formasi yang dikenal sebagai
Formasi Klasaman, Steenkool dan Buru yang hampir seumur dan mempunyai kesamaan litologi,
yaitu batuan silisiklastik dengan ketebalan sekitar 1000 meter. Ketiga formasi tersebut di atas
mempunyai hubungan menjari, Namun Formasi Buru yang dijumpai di daerah Badan Bururng
pada bagian bawahnya menjemari dengan Formasi Klasafat. Formasi Klasafat yang berumur
Mio-Pliosen dan terdiri dari batupasir lempungan dan batulanau secara selaras ditindih oleh
Formasi Klasaman dan Steenkool.
Endapan aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai endapan bajir,
terutama terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung dari rombakan batuan yang
lebih tua.
6. Stratigrafi Lempeng Pasifik
Pada umumnya batuan Lempeng Pasifik terdiri atas batuan asal penutup (mantle derived rock),
island-arc volcanis dan sedimen laut dangkal. Di Papua, batuan asal penutup banyak dijumpai
luas sepanjang sabuk Ophiolite Papua, Pegunungan Cycloop, Pulau Waigeo, Utara Pegunungan
Gauttier dan sepanjang zona sesar Sorong dan Yapen pada umumnya terbentuk oleh batuan
ultramafik, plutonil basik, dan mutu-tinggi metamorfik. Sedimen dalam Lempeng Pasifik
dicirikan pula oleh karbonat laut-dangkal yang berasal dari pulau-arc. Satuan ini disebut

Formasi Hollandia dan tersebar luas di Waigeo, Biak, Pulau Yapen dan Pegunungan Cycloop.
Umur kelompok ini berkisar dari Miosen Awal hingga Pliosen
7. Stratigrafi Zona Transisi
Konvergensi antara lempeng Australia dan Pasifik menghasilkan batuan dalam zona deformasi.
Kelompok batuan ini diklasifikasikan sebagai zona transisi atau peralihan, yang terutama terdiri
atas batuan metamorfik. Batuan metamorfik ini membentuk sabuk kontinyu(>1000 km) dari
Papua hingga Papua New Guinea

F. Mendala Struktur Daerah Irian Jaya


a. Irian jaya bagian timur
1) Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG)(JSNNG)
Jalur Sesar Naik New Guinea merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas, terutama di
daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah
timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai jalur sesar naik pegunungan
tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan
pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New guinea ini dialasi oleh batuan yang tak
terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup
mamberamo. Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh sesar naik foreland.
Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen melanesia.
2) Jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT)

JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km,
menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang
terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm,
batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang berumur tersier
awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang
paling dominan di JSNPT ialah batu gamping new guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat dengan
komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin
dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga
menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang
diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga
menandai kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the
mamberamo thrust belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).
3) Jalur sesar naik Mamberamo
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan sesar geser
(shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan batuan kerak pasifik
yang ada di bawahnya. (gb. 3). William, drr (1984) mengenali daerah luas dengan pola struktur
tak teratur. Di sepanjang jalur sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale
diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton
lumpur ini biasanya mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya terdiri dari lempung
terkersikkan dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar ukuran fragmen beberapa
milimeter hingga ratusan meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan membentuk terasteras sungai.
b. Irian jaya barat
1. Zona sesar sorong
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri yang dikenal
dengan sistem sesar Sorong-Yapen (gambar). Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran
diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan oleh potongan-potongan
sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat
dikenali sebagai batuan bancuh. Zone sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen
tinggian kemum dan sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di
utara sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara menunjukkan harga anomali positif
tinggi.
Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. lima kilometer
kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta, terdiri dari lava bawah laut
dan batuan gunung api busur kepulauan.
Perederan beberapa ratus kilometer dari zona sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal oleh
Visser Hermes (1962). Adalah sesar mengiri dan berlangsung sejak Miosen Tengah. Kejadian ini
didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau berumur Jura-Kapur yang telah
terseret sejauh 260 km dari tempat semula yang ada disebelah timurnya (lihat pergeseran sesar
Wandamen dibagian Timur) dan hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat (allochtonous) yang
berumur Miosen Tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati (Visser &
Hermes, 1962)

2. Zona Sesar Wandamen


Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke Utara dan
membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke Barat daya pantai sasera,
dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah Zona Sesar
Wandamen terdiri dari batuan alas berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan dan
batuan sediment yang berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi
dengan lebar sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan
isoklinal.
Perubahan zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai bergabungnya sesarsesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang tidak
luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas satuan ini diendapkan kelompok batu
gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen dan Sesar Sungkup lainya di zona ini merupakan
bagian dari barat laut JSNPT.
3. Jalur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt)
Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi relative rendah jarang
yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan oleh pegunungan
dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping
New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan
panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian utara.
Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara selaras
ditindih oleh batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah
mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin
deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung. Intensitas
perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara zona perlipatan dan meningkat kearah
timur laut yang berbatasan dengan zona
4. Sesar Wandemen (Dow, drr.,1984)
JLL adalah thin slab kerak benua yang telah tersungkup-sungkup kan kearah barat daya
diatas kerak benua Kepala Burung (Subduksi menyusut = oblique subduction). Jalur ini telah
mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80). Porsi bagian tengah dari JLL ini terlipat kuat
sehingga menimbulkan pengerutan. Dow drr (1985) menyarankan pengkerutan kerak (crustal
shortening) ini sebesar 40-60 km. diperkirakan proses pemendekan tersebut masih berlangsung
hingga sekarang. Jalur JLL di sebelah timur dibatasi oleh Sesar Wandamen di selatan oleh sesar
Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesaar aguni. Hal ini dapat menutup kemungkinan bahwa
jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang melibatkan batuan alas akibat
gaya berat memampat.
G. Geomorfologi Irian Jaya
Secara astronomis, irian terletak antara 00 19 100 43 LS dan 1300 45 1500 48 BT,
mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. secara administratif pulau ini terdiri dari papua
sebagai wilayah RI dan papua Nugini yang terlatak di bagian timur. Fisiografi papua dibedakan
menjadi tiga bagian:
1. Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit terhadap pulau
utama (1300 1350 BT)
2. Pulau utama atau tubuh (1350 143,50 BT)

3. Bagian timur termasuk ekor (143,50 1510 BT)


Di sebelah utara papua terdapat bagian Samudra Pasifik yang dalamnya 4000m, dibatasi
oleh kepulauan Carolina di sebelah utara. Pulau-pulau karang yang muncul terjal dari dasar
samudra itu (Mapia di sebelah utara Manokwari) menunjukkan bahwa bagian samudra ini
merupakan block kontinen yang tenggelam. Block kontinen yang tenggelam di sebelah utara
Papua ini dianggap sebagai tanah batas Melanesia. Kearah selatan, Dangkalan Sahul (laut
Arafura) dan selat torres menghubungkan Papua dengan Australia.
A. Kepala burung dan Leher
Sejajar dengan pantai utara Kepala burung terjadi rangkaian pegunungan yang membujur
timur-barat antara Salawati dan Manokwari. Ini terbagi oleh utara dan selatan oleh sebuah
depresi memanjang. Rangkaian utara tersusun dari batuan volkanis neogen dan kuarter yang
diduga masih aktif atau volkan Umsini pada tingkat solfatar. Rangkaian selatan terdiri dari
sediment tertier bawah dan per-tertier yang terlipat kuat. Arahnya timur-barat, kemudian
melengkung ke selatan sampai pegunungan lima. Bagian utara kepala burung dipisahkan
terhadap bagian selatan (Bombarai) oleh teluk Macculer yang luas tetapi dangkal, karena
sedimentasi yang besar dan di tandai dangkalan yang berisi pulau-pulau, parit-parit, dan bukitbukit yang terpisah-pisah.
B. Batang atau Daratan Utama
Bagian utara pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat laut-tenggara yang sejajar
atau sama lain. Selanjutnya berupa zone memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit, yaitu
depresi memberamo-bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalaur pantai utara daratan
utama. Depresi tersebut membujur dari pantai timur teluk geelvink di sepanjang danau rambebai
dan sentani sapai ke pantai finch dengan aitape. Disebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian
pegunungan kompleks yang disebut rangkaiana pembagi utara. Rangkaian pembagi utara ini
merupakan deretan pegunungan dan pegunungan antara teluk geelvink di bagian barat dan muara
sungai sepik di bagian timur. Dibagian barat terdapat puncak dom (1340 m), ke arah timur
pegunungan van rees, yang secara melintang terpotong oleh sungai mamberamo, yang di ikiuti
oleh pegunungan gauttier (>1000 m), pegunungan poya, karamoor, dan bongo. Di sebelah
selatan pegunungan Cyclops terdapat sebuah sumbu depresi.
C. Bagian timur (ekor) Papua
Mulai 143,50 BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat laut-tenggara. Bagian
timur menujukkan beberapa bentang alam yang berbeda dengan daratan utama. Di antara
rangkaian timur laut dan rangkaian tengah, terbentang sebuah depresi, ditandai oleh lembahlembah Ramu dan Markham. Ke arah timur zone ini melintas sampai teluk Huon. Rangkaian
tengah, dimana rangkaian victoe emanuel merupakan bagian yang relatif sempit dari sistem
pegunungan lengan papua. Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat daratan utama
pada satu pihak dan bagian timur serta ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan
volkanisme tertier dan kuarter di bagian timur tersebut. Pada tepi utara geantiklinal terdapat
unsur volkan lain, seperti gunung lamington, Trafalgar, victory goropu, dan gunung dayman.
Jalur volkanis membujur ini membujur sejajar sampai ke ujung tenggara ekor papua. Jalur
tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem orogen, sedangkan zone luar yang
tidak volkanis merupakan pulau-pulau trobriand dan eoodlark, terletak sampai di sebelah
utaranya.
H. I K L I M

Keadaan iklim di Papua sangat dipengaruhi oleh topografi daerah. Pada saat musim panas di
dataran Asia (bulan Maret dan Oktober) Australia mengalami musim dingin, sehingga terjadi
tekanan udara dari daerah yang tinggi (Australia) ke daerah yang rendah (Asia) melintasi pulau
Papua sehingga terjadi musim kering terutama Papua bagian selatan (Merauke).Sedikitnya pada
saat angin berhembus dari Asia ke Australia (bulan Oktober dan Maret) membawa uap air yang
menyebabkan musim hujan, terutama Papua bagian utara, dibagian selatan tidak mendapat
banyak hujan karena banyak tertampung di bagian utara.Keadaan iklim Papua termasuk iklim
tropis, dengan keadaan curah hujan sangat bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam
sekitarnya.Curah hujan bervariasi secara lokal, mulai dari 1.500 mm sampai dengan 7.500 mm
setahun. Curah hujan di bagian utara dan tengah rata-rata 2000 mm per tahun (hujan sepanjang
tahun). cuaca hujan di bagian selatan kurang dari 2000 mm per tahun dengan bulan kering ratarata 7 (tujuh) bulan.Jumlah hari-hari hujan per tahun rata-rata untuk Jayapura 160, Biak 215,
Enarotali 250, Manokwari 140 dan Merauke 100.
I. KEADAAN TANAH
Luas daerah Papua 410.660 Km2, tetapi tanah yang baru dimanfaatkan 100.000 Ha.
Tanahnya berasal dari batuan Sedimen yang kaya Mineral, kapur dan kwarsa. Permukaan
tanahnya berbentuk lereng, tebing sehingga sering terjadi erosi. Sesuai penelitian tanah di Papua
diklasifikasikan ke dalam 10 (sepuluh) jenis tanah utama, yaitu (1) tanah organosol terdapat di
pantai utara dan selatan, (2) tanah alluvia juga terdapat di pantai utara dan selatan, dataran pantai,
dataran danau, depresi ataupun jalur sungai, (3) tanah litosol terdapat di pegunungan Jayawijaya,
(4) tanah hidromorf kelabu terdapat di dataran Merauke, (5) tanah Resina terdapat di hampir
seluruh dataran Papua, (6) tanah medeteren merah kuning, (7) tanah latosol terdapat diseluruh
dataran Papua terutama zone utara, (8) tanah podsolik merah kuning, (9) tanah podsolik merah
kelabu dan (10) tanah podsol terdapat di daerah pegunungan Tanah yang potensial untuk tanah
pertanian antara lain (a) tanah rawa pasang surut luasnya 76.553 Km2, (b) tanah kering luasnya
58.625 Km2.
J. PENDUDUK
Penduduk asli yang mendiami pulau Papua sebagian besar termasuk ras suku Melanesian,
karena ciri-ciri seperti warna kulit, rambut, warna rambut yang sama dengan penduduk asli di
bagian utara, tengah dan selatan yang memiliki ciri-ciri tersebut.Di bagian barat (Sorong dan Fak
Fak) penduduk di daerah pantai mempunyai ciri yang sama dengan penduduk di kepulauan
Maluku, sedangkan penduduk asli di pedalaman mempunyai persamaan dengan penduduk asli di
bagian tengah dan selatan.Selain penduduk asli di Papua terdapat juga penduduk yang berasal
dari daerah-daerah lainnya seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan
Maluku: yang berada di Papua sebagai Pegawai Negeri, ABRI, Pengusaha, Pedagang,
Transmigrasi dan sebagainya, bahkan juga ada yang dari luar Indonesia, misalnya Amerika,
Perancis, Jerman dan lain-lain yang berada di Papua sebagai Missionaris dan Turis.
K. FLORA
Dari seluruh daerah Papua 75% tanah daratanya ditumbuhi oleh hutan-hutan tropis yang
tebal serta mengandung ragam jenis kayu yang terbesar secara heterogen. Sebagian besar dari
hutan tersebut sesuai topografi daerah belum pernah dijamah oleh manusia. Jenis flora di Papua
ada persamaan dengan jenis flora di benua Australia. Adapun jenis flora yang terdapat di Papua
adalah Auranlaris, librocolnus, grevillea, ebny-dium dan lain-lain.sekitar 31 Juta ha di Papua
penata gunanya belum ditetapkan secara pasti Hutan lindung diperkirakan seluas 12.750.000
ha. Hutan produksi diperkirakan 12.858.000 ha. Areal pengawetan dan perlindungan
diperkirakan 5.000.000 ha. Daerah Inclove diperkirakan 114.000 ha, daerah rawa-rawa dan

lain-lain diperkirakan 2478.000 ha.Di Papua terdapat flora alam yang pada saat ini sedang
dalam pengembangan baik secara nasional maupun internasional yaitu sejenis anggrek yang
termasuk di dalam Farmika Orctdacede yang langka di dunia.Anggrek alam Papua tumbuhnya
terbesar dari pantai lautan rawa sampai ke pegunungan. Umumnya hidup sebagai epihite
menembel pada pohon-pohon maupun di atas batu-batuan serta di atas tanah, humus di bawah
hutan primer.
L. FAUNA
Seperti halnya dengan flora, keadaan di Papua pun bermacam-macam dalam dunia hewan
misalnya, jenis yang terdapat di Papua tidak sama dengan jenis hewan di daerah-daerah di
Indonesia lainnya seperti Kangguru, kasuari, Mambruk dan lalin-lain. Demikian pula sebaliknya
jenis hewan tertentu yang terdapat di Indonesia lainnya tidak terdapat di Papua seperti Gajah,
Harimau, Orang Utan dan lain-lain.Fauna di Papua terdapat persamaan dengan fauna di
Australia, misalnya Kangguru, Kus-kus dan lain-lain.Burung Cendrawasih merupakan burung
yang cantik di dunia dan hanya terdapat di Papua. Selain burung Cendrawasih terdapat jenis
burung lainnya seperti Mambruk, Kasuari, Kakauta dan lain-lain yang memberikan corak
tersendiri untuk keindahan daerah ini.Hewan-hewan yang langka dan dilindungi adalah burung
Kakatua Putih, Kakatua Hitam, Kasuari, Nuri, Mambruk dan lain-lain yang termasuk burung
Cendrawasih Jenis fauna laut Papua juga banyak dan beraneka ragam, misalnya ikan Cakalang,
ikan Hiu, Udang dan sejenis ikan lainnya.
M. PENGEMBANGAN WILAYAH IRIAN JAYA
Provinsi Papua memiliki kondisi topografi yang sangat bervariasi dari daerah datar hingga
daerah sangat curam. Sebagian besar wilayah Papua termasuk daerah datar dengan kisaran
kemiringan lahan 0 - 8% mencapai luasan 16,3 juta hektar (38,6%) dan diikuti dengan
kemiringan lahan 15 25% seluas 15,0 juta hektar (35,5%). Sedangkan 5,9% dari luas wilayah
Papua adalah daerah agak curam.
Wilayah yang didominasi daerah datar antara lain adalah Kabupaten Merauke dan Kabupaten
Mimika. Wilayah tersebut cukup cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan, serta penggunaan lahan lainnya yang memerlukan persyaratan topografi datar.
Sedangkan daerah pegunungan terutama didominasi oleh Kabupaten Jayawijaya, kemudian
Kabupaten Jayapura, Nabire, Paniai dan Kabupaten Puncak Jaya. Daerah dengan topografi
curam hinggan sangat curam ini akan berdampak pada alokasi penggunaan lahan, dimana
kondisi tersebut tidak cocok dimanfaatkan untuk budidaya pertanian.
kondisi fisiografi pulau papua untuk pengembangan wilayah
Papua merupakan pulau yang kaya akan hutan, luas lahannya sebagian besar wilayanhnya
merupakan hutan yang belum dimanfaatkan secara optimal, potensi yang dapat dikembangkan di
daerah ini meliputi berbagai kegiatan seperti kehutanan, pengembangan perkebunan, peternakan,
perikanan darat dan laut, dan pertambangan. Potensi sumbar daya mineral dan energi di papua
antara lain:manyak bumi, emas, tembaga, batubara, dan sejumlah mineral lainnya. Papua
menjadi pengeksport konsentrat terbesar. Salah satu perusahaan yang terkenal adalah PT.
Freeport di kabupaten Tinamika
Teluk Cendrawasih merupakan kawasan andalan dikarenakan letaknya yang strategis,
infrastruktur yang memadai, dan potensi SDA yang kaya serta merupakan pintu gerbang sebelah

