TIM REDAKSI
EDITORIAL
Penasehat :
Kepala Badan POM
Pengarah :
Sekretaris Utama Badan POM
Penanggung jawab :
Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan
Redaktur :
Dra. Tri Asti Isnariani, Apt.,M.Pharm.
Editor :
1. Dra. Murti Hadiyani
2. Indah Widiyaningrum, S.Si, Apt.
3. Arlinda Wibiayu, S. Si., Apt.
Kontributor :
1. Drs. R.Irawan, Apt.,M.Epid (Pusat Pengujian
Obat dan Makanan)
2. Bayu Wibisono,S.Si.,Apt (Direktorat Pengawasan
Distribusi Produk Terapetik & PKRT)
3. Arlinda Wibiayu, S. Si., Apt. (PIOM)
4. Dwi Resmiyarti, S.Farm., Apt. (PIOM)
5. Tri Handayani, S.Farm.,Apt (PIOM )
6. Syatiani Arum Syarie, S.Far.,Apt
7. Annisa Nurjannah, S.Farm.,Apt (PIOM )
Sekretariat :
1. Tanti Kuspriyanto, S.Si.,M.Si
2. Ridwan Sudiro, S.IP
3. Riani Fajar Sari, A.Md.
4. Syatiani Arum Syarie, S.Far.,Apt
5. Tri Handayani, S.Farm., Apt.
Sirkulasi :
1. Netty Sirait
2. Surtiningsih
Desain dan Fotografer :
Michael Andikawan S., S.Des.
R
1500533
HALO BPOM
Halaman 2
BERKENALAN DENGAN
PRODUK DARAH
Masih ada keragu-raguan ketika seseorang hendak mengkonsumsi obat yang berasal dari darah.
Darah dari orang yang tidak dikenal tentu membuat seseorang khawatir, padahal layaknya produk obat
lain, obat yang berasal dari darah harus memenuhi berbagai macam kriteria Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) untuk produk darah. Penerapan CPOB tidak hanya ketika proses pengolahan darah tetapi
juga sejak darah dikumpulkan. Lalu seperti apakah jaminan keamanan produk darah tersebut?
Halaman 3
BAGAIMANA INDONESIA ?
Indonesia merupakan salah satu negara yang dipilih oleh WHO
sebagai pilot project untuk pelaksanaan program blood safety,
karena:
Halaman 4
Halaman 5
Halaman 6
2. MELALUI PERANGKAT TELEKOMUNIKASI BERBASIS SISTEM ANDROID, DENGAN LANGKAH-LANGKAH SEBAGAI BERIKUT:
a. Mengunduh aplikasi IONI versi mobile melalui
Link: http://www.appsgeyser.com/1364688 , atau
Kode QR:
Setelah link
dibuka, akan
muncul seperti
di bawah ini.
Kemudian klik
FREE
PUSTAKA:
InfoPOM vol. 10. no. 5. September 2009. Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Jakarta
Halaman 7
SIARAN PERS
HASIL PENGAWASAN OBAT TRADISIONAL MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT
Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan Obat Tradisional
(OT) yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, dan
mutu, Badan POM secara rutin dan berkesinambungan melakukan
pengawasan peredaran obat tradisional, termasuk kemungkinan
dicampurnya Obat Tradisional dengan Bahan Kimia Obat (OT-BKO).
Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM di seluruh Indonesia dari
bulan November 2013 sampai dengan Agustus 2014 ditemukan
sebanyak 51 OT-BKO, dimana 42 diantaranya merupakan produk OT
tidak terdaftar (ilegal). Selain itu, berdasarkan informasi dari negara
lain melalui skema Post-Market Alert System, ditemukan 62 obat
tradisional dan suplemen makanan mengandung BKO. Untuk itu
Badan POM menerbitkan peringatan/public warning sebagaimana
terlampir, dengan tujuan agar masyarakat tidak mengonsumsi OTBKO karena dapat membahayakan kesehatan.