timur Indonesia. Perlu diketahui sebelumnya bahwa terdapat dua pusat pertumbuhan di pulau ini.
Yang mana keduanya terpisah oleh pegunungan Jayawijaya. Kedua pusat tersebut adalah Biak di
sebelah Utara sebagai inti kawasan andalan Teluk Cendrawasih, dan Tinamika di sebelah Selatan
sebagai pusat pertumbuhannya.
Kabupaten Biak Numfor dicanangkan sebagai pusat pertumbuhan untuk sector industri
dan pariwisata. Kabupaten ini memiliki potensi wisata yang beragam, pusat wisata alam (habitat
flora dan fauna) khususnya keindahan laut, taman laut insubabi, cagar alam pulau Supiori dan
pulau Numfort serta air panas di sunber air biru. Untuk sector industri di wilayah ini,
direncanakan pengembangan kawasan industri atau Eksport Processing Zone (ERZ) yang study
kelayakannya sudah rampung. Sektor kehutanan yang terletak di Kabupaten Yapen Waropen
berkembang dengan baik karena hutannya masih luas sekitar 1.950.500 ha terdapat hutan
produksi terbatas seluas 264.493 ha, dan hutan konversi 522.310 ha. Sisanya berupa hutan
lindung seluas 503.343 ha, hutan PPA 65000 han dan huta lainhhya 7.806 ha.
Kabupaten Manokwari memilii enam cagar alam dan tiga swaka margasatwa. Selain
potensi walayah tersebut terdapat sector pertambangan, kehutanan, dan pertanian (tanaman
pangan dan perkebunan). Potensi pertambangan yang menonjol adalah minyak bumi di Bintuni;
uranium dan granit di Anggi dan Ransiki; mika di Wasior; dan timah putih di Rasinki.
Pengembangan wilayah di Papua juga dapat ditinjau dari beberapa faktor diantaranya:
a. Faktor Sumber Daya Wilayah
Sumberdaya wilayah yang dimaksud adalah sumberdaya lahan yang terkait dengan fisik
wilayah. Kiat manajemen atau pengelolaan yang berimbang dan berkelanjutan merupakan salah
satu penentu keberhasilan dalam peningkatan produktivitasnya. Keberhasilan pengelolaan
dengan berpijak pada kaidah kelestarian lingkungan dan berkelanjutan akan dapat menjamin
terhadap meningkatnya masukan daerah yang telah lama dieksploitasi dengan tanpa
mempertimbangkan kelestarian secara optimal. Sebagaimana diketahui bersama bahwa keaaan
daerah saat ini telah mengalani banyak perubahan sebagai akibat kurangnya pelibatan dan
pemberdayaan masayarakat dalam melakukan pengambangan di wilayah yang bersangkutan,
sehingga dalam mengantisipasi terhadap pengaruh negative berkepanjangan maka perlu segera
diupayakan adanya sinkronisasi dan peningkatan hubungan koordinasi dan kemitraan antara
pemerintah dan masyarakat, serta daerah dan pusat dalam rangka peningkatan potensi di wilayah
yang bersangkutan.
b. Faktor Sumberdaya Manusia
Manusia adalah kunci keberhasilan pembangunan. Sumberdaya manusia merupakan
kunci sukses dalam setiap pelaksanaan pembangunan baik dalam skala kecil, menengah, maupun
sedang. Dalam rangka peningkatan keberhasilan pelaksanaan pembangunan tersebut maka
diperlukan kualitas sumberdaya manusia yang memadai. Peningkat kualitas yang dibarengi oleh
peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berkualitas di tingkat regional untuk masa-masa
sekarang dan yang akan datang perlu dilakukan dan perlu memperoleh perhatian yang serius
dalan penanganannya sehingga potensinya dapat dimanfaatkan secara baik dan benar.
Pembangunan regional bukanlah membangun fisik daerah semata-mata melainkan inti
pembangunan daerah adalah membangun sumberdaya manusia. Oleh sebab itu, dalam
pelaksanaannya, aspek pemberdayaan masyarakat perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Dalam rangka ini pula, diwajibkan kepada daerah untuk mempersiapkan sarana dan prasarana

pendukung bagi pengembangan suberdaya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga mampu memberikan dukungan terhadap dilaksanakannya paradigma pembangunan
berkelanjutan dan mampu membangun daerah berdasarkan aspirasi daerah yang bersangkutan.
c. Faktor Kedudukan Geografis Letak wilayah secara geografis
Memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan wilayah baik dari segi
ekonomi budaya, social, politik dan fiskal . letak geoarafis memiliki pengaruh pula terhadap
letak strategis wilayah dalam berbagai aspek kehidupan. Kedudukan strategis wilayah yang
bersangkutan dan dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai salah satu pasar produksi
pembangunan baik sektoral, maupun nonsektoral dan bahkan mungkin dapat menjadi salah satu
produsen handal yang mampu memasok terhadap daerah lain disekitarnya, dengan demikian
kedudukan geografi memiliki peran yang penting dan dapat menjadi faktor pengaruh yang kuat
terhadap perkembangan wilayah yang bersangkutan dan sekitarnya.Di samping itu, dengan letak
geografi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar setting terhadap kegiatan yang prospektif di masa
depan termasuk penentuan pola konservasi dan preservasi serta pola eksploitasinya.
BAB III
Penutup
Dalam pembahasan mengenai geologi dan geomofologi papua maka dapat di simpulkan bahwa
1. Papua merupakan sebuah pulau yang berasal dari pengendapan materi banua ausrtalia selama
berjuta-juta tahun, pengendapan ini menghasilan tumpukan material yang tebal sehingga mampu
membentuk sebuah pulau seperti sekarang.lempeng ausrtalia dengan lempeng pasifik yang
menyebabkan pengendapan yang terjadi sebelumnya terangkat kepermukaan dari dasar
lautpasifik yang ditemukan di Papua yang mengindikasikan terjadinya pengangkatan dari dasar
laut oleh tenaga endogen, dikenal sebagai Orogenesa Melanesia.
2. Pembagian geologi regional Papua berdasarkan pada tektonik, magmatic, dan stratigrafinya,
maka Papua dibagi menjadi 3 kawasan atau provinsi, yaitu:
a. Kawasan Samudra Utara yang dicirikan oleh adanya batuan ofiolit dan busur vulkanik
kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik.
b. Kawasan Benua yang dicirikan atas batuan sedimen yang menutupi batuan dasar kontinen.
c. Lajur Peralihan yang terdiri atas batuan yang termalihkan dan terdeformasi sangat kuat. Lajur
ini memisahkan Kawasan Benua dan Kawasan Samudra Utara.
3. Seting tektonik Papua terdiri dari patahan, lipatan, maupun sesar-sesar sehingga di wilayah
Papua rentan akan terjadinya gempa bumi yang diikuti enggan tsunami. Akibat dari tektonik
yang katif, wilayah Papua kaya akan barang tambah seperti timah, emas, bijih besi, dan lainlain yang dapat dimanfaatkan sebagai devisa negara.
4. Srratifigasi wilaya papua terdiri atas:
a. Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum)
b. Sedimentasi Mesozoikum hingga Senosoik
c. Sedimentasi Senosoik Akhir
d. Kenozoikum
e. Miosen sampai sekarang
f. Srtigigasi lempeng pasif
g. Stratigrafi zona transisi

5. Dari Peta Geologi Papua yang disederhanakan, diketahui bahwa batuan yang terdapat di Papua
terdiri dari batuan beku, sedimen, dan metamorf yang penyebarannya dapat diketahui
melalui peta.

Kesimpulan
Secara struktur geologi wilayah papua adalah suatu wilayah yang sangat besar potensi
terutama dibidang pertambangan hal ini dapat dilihat dari prospek beberapa wilayah di Papua
yang banyak terdapat Au (emas), Ag (perak) &Cu(tembaga) yang terdapat di daerah-daerah yang
telah kami sampai kan di atas.Melihat kerumitan dari struktur tektonik dari pulau ini dimana
pulau ini terdapat banyak sekali patahan dan gejala tektonik. Jika melihat sejarah dari pulau
Papua ini, pulau ini telah mengalami banyak sekali proses geologi Dan masih banyak lagiyang
tidak kita ketahui dari papua itu sendiri.
Saran
Kebanyakan Ilmuwan yang meneliti struktur geologi ataupun tektonik di papua adalah
berasal dari luar negeri sedangkan jarang ada ilmuwan yang berasaldari Indonesia sendiri,
barang-barang tambang di indonesia pun banyak dikelolaoleh bangsa-bangsa asing dan Indonesia
sangat dirugikan maka Indonesiaseharusnya kembali mengkaji lebih dalam tentang struktur bumi
Papua sehinggakita dapat mengelola kekayaan alam kita sendiri terutama potensi alam yang ada
di bumi Papua.
Dafrat pustaka
Anonim. -. Profil Wilayah Provinsi Papua Barat , dalam
www.rtrwpapuabarat.info%2Ffakta%2Fpdf%2Fasp-fisik.pdf , diunduh19 Juni 2011.
Anonim.2009. The Geology of Papua, dalam
http://en.wikibooks.org/wiki/The_Geology_of_Indonesia/Papua, diunduh 19 Juni 2011.
Anonim. 2011. 7 Daerah Geologi Indonesia yang Unik, dalam http://www.kaskus
.us/showthread.php?p=445844903, diunduh 19 Juni 2011.
Anonim. 2011. Misteri Pulau Jutaan Tahun-Papua, dalam http://rovicky.multiply
.com/journal/item/206, diunduh 19 Juni 2011.
Florida Museum of Natural History. -. Papua New Guinea Geology,
dalamhttp://www.flmnh.ufl.edu/pngsnails/geology.htm, diunduh 19 Juni 2011.
West Papua Liberation Organitation. 2011. Terbentuknya Pulau Papua,
dalamhttp://oppb.webs.com/apps/blog/, diunduh 19 Juni 2011.

Widijono, B.S. dan B Setyanta. 2009. Medan Gaya Berat pada Batuan Ofiolit (Ultramafik) di
Beoga Papua dan Implikasi terhadap Genesis AlihTempatnya,dalam
http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id, diunduh 19 Juni 2011.
Departemen Pertambangan dan Energi Provinsi Papuawww.deptamben.go.idcopyright 2004
dinas pertambangan dan energi provinsi papualast modified: desember 11, 2004
Referensi :- http://wikipedia.org
- Dow, D.B., dan Sukamto, R. (1984) : Western Irian Jaya: the end-product ofoblique plate
convergence in the Late
Tertiary, Tectonophysics, 106, p.109-139.
- Hamilton, W.R. (1979) : Tectonics of the Indonesian Region, US Geological Survey
Professional Paper 1078, 345 pp.
- Pigram, C.J., Robinson, G.P., dan Tobring, S.L. (1982) : Late Cainozic Origin forthe Bintuni
Basin and Adjacent Lengguru Fold Belt, Irian Jaya, Proceedings Indonesian Petroleum
Association, 11th Annual Convention, p. 109-126
- Pigram, C.J., dan Sukanta, U. (1981) : Report on the geology of the Taminabuansheet area.
Indonesian Geological Research and Development Centre, Open File Report.
http://tulisandw.blogspot.co.id/2013/07/geologi-dan-geomorfologi-pulau-papua.html

Geologi Regional Pulau Papua


Geologi Indonesia merupakan salah satu ilmu yang mempelajari keadaan geologi
setiap bagian dari pulau Indonesia. Salah satu keadaan geologi yang dipelajari
adalah pulau Papua (Irian Jaya).

Wilayah Indonesia yang membentang dari 85-141 BT dan 6 LU - 11 LS dan


terletak diantara dua benua yaitu Asia di sebelah Utara dan Australia di Selatan,
merupakan salah satu wilayah yang mempunyai tatanan geologi dan pola tektonik
yang kompleks dimuka Bumi ini. Dengan pola tektonik yang terdiri dari busur-busur
kepulauan, serta sebagian besar diantaranya didominasi oleh lautan, dengan
kedalaman rata-rata berkisar antara 200 meter di bagian Barat dan membentuk
suatu paparan yang luas, kemudian lainnya dengan kedalaman 4 hingga 7000
meter yang terletak di Indonesia Bagian Timur, yang umumnya berbentuk palungpalung, maka wilayah Indosesia dapat dikategorikan sebagai laboratorium alam
yang lengkap dimuka Bumi.

Papua merupakan salah satu pulau terbesar yang termasuk kedalam kepulauan
Indonesia Bagian Timur. Papua memiliki keadaan atau struktur geologi yang sangat
kompleks termasuk Irian Jaya didalamnya. Konfigurasi Tektonik Pulau Papua pada
saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng Australia, yang berkembang
akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan
Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat.

Fisiografi Pulau Papua

Peta Fisiografi Pulau Papua

Fisiografi Papua secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian
Kepala Burung, Leher dan Badan.Bagian utara Kepala Burung merupakan
pegunungan dengan relief kasar, terjal sampai sangat terjal. Batuan yang tersusun
berupa batuan produk vulkanisme, batuan ubahan, dan batuan intrusif asam
sampai intermedier. Morfologi ini berangsur berubah ke arah baratdaya berupa
dataran rendah aluvial, rawa dan plateau batugamping.

Bagian Badan didominasi oleh pegunungan tengah, dataran pegunungan tinggi


dengan lereng di utara dan di selatan berupa dataran dan rawa pada permukaan
dekat laut. Dataran di utara terdiri dari cekungan luar antar bukit dikenal sebagai
dataran danau yang dibatasi di bagian utaranya oleh medan kasar dengan relief
rendah sampai sedang.

Pulau New Guinea (Papua) telah diakui sebagai hasil subduksi antara Lempeng
Australia dengan Lempeng Pasifik. Menurut Pigram dan Davies (1987), proses
konvergen dan deformasi kedua lempeng ini dimulai sejak Eosen dan terus
beralangsung hingga sekarang.

Berdasarkan proses tersebut kondisi geologi dan fisiografi Pulau New Guinea dapat
dibagi ke dalam 3 provinsi tektonik yaitu :

1.

Dataran Bagian Selatan (Sauthern Plains)

2.

New Guinea Mobile Belt (NGMB)

3.