Bahan Kimia Obat (BKO) yang diidentifikasi dicampur dalam OT
pada temuan periode November 2013 sampai dengan Agustus
2014 didominasi oleh penghilang rasa sakit dan obat rematik
seperti parasetamol dan fenilbutason, serta obat penambah
stamina/aprodisiaka seperti sildenafil.
Sebagai tindak lanjut terhadap temuan OT-BKO tersebut, dilakukan
penarikan produk dari peredaran dan pemusnahan. Untuk OT yang
telah terdaftar dan ditemukan mengandung BKO, maka nomor izin
edar dicabut serta diproses secara pro-justitia bekerja sama dengan
aparat penegak hukum lainnya. Selama dua tahun terakhir sejumlah
99 kasus diajukan ke pengadilan.
Judul
Pengarang
: T. Bahdar J. Hamid,
Sherley, dkk.
Penerbit
Tahun
: 2013
Salah satu tema pada buku Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat
yang diterbitkan oleh Direktorat Obat Asli Indonesia Badan Pengawas
Obat Makanan memuat tentang Jinten Hitam. Buku ini mengulas
penelitian ilmiah tentang jinten hitam atau Nigella sativa L. mulai dari
ketersebaran daerah budidaya, deskripsi, penggunaan tradisional,
kandungan kimia, aktivitas farmakologi, dan toksisitas jinten hitam.
Jinten hitam merupakan tumbuhan terna semusim dengan batang
bulat dan daun berwarna hijau, bunga berwarna putih atau ungu
dan buah berbentuk tabung yang berisi banyak biji yang tumbuh
liar sampai ketinggian 1100 m dpl. Biji jinten hitam mengandung
senyawa kimia terpenoid timol, timokuinon, nigellon dan lainlain yang memberikan aktivitas farmakologi diantaranya sebagai
antibakteri, antiviral, antioksidan, antiinflamasi dan analgesik, anti
Halaman 8
Kepada masyarakat:
1. Ditegaskan untuk tidak mengonsumsi OT-BKO sebagaimana
tercantum dalam lampiran peringatan/public warning ini
termasuk peringatan/public warning yang sudah diumumkan
sebelumnya, karena dapat menyebabkan risiko bagi kesehatan
bahkan dapat berakibat fatal.
2. Agar melaporkan ke Badan POM apabila menduga adanya
produksi dan atau peredaran OT secara ilegal kepada Contact
Center HALOBPOM 1500533, SMS 081219999533, email
halobpom@pom.go.id, atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen
(ULPK) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Demikian siaran pers ini disampaikan untuk diketahui dan
disebarluaskan.
Untuk melihat list produk Hasil Pengawasan Obat Tradisional
Mengandung Bahan Kimia Obat dapat dilihat pada website
Badan POM di www.pom.go.id
Jakarta, 26 November 2014
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat
PUBLIKASI
tukak lambung, antidiabetes dan aktivitas farmakologi
lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan.
Pada bagian penjelasan di buku tersebut, untuk penggunaan jinten
hitam sebagai anti tukak lambung, diujicobakan dengan dosis
500mg/kg BB dan timokuinon dosis 10 mg/kg BB per oral pada
tikus Wistar (n=10) yang diinduksi tukak lambung dengan alkohol.
Aktivitas anti tukak dibuktikan dengan penurunan sel mast, luas
area tukak dan kadar histamin lambung. Hal ini menunjukkan
bahwa biji jinten hitam bersama dengan timokuinon berpotensi
sebagai gastroprotektif melalui mekanisme antiperoksidase,
antioksidan dan antihistamin. (hal16)
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, buku ini juga berisi
efek samping dari jinten hitam berupa dermatitis kontak pada
penggunaan secara topikal, interaksi obat yang mungkin terjadi
pada saat penggunaan jinten hitam bersama obat lain dan daftar
karya ilmiah yang dijadikan referensi penelitian. Selamat membaca.