Bagian Tepi Lempeng Pasifik (Sabuk Ophiolite Papua )

Kenampakan fisiografi dari Papua ini merupakan ekspresi dari keadaan geologi dan
tektonik yang pernah terjadi di tempat tersebut. Lempeng Australia yang berada di
bawah laut Arafura dan meluas ke arah utara merupakan dasar bagian selatan dari
Pegunungan Tengah Papua, batuan dasarnya tersusun oleh batuan sedimen
paparan berumur Paleozoik sampai Kuarter Tengah (Visser dan Hermes, 1962; Dow
dan Sukamto, 1984)
Provinsi Tektonik Dataran selatan terdiri dari dataran dan rawa-rawa didasari oleh
batuan sedimen klastis yang mempunyai ketebalan lebih dari 2 km berumur Eosen
sampai MiosenTengah ditutupi oleh batugamping berumur Pliosen-Plistosen (Dow
dan Sukamto, 1984). Lebar dataran ini membentang sepanjang 300 km.
Masuk lebih ke dalam lagi dijumpai adanya formasi-formasi batuan yang terlipat
kuat dan mengalami persesaran intensif yang dikenal dengan sebutan New Gunea
Mobile Belt (Dow, 1977). Kerak Kontinen Lempeng Australia yang ditutupi oleh
sedimen paparan yang berada pada bagian ini telah mengalami pengangkatan dan
terdeformasi selebar 100 km.
Sejarah Geologi Pulau Papua
Geologi Papua merupakan manifestasi dari suatu periode endapan sedimentasi
dengan masa yang panjang, yang berada pada tepi Utara Kraton Benua Australia
yang pasif. Proses sedimentasi tersebut berawal pada Zaman Karbon sampai Tersier
Ahir. Lingkungan pengendapannya yang berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut
dangkal, hingga sampai laut dalam. Proses sedimentasi ini menghasilkan endapan
batuan klastik kuarsa, lapisan batuan merah karbonatan, dan berbagai batuan

karbonat yang ditutupi oleh kelompok Batugamping new Guinea yang berumur
Miosen. Tebal keseluruhan endapan ini mencapai kurang lebih 12.000 meter.
Kala Oligosen

Tektonik Pulau Papua pada umur Oligosen

Pada umur oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang muncul
akibat tumbukan antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini
menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit
karbonan pada sisi benua membentuk jalur metamorf Rouffae yang dikenal sebagai
"Metamorf Dorewo" . Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi
(penciutan) Lempeng Pasifik ke atas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit
Papua.
Kala Miosen

Tektonik Pulau Papua pada umur Miosen

Pada kala Miosen terjadi peristiwa tektoni yang kedua melibatkan Orogenesa
Melanesia yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan adanya tumbukan
Kraton Benua Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi
dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur
Aktif Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak pada Pegunungan
Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang kompleks dengan kemiringan ke utara,
sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan
sayap ke arah selatan. Orogenesa Melanesia ini diperkirakan mencapai puncaknya
pada Pliosen Tengah.
Kala Miosen - Plistosen

Tektonik Pulau Papua pada umurMiosen - Plistosen

Dari pertengahan umur Miosen sampai Plistosen cekungan molase berkembang baik
ke utara maupun selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan
menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan - cekungan sehingga mencapai
ketebalan 3.000 - 12.000 meter. Pemetaan regional yang dilakukan oleh PT Freeport
, menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah
Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke
arah selatan dan utara dengan pola yang dikenali oleh davies (1990) di Paua Nugini.
Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabro dampai diorit, diperkirakan
berumur Oligosen dan terdapat pada lingkungan Metamorfik darewo. Fase Kedua
megmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam kelimpok
Kembengan pad sisi Seltan Patahan Orogenesa Melanesia Darewo yang berumur
Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme termuda dan terpenting berupa
intrusi diorit sampai mozonit yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai
Pliosen Tengah hingga kini. Batuan intrusi ini menerobos hingga mencapai kelompok
Batugamping New Guinea, dimana endapan porfiri Cu-Au dapat terbentuk seperti di
Tambang Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini. Tumbukan Kraton Australia
dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsung hingga sekarang menyebabkan
deformasi batuan dalam cekungan Molase tersebut.

Batuan terobosan di Tembagapura berumur 3 juta tahun (McMahon, 1990, data


tidak dipublikasikan), sedangkan batuan terbosan OK Tedi berumur Pliosen akhir
pada kisaran 2,6 sampai 1,1 juta tahun. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nabire
Bhakti Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di Distrik Komopa menghasilkan
umur antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun. Selama Pliosen (7-1 juta tahun
yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I, suatu tipe magma
yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi
Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen (3,5-2,5 JTL)
intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian pemekaran
sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari
peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang
diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan
sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith (1990),
Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya
penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen
diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil
penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan
tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat-tempat konsentrasi
cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan
Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata
Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu, Mogo-Mogo,
Obano,Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera,

Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara di daerah Kepala Burung
terdapat di Aisijur dan Kali Sute. Sementara itu dengan adanya busur
kepulauan Gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri dari Waigeo Island (F.Rumai)
Batanta Islamd (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen Island (Yapen
Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), Memungkinkan terdapatnya logam, emas dalam
bentuk nugget.

Referensi

Sapiie, Benyamin. 2000. An Outline Of The Geology Of Indonesia (Irian Jaya). Ikatan Ahli Geologi
Indonesia IAGI

http://suarageologi.blogspot.co.id/2011/09/geologi-regional-pulau-papua.html

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pulau Papua secara administratif terletak pada posisi 130 19BT 150 48 BT dan 10 19 LS
10 43 LS. Pulau ini terletak di bagian paling timur Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Irian Jaya merupakan ekspresi permukaan dari batas
utara deformasi blok Kontinen Australia dan Lempeng Pasifik.
Untuk memahami kondisi geomorfologi di daerah Papua perlu dikemukakan secara global
prinsip-prinsip Teori Penggelombangan (undasi) yang secara garis besar menjelaskan tentang
proses terbentuknya berbagai deretan pegunungan di dunia diawali oleh peristiwa fisika kimiawi
di lapisan substratum yang menyebabkan adanya penggelombangan permukaan bumi. Setelah
terjadi proses tersebut, kemudian disusul dengan proses penurunan permukaan bumi yang
menyebabkan adanya retakan, yang mana memalui retakan tersebut magma menyususp ke
lapisan diatasnya membantuk akar pegunungan (asthenolith).
Kenampakan Pulau Papua digambarkan sebagai seekor burung yang terbang ke arah barat
dengan mulut terbuka. Pulau papua merupakan daerah yang sangat kompleks secara geologi
yang melibatkan interaksi antara 2 lempeng, yaitu lempeng Australia dan lempeng Pasifik.
Struktur tertua di Papua berasal dari pergerakan lempeng pada Zaman Paleozoikum dan hanya
terdapat sedikit data yang terekam yangdapat menjelaskna fase tektonik pulau tersebut. Geologi
Papua dipengaruhi oleh dua elemen tektonik yang saling bertumbukan dan serentak aktif pada
zaman Kenozoikum. Adanya aktivitas tektonik pada zaman Miosen Akhir menyebabkan pola
struktur pada pulau ini menjadi sangat rumit dan khas. Fase tektonik pada zaman tersebut
menyebabkan terjadinya orogenesa melanesia dan telah membentuk fisiografi Papua yang ada
saat ini.
Secara fisiografis, Van Bemmelen (1949) membagi Papua menjadi 3 bagian utama yaitu: Bagian
Kepala Burung, bagian Tubuh Burung dan bagian Ekor Burung.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi geologi Papua?
2. Bagaimanakah fisiografis Papua pada setiap bagian?
3. Bagaimanakah geomorfologi Kepulauan Aru dan Crhistmast ?
4. Bagaimana potensi fisik Papua ?
C. Tujuan
1. Mengetahui kondisi geologi Papua.
2. Mengetahui fisiografis Papua pada setiap bagian.
3. Mengetahui geomorfologi Kepulauan Aru dan Crhistmast.
4. Mengetahui potensi fisik Papua.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Geologi Papua
Kondisi Umum
Secara umum terbentuknya Pulau Papua (dulunya Irian Jaya) dipengaruhi oleh dua
lempeng yang dominan yaitu lempeng benua Australia di bagian selatan dan lempeng Pasifik di
bagian utara. Pulau Papua pada awalnya diperkirakan merupakan semenanjung utara
dari Australia namun karena adanya pergerakan lempeng benua Australia yang bergeser
ke arah utara mendekati Asia kira kira 45 juta tahun yang lalu memungkinkan masuknya air
laut ke celah daratan sehingga Papua dan Australia menjadi terpisah. Geologi Papua sangat
kompleks melibatkan interaksi antara lempeng Australia dengan lempeng Pasifik. Hampir
seluruh evolusi tektonik Kenozoikum merupakan hasil interaksi konvergen antara lempeng IndoAustralia dan lempeng Pasifik (Hamilton, 1979; Dow et al., 1988).

Pulau Papua dapat dibagi ke dalam 3 daerah tektonik yaitu:


Dataran Bagian Selatan (Sauthern Plains)
New Guinea Mobile Belt (NGMB)
Bagian Tepi Lempeng Pasifik (Sabuk Ofiolit Papua )
Kerak kontinen lempeng Australia yang berada di bawah laut Arafura dan meluas ke arah utara
merupakan dasar bagian selatan pegunungan tengah Papua, batuan dasarnya tersusun oleh batuan
sedimen paparan berumur paleozoik sampai kuarter tengah (Visser dan Hermes, 1962,Dow dan
Sukamto, 1984).
Daerah tektonik dataran selatan terdiri dari dataran dan rawa-rawa yang didasari oleh batuan
sedimen klastis yang mempunyai ketebalan lebih dari 2 km dan berumur eosen sampai miosen
tengah, ditutupi oleh batu gamping berumur pliosen plistisen (Dow dan Sukamto, 1984). Lebar dataran ini
membentang sepanjang 300 km.
Masuk lebih ke dalam lagi dijumpai adanya formasi-formasi batuan yang terlipat kuat dan
mengalami penyesesaran intensif yang dikenal dengan sebutan New Gunea Mobil Belt (Dow, 1977).
Kerak kontinen lempeng Australia yang ditutupi oleh sedimen paparan yang berada pada bagian ini telah

mengalami pengangkatan dan terdeformasi selebar 100 km berupa perlipatan dan persesaran. Bagian ini
menempati bagian ketiga dari Mobile Belt.

Kompresi, deformasi, dan pengangkatan dari pegunungan tengah disebut oleh Dow dan
Sukamto (1984) sebagai orogenesa melanesia. Proses orogenesa dimulai pada awal miosen hingga
miosen akhir dan mencapai puncaknya selama pliosen akhir hingga awal pleistosen. Geometri struktur
jalur lipatan ini mengarah ke barat laut (Minster dan Jordan, 1978), selanjutnya Dow dan Sukamto (1984)
memperkirakan mengarah 55o dari selatan ke arah barat dan relatif konstan sepanjang orogenesa
berlangsung. Batuan dasar dan sedimen paparan terangkat secara bersamaan sepajang kompleks
sistem struktur yang mengarah ke barat laut tersebut. Sebagai akibatnya bagian sedimen yang ada pada
daerah tersebut mengalami penyesaran dan terkoyak, perlipatan yang kuat pada bagian selatan dari
antiklin sering mengalami pembalikkan sepanjang struktur utama yang mengalami pergeseran mendatar
ke arah kiri (Dow dan Sukamto, 1984).

Di Papua bagian utara atau bagian ke dua dari New Guinea Mobile Belt tersusun oleh
batuan vulkanik afanitik yang merupakan bagian tepi utara lempeng Australia yang terjadi
selama periode tumbukan kontinen dengan busur kepulauan pada waktu oligosen (Jaques dan
Robinson, 1997; Dow, 1977). Bagian dari mobile belt ini tersusun oleh batuan ultramafik
mesozoik sampai Tersier dan mendasari batuan intrusif dari sabuk ofiolit Papua di bagian utara
yang dibatasi oleh suatu endapan gunung api bawah laut yang berumur tersier. Endapan dari
gunungapi bawah laut ini tumpang tindih dengan sedimen klastik hasil erosi selama
pengangkatan pegunungan tengah yang diendapkan di cekungan pantai utara (Visser dan
Hermes, 1962). Sabuk ofiolit ini di bagian selatan dibatasi oleh suatu seri dari komplek patahan
terbalikkan sehingga mendekatkan sabuk ofiolit untuk berhadapan dengan sedimen dari jalur
pegunungan tengah. Pergerakan dari kerak samudera pasifik sekarang mempunyai batas di
sebelah utara pantai pulau ini. Formasi stratigrafi yang menyusun daerah ini diterobos oleh suatu
grup magmaintermediate berumur pliosen berupa kalk alkali stock dan batolit yang menempati
sepanjang jalur struktur regional utama.
Secara regional, Papua terdiri dari dua lempeng, yaitu lempeng benua Australia di bagian selatan
dan lempeng samudera Pasifik di bagian utara. Sedangkan di antara kedua lempeng adalah lajur sesar
Anjak dan lipatan pegunungan tengah atau New Guinea Mobile Belt (Dow, 1977). Lempeng Benua
Australia tersusun oleh batuan sedimen klastik, yang berumur Mesozoikum yang disebut sebagai
kelompok kembelangan. Batu gamping yang berumur eosin-miosen tengah, yang disebut sebagai
kelompok batu gamping New Guinea dan batuan sedimen klastik plio-plistosen.

Gambar 1. Peta Geologi Papua yang di Sederhanakan


Keterangan:
Warna Biru = Batu gamping atau dolomite
Warna Merah = Batuan beku atau malihan
Warna Abu-abu = Sedimen lepas (kerikil, pasir, lanau)
Warna Kuning = Sedimen Padu (tak terbedakan)

Gambar 2. Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik


Geologi Papua merupakan periode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang pada
tepi utara kraton Australia yang pasif yang berawal pada zaman karbon sampai tersier akhir.

Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam
dan mengendapkan batuan klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai
batuan karbonat yang ditutupi oleh kelompok batu gamping New Guinea yang berumur miosen.
Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai 12.000 meter. Pada masa oligosen terjadi aktivitas
tektonik yang besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan lempeng Australia
dengan busur kepulauan pada lempeng Pasifik. Sedangkan peristiwa tektonik penting kedua yang
melibatkan Papua adalah orogenesa melanesia yang berawal dipertengahan miosen yang
diakibatkan oleh adanya tumbukan kraton Australia dengan lempeng Pasifik. Hal ini
mengakibatkandeformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen karbon-miosen (CT), dan
membentuk jalur aktif papua. Kelompok batu gamping New Guinea kini terletak pada
pegunungan tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang komplek dengan kemiringan ke arah
utara, sesar naik yang mengarah ke selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke
arah selatan orogenesa melanesia ini diperkirakan mencapai puncaknya pada pliosen tengah.

Gambar 3. Proses terbentuknya pulau papua


Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan berumur
oligosen dan terdapat dalam lingkungan metamorfik derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit
berkomposisi alkalin terlokalisir dalam kelompok kembelangan pada sisi selatan patahan orogenesa
melanesia derewo yang berumur miosen akhir sampai miosen awal. magmatisme termuda dan terpenting
berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai pliosen
tengah sampai kini. Batuan-batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai kelompok batu gamping
New Guinea, di mana endapan porfiri Cu-Au dapat terbentuk seperti di Tembagapura dan Ok Tedi di
Papua Nugini. Tumbukan kraton Australia dengan lempeng Pasifik yang terus berlangsung hingga
sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase tersebut.