Penulis : Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan
siaran-pers
Halaman 9
Halaman 10
MENGOBATI
GANGGUAN
AGEN SITOSTATIK
Agen sitostatik topikal diketahui dapat menurunkan laju replikasi
sel epidermis, dengan demikian waktu yang dibutuhkan untuk
pergantian sel epidermis meningkat sehingga mengurangi sisik
pada kulit yang nampak secara signifikan. Penggunaan produk
yang mengandung agen sitostatik bermanfaat untuk mengontrol
ketombe dan dermatitis seboroik.
1. Pyrithione Zink
Pyrithione Zink sebagai agen sitostatik bekerja dengan cara
menimbulkan toksisitas nonspesifik pada sel epidermis. Produk
yang mengandung bahan ini digunakan dengan cara diaplikasikan
pada rambut dan kulit kepala, kemudian segera dibasuh dengan
air. Semakin lama waktu paparan produk pada kulit kepala maka
efeknya semakin besar. Medicated shampoo untuk ketombe
mengandung pyrithione zink 0,3% sampai 2,0%, sedangkan untuk
dermatitis seboroik adalah 0,95% sampai 2,0%.
2. Selenium Sulfida
Selenium sulfida berperan sebagai agen sitostatik dengan
menghambat pertumbuhan sel langsung pada sel permukaan
kulit, sehingga penggantian kulit secara berlebih dapat
dihentikan. Bilas sampo sampai tidak ada yang tertinggal
di kulit kepala atau rambut karena selenium sulfida dapat
mengakibatkan perubahan warna rambut. Penggunaan
selenium sulfida yang terlalu sering dapat meninggalkan bau
dan kulit kepala berminyak. Obat ketombe dan dermatitis
seboroik mengandung selenium sulfida 1%.
Efek yang tidak diinginkan:
Hindari kontak dengan kelopak mata karena berpotensi
menimbulkan iritasi. Jika terjadi kontak dengan mata maka
segera bilas dengan air yang banyak.
Selenium sulfida bersifat racun jika tertelan. Karena adanya
resiko keracunan, maka hanya digunakan pada pemakaian
luar saja.
Selenium sulfida dapat meningkatkan minyak pada kulit
kepala dan memperburuk kondisi dermatitis seboroik
pada orang tertentu.
3. Coal Tar
Coal tar digunakan untuk mengatasi ketombe, dermatitis seboroik
dan psoriasis. Coal tar biasanya tersedia dalam bentuk krim, salep,
pasta, lotion, minyak tar, sampo, sabun, dan gel. Kandungan coal tar
yang terdapat dalam produk adalah 0,5% sampai 5% .
Efek yang tidak diinginkan:
terjadinya peradangan pada folikel;
meninggalkan noda pada kulit dan rambut, fotosensitivitas
(sensitif bila terkena cahaya);
iritasi.
AGEN KERATOLITIK
Agen keratolitik dapat memudahkan pelepasan atau
penghancuran agregat keratin (lapisan tanduk), dengan demikian
membantu menghilangkan sisik dengan menjadikannya partikel
yang lebih kecil. Zat ini bekerja dengan melarutkan zat pengikat
sel epidermis. Namun karena dapat mempengaruhi keratin
rambut dan kulit, maka penggunaan agen keratolitik dalam
waktu yang lama dapat merusak rambut.
1. Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan agen keratolitik yang bekerja dengan
menurunkan pH kulit, sehingga meningkatkan pelepasan keratin.
Obat ketombe, dermatitis seboroik, dan psoriasis mengandung
asam salisilat 1,8% sampai 3%. Efeknya akan terlihat pada 7
sampai 10 hari setelah penggunaan.
Efek yang tidak diinginkan: Iritasi
2. Sulfur
Sulfur dapat menyebabkan pengelupasan sel dan mengurangi
jumlah korneosit (sel aktif pada lapisan kulit terluar). Sulfur
tunggal digunakan sebagai obat ketombe dengan konsentrasi
2% sampai 5%. Kombinasi Sulfur dengan asam salisilat digunakan
untuk pengobatan dermatitis seboroik.
Efek yang tidak diinginkan: Iritasi
ZAT AKTIF LAIN
Ketokonazol
Ketokonazol adalah anti jamur, yang tersedia dalam bentuk
sampo untuk pengobatan ketombe dan dermatitis seboroik
pada kulit kepala.