Batuan terobosan di Tembagapura berumur 3 juta tahun (McMahon, 1990, data tidak
dipublikasikan), sedangkan batuan terbosan Ok Tedi berumur Pliosen akhir pada kisaran 2,6
sampai 1,1 juta tahun.
Gambar 4. Perkembangan Lempeng di Asia Tenggara Sejak 50 JTL

Gambar 5. Perkembangan lempeng sejak 27 juta tahun lalu


Setting Tektonik
Konfigurasi tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara lempeng Australia,
yang berkembang akibat adanya pertemuan antara lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan
lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang
diidentifikasi yeng berkaitan erat dengan perkembangan sari proses magmatik dan pembentukan busur
gunung api yang berasoisasi dengan mineralisasi emas phorpir dan emas epithermal (Smith, 1990).
Tektonik secara umum daerah Papua Nugini dapat digambarkan sebagai berikut, arah panah
menunjukkan gerakan pada lempeng, dan lempeng-lempeng kecil tersebut menyusup ke lempeng
Australia. Gunungapi pada Britain Baru merupakan salah satu tanda adanya subduksi ke utara yaitu
lempeng samudera Solomon yang bergerak di bawah lempeng Bismark Selatan. Kejadian itu dapat
terjadi karena gesekan yang ditimbulkan antara Lempeng Bismark Selatan dengan lempeng samudera
Solomon sehingga terjadi adanya zona melting pada daerah subduksi antara dua lempeng tersebut,
karena zona melting itu menembus ke permukaan maka terbentuklah beberapa gunungapi di pulau
Britain Baru. Sedangkan gunungapi di pulau Solomon diasosiasikan dengan lempeng samudera Solomon
yang menyusup di bawah lempeng Pasifik di mana lempeng pasifik lebih tebal dari pada lempeng
samudera Solomon.
Dua pusat penyebarannya yaitu, pertama ke arah bagian tenggara dari lempeng samudera
Solomon dan yang lainnya ke arah tepian utara dari lempeng Bismark Selatan sehingga mempengaruhi
gunungapi di pulau Solomon dan pulau Admiralty. Secara umum penyebaran gunungapi di Papua Nugini
dipengaruhi oleh pergerakan-pergerakan lempeng tipis yang menyusup kearah lempeng-lempeng yang
lebih tebal sehingga terbentuk zona melting pada daerah-daerah tertentu, dan dengan adanya gunung
api tersebut maka muncullah pulau-pulau kecil di Papua Nugini ini akibat pengangkatan lempeng
bersamaan dengan

bergerak keatas material panas (magma) dari daerah zona melting

Gambar 6. Kecenderungan Pergerakan Lempeng


Gambar 7. Pergerakan Lempeng Australia dan Lempeng Samudera Pasifik
B. Keadaan Geomorfologi Papua
Secara astronomis, Pulau Papua terletak pada 019' LU 1043' LS dan 13045' 15048' BT,
mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. Secara administratif pulau ini terdiri dari Papua sebagai
wilayah RI dan Papua Nugini yang terletak di bagian timur.

Gambar 8. Pulau Papua


Kawasan Papua terbentuk dari interaksi Lempeng Australia dan Pasifik yang menghasilkan
bentukan yang khas. Menurut Pigram dan Davies (1987), Konvergensi dan deformasi bagian tepi utara
Lempeng Australia yang berada di bagian timur Papua New Guineadimulai sejak Eosen hingga sekarang.
Fisiografi di Papua di bagi menjadi itu bagian yaitu:
Kepala Burung dan Leher
Sejajar dengan pantai utara, pada bagian kepala terdapat rangkaian pegunungan yang
membujur timur-barat antara Salawati dan Manokwari. Sehingga wilayah terbagi menjadi bagian utara
dan selatan oleh depresi memanjang. Rangkaian utama tersusun dari batuan volkanis neogen dan
kuarter yang diduga masih aktif atau volkan Umsini pada tingkat solfatar. Rangkaian selatan terdiri dari
sedimen tersier bawah dan per-tersier yang terlipat kuat. Arahnya timur-barat, kemudian melengkung ke
selatan sampai pegunungan lima. Bagian utara kepala dipisahkan terhadap bagian selatan (Bombarai)
oleh teluk Macculer yang luas tetapi dangkal, karena sedimentasi yang besar dan ditandai dangkalan
yang berisi pulau-pulau, parit-parit, dan bukit-bukit yang terpisah-pisah.

Gambar 9. Bagian Kepala

Batang atau Daratan Utama

Bagian barat pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat laut-tenggara yang sejajar satu
sama lain. Selanjutnya berupa zone memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit, yaitu depresi
Memberamo-Bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalur pantai utara daratan utama. Depresi
tersebut membujur dari pantai timur teluk Geelvink di sepanjang danau Rambebai dan Sentani sampai ke
pantai Finch dengan Aitape. Di sebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian pegunungan kompleks
yang disebut rangkaian pembagi utara.
Rangkaian pembagi utara ini merupakan deretan pegunungan dan pegunungan yang terletak di
antara teluk Geelvink di bagian barat dan muara sungai Sepik di bagian timur. Di bagian barat terdapat
Puncak Dom (1.340 m) ke arah timur pegunungan Van Res yang secara melintang terpotong oleh Sungai
Memebramo yang diikuti oleh Pegunungan Gauttier (>1.000 m), Pegunungan Poya, Karamor, dan Bongo.
Di sebelah selatan Pegunungan Cyclops terdapat sebuah sumbu depresi. Bagian barat didominasi oleh
pegunungan tengah, dataran pegunungan tinggi dengan lereng di utara dan selatan berupa dataran dan
rawa pada permukaan dekat laut. Dataran di utara terdiri dari cekungan luar antar bukit dikenal sebagai
dataran danau yang dibatasi di bagian utaranya oleh medan kasar dengan relief rendah sampai sedang.

Gambar 10. Daratan Utama

Bagian Ekor
Mulai 143,5o BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat laut-tenggara. Bagian timur
menunjukan beberapa bentang alam yang berbeda dengan dataran utama. Di antara rangkaian timur laut
dan rangkaian tengah terbentang sebuah depresi yang ditandai oleh lembah-lembah Ramu dan
Markham. Ke arah timur zona ini melintas sampai Teluk Huon dan rangkaian tengah, dimana rangkaian
Victoe Emanuel merupakan bagian yang relatif sempit dari sistem Pegunungan Lengan Papua.
Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat daratan utama pada suatu pihak dan bagian
timur serta ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan volkanisme tertier dan kuarter di bagian
timur tersebut. Pada bagian utara geantiklinal terdapat unsur volkan lain, seperti Gunung Lamington,
Trafalgal, Victory Goropu, dan Gunung Dayman. Jalur vulkanis membujur sejajar sampai ke ujung
tenggara ekor Papua. Jalur tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem orogen,
sedangkan zone luar yang tidak vulkanis merupakan pulau-pulau Trobriand dan Eoodlark yang terletak
sampai di sebelah utaranya.

Gambar 11. Bagian Ekor


C. Jalur Sesar dan Lipatan
a) Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG)
JSNNG merupakan Jalur Lasak Irian (jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah tengahselatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New
Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT).
Zona JSNNG JSNPT merupakan zona interaksi antara Lempeng Australia dan Pasifik. Lebih dari
setengah bagian selatan New Guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasikan dari kerak benua.
Zone JSNPT di utara dibatasi oleh sesar Yapen dan sesar Sungkup Mamberamo. Batas tepi barat oleh
sesar Benawi Torricelli dan di selatan oleh sesar Naik Foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG
ini diduga aktif sebelum orogen Melanesia.
b) Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT)
JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km,
menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang
terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan
penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah
selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di
JSNPT ialah batugamping New Guinea dengan ketebalan mencapai 2.000 m. Sesar sungkup JSNPT
dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari
arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai
mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar
(reserve fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk
daerah JSNPT. Periode ini juga menandai kerak yang bergerak ke arah utara, membentuk sesar
Sungkup Mamberamo (The Mamberamo Thrust Belt) dan mengawali alih tempat gautier (The Gautier
Offset).
c) Jalur Sesar Naik Mamberamo
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan sesar geser
(shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan batuan kerak Pasifik yang ada

di bawahnya. William, (1984) mengenali daerah luas dengan pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur
sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal
ini menandakan zona lemah (sesar
d) Zona Sesar Sorong
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Papua barat berupa sesar ke kiri yang dikenal dengan
sistem sesar Sorong-Yapen. Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran diperkirakan mencapai
500 km (Dow, 1985). Sesar ini dicirikan oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai
adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat dikenali sebagai batuan bancuh. Zona sesar ini
di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen tinggian Kemum dan sedimen cekungan Selawati yang
juga menindih kerak di bagian barat. Di utara sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara
menunjukkan harga anomali positif tinggi. Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan
kerak samudera. Lima kilometer kearah barat daya batuan kerak Pasifik tersingkap di Pulau Batanta,
terdiri dari lava bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
Peredaran beberapa ratus kilometer dari Zona Sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal oleh
Visser Hermes (1962). Adalah sesar ke kiri dan berlangsung sejak miosen tengah. Kejadian ini didukung
oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau berumur Jura-Kapur yang telah terseret sejauh
260 km dari tempat semula yang ada di sebelah timurnya dan hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat
(allochtonous) yang berumur miosen tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati
(Visser & Hermes, 1962).
e) Zona Sesar Wandamen
Sesar Wandamen (Dow, 1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke utara dan
membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke barat daya Pantai Sasera, dan dari
zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah zona sesar Wandamen terdiri
dari batuan alas berumur paleozoikum awal, batuan penutup paparan dan batuan sedimen yang berasal
dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar sampai ratusan kilometer,
terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan isoklinal.
Perubahan zona arah sesar Wandamen dari tenggara ke timur di tandai bergabungnya sesarsesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang tidak luas
tersusun oleh batuan sedimen Mezozoic. Di atas satuan ini diendapkan kelompok batugamping New
Guenia. Jalur Sesar Wandamen dan sesar sungkup lainnya di zona ini merupakan bagian dari barat laut
JSNPT.
f) Jalur Lipatan Lengguru
Jalur lipatan lengguru adalah merupakan daerah bertopografi relatif rendah dan jarang yang
mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan oleh pegunungan dengan jurus yang
memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping New Guenia yang resistan.
Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km di
bagian paling selatan dan lebar 30 km di bagian utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan
sedimen klastik mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh batugamping New Guinea (Kapur Awal
Miosen). Batuan penutup ini telah mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih
dikenal dengan thin skin deformation, berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung.

Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah ke arah utara zona perlipatan dan meningkat kearah
timur laut yang berbatasan dengan Zona Sesar Wandemen (Dow, 1984)
JLL adalah kerak benua yang telah tersungkup-sungkupkan ke arah barat daya di atas kerak
benua Kepala Burung (subduksi menyusut atau oblique subduction). Jalur ini telah mengalami rotasi
searah jarum jam (antara 75-80 km). Porsi bagian tengah dari JLL ini terlipat kuat sehingga menimbulkan
pengerutan. Dow (1985) menyarankan pengkerutan kerak (crustal shortening) ini sebesar 40-60 km.
diperkirakan proses pemendekan tersebut masih berlangsung hingga sekarang. Jalur JLL di sebelah
timur dibatasi oleh sesar Wandamen di selatan oleh sesar Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesar
Aguni. Hal ini dapat menutup kemungkinan bahwa jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis
struktur yang melibatkan batuan alas akibat gaya berat memampat.
D. Morfologi Kepulauan Aru dan Pulau Natal (Crhismast)
Kepulauan Aru terdiri dari empat pulau besar dan 85 pulai kecil disekelilingnya. Kepulauan ini
terletak di laut Arafura (dangkalan Sahul), tetapi merupakan pengecualikan, karena pemebtukan
kepulauan ini dipengaruhi oleh proses-proses orogenetik termuda di Indonesia. Luas keseluruhan
kepulauan ini kurang lebih 8000 km2 sedangkan panjangnya dari arah timur laut hingga barat daya
sekitar 183 km dan lebarnya 92 km. Pulau-pulau tersebut muncul secara perlahan dari kedalaman 20 m.
Sekitar 30 km arah barat kepulauan ini, dasar lautnya turun dengan curam sampai kedalaman 1000 m
dan turun lagi sampai basin Aru yang mempunyai kedalaman 3650 m.
Pulau-pulau ini mempunyai permukaan yang datar dengan ketinggian beberapa puluh meter dari
permukaan laut. Bentang alam yang paling unik dari empat pulau besar adalah terdapatnya kanal-kanal
yang memisahkan pulau-pulau tersebut.
Pada bagian pantai timur pulau-pulau besar dijumpai rumbai-rumbai karang besar denganlebar sekitar 40
km, sedangkan di pantai barat hanya dijumpai pada tempat-tempat tertentu.
Pulau Natal (Crhismast) terletak kurang lebih 300 km arah selatan Pulau Jawa. Pulau ini
mempunyai ketinggian sekitar 364 mdpl, dengan diameter 14.5 19 km dan luas 161 km 2 Pulau
mempunyai cliff abrasi pada semua pantainya dan merupakan puncak dari kepulauan vulkanis bawah
laut, yang muncul dari kedalaman 4500-5000 m. Karena letak dan kedalamannya yang berupa
pengunungan bawah laut (timur ke barat), maka pulau ini membatasi palung Jawa sampai ke selatan dan
merupakan bagian dari struktur Kepulauan Indonesia. Pulau-pulau kecil dan pulau Cocos yang termasuk
deretan punggung palung samudra yang membatasi basin Australia barat sampai ke arah barat laut. Oleh
Bemmelen dimasukkan pada bagian sirkum Australia, karena munculnya dasar laut ini merupakan
sebagian dari punggungan sirkum Australia.
E. Potensi Fisik Pulau Papua
Sesuai keadaan fisiografinya, Pulau Papua memiliki potensi fisik yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi, terutama pada sektor pertambangan mineral dan energi. Potensinya yang cukup besar merupakan
peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya di sektor ini. Sebagaian besar potensi bahan galian
ini belum dimanfaatkan secara optimal. Adapun bahan galian yang cukup menonjol di Pulau Papua
meliputi batu bara, timah, minyak bumi dan gas alam, seng, tembaga, emas, serta bahan galian golongan
C.
1. Potensi Umum

a) Bahan Galian Strategis


1) Minyak dan Gas Alam
Kawasan Teluk Bintuni memiliki kekayaan alam yang besar khususnya minyak bumi dan gas
alam. Potensi minyak bumi di Kawasan Teluk Bintuni tersebar di Kecamatan Bintuni, Merdey, Aranday,
dan Babo. Perusahaan PMA maupun PMDN antara lain British Gas, Conoco, Arco, Patrindo dll. Selain
kaya akan minyak bumi, kawasan ini juga kaya akan gas bumi. Potensi gas bumi sebesar 13 triliun kaki
kubik dengan volume cadangan sebesar 20 triliun kaki kubik.
2) Batu Bara
Terdapat di Kecamatan Bintuni sekitar daerah Horna dengan volume cadangan 4,5 juta metric
ton, dan di daerah Tembuni dengan volume cadangan 14,29 juta metric ton. Dari hasil analisis,
kandungan batubara terdiri dari Belerang: 44,4 51,8%, zat terbang: 40,3 49,3%. Nilai kalori yang
dihasilkan 5870 7935 kalori/kg. Sampai saat ini potensi batubara belum dimanfaatkan secara komersial.
3) Timah
Terdapat di kecamatan Amberbaken di sepanjang S. Wapai, S. Waituru dan S. Warsayomi dan di
Kecamatan Anggi di kampung Sutera, kampong Bomas, dan Danau Anggi Gigi. Besarnya deposit mineral
ini belum diketahui. Kandungan timahnya berkisar antara 345 685 ppm.
4) Emas
Potensi emas terdapat di Tembagapura, Mimika. Sebagian besar lahan potensial ini dikelola oleh
perusahaan asing PT. Freeport Indonesia. Pengelolaan telah dimulai sejak tahun 1967.
b) Bahan Galian Vital
1) Seng dan Tembaga
Terdapat di Kecamatan Amberbaken di sepanjang Sungai Wapai, Sungai Waituri dan Sungai
Warsyomi dan di Kecamatan Anggi di Desa Sutera, Desa Bomas, dan Danau Anggi Gigi. Deposit bahan
galian ini belum dimanfaatkan. Tembaga yang telah diolah ada di Tembagapura (PT. Freeport Indonesia).
c) Bahan Galian Golongan C
1) Batu Gamping
Cadangan batu gamping di Kabupaten Manokwari sangat melimpah, dengan penyebarannya
hampir merata di tiap kecamatan. Di Kecamatan Manokwari volume cadangan sebesar 13,92 milyar ton,
di Kecamatan Ransiki volume cadangan sebesar 18,05 juta ton, di Kecamatan Warmare volume
cadangan sebesar 2,5 milyar ton, dan di Kecamatan Oransbari volume cadangan sebesar 2,83 milyar
ton. Sedangkan di Kecamatan Bintuni, Anggi, Merdey, Wasior, Babo dan Windesi belum dilakukan
penelitian volume cadangannya. Batu gamping dapat digunakan untuk pembuatan kapur tohor, bahan
bangunan, bahan baku semen, industri logam, dan lain-lain. Sampai saat ini potensi yang melimpah ini
baru dimanfaatkan secara terbatas oleh masyarakat untuk keperluan bahan bangunan.
2) Lempung
Terdapat di Kecamatan Manokwari dengan volume cadangan yang belum diketahui. Unsur
kandungan lempung berdasarkan hasil penelitian terdiri dari SiO rata-rata 55%, Al2O3 rata-rata 12,3%,
MgO rata-rata 1,27% dan Fe2O3 rata-rata 10,4 %. Batu lempung dapat digunakan untuk bahan
bangunan, bahan konstruksi jalan, dan bahan baku semen.
3) Pasir Batu

Terdapat di Kecamatan Manokwari dengan volume cadangan 1,855 juta m3 dan di Kecamatan
Warmare sebanyak 12,13 juta m3. Pasir batu dapat digunakan untuk bahan bangunan dan bahan
konstruksi.
4) Granit
Terdapat di Kecamatan Ransiki dengan volume cadangan sebesar 96, 83 milyar ton dan di
Kecamatan Kebar volume cadangannya sebesar 136,35 milyar ton. Sedangkan di Kecamatan
Amberbaken belum diketahui cadangannya tetapi diperkirakan diatas 1 milyar ton. Batu granit dapat
dipergunakan untuk bahan ubin, dinding, dan batu hias.
2. Potensi Daerah Ertsberg dan Sekitarnya
Daerah meneralisasi Ertsberg (Gunung Bijih) menempati lereng selatan Pegunungan Jayawijaya
(Carstensz) yakni daerah yang terangkat paling tinggi dari rangkaian Pegunungan Tengah Irian Jaya.
Puncak tertingginya Cartenz Pyramid mencapai ketinggian 5.200 meter. Batuan sedimen tertua di daerah
ini ialah anggota teratas kelompok Kembelangan, dengan kisaran umur dari Jura sampai Kapur.
Batuannya terutama terdiri dari selang-seling kuarsit dan batu pasir, dan setempat terubah menjadi
hornfels karena metamorfosa oleh intrusi.
Anggota kelompok Kembelangan tersebut tertutup secara selaras oleh Formasi Faumai berumur
Eosen, yaitu Formasi Basal dari kelompok-batugamping Irian Jaya. Formasi ini terutama terdiri dari
berbagai jenis batugamping bioklastik yang mengandung antara lain fosil milidae, algea dengan ciri khas
adanya foraminifera besar. Sebagaimana ditunjukkan di lapangan, batuan formasi ini peka untuk
metasomatisma terhadap intrusi dioritik yang kemudian dapat termineralisasi. Formasi basal di atas
tertutup secara selaras oleh formasi Ainod berumur Oligocene dari kelompok batugamping yang sama.
Batuannya berupa sikuens tebal dari batu gamping masif, dan di daerah Ertsberg kontaknya dengan
formasi faumai ditanmdai oleh batupasir dengan ketenbalan sampai satu meter.
Lapisan-lapisan sedimen di daerah Ertsberg berjurus barat-laut-tenggara dengan kemiringan
sedang kearah timur laut. Ke arah yang sama, kemiringannya semakin curam dan terdapat suatu zona
dengan sepasang sinklin berjarak rapat dan menghujam akibat kompresi yang kuat. Sumbu-sumbu
sinklinnya hampir sejajar dengan jurus kemiringan lapisan di atas yang juga menggambarkan arah
regional. Di sebelah timur lautnya, tersingkap dengan jelas suatu sesar naik yang disisi selatannya
menyebabkan patahan normal dan patahan-patahan undak (step fault). Susunan patahan-patahan
tersebut mendasari bagian bubungan dari Pegunungan Tengah Irian Jaya tersebut sebelumnya,
sedangkan di permukaan membentuk lembah lebar berbentuk huruf U. Dimulai dari sesar naik itu, di
bagian timur laut daerah Ertsberg perlipatannya langsung menjadi landai. Beberapa patahan strike-slip
tegak memotong perlipatan-perlipatan tersebut dengan arah timur daya-barat laut.
Intrusi-intrusi berukuran relatif kecil terdapat sebagai stock, retas dan sill yang melampar
sepanjang patahan-patahan utama tersebut atau pada perpotongannya. Batuan intrusif tersebut
berkomposisi diorit sampai monzonit, berbutir sedang yang serba sama sampai porfiritik dengan
hornblende, biotit dan piroksin sebagai mineral mafik. Bijih tembaga dengan kadar yang tinggi terdapat
dalam skarn-xenolitik, skarn-kontak, dan stockwork. Mineral bijih tembaga yang utama ialah kalkopirit dan
bornit, sedang emas terdapat sebagai inklusi di dalamnya. Di daerah Ertsberg, bentang alam dan
endapan glasial merupakan ciri yang khas.
a) Endapan Bijih Ertsberg

Tubuh bijih Ertsberg terdiri dari skarn magnetit dengan bentuk seperti gigi yang kearah luar
dikelilingi berturut-turut oleh selikat-gamping dan kemudian diorit. Seluruh skarn magnetite ter-breksi,
dengan inklusi berbentuk menyudut dan berukuran halus sampai beberapa meter yang terdiri dari karn
silikat-gamping, batuan beku, dan kalkopirit masif. Selain itu terdapat banyak rongga dan gua yang
dilapisi oleh kalsit, selikat amorf, dan kalkopirit.
Mineral bijih utamanya ialah kalkopirit dan bornit yang berasosiasi dengan galena, bismutit,
kovelit,digenit, sfalerit, tembaga alami, perak alami, linnacit, dan tetrahedrit. Umumnya sulfida-sulfida di
atas terdapat sebagai hamburan (replacement) foraminifera besar dan bidang perlapisan, blok sampai
berdiameter 3 meter, dan pengisian rongga. Emas berbutir halus terdapat sepanjang batas bornit dengan
kwarsa atau kalsit.
Ciri-ciri khas dalam skala kecil dan besar menunjukkan bahwa skarn magnetit Ertsberg adalah pengganti
dari skarn silikat-gamping yang terbentuk sebelumnya, dan batuan intrusif. Keseluruhan bentuk dan
ukuran skarn silikat-gamping dan skarn magnetit mencerminkan suatu potongan besar dari metasoma
batugamping foraminifera besar dolomitan yang tertelan (stoped) oleh intrusi dioritik. Cadangan geologi
endapan bijih Ertsberg lebih dari 35 juta ton, dengan kadar Cu lebih besar dari 2,0%. Produksi dengan
metoda tambang terbuka dimulai tahun 1972, dan dewasa ini tambang sudah ditutup, dengan
meninggalkan sedikit sisa cadangan bagian bawah, yang kemudian hari akan ditambang dengan metoda
bawah-tanah. Mineralisasi tembaga dalam wilayah kontrak karya FIC selain di Ertsberg atau Gunung Bijih
(GB), terdapat pula di daerah sekitarnya, yaitu di Ertsberg East atau Gunung Bijih Timur (GBT), Dom dan
Grassberg.
b) Endapan Bijih Ertsberg Timur
Sekitar 1,5 km sebelah timur endapan skarn senolitik Ertsberg, terdapat deposit skarn sentuh
Ertsberg Timur. Endapan ini terbentuk di antara batugamping kelompok Irian Jaya terutama dari formasi
Faumai dan intrusi dioritik Ertsberg Timur. Menurut keperluan penambangan, kompleks Ertsberg Timur
dibagi dari permukaan ke bawah menjadi zona-zona bijih atas (Gunung Bijih Timur, GBT), tengah
(intermediate ore zone, IOZ), dan dalam (deep ore zone, DOZ).
Mineral tembaga yang utama ialah bornit dan sedikit kalkopirit, dengan mineral ikutannya idait,
kalkosit, kovelit, galena, pirit, sfalerit, pirargit, dan markasit. Emas terdapat sebagai inklusi dalam sulfida
tembaga, kalsit dan serpentin. Di GBT, sulfida tembaga terdapat sebagai sebaran dalam antarruang
mineral silika-gamping, isian dalam retakan dan rongga, dan urat. Bentuk mineralisasi tembaga itu lebih
intensif lagi sepanjang breksi patahan sentuh dengan batu gamping yang termarmerkan.
Di DOZ dan sebagian IOZ, zona bijih utamanya ialah sepanjang breksi patahan sentuh tersebut
yang telah digantikan oleh skarn magnetit. Mineral tembaganya terdapat sebagai sebaran dalam
antarruang mineral magnetit, dan urat yang seringkali hampir murni/masif. Keseluruhan cadangan
Ertsberg Timur berjumlah lebih dari 100 juta ton dengan kadar tembaga lebih dari 2,0%.
c) Endapan Bijih Dom
Dom ialah endapan skarn sentuh lainnya, tapi mineralogi bijihnya mempunyai banyak persamaan
dengan endapan Ertsberg. Pada bidang datar, bentuk tubuh bijihnya seperti segitiga yang di bagian
tengahnya diterobos oleh diorit tanpa mineralisasi. Seperti pada kedua endapan yang dibahas terdahulu.
Kompleks Dom juga sedikit banyak mengalami breksiasi. Mineral tembaga yang utama ialah kalkopirit
dengan digenit dan konvelitsebagai ubahan tepi (alteration rim). Mineral tembaga oksidanya termasuk
malakhit, limonit pitch, dan delafosit/fenorit

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Pulau Papua terbentuk dari interaksi Lempeng Australia dan Pasifik yang menghasilkan
bentukan yang khas. Lempeng Australia tersusun oleh batuan sedimen klastik, yang berumur
Mesozoikum yang disebut sebagai kelompok kembelanganTerdapat tiga bagian utama pada
Pulau Papua yaitu bagian leher, bagian batang/tubuh, dan bagian ekor. Bagian leher sejajar
dengan pantai utara, terdapat rangkaian pegunungan yang membujur timur-barat antara Salawati
dan Manokwari. Sehingga wilayah terbagi menjadi bagian utara dan selatan oleh depresi
memanjang. Bagian batang/tubuh berupa zone memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit,
yaitu depresi Memberamo-Bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalur pantai utara
daratan utama. Sedangkan bagian ekor yaitu diantara rangkaian timur laut dan rangkaian tengah
terbentang sebuah depresi yang ditandai oleh lembah-lembah Ramu dan Markham. Papua
memiliki potensi fisik yang mempumyai nilai ekonomi tinggi terutama pada sektor
pertambangan mineral dan energi. Adapun bahan galian tersebut antara lain batu bara, timah,
minyak bumi dan gas alam, seig, tembaga, emas, serta bahan galian golongan C.
http://rizalanggaramukti.blogspot.co.id/2014/03/geomorfologi-papua.html

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah geologi Indonesia secara astronomis terletak antara 21oLU s/d 11o LS
dan 92o15BT s/d 150o 46 BT. Wilayah ini meliputi seluruh daerah Indonesia secara politis/
administratif ditambah dengan Andaman Nikobar, Filipina, Papua nugini, Jazirah Malaka, dan
Kep. Crismast.
Keadaan geologi/ geomorfologi Indonesia sangat kompleks yang ditandai oleh pengangkatan
yang aktif dengan bentukan lahan yang sangat beragam. Keadaan tersebut disebabkan oleh
proses endogen (pengangkatan dan penurunan) serta proses eksogen. Salah satu proses eksogen
yang berpengaruh adalah iklim tropis basah yang mempercepat terjadinya proses erosi,
pelapukan, gerakan masa batuan maupun denudasi. Dengan adanya kedua faktor tersebut (proses
endogen dan eksogen) yang terjadi di Indonesia maka geomorfologinya relatif konstan..
Salah satu wilayah yang menjadi kajian dalam geologi Indonesia yang sangat kompleks ini
adalah Irian. Irian adalah salah satu pulau terbesar di indonesia yang memiliki ciri khas
tersendiri. Mulai dari kenampakan yang ada di puylau tersebut sehingga menghasilkan potensipotensi daerah yang sangat beragam. Melihat keadaan tersebut maka disin akan dijabarkan
mengenai keadaan geologi yang membentuk pulau irian dari berjuta-juta tahun yang lalu hingga
saat ini sehingga dapat dilihat sumberdaya alam yang sangat kaya yang berada di pulaiu irian
ini.Bahasannya mengenai Sistem Melanesia yang merupakan dasar pembentukan pulau Irian
yang berbentuk burung dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Makalah ini berisi mengenai
pembahasan yang mendalam mengenai keadaan geologi pulau irian jaya mulai dari proses
pembentukan pulau irian, perlapisan batuan yang ada di irian hingga mendala struktur yang ada
di pulau irian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tektonik setting yang membentuk Irian?
2. Bagaimanakah mendala struktur yang ada di irian jaya?
3. Bagaimanakah perlapisan batuan yang ada di irian jaya?
4. Bagaimakah keadaan geomorfologi pulau irian?
5. Bagaimanakah pengembangan wilayah pulau irian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tektonik setting yang membentuk Irian.
2. Untuk mengetahui mendala struktur yang ada di irian jaya.
3. Untuk mengetahui perlapisan batuan yang ada di irian jaya.
4. Untuk mengetahui keadaan geomorfologi pulau irian.
5. Untuk mengetahui pengembangan wilayah pulau irian.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Kondisi Fisiografi
Dalam mengkaji kondisi geologi Irian, ada beberapa subpokok bahasan yang meliputi kondisi
tektonik setting daerah irian, mendala srtruktur dan stratigrafi batuan yang ada di pulau Irian.
Berikut ini adalah gambaran umum mengenai lempeng lempeng yang mendasari benua dan
lautan yang ada di dunia dan salah satunya adalah irian jaya.
Berikut ini jabaran terperinci mengenai kondisi geologi Irian:
a. Tektonik Setting Pulau Irian
Geologi di wilayah ini sangat kompleks karena kawasan ini terbentuk dari dua interaksi
lempeng yaitu lempeng Australia dan lempeng pasifik sehingga menghasilkan bentukan yang
khas. Dan periode pembentukannya lebih dikenal dengan Orogenesa Melanesia. Orogenesa ini
mengakibatkan pola struktur irian jaya menjadi sangat rumit dan khas. Secara keseluruhan unsur
ini diakibatkan oleh gaya pemampatan berarah barat daya-timur laut, searah dengan tumbukan.
Ada dua bagian kerak utama yang terlibat di Irian Jaya yaitu kraton australia dan kerak pasifik.
Yang pertama adalah mantap dan menjadi dasar bagian selatan, sedangkan yang kedua
merupakan alas pantai utara,termasuk teluk cendarwasih.
Daerah badan burung merupakan
jalur memanjang dari timur ke barat yang telah mengalami pelipatan. Jalur ini disebut sesar naik
pegunungan tengah (JSNPT).
Awal Miosen merupakan masa orogenesa Melanesia. Pada masa itu proses tektonik di daerah ini
mulai terpacu sehingga menghasilkan kedudukan tumbukan yang kearah barat daya yang lebih
intensif. Pertumbukan di kedua mendala tersebut mengakibatkan mendala JSNPT membengkok
dan berhenti di daerah leher burung. Bersamaan dengan ini terbentuklah kepala burung yang
khas itu.
Bagian yang sangat menonjol dari tatan tektonik ini adalah sistem sesar mendatar
(transform fault) mengiri yaitu sesar sorong-yapen, terutama segmen lateral yang melibatkan
ratusan kilometer batuan yang terseret.
b. Stratigrafi Irian Jaya