Sampo digunakan pada rambut yang telah dibasahi, kemudian kulit
kepala dipijat selama 3 sampai 5 menit, bilas sampai sisa sampo
tidak ada di rambut dan kulit kepala. Penggunaan sampo yang
mengandung ketokonazol dua kali seminggu selama 4 minggu.
PUSTAKA
1. Badan POM. 2007. Kompendia Obat Bebas. Badan POM RI, Jakarta.
2. Krinsky, et al. 2012. Handbook of Nonprescription Drugs: an Interactive
Approach to Self-Care 17th ed. American Pharmacist Association,
Washington DC.
3. Berman, Kevin. 2013. Seborrheic dermatitis. http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/ency/article/000963.htm [11 Februari 2014].
KERACUNAN MADU
Pertanyaan:
Saya merasakan sakit perut, muntah (berupa air madu) dan
sakit kepala setelah 30 menit mengkonsumsi madu yang saya
duga kadaluarsa/palsu. Apakah wajar jika masa kadaluarsa
madu sampai dengan 4 tahun (seperti yang tertera pada
produk)? Jika saya mengalami keluhan seperti di atas, apa
yang harus saya lakukan? (J, Karyawan)
Jawaban:
Madu merupakan pemanis alami kaya karbohidrat yang
berasal dari nektar tumbuhan melalui pengolahan oleh lebah.
Komponen utama madu adalah glukosa, fruktosa, air, serta
komponen lain seperti asam amino, protein, enzim dan mineral
dalam jumlah kecil. Madu memiliki pH rendah (3,2 4,5) dan
bersifat antimikroba karena adanya kandungan hidrogen
peroksida serta senyawa antioksidan lain yang diduga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Penyimpanan yang benar dapat membuat madu tetap
stabil dalam waktu yang lama. Pengaruh suhu, cahaya dan
kelembaban dapat menyebabkan madu berubah warna,
kehilangan aroma, membentuk kristal, kehilangan aktivitas
antimikrobanya, serta berkurang nilai nutrisinya. Sebaiknya
madu disimpan pada suhu sekitar 20oC dalam wadah tertutup
rapat agar terhindar dari kerusakan akibat kelembaban. Madu
yang telah mengalami perubahan fisik seperti warna atau
hilangnya aroma sebaiknya tidak dikonsumsi.
Senyawa hidroksimetil furfural (HMF)
dan diastase dapat digunakan sebagai
indikator kerusakan madu dalam proses
produksi atau penyimpanan. Pada kondisi
penyimpanan di suhu ruangan (25oC),
umur pakai madu umumnya sekitar 18
bulan. Untuk memastikan madu sudah
terdaftar di Badan POM maka dapat dilihat
di website Badan POM (www.pom.go.id).
Pertolongan pertama yang dapat
dilakukan jika mengalami muntah adalah
menjaga asupan cairan tubuh agar tidak
terjadi dehidrasi akibat pengeluaran
cairan, misalnya dengan memberikan air minum, susu atau
oralit. Jika gejala muntah dan diare semakin parah disarankan
untuk menghubungi dokter atau fasilitas kesehatan terdekat
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
PUSTAKA
1.
TGA. 1998. Honey, Scientific Report. https://www.tga.gov.au/
sites/default/files/report-honey-9812.pdf (Juli 2014)
2.
FAO.1996. Value-Added Products From Beekeeping http://www.
fao.org/docrep/w0076e/w0076e06.htm (Agustus 2014)
3.
The National Honey Board. FAQ. http://www.honey.com/faq/
(Juli 2014)
PIO Nas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses
informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di
Indonesia yang telah disetujui oleh badan POM sebagai NRA (National
Regulatory Authority). PIO Nas melayani permintaan informasi dan
konsultasi terkait dengan penggunaan obat. Permintaan informasi ke
PIO Nas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIO Nas
(Gedung Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM, Jl. Percetakan Negara
No. 23, Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117 / 0214259945, HP nomor 08121899530, email ke informasi@pom.go.id