Geologi Irian Jaya secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusan
utama yaitu: (a) batuan kraton Australia; (b) batuan lempeng pasifik; dan (c) batuan campuran
dari kedua lempeng. Litologi yang terakhir ini batuan bentukan dari orogenesa Melanesia.
Batuan yang berasal dari kraton Australia terutama tersusun oleh batuan alas, batuan malihan
berderajat rendah dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan
ini berumur palaezoikum akhir, secara selaras ditindih oleh sedimen paparan mesozoikum dan
batuan sedimen yang lebih muda , batuan vulkanik dan batuan malihan hingga tersier akhir.
Singkapan yang baik dan menerus dapat diamati sepanjang daerah batas tepi utara dan
pegunungan tengah.
Batuan lempeng pasifik umumnya lebih muda dan tersusun terutama oleh batuan ultrabasa,
tuf berbutir halus dan batuan sedimen laut dalam yang diduga berumur jura batuan mesozoikum
lainnya yang berasal dari kerak samudera seperti batuan ultramafik (kompleks ofiolit) dan batuan
plutonik berkomposisi mafik. Kelompok batuan ini tersungkupkan dan terakrasikan di atas kerak
kontinen Australia karena bertumbukan dengan lempeng pasifik. Keadaan ini membentuk pola
pegunungan kasar di daerah pegunungan tengah bagian utara. Jalur ofiolit membantang kearah
timur barat sejauh 400 km dan lebih dari 50 km lebarnya.
c. Mendala struktur daerah irian jaya
Irian jaya bagian timur
Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG) merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas,
terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di
daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai jalur sesar
naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara
lempeng Australia dan pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New guinea ini dialasi oleh
batuan yang tak terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar
yapen, sesar sungkup mamberamo. Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan
oleh sesar naik foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen
melanesia.
Jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT) merupakan jalur sesar sungkup yang berarah
timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya.
Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah
menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan
sedimen laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok
batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping new
guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat dengan
komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin
dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga

menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang
diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga
menandai kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the
mamberamo thrust belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).
Jalur sesar naik mamberamo
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan sesar geser
(shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan batuan kerak pasifik
yang ada di bawahnya. William,mengenali daerah luas dengan pola struktur tak teratur. Di
sepanjang jalur sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs) dengan
radius seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton lumpur ini biasanya
mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya terdiri dari lempung terkersikkan dan
komponen batuan tak terpilahkan dengan besar ukuran fragmen beberapa milimeter hingga
ratusan meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan membentuk teras-teras sungai.
Irian jaya bagian barat
Zona sesar sorong
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri yang dikenal
dengan sistem sesar Sorong-Yapen (gambar). Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran
diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan oleh potongan-potongan
sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat
dikenali sebagai batuan bancuh. Zone sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen
tinggian kemum dan sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di
utara sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara menunjukkan harga anomali positif
tinggi.
Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. lima
kilometer kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta, terdiri dari lava
bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
Perederan beberapa ratus kilometer dari zona sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal oleh
Visser Hermes (1962). Adalah sesar mengiri dan berlangsung sejak Miosen Tengah. Kejadian ini
didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau berumur Jura-Kapur yang telah
terseret sejauh 260 km dari tempat semula yang ada disebelah timurnya (lihat pergeseran sesar
Wandamen dibagian Timur) dan hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat (allochtonous) yang
berumur Miosen Tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati.
Zona Sesar Wandamen
Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke Utara dan
membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke Barat daya pantai sasera,
dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah Zona Sesar
Wandamen terdiri dari batuan alas berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan dan
batuan sediment yang berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi

dengan lebar sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan
isoklinal.
Perubahan zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai bergabungnya sesarsesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang tidak
luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas satuan ini diendapkan kelompok batu
gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen dan Sesar Sungkup lainya di zona ini merupakan
bagian dari barat laut JSNPT.
Jalur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt)/(JLL) merupakan daerah bertopografi relative
rendah jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan oleh
pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu
gamping New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung
dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian
utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara
selaras ditindih oleh batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah
mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin
deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung. Intensitas
perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara zona perlipatan dan meningkat kearah
timur laut yang berbatasan dengan zona Sesar Wandemen.JLL adalah thin slab kerak benua yang
telah tersungkup-sungkup kan kearah barat daya diatas kerak benua Kepala Burung (Subduksi
menyusut = oblique subduction). Jalur ini telah mengalami rotasi searah jarum jam (antara 7580). Porsi bagian tengah dari JLL ini terlipat kuat sehingga menimbulkan pengerutan. Dow drr
(1985) menyarankan pengkerutan kerak (crustal shortening) ini sebesar 40-60 km. diperkirakan
proses pemendekan tersebut masih berlangsung hingga sekarang. Jalur JLL di sebelah timur
dibatasi oleh Sesar Wandamen di selatan oleh sesar Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesaar
aguni. Hal ini dapat menutup kemungkinan bahwa jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon
jenis struktur yang melibatkan batuan alas akibat gaya berat memampat.
d. Geomorfologi Irian Jaya
Secara astronomis, irian terletak antara 00 19 100 43 LS dan 1300 45 1500 48 BT,
mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. secara administratif pulau ini terdiri dari papua
sebagai wilayah RI dan papua Nugini yang terlatak di bagian timur. Fisiografi papua dibedakan
menjadi tiga bagian:
1. Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit terhadap
pulau utama (1300 1350 BT)
2. Pulau utama atau tubuh (1350 143,50 BT)
3. Bagian timur termasuk ekor (143,50 1510 BT)
Di sebelah utara papua terdapat bagian Samudra Pasifik yang dalamnya 4000m, dibatasi oleh
kepulauan Carolina di sebelah utara. Pulau-pulau karang yang muncul terjal dari dasar samudra

itu (Mapia di sebelah utara Manokwari) menunjukkan bahwa bagian samudra ini merupakan
block kontinen yang tenggelam. Block kontinen yang tenggelam di sebelah utara Papua ini
dianggap sebagai tanah batas Melanesia. Kearah selatan, Dangkalan Sahul (laut Arafura) dan
selat torres menghubungkan Papua dengan Australia.
1. Kepala burung dan Leher
Sejajar dengan pantai utara Kepala burung terjadi rangkaian pegunungan yang membujur
timur-barat antara Salawati dan Manokwari. Ini terbagi oleh utara dan selatan oleh sebuah
depresi memanjang. Rangkaian utara tersusun dari batuan volkanis neogen dan kuarter yang
diduga masih aktif atau volkan Umsini pada tingkat solfatar. Rangkaian selatan terdiri dari
sediment tertier bawah dan per-tertier yang terlipat kuat. Arahnya timur-barat, kemudian
melengkung ke selatan sampai pegunungan lima. Bagian utara kepala burung dipisahkan
terhadap bagian selatan (Bombarai) oleh teluk Macculer yang luas tetapi dangkal, karena
sedimentasi yang besar dan di tandai dangkalan yang berisi pulau-pulau, parit-parit, dan bukitbukit yang terpisah-pisah.
2. Batang atau Daratan Utama
Bagian utara pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat laut-tenggara yang sejajar
atau sama lain. Selanjutnya berupa zone memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit, yaitu
depresi memberamo-bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalaur pantai utara daratan
utama. Depresi tersebut membujur dari pantai timur teluk geelvink di sepanjang danau rambebai
dan sentani sapai ke pantai finch dengan aitape. Disebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian
pegunungan kompleks yang disebut rangkaiana pembagi utara. Rangkaian pembagi utara ini
merupakan deretan pegunungan dan pegunungan antara teluk geelvink di bagian barat dan muara
sungai sepik di bagian timur. Dibagian barat terdapat puncak dom (1340 m), ke arah timur
pegunungan van rees, yang secara melintang terpotong oleh sungai mamberamo, yang di ikiuti
oleh pegunungan gauttier (>1000 m), pegunungan poya, karamoor, dan bongo. Di sebelah
selatan pegunungan Cyclops terdapat sebuah sumbu depresi.
3. Bagian timur (ekor) Papua
Mulai 143,50 BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat laut-tenggara. Bagian
timur menujukkan beberapa bentang alam yang berbeda dengan daratan utama. Di antara
rangkaian timur laut dan rangkaian tengah, terbentang sebuah depresi, ditandai oleh lembahlembah Ramu dan Markham. Ke arah timur zone ini melintas sampai teluk Huon. Rangkaian
tengah, dimana rangkaian victoe emanuel merupakan bagian yang relatif sempit dari sistem
pegunungan lengan papua. Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat daratan utama
pada satu pihak dan bagian timur serta ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan
volkanisme tertier dan kuarter di bagian timur tersebut. Pada tepi utara geantiklinal terdapat
unsur volkan lain, seperti gunung lamington, Trafalgar, victory goropu, dan gunung dayman.
Jalur volkanis membujur ini membujur sejajar sampai ke ujung tenggara ekor papua. Jalur
tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem orogen, sedangkan zone luar yang

tidak volkanis merupakan pulau-pulau trobriand dan eoodlark, terletak sampai di sebelah
utaranya.
e. Pengembangan Wilayah Irian Jaya
Provinsi Papua memiliki kondisi topografi yang sangat bervariasi dari daerah datar hingga
daerah sangat curam. Sebagian besar wilayah Papua termasuk daerah datar dengan kisaran
kemiringan lahan 0 - 8% mencapai luasan 16,3 juta hektar (38,6%) dan diikuti dengan
kemiringan lahan 15 25% seluas 15,0 juta hektar (35,5%). Sedangkan 5,9% dari luas wilayah
Papua adalah daerah agak curam.
Wilayah yang didominasi daerah datar antara lain adalah Kabupaten Merauke dan Kabupaten
Mimika. Wilayah tersebut cukup cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan, serta penggunaan lahan lainnya yang memerlukan persyaratan topografi datar.
Sedangkan daerah pegunungan terutama didominasi oleh Kabupaten Jayawijaya, kemudian
Kabupaten Jayapura, Nabire, Paniai dan Kabupaten Puncak Jaya. Daerah dengan topografi
curam hinggan sangat curam ini akan berdampak pada alokasi penggunaan lahan, dimana
kondisi tersebut tidak cocok dimanfaatkan untuk budidaya pertanian.
Papua merupakan pulau yang kaya akan hutan, luas lahannya sebagian besar wilayanhnya
merupakan hutan yang belum dimanfaatkan secara optimal, potensi yang dapat dikembangkan di
daerah ini meliputi berbagai kegiatan seperti kehutanan, pengembangan perkebunan, peternakan,
perikanan darat dan laut, dan pertambangan. Potensi sumbar daya mineral dan energi di papua
antara lain:manyak bumi, emas, tembaga, batubara, dan sejumlah mineral lainnya. Papua
menjadi pengeksport konsentrat terbesar. Salah satu perusahaan yang terkenal adalah PT.
Freeport di kabupaten Tinamika.
Sedangkan kawasan Teluk Cendrawasih merupakan kawasan andalan dikarenakan letaknya
yang strategis, infrastruktur yang memadai, dan potensi SDA yang kaya serta merupakan pintu
gerbang sebelah timur Indonesia. Perlu diketahui sebelumnya bahwa terdapat dua pusat
pertumbuhan di pulau ini. Yang mana keduanya terpisah oleh pegunungan Jayawijaya. Kedua
pusat tersebut adalah Biak di sebelah Utara sebagai inti kawasan andalan Teluk Cendrawasih,
dan Tinamika di sebelah Selatan sebagai pusat pertumbuhannya.
Kabupaten Biak Numfor dicanangkan sebagai pusat pertumbuhan untuk sector industri dan
pariwisata. Kabupaten ini memiliki potensi wisata yang beragam, pusat wisata alam (habitat flora
dan fauna) khususnya keindahan laut, taman laut insubabi, cagar alam pulau Supiori dan pulau
Numfort serta air panas di sunber air biru. Untuk sector industri di wilayah ini, direncanakan
pengembangan kawasan industri atau Eksport Processing Zone (ERZ) yang study kelayakannya
sudah rampung.
Sektor kehutanan yang terletak di Kabupaten Yapen Waropen berkembang dengan baik karena
hutannya masih luas sekitar 1.950.500 ha terdapat hutan produksi terbatas seluas 264.493 ha, dan
hutan konversi 522.310 ha. Sisanya berupa hutan lindung seluas 503.343 ha, hutan PPA 65000

han dan hutan lainnya 7.806 ha.


Kabupaten Manokwari memiliki enam cagar alam dan tiga suaka margasatwa. Selain potensi
walayah tersebut terdapat sektor pertambangan, kehutanan, dan pertanian (tanaman pangan dan
perkebunan). Potensi pertambangan yang menonjol adalah minyak bumi di Bintuni; uranium dan
granit di Anggi dan Ransiki; mika di Wasior; dan timah putih di Rasinki.
Pengembangan wilayah di Papua juga dapat ditinjau dari beberapa faktor diantaranya:
a. Faktor Sumber Daya Wilayah
Sumberdaya wilayah yang dimaksud adalah sumberdaya lahan yang terkait dengan fisik
wilayah. Kiat manajemen atau pengelolaan yang berimbang dan berkelanjutan merupakan salah
satu penentu keberhasilan dalam peningkatan produktivitasnya. Keberhasilan pengelolaan
dengan berpijak pada kaidah kelestarian lingkungan dan berkelanjutan akan dapat menjamin
terhadap meningkatnya masukan daerah yang telah lama dieksploitasi dengan tanpa
mempertimbangkan kelestarian secara optimal. Sebagaimana diketahui bersama bahwa keaaan
daerah saat ini telah mengalani banyak perubahan sebagai akibat kurangnya pelibatan dan
pemberdayaan masayarakat dalam melakukan pengambangan di wilayah yang bersangkutan,
sehingga dalam mengantisipasi terhadap pengaruh negative berkepanjangan maka perlu segera
diupayakan adanya sinkronisasi dan peningkatan hubungan koordinasi dan kemitraan antara
pemerintah dan masyarakat, serta daerah dan pusat dalam rangka peningkatan potensi di wilayah
yang bersangkutan.
b. Faktor Sumberdaya Manusia
Manusia adalah kunci keberhasilan pembangunan. Sumberdaya manusia merupakan kunci
sukses dalam setiap pelaksanaan pembangunan baik dalam skala kecil, menengah, maupun
sedang. Dalam rangka peningkatan keberhasilan pelaksanaan pembangunan tersebut maka
diperlukan kualitas sumberdaya manusia yang memadai. Peningkat kualitas yang dibarengi oleh
peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berkualitas di tingkat regional untuk masa-masa
sekarang dan yang akan datang perlu dilakukan dan perlu memperoleh perhatian yang serius
dalan penanganannya sehingga potensinya dapat dimanfaatkan secara baik dan benar.
Pembangunan regional bukanlah membangun fisik daerah semata-mata melainkan inti
pembangunan daerah adalah membangun sumberdaya manusia. Oleh sebab itu, dalam
pelaksanaannya, aspek pemberdayaan masyarakat perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Dalam rangka ini pula, diwajibkan kepada daerah untuk mempersiapkan sarana dan prasarana
pendukung bagi pengembangan suberdaya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga mampu memberikan dukungan terhadap dilaksanakannya paradigma pembangunan
berkelanjutan dan mampu membangun daerah berdasarkan aspirasi daerah yang bersangkutan.
c. Faktor Kedudukan Geografis
Letak wilayah secara geografis memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan
wilayah baik dari segi ekonomi, budaya, social, politik dan fiskal . letak geoarafis memiliki

pengaruh pula terhadap letak strategis wilayah dalam berbagai aspek kehidupan. Kedudukan
strategis wilayah yang bersangkutan dan dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai salah satu
pasar produksi pembangunan baik sektoral, maupun nonsektoral dan bahkan mungkin dapat
menjadi salah satu produsen handal yang mampu memasok terhadap daerah lain disekitarnya,
dengan demikian kedudukan geografi memiliki peran yang penting dan dapat menjadi faktor
pengaruh yang kuat terhadap perkembangan wilayah yang bersangkutan dan sekitarnya.
Di samping itu, dengan letak geografi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar setting terhadap
kegiatan yang prospektif di masa depan termasuk penentuan pola konservasi dan preservasi serta
pola eksploitasinya.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari makalah tentang geologi dan geomorfologi Irian Jaya ini dapat disimpulkan bahwa:
wilayah Irian jaya merupakan salah satu wilayah yang unik yang terbentuk dari dua
lempeng,yaitu lempeng Australia dan lempeng pasifik sehingga memiliki kekhasan
tersendiri.Selain itu pembangunan diberbagai sector diwilayah Irian Jaya masih sangat
minim.Dikarenakan letaknya diujung timur Indonesia dan masih kurangnya komunikasi antar
penduduk satu dengan penduduk lainnya.Dan masih sulitnya suku-suku dipedalaman yang mau
diajak bekerja sama,dikarenakan mereka saling menjaga adat istiadat yang sudah mereka pegang
teguh.

B.Saran
Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat hendaknya lebih memperhatikan pulaupulau seperti Irian Jaya ini.Dikarenakan Irian Jaya ini kaya akan bahan tambang yang belum
mampu dioptimalkan penggunaannya oleh pemerintah,dan penambangan bahan tambang ini
malah jatuh ke tangan pihak asing.

DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www.blogspot.com

MAKALAH PENGELOLAAN PERTAMBANGAN


EMAS DAN TEMBAGA DI TEMBAGAPURA, IRIAN JAYA
( MATA KULIAH GEOLOGI LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA ALAM)

Disusun oleh :

Nama
NPM
Kelas

: FITRI HANDAYANI
: 11060062
: Geo A / Semester V

UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI GEOGRAFI
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
proses pembuatan tugas makalah tentang Pengelolaan Pertambangan Emas dan Perak di
Tembagapura, Irian Jaya dapatu terselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari peran serta, dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang berkontribusi bagi terselesainya pembuatan makalah ini.

Namun dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, tentu tidak lepas dari
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yng sifatnya membangun sangat penyusun
harapkan demi kesempurnaan dari makalah ini. Akhir kata, mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua serta menambah ilmu pengetahuan.
Bengkulu,

November 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I ...... PENDAHULUAN
1.1...... Latar Belakang ....................................................................................................
1.2...... Rumusan Masalah................................................................................................
1.3...... Tujuan Makalah...................................................................................................
1.4...... Manfaat Penulisan................................................................................................
BAB II ..... PEMBAHASAN
2.1...... Pertambangan emas dan perak di Tembagapura.............................................
2.2...... Karateristik wilayah berdasarkan geologi..............................................................

2.3...... Struktur Landscape..............................................................................................


2.4...... Persebaran sumber daya geologi..........................................................................
2.5...... Bencana atau Bahaya geologi...............................................................................
2.6...... Perencanaan tata guna lahan..................................................................................
BAB III ... PENUTUP
3.1...... Kesimpulan .........................................................................................................
3.2 ..... Saran ..................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang cukup luas dan memiliki sumber daya alam yang
berlimpah. Hal itu didasarkan pada letak Indonesia yang berada tepat digaris yang dilalui
khatulistiwa sehingga menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dan hal itu juga
berpengaruh terhadap suburnya alam di negeri ini. Begitu pula secara geologis Indonesia
berada pada pertemuan tiga lempeng yang memungkinkan munculnya deretan gunung api
yang secara otomatis akan mendukung pertumbuhan tanaman dan kaya akan barang tambang
galian.
Kaitannya dengan barang tambang galian (emas, perak dan tembaga) atau yang sumber
daya mineral lainnya tentunya hal itu bukan hal yang tabu. Sebab, sebagaimana yang kita
ketahui bersama bahwa sumber daya mineral ini memiliki peran yang cukup penting bagi
kehidupan manusia sebab dalam hidupnya manusia tidak pernah lepas dari sumber daya
tersebut. Oleh karena itu, dengan semua kecakapan yang dimiliki serta dengan semakin
majunya IPTEK maka manusia sudah sepatutnya untuk melakukan berbagai inovasi untuk
meningkatkan nilai guna sehingga bisa lebih bermanfaat.
Dan dalam pengelolaannya, tentu harus memperhatikan keseimbangan antara produksi
dan proteksi artinya dalam pemanfaatannya manusia harus mampu memperthatikan
pelestarian. Akan tetapi, yang lebih penting dari itu semua kita harus tetap mengedepankan
prinsip sustainable development yaitu prinsip dimana apa yang kita nikmati sekarang harus juga
mampu untuk dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Namun dalam pengelolaan kekayaan alam dan energi di Indonesia yaitu Papua ini terjadi
karena Indonesia memilih sistem kapitalisme dan sistem pemerintahan demokrasi.
Pemerintahan demokrasi di masa orde baru dan era reformasi telah menjual kekayaan alam
Indonesia kepada pihak asing, melalui berbagai produk Undang-undang seperti UU Migas, UU
Minerba, UU Penanaman Modal Asing dan sebagainya.

Semua undang-undang ini memberi peranan besar kepada swasta dan kapitalisme asing,
disahkan oleh DPR tanpa ada upaya pencegahan sedikitpun. Semua ini berasas pada
kepercayaan para penguasa dan pejabat di Indonesia kepada sistem ekonomi liberalisme dan
mekanisme pasar. Ditambah lagi dengan mental korup dimana mereka yang hanya berfikir
untuk kepentingan dirinya saja.
Sumber daya mineral merupakan kebutuhan yang sifatnya esensial bagi kehidupan
manusia. Sungguh ironi limpahan sumber daya mineral yang terkandung dan tersebar secara
merata tak lantas menjadikan masyarakat di negeri ini dapat mencicipi manisnya kesejahteraan.
Hal itu, ditengarai oleh minimnya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga semua
kekayaan alam ini belum mampu tereksplorasi secara maksimal. Karena sebagaimana yang
kita ketahui bersama bahwa kita kalah bersaing dengan bangsa lain maka tak heran banyak
perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing sedangkan kita sebagai bangsa pribumi hanya
bagaikan budak di negeri sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat kita ketahui rumusan masalahnya, antara lain :
1 Bagaimanakah pertambangan emas dan tembaga di Indonesia (Papua).
2 Bagaimanakah Peengelolaan pertambangan tersebut.
3 Bagamanakah pemanfaatan pertambangan emas dan tembaga terbesar di dunia tersebut.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1 Untuk memberikan pengetahuan kepada kita semua bahwa di tanah air kita tercinta terdapat
sumber daya alam yang sangat melimpah, terutama bahan galian.
2 Supaya mahasiswa yang sudah belajar mengenai pengelolaan dan pemanfaatan
pertambangan emas dan perak yang ada di Tembagapura, Papua.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
Supaya kita semua menyadari bahwa sumber daya alam yang melimpah yang dikelola
dan dinikmati oleh negara asing tersebut dapat di rebut kembali oleh pemerintah Indonesia
sehingga di negeri Indonesia seharusnya dapat mencukupi kebutuhan dan mensejahterakan
penduduk Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertambangan Emas dan Tembaga di Tembagapura, Irian Jaya
Kecamatan

Tembagapura adalah

sebuah distrik setingkat kecamatan yang

terletak

di Kabupaten Mimika, Papua, Indonesia. Di kecamatan ini terdapat duagunung di mana terletak
dua tambang besar,

masing-masing tambang

Ertsberg(tambang tembaga)

di Gunung

Erstberg dan tambang Grasberg di Gunung

Grasbergyang

merupakan tambang

dengan

cadangan tembaga terbesar ketiga di dunia dan cadangan emas terbesar di dunia. Kedua
tambang ini dioperasikan oleh PT. Freeport Indonesia.
PT. Freeport Indonesia (PTFI atau Freeport) adalah sebuah perusahaan pertambangan
yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. Perusahaan ini
merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport
Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang
Ertsberg (dari 1967 hingga 1988) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan
Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Freeport-McMoRan berkembang menjadi
perusahaan dengan penghasilan US$ 6, 555 miliar pada tahun 2007. Mining Internasional,
sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas Freeport sebagai yang terbesar di
dunia.
Freeport mulai banyak menarik perhatian masyarakat setelah terungkapnya berbagai
permasalahan dan insiden yang terjadi di wilayah konsesi pertambangan perusahaan tersebut.
Berbagai pendapat, baik dari media, lembaga swadaya masyarakat, serta akademisi menyoroti
masalah yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan, adaptasi sosio-kultural, keterlibatan
TNI, bahkan hal-hal yang berkaitan dengan politik separatis dari kelompok penduduk asli.
Namun, dalam pembahasan ini permasalahan yang akan diulas adalah yang berkaitan dengan
tidak optimalnya pengelolaan potensi ekonomi sumberdaya mineral di wilayah pertambangan
tersebut bagi penerimaan negara.

Dalam tulisan berikut akan diuraikan mengenai potensi tembaga dan emas yang
tersimpan di Grasberg dan Erstberg, serta pengelolaan pertambangan Freeport yang tidak
optimal bagi pemerintah Indonesia. Akibatnya, manfaat ekonomi yang diperoleh pemerintah
Indonesia tidak maksimal. Bahkan, dapat dikatakan Indonesia mengalami kerugian negara yang
sangat besar karena tidak optimal, tidak adil, tidak transparan dan bermasalahnya pengelolaan
sumberdaya mineral itu.
Kontrak Karya yang Merugikan dari Generasi ke Generasi
Freeport memperoleh kesempatan untuk mendulang mineral di Papua melalui tambang
Ertsberg sesuai Kontrak Karya Generasi I (KK I) yang ditandatangani pada tahun 1967.
Freeport adalah perusahaan asing pertama yang mendapat manfaat dari KK I. Dalam
perjalanannya, Freeport telah berkembang menjadi salah satu raksasa dalam industri
pertambangan dunia, dari perusahaan yang relatif kecil. Hal ini sebagian besar berasal dari
keuntungan yang spektakuler sekaligus bermasalah yang diperoleh dari operasi pertambangan
tembaga, emas, dan perak di Irian Jaya, Papua.
KK I dengan Freeport ini terbilang sangat longgar, karena hampir sebagian besar materi
kontrak tersebut merupakan usulan yang diajukan oleh Freeport selama proses negosiasi,
artinya lebih banyak disusun untuk kepentingan Freeport. Dalam operasi pertambangan,
pemerintah Indonesia tidak mendapatkan manfaat yang proposional dengan potensi ekonomi
yang sangat besar di wilayah pertambangan tersebut. Padahal bargaining position pemerintah
Indonesia terhadap Freeport sangatlah tinggi, karena cadangan mineral tambang yang dimiliki
Indonesia di wilayah pertambangan Papua sangat besar bahkan terbesar di dunia. Selain itu,
permintaan akan barang tambang tembaga, emas dan perak di pasar dunia relatif terus
meningkat.
Dengan kondisi cadangan yang besar, Freepot memiliki jaminan atas future earning.
Apalagi, bila ditambah dengan kenyataan bahwa biaya produksi yang harus dikeluarkan relatif
rendah karena karakteristik tambang yang open pit. Demikian pula emas yang semula hanya
merupakan by-product, dibanding tembaga, telah berubah menjadi salah satu hasil utama
pertambangan.
Freeport sudah sejak lama berminat memperoleh konsesi penambangan tembaga di Irian
Jaya. KK I Freeport disusun berdasarkan UU No 1/67 tentang Pertambangan dan UU No. 11/67
tentang PMA. KK antara pemerintah Indonesia dengan Freeport Sulphur Company ini
memberikan hak kepada Freeport Sulphur Company melalui anak perusahaannya (subsidary)
Freeport Indonesia Incorporated (Freeport), untuk bertindak sebagai kontraktor tunggal dalam
eksplorasi, ekploitasi, dan pemasaran tembaga Irian Jaya. Lahan ekplorasi mencangkup areal
seluas 10.908 hektar selama 30 tahun, terhitung sejak kegiatan komersial pertama. KK I
mengandung banyak sekali kelemahan mendasar dan sangat menguntungkan bagi Freeport.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kelemahan- tersebut utamanya adalah sebagai berikut.


Perusahaan yang digunakan adalah Freeport Indonesia Incorporated, yakni sebuah
perusahaan yang terdaftar di Delaware, Amerika Serikat, dan tunduk pada hukum Amerika
Serikat. Dengan lain perkataan, perusahaan ini merupakan perusahaan asing, dan tidak tunduk
pada hukum Indonesia.
Kontrak tidak ada kewajiban mengenai lingkungan hidup, karena pada waktu penandatanganan
KK pada tahun 1967 di Indonesia belum ada UU tentang Lingkungan Hidup. Sebagai contoh,
akibat belum adanya ketentuan tentang lingkungan hidup ini, sejak dari awal Freeport telah
membuang tailing ke Sungai Aikwa sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Pengaturan perpajakan sama sekali tidak sesuai dengan pengaturan dalam UU Perpajakan
yang berlaku, baik jenis pajak maupun strukturnya. Demikian juga dengan pengaturan dan tarif
depresiasi yang diberlakukan. Misalnya Freeport tidak wajib membayar PBB atau PPN.
Tidak sesuainya struktur pajak maupun tarif pajak yang diberlakukan dalam KK I dirasakan
sebagai pelanggaran terhadap keadilan, baik terhadap perusahaan lain, maupun terhadap
Daerah. Freeport pada waktu itu tidak wajib membayar selain PBB juga, land rent, bea balik
nama kendaraan, dan lain-lain pajak yang menjadi pemasukan bagi Daerah.
Tidak ada kewajiban bagi Freeport untuk melakukan community development. Akibatnya,
keberadaan Freeport di Irian Jaya tidak memberi dampak positif secara langsung terhadap
masyarakat setempat. Pada waktu itu, pertambangan tembaga di Pulau Bougenville harus
dihentikan operasinya karena gejolak sosial.
Freeport diberikan kebebasan dalam pengaturan manajemen dan operasi, serta kebebasan
dalam transaksi dalam devisa asing. Freeport juga memperoleh kelonggaran fiskal, antara lain:
tax holiday selama 3 tahun pertama setelah mulai produksi. Untuk tahun berikutnya selama 7
tahun, Freeport hanya dikenakan pajak sebesar 35%. Setelah itu pajak yang dikenakan
meningkat menjadi sekitar 41, 75%. Freeport juga dibebaskan dari segala jenis pajak lainnya
dan dari pembayaran royalti atas penjualan tembaga dan emas kecuali pajak penjualannya
hanya 5%.
Keuntungan yang sangat besar terus diraih Freeport, hingga Kontrak Karya I
diperpanjang menjadi Kontrak Karya II yang tidak direnegosiasi secara optimal. Indonesia
ternyata tidak mendapatkan manfaat sebanding dengan keuntungan besar yang diraih Freeport.
Ketentuan-ketentuan fiskal dan finansial yang dikenakan kepada Freeport ternyata jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan yang berlaku negara-negara Asia dan Amerika Latin.
Sedangkan menyangkut pengawasan atas kandungan mineral yang dihasilkan, dalam
kontrak Freeport tidak ada satu pun yang menyebut secara eksplisit bahwa seluruh operasi dan
fasilitas pemurnian dan peleburan harus seluruhnya dilakukan di Indonesia dan dalam
pengawasan Pemerintah Indonesia. Pasal 10 poin 4 dan 5 memang mengatur tentang operasi
dan fasilitas peleburan dan pemurnian tersebut yang secara implisit ditekankan perlunya untuk
dilakukan di wilayah Indonesia, tapi tidak secara tegas dan eksplisit bahwa hal tersebut
seluruhnya (100%) harus dilakukan atau berada di Indonesia. Hingga saat ini, hanya 29% saja

dari produksi konsentrat yang dimurnikan dan diolah di dalam negeri. Sisanya (71%) dikirim ke
luar negeri, di luar pengawasan langsung dari pemerintah Indonesia.
Di dalam Kontrak Freeport, tidak ada satu pasal pun yang secara eksplisit mengatur
bahwa pemerintah Indoensia dapat sewaktu-waktu mengakhiri Kontrak Freeport. Pun jika
Freeport dinilai melakukan pelanggaran-pelanggaran atau tidak memenuhi kewajibannya sesuai
dengan kontrak. Sebaliknya, pihak Freeport dapat sewaktu-waktu mengakhiri kontrak tersebut
jika mereka menilai pengusahaan pertambangan di wilayah kontrak pertambangannya sudah
tidak menguntungkan lagi secara ekonomis.

2.2 Karateristik Wilayah Papua Berdasarkan Geologi

Gambar 1. Peta Geologi Papua

Ket :
Warna Biru
Warna Merah
Warna Abu-abu
Warna Kuning

: batu gamping atau dolomite


: batuan beku atau malihan
: Sedimen lepas(kerikil, pasir, lanau)
: Sedimen Padu(tak terbedakan)

Pembentukan Pulau Papua telah banyak didiskusikan oleh para ahli geologi dan
mendapat perhatian yang cukup besar karena geologinya yang kompleks tersebut
Pada mulanya pulau Papua merupakan dasar lautan Pasifik yang paling dalam. Awal
terpisahnya benua yang mencakup Papua di dalamnya (Benua Australia) terjadi pada masa
Kretasius Tengah (kurang lebih 100 juta tahun yang lalu). Lempeng Benua India-Australia
(atau biasa disebut Lempeng Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi kutubnya
dan bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah Barat.
Pulau Papua merupakan pulau yang terbentuk dari endapan ( sedimentation) dengan
masa yang panjang pada tepi utara kraton Australia yang pasif dimulai pada Zaman Karbon
sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut
dangkal, sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klastik kuarsa,
termasuk lapisan batuan klastik karbonat, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh
Kelompok Batugamping New Guinea berumur Miocen. Ketebalan urutan sedimentasi ini
mencapai lebih dari 12.000 meter.
Selain itu, Papua juga terbentuk berdasarkan pertumbukan yang dihasilkan dari
interaksi konvergen kedua lempeng yaitu Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia,
dijelaskan bahwa Lempeng Pasifik mengalami subduksi sehingga lempeng ini berada
di bawah Lempeng Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke utara dan rotasi dari benua
super ini, seluruh Papua dan Australia bagian utara berada di bawah permukaan laut.
Bagian daratan paling Utara pada Lempeng India-Australia antara 90-100 juta tahun
lalu berada pada 48 Lintang Selatan yang merupakan titik pertemuan Lempeng IndiaAustralia dan Pasifik.
Ketika Lempeng India-Australia dan Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun
lalu, Pulau Papua mulai muncul di permukaan laut pada sekitar 35 Lintang Selatan, dengan
kata lain dapat dijelaskan bahwa subduksi antara ke-2 lempeng tersebut telah menyebabkan
endapan Benua Australia terangkat sehingga memunculkan Pulau Papua. Proses ini berlanjut
selama masa Pleistosen hingga Pulau Papua terbentuk seperti sekarang ini.
Proses pengangkatan ini berdasarkan skala waktu geologi, kecepatannya adalah
2,5km per juta tahun.

2.3 Struktur Landscape (Bentang Lahan) Papua


Secara astronomis, irian terletak antara 00 19 100 43 LS dan 1300 45 1500 48 BT,
mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. secara administratif pulau ini terdiri dari papua
sebagai wilayah RI dan papua Nugini yang terlatak di bagian timur.
Provinsi Papua memiliki kondisi topografi yang sangat bervariasi dari daerah datar hingga
daerah sangat curam. Sebagian besar wilayah Papua termasuk daerah datar dengan kisaran
kemiringan lahan 0 - 8% mencapai luasan 16,3 juta hektar (38,6%) dan diikuti dengan
kemiringan lahan 15 25% seluas 15,0 juta hektar (35,5%). Sedangkan 5,9% dari luas
wilayah Papua adalah daerah agak curam.
Secara fisiografis P. Irian Jaya dari utara keselatan dibagi kedalam lima unit sebagai
berikut : (Van Bemmelen, 1949, 713).
a. Pantai utara yang merupakan batas selatan Blok Melanesia.
b. Trough Mamberamo-Bewani, yang terletak antara batas selatan Malanesia
dengan pegunungan di selatannya. Depresi geosinklin ini membentang dari pantai Waropen
barat sampai ke Matapau di Timur.
c. Pegunungan utara, terdiri dari batuan metamorfik dan batuan beku berumur pre-tertier dan
secara tidak merata tertutup oleh limestone berumur tertier bawah. Pegunungan ini mulai
terangkat pada miosen bawah.
d. Depresi median, depresi ini terletak antara dataran pantai dan pegunungan di bagian tengah.
e. Pegunungan tengah yang bersalju. Daerah ini terdiri dari endapan geosinklin pretertier dan
intrusi batuan beku, kemudian disusul oleh (ditutup) endapan berumur paleogen dan miosen
bawah. Pegunungan tengah ini benar-benar terangkat keatas permukaan laut pada paleogen
akhir. Puncak tertingginya (5000 meter) berada di tepi selatan komplek Pegunungan Nasau dan
Pegunungan Orange (Nasau range and Orange range). Adapun komplek pegunungan ini
memiliki lebar 100-150 Km. Dari batas selatan ini ke arah utara ketinggiannya mulai menurun
dan membentuk beberapa lembah dan pegunungan yang sejajar. Di batas utara pegunungan
tengah ini memiliki ketinggian tertinggi 4050 m yaitu di puncak Dormant.
f. Depresi digul-Fly. Sebagai kompensasi terhadap adanya pengangkatan di bagian tengah maka
bagian selatan pulau Irian mengalami penurunan di sepanjang tepi selatannya.
g. Igir Maroke. Igir ini hanya beberapa meter tingginya dan dapat di telusuri mulai dari Kep. Aru,
Kep. Adi kearah timur sampai Bombarai dan Misool.
Fisiografi papua dibedakan menjadi tiga bagian:
1.
Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit
terhadap pulau utama (1300 1350 BT)
2. Pulau utama atau tubuh (1350 143,50 BT)
3. Bagian timur termasuk ekor (143,50 1510 BT)

2.4 Persebaran Sumber Daya Geologi

Papua merupakan wilayah yang sangat kaya akan sumber alam sebagai akibat kegiatan
lempengnya yang terus mengalami perkembangan. Geologi Papua merupakan sesuatu yang
kompleks, melibatkan kegiatan interaksi konvergen Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik
serta proses pengendapan di masa lalu yang mengalami perkembangan dan pengangkatan.
Kebanyakan evolusi tektonik Cenozoic kepulauan ini terbentuk sebagai akibat interaksi
konvergen tersebut. Hal ini menjadikan pulau Papua banyak menghasilkan bahan galian seperti
emas , tembaga dan perak.
Selain itu, Papua merupakan pulau yang kaya akan hutan, luas lahannya sebagian besar
wilayanhnya merupakan hutan yang belum dimanfaatkan secara optimal, potensi yang dapat
dikembangkan di daerah ini meliputi berbagai kegiatan seperti kehutanan, pengembangan
perkebunan, peternakan, perikanan darat dan laut, dan pertambangan. Potensi sumbar daya
mineral dan energi di papua antara lain:manyak bumi, emas, tembaga, batubara, dan sejumlah
mineral lainnya. Papua menjadi pengeksport konsentrat terbesar. Salah satu perusahaan yang
terkenal adalah PT. Freeport di kabupaten Tinamika.
Seperti halnya dengan flora, keadaan di Papua pun bermacam-macam dalam dunia
hewan misalnya, jenis yang terdapat di Papua tidak sama dengan jenis hewan di daerahdaerah di Indonesia lainnya seperti Kangguru, kasuari, Mambruk dan lalin-lain. Demikian pula
sebaliknya jenis hewan tertentu yang terdapat di Indonesia lainnya tidak terdapat di Papua
seperti Gajah, Harimau, Orang Utan dan lain-lain.Fauna di Papua terdapat persamaan dengan
fauna di Australia, misalnya Kangguru, Kus-kus dan lain-lain.Burung Cendrawasih merupakan
burung yang cantik di dunia dan hanya terdapat di Papua.
2.5 Bencana /Bahaya Geologi

Papua merupakan sebuah pulau yang berasal dari pengendapan materi banua ausrtalia
selama berjuta-juta tahun, pengendapan ini menghasilan tumpukan material yang tebal
sehingga mampu membentuk sebuah pulau seperti sekarang. Lempeng ausrtalia dengan
lempeng pasifik yang menyebabkan pengendapan yang terjadi sebelumnya terangkat
kepermukaan dari dasar lautpasifik yang ditemukan di Papua yang mengindikasikan
terjadinya pengangkatan dari dasar laut oleh tenaga endogen, dikenal sebagai Orogenesa
Melanesia.
Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Australia terus berlanjut dan
pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di
perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal
busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur membentuk bagian Landasan Sayap
Miosen seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api
Batanta dan Blok Arfak.
Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur
Melanesia dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api
Mandi dan Arfak terus berlangsung terus hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir
dan penunjaman dan perkembangan dari busur Moon Utawa. Kenampakan seperti jahitan
ditafsirkan dari bentukan tertutup dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen,
dan Ramu Zona Patahan Markam.
Akibat tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan di bagian
cekungan paparan di bagian selatan dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar
Naik Papua. Zona Selatan tumbukan yang berasosiasi dengan sesar serarah kemiringan
konvergensi antara pergerakan ke utara lempeng Australia dan pergerakan ke barat lempeng
Pasifik mengakibatkan terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan
pergerakan evolusi tektonik Papua cenderung ke arah Utara Barat sampai sekarang.
Oleh karna itu, daerah Papua berdasarkan struktur geologi dan geomorfologinya sangat
memungkinkan terjadinya peristiwa tektonik baik di daratan dan di lautan. Peristiwa bencana
atau bahaya yang tersebar di Papua ini seperti gempa bumi, tanah longsor, tanah runtuh, dan
yang paling signifikan sampai saat ini adalah dampak dari pencemaran lingkungan akibat
pertambangan emas dan perak tersebut.

2.6 Perencanaan Tata Guna Lahan


Konsep Pengembangan Wilayah Eksternal
Dalam lingkup antar wilayah (eksternal), konsep struktur tata ruang yang dituju adalah
terbentuknya struktur tata ruang Papua yang terintegrasi dengan pengembangan
kabupaten/kota yang berada di dalam wilayah Provinsi Papua Barat serta pengembangan
wilayah sekitarnya. Perumusan konsep struktur tata ruang dalam lingkup eksternal ini
didasarkan pada pertimbangan:
1.
Kondisi geografis Provinsi Papua Barat yang merupakan wilayah dataran, pesisir dan
pulau-pulau kecil.
2.
Secara regional Provinsi Papua Barat memiliki keterkaitan dengan wilayah sekitarnya
karena posisi dan fungsi yang strategis.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka konsep penataan ruang
antarwilayah Provinsi Papua Barat akan diarahkan kepada:
Meningkatkan keterkaitan ekonomi dan ruang antara Provinsi Papua Barat dengan wilayah luar
provinsi, khususnya provinsi tetangga, yaitu Provinsi Papua, Maluku dan Maluku Utara.
Pengembangan kota-kota pelayanan dan ibukota kabupaten yang berkedudukan cukup
strategis dan memiliki peran sebagai pintu keluar-masuk (multi-gate) dalam menciptakan
hubungan/keterkaitan ekonomi dan spasial dengan daerah luarnya.
Konsep Pengembangan Wilayah Internal
Dalam lingkup internal, perumusan konsep struktur tata ruang didasarkan pada
pertimbangan:
a.
Potensi sumberdaya alam dan laut yang berlimpah yang merupakan peluang bagi
pengembangan wilayah ini.
b.
Kondisi alam Provinsi Papua Barat yang merupakan wilayah daratan yang bergununggunung, kualitas sumberdaya air yang belum termanfaatkan dengan baik serta adanya
beberapa kawasan yang rawan bencana dapat menjadi kendala dalam pengembangan wilayah.
c.
Persiapan sosial perlu dilakukan dalam meminimalisasi konflik sosial dalam
pemanfaatan ruang.
d.
Akses antar kabupaten masih bertumpu pada angkutan laut dan udara, dan pelayanan
angkutan darat yang masih perlu ditingkatkan.
e.
Adanya kesenjangan ekonomi antara pusat pertumbuhan dengan daerah-daerah
belakangnya dan kawasan-kawasan pulau-pulau kecil yang relatif masih terbelakang
(khususnya yang masih sulit dijangkau).
Fungsi utama kota-kota terutama sebagai simpul jasa distribusi pemasaran,
perhubungan, perdagangan, pusat kegiatan industri dan pusat komunikasi.
Dalam lingkup internal, perumusan konsep pola ruang. Kondisi fisik wilayah Papua Barat
yang terdiri dari wilayah daratan yang membentang luas yang terdiri dari daratan tinggi
pegunungan, dataran rendah yang terdiri dari ekosistem lahan basah dan kering dan pesisir

pantai serta gugusan pulau-pulau kecil menyebabkan wilayah ini membutuhkan konsep struktur
tata ruang dengan pendekatan yang bersifat geografis. Mengingat kondisi morfologi wilayah
demikian, maka pengembangan struktur tata ruang wilayah Provinsi Papua Barat dilakukan
dengan konsep pendekatan berdasarkan kesamaan kondisi geografis, morfologi wilayah,
ekosistem sungai, ekosistem pulau dan lautan, sosial budaya (kependudukan), transportasi,
potensi sumberdaya alam, dan perekonomian. Pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk
mengoptimalkan pengembangan wilayah-wilayah di Provinsi Papua Barat sesuai dengan
karakteristik geografis wilayah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara struktur karateristik wilayahnya wilayah papua adalah suatu wilayah yang sangat
besar potensi terutama dibidang pertambangan hal ini dapat dilihat dari prospek beberapa
wilayah di Papua yang banyak terdapat Au (emas), Ag (perak) &Cu(tembaga) yang terdapat di
daerah-daerah yang telah kami sampai kan di atas.Melihat kerumitan dari struktur tektonik dari
pulau ini dimana pulau ini terdapat banyak sekali patahan dan gejala tektonik. Jika melihat

sejarah dari pulau Papua ini, pulau ini telah mengalami banyak sekali proses geologi Dan masih
banyak lagi yang tidak kita ketahui dari papua itu sendiri.
Dalam pembahasan mengenai geologi dan geomofologi papua maka dapat di simpulkan
bahwa
1. Papua merupakan sebuah pulau yang berasal dari pengendapan materi banua ausrtalia
selama berjuta-juta tahun, pengendapan ini menghasilan tumpukan material yang tebal
sehingga mampu membentuk sebuah pulau seperti sekarang.lempeng ausrtalia dengan
lempeng pasifik yang menyebabkan pengendapan yang terjadi sebelumnya terangkat
kepermukaan dari dasar lautpasifik yang ditemukan di Papua yang mengindikasikan
terjadinya pengangkatan dari dasar laut oleh tenaga endogen, dikenal sebagai Orogenesa
Melanesia.
2. Pembagian geologi regional Papua berdasarkan pada tektonik, magmatic, dan stratigrafinya.
3. Seting tektonik Papua terdiri dari patahan, lipatan, maupun sesar-sesar sehingga di wilayah
Papua rentan akan terjadinya gempa bumi yang diikuti enggan tsunami. Akibat dari tektonik
yang katif, wilayah Papua kaya akan barang tambah seperti timah, emas, bijih besi, dan lainlain yang dapat dimanfaatkan sebagai devisa negara.
5. Dari Peta Geologi Papua yang disederhanakan, diketahui bahwa batuan yang terdapat di
Papua terdiri dari batuan beku, sedimen, dan metamorf yang penyebarannya dapat diketahui
melalui peta.

3.2 Saran
Kebanyakan Ilmuwan yang meneliti struktur geologi ataupun tektonik di papua adalah
berasal dari luar negeri sedangkan jarang ada ilmuwan yang berasal dari Indonesia sendiri,
barang-barang tambang di indonesia pun banyak dikelola oleh bangsa-bangsa asing dan
Indonesia sangat dirugikan maka Indonesia seharusnya kembali mengkaji lebih dalam tentang
struktur bumi Papua sehingga kita dapat mengelola kekayaan alam kita sendiri terutama
potensi alam yang ada di bumi Papua.
http://blognyapipithgiat.blogspot.co.id/2014/10/makalah-pengelolaanpertambangan-emas.html

FISIOGRAFI PAPUA
Posted on 7 October 2014 by ompayandries
Bentuk fisiografi Papua diibaratkat berbentuk seperti brunung. Pulau Papua (New Guinea Island)
berada pada posisi 130O19BT 150O48BT dan 00O19LS 10O 43LS. Pulau tersebut memiliki panjang
sekitar 2400 km dan lebar sekitar 660 km. Secara umum Fisiografi Pulau Papua dibagi menjadi 3
bagian yaitu (Van, Bemmelen (1949) :
1. Bagian Peninsula Barat (kepala burung), yang terhubung dengan bagian badan utama dari pulau
tersebut oleh bentuk leher yang menyempit. Terletak pada 130 0 1350 BT (panjang).

2. Bagian Daratan Utama (badan), yang terletak pada 1350 143,50 BT (panjang).
3. Bagian Timur (ekor burung), yang terletak pada 143,50 1510 (panjang).
Bentuk tersebut diyakini akibat adanya tumbukan antara Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik yang
diduga berawal pada awal tersier dan berlangsung hingga sekarang. Wilayah itu dikenal dengan
sebutan Orogen Melanesia.

Pada peta diatas, tampak pembagian dari fisiografis regional dari pulau Irian Jaya (New Guinea) yang
tampak seperti seekor burung. Pulau ini terbagi menjadi bagian-bagian seperti bagian kepala, leher,
badan dan ekor.
Papua merupakan bagian dari pulau Papua (New Guinea) yang terdiri dari Papua Barat dan Papua
Timur. Struktur tertua di Papua dihasilkan dari pergerakan bumi pada massa palezoikum namun hanya
sedikit data yang diperoleh dan kurang memberikan pengaruh pada fasa tektonik pulau itu. Adanya
aktivitas tektonik pada Miosen Akhir yang menghasilkan orogen Melanesia, menyebabkan pola struktur
pulau tersebut menjadi sangat rumit dan khas. Oleh karena itu, proses orogenesa tersebut telah
menentukan fisiografi Papua seperti yang terlihat sekarang (Dow dan Sukamto, 1984; op cit Darman
dan Sidi, 2000).
Keunikan bentuk seperti burung dari pulau itu memberikan konfigurasi pada gaya deformasi yang
berbeda secara lengkap dari kerak benua antara Papua barat dan Papua timur.

1.

2.

Di Papua Timur, deformasi diihasilkan pada jalur deformasi dengan lebar 300 km, dengan arah
barat timur yang meluas sampai ke Papua Nugini dan mencakup hampir semua pegunungan
yang menyusun badan burung. Jalur ini disebut New Guinea Mobile Belt.
Di Papua Barat, terdapat penyesuaian kerak sepanjang rekahan kerak utama yang melewati
jalur sesar naik (mobile belt).

https://geologipapua.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai