Anda di halaman 1dari 26

TEORI AKUNTANSI POSITIF DAN KONSEKUENSI EKONOMI

Pendahuluan
Teori akuntansi mulai dikembangkan sejak tahun 1920-an oleh

para teoritikus

akuntansi. Mulai muncul secara induktif, yaitu hanya berupa kumpulan dari kegiatan
akuntansi yang dianggap terbaik dan disepakati bersama (Best Practice Theory), kemudian
berkembang dan kini secara umum teori akuntansi dibagi menjadi dua yaitu teori normatif
dan teori positif.
Teori akuntansi normatif bersifat menentukan (prescribe) bagaimana praktik
akuntansi tertentu harus diambil. Teori ini didasarkan pada keyakinan atau norma dari si
pembuat teori tentang apa yang seharusnya dilakukan akuntan dalam proses penyajian
informasi keuangan kepada para pemakai dan bukan menjelaskan tentang apakah informasi
keuangan itu dan mengapa hal itu terjadi. Teori normatif sering disebut sebagai teori a priori
(dari sebab akibat dan bersifat deduktif).
Sedangkan teori akuntansi positif membangun hipotesis berdasarkan observasi
empiris di lapangan, artinya teori ini dikembangkan dari hal yang bersifat khusus menjadi
sebuah teori yang bersifat umum. Watts dan Zimmerman (dalam Deegan, 2006) mengatakan
bahwa teori akuntansi positif menjelaskan dan memprediksi fenomena tertentu dari praktik
akuntansi, misal mengenai perusahaan mana yang akan dan mana yang tidak akan
menggunakan metode tertentu. Tetapi teori tidak mengatakan teori mana yang harus dipakai.
Tuntunan atas adanya suatu pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika
Jensen dalam jurnalnya Reflections On The State Of Accounting Research And The
Regulation Of Accounting tahun 1976 menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi
(dengan satu atau dua pengecualian yang dapat di catat) tidak bersifat ilmiah, karena fokus
penelitian ini telah sangat normatif dan terdefinisi. Jensen selanjutnya meminta akan adanya
perkembangan suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan mengapa akuntansi
seperti apa adanya ia, mengapa akuntan melakukan apa yang mereka lakukan, dan apa
pengaruh yang dimiliki suatu fenomena terhadap manusia dan penggunaan sumber daya.
Pesan mendasar yang kemudian dikenal sebagai Kelompok Akuntansi Rochester
adalah bahwa hampir semua teori akuntansi tidak bersifat ilmiah karena mereka bersifat
normatif dan seharusnya diganti dengan teori positif yang menjelaskan praktek akuntansi
aktual dilihat dari segi pilihan manajemen secara sukarela terhadap prosedur akuntansi dan
bagaimana standar peraturan telah berubah dari waktu ke waktu.

Dorongan terbesar dari pendekatan positif dalam akuntansi adalah untuk menjelaskan
dan meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari
pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan
pengalokasian sumber daya ekonomi.
TEORI AKUNTANSI POSITIF
Definisi Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif adalah

teori yang berusaha untuk menjelaskan dan

memprediksi fenomena tertentu. Menurut Watts (dalam Deegan 2006) penggunaan penelitian
positif dipopulerkan di bidang ekonomi oleh Friedman (1953). Teori akuntansi positif
berfokus pada hubungan antara berbagai individu yang terlibat dalam menyediakan sumber
daya untuk sebuah organisasi dan bagaimana akuntansi digunakan untuk membantu fungsi
dari hubungan ini. Contohnya adalah hubungan antara pemilik (sebagai pemasok modal) dan
manajer (sebagai pemasok tenaga kerja manajerial), atau antara manajer dan kreditur.
Hubungan dalam contoh di atas dapat dikatakan sebagai hubungan keagenan, yaitu kontrak di
mana satu orang atau lebih (principal) menyewa orang lain (agen) untuk memberikan jasa
demi kepentingan prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas pembuatan
keputusan kepada agen. Ketika kekuasaan pembuatan keputusan didelegasikan, hal ini dapat
berpengaruh pada beberapa kerugian efisiensi dan biaya konsekuensi yang harus ditanggung
prinsipal. Setiap kerugian potensial dari laba yang diakibatkan oleh kinerja manajer yang
berada di bawah performa yang seharusnya, dianggap sebagai biaya yang timbul dari delegasi
pembuatan keputusan dalam hubungan keagenan yang disebut sebagai biaya keagenan.
Teori Akuntansi Positif didasarkan pada asumsi berbasis ekonomi sentral bahwa
semua tindakan individu dikendalikan oleh kepentingan pribadi dan bahwa individu akan
bertindak oportunistis selama tindakan tersebut akan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Dengan berdasar pada asumsi ini, Teori Akuntansi Positif memprediksi bahwa organisasi
akan mencari mekanisme yang menyejajarkan kepentingan manajer perusahaan (agen)
dengan kepentingan pemilik perusahaan (principal).
Dengan adanya masalah keagenan yang timbul dalam organisasi, akan muncul
berbagai biaya yang berhubungan dengan bonding dan monitoring yang terjadi. Teori positif
juga mengasumsikan bahwa tidak semua tindakan oportunistik agen dapat dikendalikan
dengan perjanjian kontraktual atau sebaliknya, akan selalu ada biaya residual berhubungan
dengan penunjukan agen.

Asal Mula dan Perkembangan Teori Akuntansi Positif


Penelitian positif dalam akuntansi mulai menonjol pada pertengahan tahun 1960-an
dan menjadi paradigma penelitian yang dominan pada 1970-an dan 1980-an. Sebelum waktu
ini, tipe penelitian yang dominan adalah penelitian akuntansi normatif.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori
normatif yang menurut peneliti didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga
tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris. Watts (dalam Deegan 2006) memberikan
gambaran mengenai tren penelitian akuntansi yang terjadi pada 1950-1970-an. Dia
menyatakan bahwa pengenalan penelitian positif dalam akuntansi pada pertengahan tahun
1960-an merepresentasikan pergeseran paradigma penelitian. Dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat sehingga memunculkan pergeseran ini.
Selain itu, Watts (dalam Deegan 2006) berargumen bahwa pergeseran paradigma juga
berhubungan dengan perubahan dalam sekolah bisnis di AS pada akhir 1950-an dan awal
1960-an. Argumentasi lainnya menyatakan bahwa pada pertengahan tahun 1960-an dan
selama 1970-an fasilitas komputasi berkembang dengan pesat sehingga analisis statistik skala
besar sebagai sebuah pendekatan yang digunakan dalam paradigma penelitian positif lebih
mudah diterapkan.
Salah satu perkembangan dari tahun 1960-an yang penting terhadap pengembangan
Teori Positif adalah karya teoritis seperti Fama, yang berhubungan dengan pengembangan
EMH (the Efficient Market Hypothesis atau Hipotesis Pasar Efisien). EMH didasarkan pada
asumsi bahwa pasar modal bereaksi dalam cara yang efisien dan tidak bias terhadap
informasi yang tersedia secara publik. Kondisi pasar disebut efisien jika pasar bereaksi
dengan cepat dan akurat untuk mencapai keseimbangan baru yang sepenuhnya
mencerminkan informasi yang tersedia.
Akan tetapi, EMH tidak dapat menjelaskan mengapa metode akuntansi tertentu
dipilih. Penelitian tidak menyediakan hipotesis untuk memprediksi dan menjelaskan pilihan
akuntansi yang dapat diambil, penelitian yang ada hanya mempertimbangkan reaksi pasar
terhadap pengungkapan utama informasi atas harga saham.
Kebanyakan penelitian yang berdasarkan pada EMH mengasumsikan tidak ada biaya
kontrak dan biaya informasi yang mungkin muncul. Selain itu, EMH juga mengasumsikan
bahwa pasar modal dapat secara efisien membatalkan implikasi manajemen memilih metode
akuntansi yang berbeda. Contohnya jika entitas memilih untuk mengganti asumsi arus biaya
persediaan yang akan menyebabkan kenaikan laba yang dilaporkan, maka pasar diasumsikan

dapat melihat perubahan ini, dan apabila tidak ada implikasi arus kas yang jelas (misalnya
melalui perubahan pajak), tidak akan ada reaksi harga saham. Oleh karena itu, jika metode
akuntansi tertentu tidak memiliki implikasi perpajakan secara langsung, terdapat
ketidakmampuan untuk menjelaskan mengapa sebuah metode akuntansi lebih dipilih
daripada lainnya.
Namun, terdapat bukti yang mengindikasikan bahwa manajer perusahaan akan
menggunakan segala sumber daya yang memungkinkan untuk melobi regulator berhubungan
dengan metode akuntansi tertentu. Kunci untuk menjelaskan pilihan manajer terhadap metode
akuntansi khusus ini dapat dijelaskan dengan Teori Keagenan. Teori ini berfokus pada
hubungan antara principal dan agen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hubungan ini
muncul karena banyaknya asimetri informasi. Teori Keagenan menerima adanya biaya
transaksi dan biaya informasi yang mungkin muncul dalam hubungan pihak-pihak tersebut.
Asumsi dari teori keagenan adalah bahwa principal akan mengira bahwa agen (seperti
juga principal) akan dikendalikan oleh kepentingan pribadinya, dan karenanya principal akan
mengantisipasi bagaimana manajer, kecuali apabila telah dibatasi untuk bertindak sebaliknya,
akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri yang dapat merugikan atau
mengganggu kesejahteraan ekonomi principal. Agen kemudian diasumsikan akan terdorong
untuk melakukan perjanjian kontraktual yang dapat mengurangi kemampuan mereka
melaksanakan tindakan yang merugikan kepentingan principal.
Watts dan Zimmerman menjelaskan bagaimana faktor tertentu suatu organisasi
mungkin mempengaruhi manajer suatu organisasi untuk mendukung atau menolak metode
akuntansi tertentu. Watts dan Zimmerman (1990) mengidentifikasi tiga hipotesis kunci yang
kemudian sering digunakan dalam literatur Teori Akuntansi Positif untuk menjelaskan dan
memprediksi apakah suatu perusahaan akan mendukung atau menolak metode akuntansi
tertentu tersebut. Ketiga hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis rencana bonus
Dalam kondisi ceteris paribus, hipotesis ini memprediksi bahwa jika seorang manajer
diberi reward berdasarkan ukuran kinerja seperti laba akuntansi, manajer tersebut
akan cenderung meningkatkan laba dengan maksud agar bonus yang diperolehnya
pun akan meningkat.
2. Hipotesis utang
Hipotesis ini memprediksi bahwa semakin tinggi rasio utang atau ekuitas pada suatu
perusahaan, manajer akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang
meningkatkan pendapatan. Semakin tinggi rasio utang atau ekuitas, semakin ketat
batasan dalam perjanjian hutang. Semakin ketat batasan dalam perjanjian, semakin

besar kemungkinan pelanggaran perjanjian dan semakin besar kemungkinan biaya


yang akan dikeluarkan karena kegagalan teknis. Manajer kemudian mengeluarkan
kebijakan dengan memilih metode akuntansi yang meningkatkan pendapatan untuk
mengurangi batasan utang dan biaya yang timbul karena kegagalan teknis.
3. Hipotesis biaya politis
Hipotesis ini menjelaskan hubungan antara perusahaan dengan pihak luar yang
meskipun tidak terikat kontrak langsung dapat membebani perusahaan dengan
berbagai transfer kekayaan. Watts dan Zimmerman (1978) beranggapan bahwa
manajer lebih cenderung untuk memilih metode akuntansi yang melaporkan laba yang
lebih rendah karena faktor pajak dan pertimbangan politik. Akan tetapi untuk
perusahaan kecil dengan biaya politik yang rendah, cenderung tetap memilih standar
akuntansi yang menghasilkan laba yang lebih besar.
Prespektif Oportunistik dan Efisiensi
Seperti yang dapat disimpulkan dari penjelasan sebelumnya, penelitian Teori
Akuntansi Positif pada umumnya mengadopsi baik perspektif efisiensi ataupun perspektif
oportunistik. Dalam perspektif efisiensi, peneliti menjelaskan bagaimana berbagai
mekanisme kontrak dapat digunakan untuk meminimalkan biaya keagenan perusahaan.
Perspektif efisiensi ini sering disebut sebagai perpektif ex ante (sebelum fakta) yang
mempertimbangkan mekanisme apa yang dilakukan di awal, dengan tujuan meminimalkan
masalah keagenan di masa depan dan biaya kontrak. Misalnya, banyak organisasi di seluruh
dunia secara sukarela menyiapkan laporan keuangan yang tersedia untuk publik sebelum ada
persyaratan peraturan untuk melakukannya. Laporan keuangan juga sering diaudit, bahkan
ketika tidak ada peraturan untuk melakukannya (Morris, 1984).
Dalam perspektif efisiensi ini, praktik akuntansi yang digunakan oleh perusahaan
seringkali merupakan metode yang dapat secara tepat mencerminkan kinerja keuangan suatu
entitas. Dengan adanya ukuran kinerja yang secara tepat merefleksikan kinerja perusahaan,
investor dan pihak lain tidak perlu mengumpulkan informasi tambahan dari sumber lain
sehingga akan menghemat biaya.
Sebagai ilustrasi penelitian yang mengadopsi perspektif efisiensi, Whittered (1987)
berusaha untuk menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan secara sukarela menyiapkan
laporan keuangan konsolidasi yang tersedia untuk umum ketika tidak ada peraturan yang
mengharuskan mereka untuk melakukannya. Ia menemukan bahwa ketika perusahaan
meminjam dana, keamanan untuk utang sering mengambil bentuk jaminan yang diberikan

oleh entitas lain dalam kelompok organisasi. Laporan keuangan konsolidasian digambarkan
sebagai cara yang lebih efisien untuk memberikan informasi tentang kemampuan kelompok
untuk meminjam dan membayar utang dengan memberikan informasi laporan keuangan
terpisah untuk masing-masing entitas dalam kelompok.
Di lain sisi, perspektif oportunistik mengacu pada perjanjian kontraktual yang telah
dinegosiasikan dalam perusahaan dan berusaha menjelaskan serta memprediksi perilaku
oportunistik tertentu yang akan terjadi setelah perjanjian kontraktual tersebut. Perspektif
oportunistik disebut juga sebagai perspektif ex post (setelah fakta) karena mempertimbangkan
tindakan oportunistik yang dilaksanakan setelah perjanjian kontraktual dibuat.
Dalam perspektif oportunistik, manajer diasumsikan akan berusaha untuk
memaksimalkan kesejahteraan pribadinya, di mana hal tersebut sangat tergantung pada
seberapa besar kinerja yang dicapai terkait dengan bonus tunai (cash bonus), risiko
ketenagakerjaan yang muncul dari adanya kemungkinan dilakukan pengambilalihan atau
kegagalan atau kebangkrutan perusahaan, dan nilai saham perusahaan di pasar.
Teori akuntansi positif berasumsi bahwa principal telah memprediksi bahwa manajer
akan berperilaku oportunistik, sehingga principal seringkali mensyaratkan (dalam perjanjian
kontraktual) penggunaan metode akuntansi tertentu untuk tujuan tertentu. Namun hal ini akan
membutuhkan banyak biaya sehingga akan selalu ada celah bagi manajer untuk secara
oportunistik memilih metode akuntansi tertentu yang lebih disukai.
Kontrak Pemilik atau Manajer
Teori Akuntansi Positif mengadopsi asumsi sentral bahwa semua aksi individual
dikendalikan oleh kepentingan pribadi, dan bahwa kepentingan utama dari individual adalah
memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri. Tindakan manajerial terpisah dari apa yang
disyaratkan untuk memaksimalkan pengembalian laba pemegang saham. Asumsi ini sering
disebut asumsi rational economic person (orang ekonomis secara rasional).
Masalah keagenan dapat muncul dalam suatu perusahaan. Masalah ini muncul
disebabkan karena adanya asimetri informasi antara agen dan principal, di mana agen lebih
banyak mempunyai informasi dibandingkan principal sehingga dapat menyebabkan perilaku
menyimpang dari agen. Biaya dari perilaku menyimpang yang mungkin timbul sebagai hasil
dari hubungan keagenan ini disebut dengan biaya keagenan.
Dengan mengasumsikan bahwa kepentingan pribadi mengendalikan tindakan
manajer, maka perusahaan perlu membuat skema remunerasi yang dinilai dari kinerja
manajer dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan meningkat,

penghargaan yang dibayarkan pada manajer juga akan meningkat. Skema bonus yang terkait
dengan kinerja perusahaan akan menyelearaskan kepentingan manajer dan pemilik, misalnya
sebagai berikut :
1. Skema bonus secara umum
Manajer diupah sejalan dengan laba perusahaan, penjualan, atau return on assets.
Remunerasi mereka didasarkan pada output dari sistem akuntansi. Manajer juga dapat
diupah sesuai dengan harga pasar dari saham perusahaan, bisa melalui kepemilikan
kepentingan ekuitas (saham) dalam perusahaan atau dengan bonus kas yang secara
eksplisit terkait dengan pergerakan nilai sekuritas perusahaan.
2. Skema bonus berdasarkan akuntansi
Jumlah yang dibayar kepada manajer terkait secara langsung dengan angka akuntansi,
maka perubahan dalam metode akuntansi yang digunakan organisasi akan berdampak
pada bonus yang akan diterima. Perubahan dalam metode akuntansi akan membawa
pada perubahan arus kas dan mengakibatkan perubahan nilai organisasi. Hal ini
bertentangan dengan pandangan pendukung awal EMH yang berpendapat bahwa
perubahan metode akuntansi tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan, kecuali
berefek terhadap peningkatan beban misalnya pajak. Dalam mempertimbangkan
penerapan skema bonus berdasarkan output akuntansi, sesuai perspektif oportunistik,
terdapat kemungkinan manajer akan terpengaruh untuk memanipulasi angka laba
perusahaan sebagai dasar kinerja perusahaan yang tentunya akan meningkatkan bonus
mereka.
3. Skema bonus berdasarkan pasar
Dalam industri yang memiliki laba akuntansi yang sangat fluktuatif, para ahli Teori
Akuntansi Positif menyatakan bahwa perusahaan akan lebih sesuai memberi hadiah
kepada manajer berdasarkan nilai pasar sekuritas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan
dengan mendasarkan bonus kas pada peningkatan harga saham atau dengan
menyediakan saham atau opsi bagi saham bagi manajer dalam perusahaan. Jika nilai
saham perusahaan naik, baik manajer dan pemilik akan diuntungkan. Hal yang
terpenting, manajer akan diberikan insentif untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Akan tetapi, pemberian hadiah ini memiliki beberapa permasalahan, yaitu harga
saham akan dipengaruhi tidak hanya oleh faktor yang dikendalikan oleh manajer, tapi
juga dari luar, faktor pasar-luas, sehingga harga saham tidak secara langsung
menggambarkan kinerja manajer. Selain itu, insentif yang terkait pasar hanya sesuai
bagi manajemen senior karena hanya mereka yang memiliki kemungkinan untuk

memiliki efek signifikan pada arus kas perusahaan dan berakibat pada nilai sekuritas
perusahaan.
Dalam hal penerapan skema insentif berdasarkan output akuntansi, ada kemungkinan
bahwa reward manajer atas dasar keuntungan akuntansi dapat mendorong mereka untuk
memanipulasi angka akuntansi dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan tentunya
imbalan yang akan mereka peroleh. Artinya, keuntungan akuntansi mungkin tidak selalu
memberikan ukuran objektif tentang kinerja atau nilai perusahaan. Healy (1985) memberikan
ilustrasi ketika manajer dapat memilih untuk memanipulasi angka akuntansi dengan tujuan
oportunis berdasarkan skema bonus akuntansi, dia menemukan bahwa ketika skema
menunjukkan bahwa bonus akan diterima manajer jika target pendapatan tertentu dapat
dicapai, maka manajer akan mengadopsi metode akuntansi yang konsisten dengan
memaksimalkan bonus itu.
Kontrak Utang
Ketika suatu pihak meminjamkan dana kepada organisasi lain, penerima dana
mungkin melakukan aktivitas yang akan mengurangi atau bahkan menghilangkan
kemungkinan dana akan dibayar kembali. Kemungkinan lain, organisasi akan mengambil
level utang tambahan dan berlebihan, yang dapat menyebabkan pemberi pinjaman baru akan
bersaing dengan pemberi pinjaman sebelumnya untuk mendapatkan pengembalian. Selain itu,
perusahaan mungkin berinvestasi dalam proyek yang sangat berisiko. Strategi ini tidak akan
menguntungkan bagi kreditur karena jika perusahaan mendapatkan laba yang tinggi, mereka
tidak menerima pengembalian yang lebih besar, tidak seperti pemilik yang akan meningkat
juga penerimannya ketika nilai perusahaan naik. Sedangkan jika proyek gagal, kreditur tidak
akan memperoleh apa-apa. Kreditur walaupun tidak berbagi dalam keuntungan, tetapi
menderita konsekuensi dari kerugian yang signifikan.
Dengan demikian, pemberi utang akan mengasumsikan bahwa manajemen akan
mengambil tindakan yang tidak selalu sesuai dengan kepentingan kreditur, dan sebagai
hasilnya, mereka akan meminta perusahaan untuk membayar biaya bunga yang lebih tinggi
sebagai kompensasi bagi kreditur terhadap kemungkinan risiko yang tinggi.
Jika perusahaan setuju untuk tidak membayar dividen yang berlebihan, tidak
mengambil level utang yang tinggi, dan tidak berinvestasi dalam proyek yang berisiko tinggi,
maka diasumsikan bahwa perusahaan akan mampu memperoleh modal dari utang pada biaya
yang lebih rendah. Dengan keuntungan dari biaya bunga yang lebih rendah, manajemen akan
memilih untuk mengadakan perjanjian yang akan membatasi tindakan mereka selanjutnya.

Cotter (Dalam Deegan, 2006) menyatakan bahwa perjanjian pengungkit seringkali


digunakan dalam kontrak pinjaman bank, dengan pengungkit (leverage) paling banyak
mengukur rasio total utang terhadap aset berwujud (tangible assets). Biaya perjanjian
tambahan yang membatasi jumlah utang yang aman biasanya dimasukkan dalam term
perjanjian utang pada perusahaan besar, yang ditetapkan berdasarkan persentase terhadap
total aset berwujud.
Teori Akuntansi Positif mengasumsikan bahwa eksistensi kontrak utang memberikan
manajemen insentif lanjutan (ex post) untuk memanipulasi angka akuntansi. Sebagai contoh,
jika perusahaan secara kontrak setuju bahwa rasio utang pada total aset berwujud harus dijaga
dibawah nilai tertentu, maka jika nilai tersebut terlampaui yang menyebabkan kegagalan
teknis dari perjanjian pinjaman, manajemen akan memiliki insentif baik untuk menaikkan
aset atau menurunkan kewajiban.
Kontrak utang dapat membatasi teknik akuntansi yang dapat digunakan oleh
perusahaan. Manajemen memiliki berbagai cara untuk meminimalisir efek dari pembatasan
berdasarkan akuntansi yang telah ada. Oleh karena itu, kreditur harus sejak awal menetapkan
semua metode akuntansi yang harus digunakan manajemen. Namun untuk tujuan praktik,
tidak memungkinkan bagi kreditur untuk mencantumkan secara lengkap dalam kontrak.
Sebagai konsekuensinya manajemen memiliki kemampuan secara bebas untuk menentukan
cara yang memungkinkan mereka untuk melonggarkan efek dari batasan yang dinegosiasikan
dengan kreditur.
Biaya Politis
Perusahaan, terutama perusahaan besar, kadang-kadang berada dalam pengawasan
berbagai kelompok, seperti pemerintah, kelompok karyawan, kelompok konsumen, kelompok
lingkungan, dan sebagainya. Contohnya ukuran suatu perusahaan seringkali digunakan
sebagai indikasi kekuatan pasar dan dengan sendirinya dapat menarik perhatian lembaga
regulator.
Pemerintah dan kelompok kepentingan mungkin mengemukakan pandangan bahwa
organisasi tertentu menghasilkan laba yang berlebihan dan tidak membayar bagian yang
wajar kepada segmen lain dari masyarakat. Contohnya upah yang dibayar terlalu rendah,
harga produk terlalu tinggi, pembayaran pajak terlalu rendah, dan sebagainya.
Untuk mengurangi kemungkinan adanya perhatian politis yang merugikan dan biaya
yang meliputinya, perusahaan yang sensitif secara politis akan mengadopsi metode akuntansi
yang berpengaruh pada pengurangan dari laba yang dilaporkan. Pandangan bahwa rendahnya

laba yang dilaporkan akan membawa pada rendahnya pengawasan politis dan pada akhirnya
membawa pada rendahnya transfer kekayaan keluar perusahaan mengasumsikan bahwa
manajer dapat mengelabui mereka yang terlibat dalam proses politis dengan hanya
mengadopsi metode akuntansi tertentu.
Beberapa Kritik Terhadap Teori Akuntansi Positif
1. Teori Akuntansi Positif dianggap tidak menyediakan preskiptif atau menentukan, yang
berarti tidak menyediakan alat untuk meningkatkan praktik akuntansi. Hal ini
didasarari karena teori ini hanya menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi,
sehingga dianggap tidak cukup.
2. Teori Akuntansi Positif dianggap tidak bebas nilai seperti yang dinyatakan. Dalam
Teori Akuntansi Positif tidak ada panduan mengenai apa yang seharusnya dilakukan
seseorang. Teori Akuntansi Positif hanya menyediakan informasi mengenai efek dari
tindakan tertentu dan menyerahkan kepada orang lain tindakan apa yang akan
dilakukan.
3. Asumsi bahwa setiap orang bertindak hanya untuk memaksimalkan keuntungan
pribadi dianggap terlalu negatif dan terlalu menyederhanakan ditinjau dari sudut
pandang kemanusiaan.
4. Tidak ada perkembangan yang berarti sejak tahun 1970-an dengan tiga hipotesis kunci
(hipotesis rencana bonus, hipotesis utang, dan hipotesis biaya politis). Ketiga
hipotesis ini tersu diuji pada lingkungan yang berbeda dan didalam hubungan dengan
isu kebijakan akuntansi yang berbeda.
5. Kritik lebih jauh terhadap Teori Akuntansi Positif ialah Teori Akuntansi Positif
dianggap cacat secara ilmiah. Hal ini telah dibuktikan bahwa ketika hipotesis dari
Teori Akuntansi Positif tersebut diuji seringkali hasilnya tidak mendukung (tidak
selalu benar), sehingga secara saintifik Teori Akuntansi Positif harus ditolak.
6. Kritik lain terhadap Teori Akuntansi Positif ialah peneliti dari teori ini percaya bahwa
mereka dapat menghasilkan hukum dan prinsip yang diekspetasi untuk beroperasi
pada situasi yang berbeda, dan hanya ada satu kebenaran dasar yang dapat ditentukan
dari seorang pengamat yang independen, dan berimbang yang tidak dipengaruhi dari
presepsi dan bias individual. Perspektif jelas adalah bahwa realitas yang ada secara
objektif, dan penglihatan dari satu pengamat terkait sebuah realitas akan sama dengan
pandangan semua orang. Selain itu, mereka yang mengkritik teori akuntansi positif
berpendapat bahwa dalam melakukan penelitian empiris skala besar, peneliti positif
mengabaikan banyak hubungan spesifik dalam organisasi, dan informasi yang

dikumpulkan hanya informasi yang peneliti anggap relevan saja. Padahal orang yang
berbeda mungkin akan mempertimbangkan bahwa informasi lain lah yang lebih
relevan.
Walaupun terdapat banyak kritik terhadap Teori Akuntansi Positif, Teori Akuntansi
Positif tetap banyak digunakan oleh peneliti akuntansi. Jurnal penelitian akuntansi yang
dihormati tetap mempublikasikan penelitian Teori Akuntansi Positif walaupun jumlahnya
menurun.
KONSEKUENSI EKONOMI
Pendekatan Kontrak Efisien Untuk Kebergunaan Keputusan
Teori kontrak efisien merupakan suatu komponen penting dalam tata kelola
perusahaan yang efisien. Tujuan dari teori ini adalah untuk memahami dan memprediksi
pilihan kebijakan akuntansi manajerial dan bagaimana kontrak ini dapat berkontribusi secara
efisien terhadap keuangan suatu perusahaan. Sebuah kontrak dianggap efisien tergantung
pada variabel akuntansinya. Misalnya, kontrak kompensasi manajemen biasanya tergantung
pada laporan laba. Disamping itu, teori kontrak efisien juga sangat membantu akuntan untuk
memahami mengapa sebuah pelaporan itu penting.
Teori kontrak efisien berfokus pada peran informasi akuntansi keuangan dalam
memoderasi asimetri informasi di antara pihak-pihak yang berkontrak. Teori kontrak efisien
ini merupakan komponen penting dari keselarasan kegiatan perusahan dengan kepentingan
investor dan masyarakat. Perusahan seringkali terlibat dalam banyak kontrak, seperti dengan
pelanggan, pemasok, manajemen, karyawan, dan pemberi pinjaman.
Implikasi penting dari teori kontrak efisien adalah bahwa setiap kebijakan akuntansi
akan memiliki konsekuensi ekonomi. Konsep konsekuensi ekonomi menegaskan bahwa
pilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi nilai ekonomi perusahaan dan berdampak
pada perilaku bisnis, pemerintah, dan kreditur dalam membuat keputusan. Esensi
konsekuensi ekonomi adalah bahwa kebijakan akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi
dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter),
terutama permasalahan manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut merupakan
permasalahan bagi manajemen, kebijakan akuntansi juga merupakan permasalahan bagi
investor yang memiliki perusahaan karena manajer dapat mengubah hasil operasi perusahaan
yang sesungguhnya dengan melakukan perubahan kebijakan akuntansi.
Istilah kebijakan akuntansi berhubungan dengan beberapa kebijakan akuntansi, tidak
hanya kebijakan yang mempengaruhi arus kas perusahaan saja. Misalnya sebuah perusahaan

mengubah metode penyusutan dari metode saldo menurun ke metode garis lurus. Hal ini
tidak dengan sendirinya mempengaruhi arus kas perusahaan. Perubahan ini juga tidak akan
berdampak pada pajak penghasilan yang dibayar, karena otoritas pajak memiliki aturan
sendiri untuk biaya modal yang diperbolehkan. Bagaimanapun juga, kebijakan penyusutan
tersebut secara pasti akan mempengaruhi penerimaan bersih yang dilaporkan oleh
perusahaan. Oleh karena itu, berdasarkan doktrin konsekuensi ekonomi, perubahan kebijakan
akuntansi akan menjadi permasalahan, meskipun perubahan kebijakan tersebut tidak
memiliki dampak terhadap arus kas. Di bawah teori pasar efisien perubahan tersebut tidak
akan menjadi permasalahan karena tidak berdampak secara langsung pada arus kas
mendatang, dan nilai pasar dari perusahaan.
Memahami konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan akuntansi adalah
penting karena, pertama, konsep itu sendiri sebenarnya menarik. Banyak dari kejadian paling
menarik di dalam praktek akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi. Kedua, sebuah
pengajuan bahwa kebijakan akuntansi bukan merupakan masalah bertentangan dengan
pengalaman akuntan. Banyak dari akuntansi keuangan tidak lepas dari diskusi dan
argumentasi mengenai kebijakan akuntansi mana yang seharusnya digunakan dalam berbagai
kondisi, dan banyak perdebatan dan konflik mengenai penyajian pernyataan keuangan
melibatkan pemilihan kebijakan akuntansi.
Banyaknya kejadian pada praktek akuntansi pada dunia bisnis yang merupakan
konsekuensi ekonomi dari adanya pemilihan suatu kebijakan akuntansi oleh perusahaan.
Teori akuntansi positif berusaha untuk memahami dan memprediksi pemilihan kebijakan
perusahaan. Berdasar perspektif teori akuntansi positif, tidak sulit untuk mengetahui mengapa
kebijakan akuntansi dapat mempunyai konsekuensi ekonomis
Sumber Permintaan Kontrak untuk Informasi Akuntansi Keuangan
1. Pemberi pinjaman (Lender)
Kontrak hutang merupakan sumber penting dalam pendanaan perusahaan. Terdapat
dua aspek dalam kontrak hutang yang harus diperhatikan. Pertama,

manajemen

memiliki informasi terbaik terkait kondisi perusahaan. Pemberi pinjaman mengalami


asimetri informasi karena manajemen mungkin tidak membagikan informasi internal.
Yang kedua, pemberi pinjaman menghadapi asimetri payoff. Pemberi pinjaman dapat
mengalami kerugian besar jika kinerja perusahaan buruk, namun tidak secara
langsung memperoleh keuntungan ketika kinerja perusahaan baik. Karena hal

tersebut, pemberi pinjaman memerlukan kebijakan akuntansi keuangan yang


membantu mencegah kegagalan finansial dan menyediakan early warning system.
2. Pemegang saham
Manajer diasumsikan bersikap rasional dan bertindak sesuai dengan kepentingan
mereka yang mungkin dapat mengakibatkan konflik kepentingan dengan pemegang
saham. Pemilik saham membutuhkan informasi untuk mendorong tanggung jawab
usaha manajemen dan membatasi aksi oportunis.
Kebijakan Akuntansi untuk Kontrak yang Efisien
-

Keandalan (Reliabilitas)
Pemberi pinjaman membutuhkan informasi yang reliabel untuk membantu dalam
menjaga dari kebijakan manajer yang oportunis yang menyembunyikan kerugian dan
mencatat unrealized gains. Informasi akuntansi untuk kontrak efisien harus didasarkan
pada transaksi pasar (yaitu, transaksi yang telah benar-benar terjadi) dan dapat

diverifikasi oleh pihak ketiga.


Konservatisme
Informasi yang konservatif dibutuhkan pemberi pinjaman untuk membantu dalam
memprediksi financial distress (misal melalui laporan unrealized losses). Dari sisi
pemegang saham, informasi konservatif dibutuhkan untuk tujuan keagenan.

Contract Rigidity (Kontrak Kekakuan)


Kontrak, menurut sifatnya akan sulit untuk berubah dan bisa dibilang kaku, seperti
kontrak utang yang jangka panjang. Beberapa kontrak bergantung pada variabel akuntansi.
Kontrak hutang mengandung kesepakatan yang berbasis akuntansi. Adapun kontrak
kompensasi manajemen bergantung pada net income. Tipe kontrak tersebut cenderung
bersifat jangka panjang. Standar akuntansi sering berubah selama kondisi kontrak, yang
mempengaruhi net income dan kesepakatan hutang. Hal ini mengakibatkan kemungkinan
pelanggaran kesepakatan hutang naik dan kompensasi manajer dapat terpengaruh. Kontrak
sulit untuk diubah, namun mau tidak mau harus dapat dinegosiasikan ulang untuk
mengakomodir perubahan dalam GAAP. Maka dari itu, manajer memberi perhatian pada
perubahan standar dan kebijakan akuntansi ini (misal dengan melobi usulan standar
akuntansi, mengubah kebijakan operasi, dll). Suatu standar akuntansi baru akan memiliki
konsekuensi ekonomis jika standar baru tersebut dapat memotivasi manajer untuk kebijakan
akuntansi dan/atau kebijakan operasi.

Employee Stock Options (ESO)


ESO merupakan opsi saham yang dikeluarkan bagi manajemen dan, dalam beberapa
kasus, bagi karyawan-karyawan lainnya, yang memberi mereka hak untuk membeli saham
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Pihak manajemen menentang pembebanan ESO.
Hal ini dilandasi alasan kemungkinan bahwa manajemen tidak menerima adanya efisiensi
pasar sekuritas. Manajemen percaya bahwa para investor akan bereaksi negatif terhadap laba
yang dilaporkan menurun, apa pun alasannya. Kemungkinan yang lain adalah bahwa laba
yang dilaporkan menurun akan meningkatkan kemungkinan terjadinya debt covenant
violation. Selain itu, kompensasi manajemen bisa menurun sampai titik di mana kompensasi
ditentukan berdasarkan laba yang dilaporkan.
Membedakan Efisiensi dan Oportunisme dalam Kontrak
Mian dan Smith (1990) meneliti pilihan kebijakan akuntansi apa untuk
mengkonsolidasikan anak perusahaan. Mereka berpendapat bahwa, semakin besar saling
ketergantungan antara orang tua dan anak maka dalam mempersiapkan laporan keuangan
konsolidasi akan lebih lebih efisien (yaitu, semakin rendah biaya kontrak) dan proses
pemantauan kinerja perusahaan pun dapat efisien. Dengan demikian, Mian dan Smith
meramalkan bahwa semakin besar integritas antara perusahaan induk dan anak, maka
semakin besar kemungkinan perusahaan induk dapat mempersiapkan laporan dengan lebih
efisien. Argumen ini dapat digunakan untuk memprediksi bahwa jika konsolidasi laporan
keuangan disusun untuk pemantauan kinerja internal manajer, maka akan lebih mudah juga
menyiapkan laporan untuk pelaporan eksternal.
Apa yang menjadi pengarah manajer dalam memilih kebijakan akuntansi. Kebijakan
yang diarahkan oleh oportunisme menghasilkan keuntungan bagi manajer pada expense
investor. Manajer akan memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas yang
mereka harapkan. Sedangkan jika diarahkan oleh efisiensi, manajer akan memilih kebijakan
akuntansi untuk memaksimalkan efisiensi kontrak seperti GCG.

Implicit Contracts (Kontrak Implisit)


Dalam banyak situasi, perusahaan dapat mendapatkan keuntungan dari effiecient
contracting tanpa harus benar-benar masuk ke dalam sebuah kontrak formal. Sebagai contoh
yaitu kepercayaan yang diperoleh perusahaan atas konsistensinya melaporkan laba yang terus

berkembang secara transparan. Hubungan yang berdasarkan kepercayaan semacam itu


disebut sebagai kontrak implisit (implicit contracts).
Ketika

membuat

keputusan,

investor

sadar

bahwa

manajer

tidak

selalu

mengungkapkan semua informasi yang dimilikinya. Hal ini terlalu sulit dan mahal untuk
menyediakan bagi setiap investor dengan informasi yang diinginkan tentang perusahaan.
Teori Permainan mengasumsikan setiap pemain memilih strategi tanpa mengetahui pilihan
strategi yang lain. Strategy Pair (strategi berpasangan) adalah pilihan dari strategi yang
diambil oleh masing-masing pihak. Nash Equilibrium adalah salah satu strategi berpasangan,
setiap pemain memilih strategi mereka dan tidak akan meninggalkan pilihan mereka. Nash
Equilibrium adalah hasil dari prediksi permainan Non-Cooperative.
REVIEW JURNAL
1.

Reflections On The State Of Accounting Research And The Regulation Of


Accounting (Michael C. Jensen, 1976)
Tuntunan atas adanya suatu pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika

Jensen dalam jurnalnya Reflections On The State Of Accounting Research And The
Regulation Of Accounting tahun 1976 menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi
(dengan satu atau dua pengecualian yang dapat di catat) tidak bersifat ilmiah, karena fokus
penelitian ini telah sangat normatif dan terdefinisi. Jensen selanjutnya meminta akan adanya
perkembangan suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan mengapa akuntansi
seperti apa adanya ia, mengapa akuntan melakukan apa yang mereka lakukan, dan apa
pengaruh yang dimiliki suatu fenomena terhadap manusia dan penggunaan sumber daya.
Pesan mendasar yang kemudian dikenal sebagai Kelompok Akuntansi Rochester
adalah bahwa hampir semua teori akuntansi tidak bersifat ilmiah karena mereka bersifat
normatif dan seharusnya diganti dengan teori positif yang menjelaskan praktek akuntansi
aktual dilihat dari segi pilihan manajemen secara sukarela terhadap prosedur akuntansi dan
bagaimana standar peraturan telah berubah dari waktu ke waktu.
Dorongan terbesar dari pendekatan positif dalam akuntansi adalah untuk menjelaskan
dan meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari
pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan
pengalokasian sumber daya ekonomi.
Selain itu, Jensen juga menambahkan bahwa dari hasil tinjauan dalam bidang
keuangan menunjukkan bahwa pentingnya peran teori akuntansi positif demi mencari
jawaban atas pertanyaan normatif selama ini. Ia mengatakan bahwa pada saat itu literatur dan

buku-buku yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan dipenuhi oleh gagasangagasan yang bersifat normatif. Muncul ketidaknyamanan ketika harus mengajar kepada para
siswa terkait apa yang harus dilakukan dalam praktek tanpa mengetahui alasan serta motif
mengapa kita melakukan hal tersebut.
Praktik akuntansi dan perubahan metode adalah hasil dari sistem yang kompleks di
mana kepentingan yang berbeda dari berbagai pihak dibawa ke ekuilibrium. Ross Watts
[1974] telah memberikan beberapa analisis terkait konflik kepentingan yang saling
bertentangan dari berbagai pihak dan bagaimana mereka berinteraksi. Jelas, beberapa pihak
ini mudah diidentifikasi sebagai manajemen perusahaan, staf akuntansi internal, pemegang
saham, kreditur, regulator, analis keamanan dan pengguna laporan keuangan lainnya, dan
auditor. Tapi sampai kita lebih memahami interaksi para pihak yang terpengaruh dan
mengidentifikasi kelompok lain yang tertarik, kemajuan pada isu-isu akuntansi normatif
hampir tidak ada.
Artikel William Beaver tahun 1973 What Should Be The FASBs Objectives adalah
ilustrasi yang sangat baik terkait dua poin yang ingin saya buat. Beaver sangat cemerlang
dalam merangkum teori positif pasar efisien dan teori serta bukti terkait bagaimana sebuah
pengungkapan, teknik akuntansi dan adanya perubahan teknik mempengaruhi harga sekuritas.
Dia akhirnya menyusun hasil penelitiannya ini untuk menjawab pertanyaan normatif tentang:
What Should Be The FASB do? Artikelnya adalah contoh utama dari apa yang Jensen
maksud bahwa suatu jawaban berguna untuk pertanyaan normatif dapat diperoleh hanya
setelah kita memiliki tubuh yang kuat tentang teori positif dan bukti yang konsisten.
Adapun artikel Meckling-Zimmerman memberikan gambaran mengenai pergerakan
tren baru dalam riset dan penelitian di sekolah akuntansi. Dia menyatakan bahwa pengenalan
penelitian positif dalam akuntansi merepresentasikan pergeseran paradigma penelitian. Dasar
pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana
dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat sehingga memunculkan pergeseran ini.
Maka dari itu Jensen mengatakan bahwa beberapa perubahan besar harus terjadi
dalam penelitian akuntansi jika teori akuntansi positif ingin dikembangkan. Salah satunya
telah disebutkan, bahwa: Akuntan harus mulai mengajukan pertanyaan yang tepat. Mengapa
kita melakukan pengamatan, apa yang kita amati? Apa mekanisme kesimbangan dan insentif
yang terkait dalam sistem?
Tetapi jika hanya mengajukan pertanyaan yang tepat saja tidak cukup. Harus ada
perhatian yang lebih jauh untuk model implisit manusia yang terletak di jantung analisis
tersebut. Semua individu terlalu sering dikonseptualisasikan dalam teori akuntansi sebagai

tidak mampu atau tidak tertarik dalam merawat diri mereka sendiri. Hal ini menyebabkan
sangat kurus, tubuh kekurangan gizi teori yang sama sekali tidak menangkap karakter penting
dan kuat di dunia. Satu set lebih hipotesis akan dihasilkan jika kita memperbaiki kesalahan
ini.
Selanjutnya, Bill Meckling dan Jensen mengganggap bahwa manusia adalah mahluk
yang Resourceful, Evaluative dan MaximizingMan (REMM). Semakin cepat kita menyadari
bahwa semua individu-individu ini REMM serta menggabungkan analisis formal dari
kebiasaan memaksimalkannya dalam model, semakin cepat kita akan mengembangkan teori
positif yang akan memberikan kita pemahaman mendasar tentang mengapa sistem mencapai
ketidakseimbangan, mengapa dewan profesional tampaknya terus gagal, mengapa seseorang
melakukan apa yang dia lakukan, dan cara apa yang bisa kita lakukan untuk
menghentikannya.
Setelah kita mulai berpikir setiap individu dalam sistem yang diteliti sebagai Remm
kita kemudian dipimpin secara alamiah untuk menyelidiki karakteristik insentif untuk
menjelaskan perilakunya. Artinya, kita secara alami menyebabkan teori positif akuntansi.
Kita ingin memahami, misalnya, biaya dan manfaat yang dihasilkan oleh tindakan
pengungkapan alternatif pada semua pihak dan bagaimana individu Remm akan bereaksi.
Dengan ini dicapai, kita akan dapat memahami bagaimana sistem beroperasi dan bisa
membuat suatu prediksi. Dan akhirnya, kita akan dapat membuat pernyataan normatif.
Penelitian positif yang murni tidak dapat dicapai tanpa beberapa pertimbangan
beberapa masalah normatif. Namun, ada perbedaan yang halus tapi penting antara
pertimbangan normatif tersebut dan apa yang biasanya terjadi di akuntansi. Beberapa
penelitian yang diarahkan dapat menentukan apa efek kebijakan akuntansi alternatif yang
akan dilakukan terhadap berbagai tindakan yang dilaporkan seperti pendapatan, dan lain-lain.
Ada sedikit keraguan bahwa beberapa pengetahuan tentang efek ini akan memainkan peran
penting dalam pengembangan teori positif. Untuk saat ini, bagaimanapun, penelitian yang ada
tidak membantu dalam menjawab setiap pertanyaan normatif. Tanpa suatu teori yang baik
yang diarahkan pada perilaku memaksimalkan oleh individu kita tidak akan tahu langkahlangkah apa yang (dilaporkan atau tidak) adalah penting. Selain itu, kita tidak tahu efek apa,
jika ada, teknik akuntansi alternatif ini terhadap perilaku individu atau pemanfaatan sumber
daya.
Jensen berharap ia dapat mengerti lebih baik mengapa peneliti akuntansi telah
dijauhkan dari mengembangkan teori positif dan mengapa konsep Remm telah memainkan
peran kecil dalam penelitian akuntansi. (Perhatikan bahwa jawaban untuk kedua pertanyaan

ini sendiri membutuhkan teori positif.) Satu hipotesis sederhana adalah bahwa tekanan terusmenerus dari iklim regulasi selama beberapa dekade terakhir telah menghampiri akuntan
secara nyata ialah hantu kendala dan kontrol. Hal tersebut telah memainkan peran besar
dalam memfokuskan perdebatan profesional dan akademis dan penelitian tentang pertanyaan
resmi dari jalan "benar" untuk melakukan sesuatu di beberapa hal yang tidak didefinisikan
dan rasa moral yang absolut. Perdebatan saat ini sekitar eufemisme "pembayaran sensitif" dan
kewajiban hukum auditor untuk mengungkapkan pembayaran serta penipuan manajemen
adalah contoh yang baik dari fokus ini. Hampir tidak ada perhatian untuk efek positif dari
berbagai kebijakan di pihak yang terlibat seperti pemegang saham dan auditor. Dalam
prakteknya, perdebatan terpusat pada isu-isu moral.
Peraturan Standar Akuntansi dan Keterbukaan Serangan di Korporasi
Sejak Mr. Burton mengambil alih kantor sebagai Chief Accountant dari SEC pada
tahun 1972, tubuh yang telah memainkan peran yang semakin kuat dalam pembentukan
standar akuntansi dan pengungkapan. Perhatian besar telah muncul dalam profesi akuntansi
bahwa pembentukan standar tersebut dirampas dari sektor swasta. Meskipun SEC telah
selama 40 tahun memiliki kewenangan hukum untuk menetapkan standar seperti itu,
sebelumnya fungsi ini diperbolehkan untuk tetap di sektor swasta dengan CAP dan
penggantinya, APB. Penciptaan FASB adalah karena sebagian untuk keinginan untuk
menjaga otoritas untuk menetapkan standar di sektor swasta. Bahkan dengan FASB,
bagaimanapun, SEC terus memainkan peran yang kuat dalam pengaturan standar.
Pertanyaan tentang mengapa SEC secara sukarela membatasi aktivitas pengaturan
standar untuk 40 tahun, meskipun memiliki wewenang hukum untuk mandat praktik
akuntansi, adalah pertanyaan menarik lain yang layak studi. Jika kita tahu mengapa ini terjadi
dan mengapa perubahan terbaru dalam kebijakan telah terjadi, kita akan berada dalam posisi
yang lebih baik untuk memahami masa depan akuntansi. Saya tidak percaya, jika secara
kebetulan, bahwa hipotesis sederhana bahwa perubahan itu semata-mata karena penunjukan
Chief Accountant baru.
Pada saat yang sama SEC telah memainkan peran yang semakin kuat dalam mendikte
standar, hal tersebut bersamaan dengan keputusan pengadilan yang bergerak untuk membawa
perubahan substansial dalam fungsi auditor. Seperti yang kita semua tahu bahwa kini auditor
semakin ditekan oleh SEC dan pengadilan untuk menerima tanggung jawab agar tidak gagal
dalam mengungkapkan "item material" dan penipuan manajemen.
Sementara itu, politisi, birokrat, dan kelompok kepentingan khusus menggunakan
gagasan tanggung jawab sosial dan kekuatan sektor politik untuk mempengaruhi transfer

kekayaan dari pemilik perusahaan, kreditor, dan konsumen dari produk perusahaan kepada
orang lain dalam masyarakat. Fenomena ini tidak terbatas untuk korporasi saja. Dalam bentuk
yang paling umum, itu dilakukan untuk suatu proses yang berkelanjutan di mana sektor
politik secara bertahap menghancurkan hak pribadi untuk properti dan hak kontraktor swasta
dengan memindahkan hak-hak ini untuk sektor publik.
Hal ini muncul dari sebuah konflik mendasar antara demokrasi politik dan sistem
pasar. Pemerintah. yang memiliki otoritas tertinggi atas penggunaan kekuasaan, memainkan
dua peran yang sangat berbeda. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi hakhak individu, tetapi juga memiliki kekuatan melalui perundang-undangan dan melalui
keputusan pengadilan untuk mengubah hak-hak individu. Penggunaan kekuasaan yang
terakhir ini oleh para politisi, birokrat, dan berbagai kelompok kepentingan khusus untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri dengan mengorbankan orang lain adalah sumber
dasar inkonsistensi antara demokrasi politik seperti yang kita kenal dan sistem pasar.
Jensen mengemukakan bahwa bukanlah tujuan utama dari para politisi atau birokrat
(termasuk Mr. Burton) untuk memaksimalkan kepentingan "publik." Alasannya adalah bahwa
mereka, sebagai individu, tidak berbeda dari sisa dari kita. Sebagai REMM, mereka juga
memiliki minat yang sama seperti kita dalam memperluas hak yang akan menguntungkan diri
mereka sendiri.
Implikasi dari Tren Saat Ini untuk Profesi Akuntansi
Mari kita kembali pada beberapa masalah yang dihadapi profesi akuntansi. Salah satu
pertanyaan positif yang sering dilontarkan sebelumnya adalah: Mengapa dewan peraturan
standar profesional bertahan begitu lama di bidang akuntansi dan apa efeknya? Salah satu
hipotesis sederhana untuk menjelaskan keberadaan mereka adalah bahwa teknik akuntansi
yang seragam menurunkan biaya informasi pengguna dalam menafsirkan laporan dari setiap
perusahaan tertentu. Setelah dewan didirikan sebagai pembuat aturan, bagaimanapun, semua
yang ada dibawahnya akan tunduk pada apapun yang diterapkan oleh si pembuat aturan yang
biasanya dalam hal ini adalah pemerintah. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh beberapa
kelompok yang mempunyai kepentingan khusus dengan cara mengeluarkan sumber daya
mereka untuk memengaruhi keputusan dari aturan yang dibuat oleh dewan untuk membuat
diri mereka lebih baik dengan mengorbankan orang lain.
Jensen berpendapat bahwa mungkin alasan yang baik mengapa kontrak implisit antara
auditor dan klien di masa lalu tidak melibatkan jaminan bahwa auditor harus dapat
menemukan dan mengungkapkan adanya fraud. Sebenarnya kedua belah pihak memiliki hak
untuk menegosiasikan kontrak tersebut namun mereka tidak melakukannya, meskipun salah

satu dapat membuat argumen bahwa itu adalah untuk kepentingan pemilik perusahaan untuk
melakukannya.
Namun demikian, tren saat ini, pada kenyataannya: mengubah sistem hak pribadi
sehingga mencegah auditor dan klien dari eksplisit memasuki kontrak yang menentukan,
sehingga kini salah satu tujuan audit adalah harus mampu untuk mengungkapkan adanya
fraud. Hal tersebut tentu akan menambah dalam prosesnya, yang mana hal tersebut pada
akhirnya akan dibebankan kepada klien. Munculnya beberapa regulasi baru juga mewajibkan
beberapa kantor akuntan untuk melakukan transisi dengan melakukan pelatihan terhadap
anggotanya yang mana kembali lagi hal tersebut semakin menambah biaya. Pada akhirnya
biaya audit nantinya akan semakin mahal. Dan ketika biaya audit semakin mahal, maka
permintaaan terhadap jasa audit bisa jadi akan berkurang dan jika terjadi terus menerus
dikhawatirkan hal tersebut akan menghancurkan profesi akuntan publik.
2.

Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective (Watts & Zimmerman,


1990)
Jurnal ini merupakan hasil penelitian Watts and Zimmerman, yang menjelaskan

pandangan dari teori akuntansi positif dimana tujuannya adalah untuk menghapus beberapa
perdebatan yang terjadi dalam metodelogi penelitian akuntansi. Jurnal ini memuat tinjauan
dan kritik terkait paper teori akuntansi positif yang dipublikasikan Watts dan Zimmerman
Pada tahun 1978 dan 1979). Paper 1978 membantu menghasilkan literatur akuntansi positif
yang menawarkan penjelasan tentang praktek akuntansi, menunjukkan pentingnya kontrak
biaya dan telah menyebabkan penemuan beberapa keteraturan empiris yang sebelumnya tidak
diketahui. Karya 1979 menghasilkan perdebatan metodologis yang belum sangat produktif.
Karya ini coba untuk menghapus beberapa kesalahpahaman umum tentang metodologi yang
muncul dalam perdebatan itu. Hal ini, juga menunjukkan cara-cara untuk meningkatkan
penelitian yang positif dalam akuntansi. Penelitian ini berupaya memperbaiki antara teori dan
uji empiris yang dilakukan, pengembangan model yang mengakui endogenitas diantara
variabel dan regresi serta pengurangan kesalahan pengukuran di kedua variabel independen
dan independen dalam regresi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menyampaikan
prespektif dari sudut pandang peneliti mengenai evolusi dan keadaan sekarang mengani teori
akuntansi positf dan meringkas bukti-bukti empiris sitematis dalam akuntansi, (2)
mengevaluasi metode riset dan metodologi dalam akuntansi positif dan kritikan-kritkannya,
(3) menunjukan pandangan peneliti mengenai arah masa depan literatur akuntansi positf.

Hipotesisi dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman (1986)
dalam bentuk opportunistic yang sering diinterprestasikan :
1. Hipotesis rencana bonus (plan bonus hypothesis), dalam caterisparibus para manajer
perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinakan untuk memilih
prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan laba untuk periode mendatang
ke periode sekarang yang dikenal dengan income smoothing.
2. Hipotesis Perjanjian Hutang, dalam caterisparibus para menajer perusahaan yang
mempunyai rasio leverage yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi
yang dapat menggantikan laporan laba untuk perode mendatang kepriode sekarang.
3. Hipotesis biaya proses politk, dalam cateriparibus semakin besar politik perusahaan,
semakin mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang
menangguhkan laporan laba periode sekarang ke periode mendatang. Hipotesis ini
berdasarkan asumsi bahwa perusahaan yang memiliki biaya politiknya besar lebih
sensitif dalam hubungannya untuk mentransfer kemamukran yang mungkin lebih
besar dibandingkan dengan perusahaan yang biaya politiknya kecil dengan kata lain
poerusahaan besar cenderung lkebih suka menunrunkan atau mengurangi laba yang
dilaporankan dibandingkan perusahaan kecil.
Selain itu penelitian menyampaikan sudut pandangnya mengenai teori akuntansi positif yaitu:
Pertama, tentang evolusi dan negara saat teori akuntansi positif dan merangkum bukti
empiris keteraturan sistem dalam akuntansi,

yang kedua untuk mengevaluasi metode

penelitian dan metodologi yang digunakan untuk mendokumentasikan keteraturan empiris ,


yang mana dalam literatur akuntansi positif telah menjelaskan beberapa praktek akuntansi
tapi masih banyak juga yang belum yang dijelaskan, serta yang ketiga adalah memberikan
pandangan tentang arah masa depan untuk literatur akuntansi positif.
Kedua, pengembangan dan pengujian hipotesis alternatif untuk keteraturan empiris
yang ada akan meningkatkan hubungan antara teori dan test. Hipotesis dapat dikemvbangkan
untuk memprediksi keteraturan empiris baru. Melalui pendekatan kontrak, utang dan
kompenisasi kontrak hanya beberapa kontrak yang mempengaruhi arus kas perusahaan.
Kontrak lainnya ( eksplisit dan inplisit) dapat digunakan untuk mengembangkan prediksi
baru.
Ketiga, kesalahan pengukuran dalam net accruals dapat dikurangi untuk
meningkatkan daya test. Ini membuktikan net accruals tidak patuh pada kebijakan akuntansi
manajerial (Kaplan, 1985;McNichols dan Wilson 1988; DeAngelo,1988;Motyer,1988). Juga,
menggantikan variabel indikator sederhana yang digunakan untuk mewakili rancana bonus

atau accaountingn based debt covenant dengan variabel kontinu yang lebih baik mengukru
besaran relatif dari berbagai kontrak biaya mungkin akan meningkatkan daya prediksi teori
prediksi tersebut.
Evolusi dan Perumusan Teori Akuntansi Positif
Penelitian akuntansi positif modern mulai muncul pada tahun 1960n ketika Ball and
Brown (1968), Beaver (1968), dan peneliti lainnya memperkenalkan metode keuangan
empiris pada akuntansi keuangan. Penelitian selanjutnya mengemukakan bahwa angka-angka
dalam akuntansi memberikan informasi pada pasar sekuritas untuk membantu mengambil
keputusan. Peneliti mulai mencari hubungan antara angka akuntansi dengan harga saham,
tetapi bidang penelitian tersebut belum dapat memberikan hipotesis untuk memprediksi dan
menjelaskan pemilihan akuntansi. Alasan dari perspektif informasi gagal menyususn
hipotesis, untuk menjelaskan dan memprediksi pilihan akuntansi, adalah pada teori keuangan
terkait penelitian empiris yang menunjukkan bahwa pilihan akuntansi tidak dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
Angka-angka dalam akuntansi juga digunakan dalam kontrak kompensasi manajer.
Penggunakaan angka akuntansi pada bonus plan menunjukkan kemungkinan bahwa pilihan
akuntansi dapat mempengaruhi kekayaan, sehingga peneliti akuntansi mulai meneliti arti dari
pilihan akuntansi.
Sementara literatur awal berkonsentrasi pada penggunaan kontrak utang dan
kompensasi dan proses politik untuk menjelaskan dan memprediksi pilihan akuntansi, teori
yang mendasari pekerjaan empiris lebih umum dan memiliki pondasinya dalam literatur
ekonomi pada teori perusahaan.
Biaya agensi yang terkait dengan kontrak kompensasi utang dan manajemen dan
kantor, informasi, dan kontraktor yang terkait dengan proses politik yang disediakan.
Hipotesis diuji dalam studi pilihan akuntansi awal empiris. Namun, pendekatan yang lebih
umum disarankan biaya agensi lain yang terkait dengan biaya kontrak lainnya juga bisa
mempengaruhi pilihan akuntansi.
Kontemporer Teori Akuntansi Positif
Biaya kontrak dapat timbul pada transaksi pasar, transaksi internal kepada
perusahaan, dan transaksi pada proses politik. Biaya kontrak terdiri dari biaya transaksi, biaya
agency, biaya informasi, biaya negosiasi kembali, dan biaya kebangkrutan. Biaya kontrak
dalam penelitian ini, merupakan seluruh pihak terkait perusahaan, termasuk karyawan
internal, manajer bahkan pihak eksternal. Keberadaan biaya kontrak krusial bagi model
organisasi perusahaan dan pilihan akuntansi. Coase (1937) and Ball (1989) menyebutkan

bahwa sia-sia untuk mencoba memprediksi dan menjelaskan organisasi perusahaan yang
tidak memiliki biaya kontrak. Pilihan akuntansi yang mempengaruhi kekayaan pihak dalam
kontrak tergantung pada besarnya biaya kontrak. Oleh karena itu pengembangan teori positif
pilihan akuntansi memerlukan pemahaman tentang besarnya berbagai tipe biaya kontrak.
Suatu kontrak tidak dapat menarik manajer dan pihak dalam kontrak jika manajer
tidak memiliki kebijakan dalam angka akuntansi, karena pihak dalam kontrak biasanya ingin
manajer memiliki sebuah kebijakan dalam angka akuntansi. Kumpulan pilihan akuntansi
yang dibatasi oleh pihak dalam kontrak adalah alasan efisiensi (untuk meningkatkan nilai
perusahaan).
Para pengguna biaya kontrak adalah akrual untuk model kedua organisasi perusahaan
dan pilihan akuntansi. Akuntansi berperan dalam sistem ini dan tampaknya menjadi bagian
dari teknologi perusahaan kontraktor yang efisien. Exent mana pilihan akuntansi
mempengaruhi pihak kekayaan pada ukuran relatif dari biaya kontrak. Kontrak yang
menggunakan angka akuntansi tidak efektif dalam menyelaraskan manajer dan kontraktor,
jika manajer memiliki diskresi penuh atas angka akuntansi yang dilaporkan.
Ketika manajer menerapkan kebijakan ini, dapat terjadi karena dapat meningkatkan
kekayaan dari semua pihak kontraktor, dan membuat manajer lebih baik dengan
mengorbankan beberapa pihak kontraktor atau pihak lain.
Bukti Pada Teori
Ada dua tipe pengujian teori yang telah dilakukan, yaitu pengujian harga saham dan
pengujian pilihan akuntansi. Pengujian teori harga saham menunjukkan beberapa reaksi pasar
terhadap kewajiban perubahan akuntansi. Mayoritas penelitihan pilihan akuntansi
menjelaskan satu pilihan metode akuntansi daripada kombinasi pilihan metode akuntansi.
Mayoritas penelitian akuntansi menggunakan kombinasi tiga kelompok variabel, yaitu
variabel yang mewakili dorongan manajer untuk memilih metode akuntansi berdasarkan
bonus plan, kontrak hutang, dan proses politik.
Tiga hipotesis yang paling sering diuji adalah hipotesis bonus plan, hipotesis
hutang/ekuitas, dan hipotesis biaya politik. Hipotesis dari bonus plan adalah manajer dari
perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang
meningkatkan laba pada periode berjalan. Hipotesis hutang/ekuitas memprediksi jika semakin
tinggi rasio hutang/ekuitas perusahaan, maka manajer cenderung menggunakan metode
akuntansi yang meningkatkan laba. Hipotesis biaya politik memprediksi jika semakin besar
ukuran perusahaan membuat manajer cenderung menggunakan pilihan akuntansi yang
menurunkan laba.

Kritik Terhadap Penelitian Akuntansi Positif


Peneliti telah mengetahui bahwa ada beberapa peneliti yang menggunakan jurnalnya
pada tahun 1978 dan 1979 sebagai reverensi dan peneliti-peneliti tersebut memberikan kritik
terhadap jurnalnya.
Adapun kritik yang disampaikan adalah dari Ball dan Foster (1982) yang memberi
kritik bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut tidak dapat dipertahankan.
selain itu terdapat kelemahan teori yang mendukung konstruksi pondasi untuk besaran biaya
politik. ada juga Christenson (1983) yang menyatakan bahwa logikal positif menggunakan
metodologi yang sudah usang, selain itu ia jug menambahkan bahwa metode yang digunakan
untuk menjelaskan teori konstruksi adalah tidak layak. Ada pula Holthausen & Leftwich
(1983) yang menyatakan bahwa adanya keterbatasan interpretasi dalam teori positif yang
disebabkan oleh tidak lengkapnya teori politik dan kontrak serta problem khusus dalam
dependen dan independen variabel. Dan masih ada beberapa kritik lagi seperti dari Tinker
et.al (1982), Lowe et.al (1983),Mc. Kee et.al (1984), Whittington (1987) dan Hines (1988)
yang pada intinya mengkritik terhadap filosofi, metodologi serta pendekatan ekonomi yang
dilakukan dalam teori akuntansi positif karya Watts & Zimmerman.
Masalah Filosofi Sains dan Ilmu
1. Teori positif adalah value-laden
Dalam penelitian, referensi peneliti dan pengguna dapat mempengaruhi proses.
Kegunaan dari teori positif tergantung pada kekuatan prediksi dan penjelasan serta
preferensi pengguna atau tujuan, sehingga mengurangi kegunaan dari teori.
2. Pendekatan yang digunakan adalah sosiologi akuntansi
Teori akuntansi yang mencari penjelasan dan prediksi dari akuntansi tidak dapat
memisahkan peneliti akuntansi dari penelitian tentang masyarakat. Penelitian tentang
akuntansi harus meneliti tentang semua yang berkaitan dengan akuntansi, seperti
pengguna dan penyusun akuntansi.
3. Menggunakan metode tidak tepat untuk membangun teori eksplanatori
Metode penelitian semakin hari semakin memiliki perkembangan yang pesat,
sehingga mungkin dimasa depan metode penelitian saat ini menjadi tidak tepat.
4. Pemilihan istilah teori akuntansi positif
Penelitian akuntansi positif telah ada jauh sebelum jurnal tahun 1978 dan 1979.
Peneliti memberikan label positif pada sekelompok penelitian yang telah ada. Alasan
utama dari pemberian nama Towards a positive theory of the determination of
accounting standards adalah untuk menekankan bahwa peran teori akuntansi adalah
untuk memberikan penjelasan dan prediksi untuk praktek akuntansi. Penggunaan

istilah positif membedakan penelitian positif peneliti dengan teori normative


tradisional dengan menekankan pentingnya prediksi dan penjelasan.
5. Debat mengenai metodologi
Metodologi critisisms telah menggagalkan pengujian pasar karena memiliki sedikit
pengaruh pada penelitian akuntansi. Ada tiga alasan yang menjelaskan critisisms
memberikan pengaruh kecil pada penelitian. Pertama, critism telah ditulis pada
abstrak. Kedua, kritik menuduh permintaan terhadap penelitian telah membuat
peneliti mengabaikan complain. Ketiga, bagi mayoritas peneliti, memperdebatkan
metodologi merupakan situasi tanpa pemenang karena setiap pihak berpendapat dari
paradigma yang berbeda dengan peraturan yang berbeda dan dasar yang berbeda.
Kesimpulan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memberikan perspektif mengenai jurnal
acconting review tahun 1978 dan 1979. Jurnal tahun 1978 merupakan katalisator bagi
penelitian mengenai pemilihan metode akuntansi. Perdebatan mengenai metodologi menjadi
tidak berguna dibandingkan pencarian dan penjelasan mengenai sifat empiris. Literature
akuntansi posotif telah menemukan beberapa sifat empiris mengenai pemilihan akuntansi dan
memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. Kritik terhadap jurnal 1978 dan 1979
memunculkan masalah mengenai metode penelitian dan filosofi sains. Metodologi yang
digunakan peneliti dan literatur berikutnya adalah metodologi ekonomi, keuangan dan daya
saing. Metodologi tersebut telah sukses pada akuntansi dan peneliti yakin tidak melakukan
kesalahan menggunakan metodologi tersebut. Teori terbaik adalah menentukan kompetisi
dalam memenuhi permintaan praktisi terhadap teori yang menjelaskan dan memprediksi
pilihan akuntansi.
Sementara literatur dalam menghasilkan keteraturan empiris dan penjelasan untuk
keteraturan ini, jelas ada kesempatan penelitian yang tersedia diluar yang saat ini
dieksplotasi. Tes dari bonus, utang, dan hipotesis biaya politik merupaka eksplorasi sangat
terbatas. Memasukkan insentif kontrak ante efisiensi dengan efek ridistribusi kemungkinan
berguna untuk membuktikan demikian juga, menyelidiki implikasi dari kontrak internal dan
eksternal selain kontrak utang dan kontrak bonus cenderung menjadi produktif. Terobosan
utama adalah kemungkina berasal dari akuntansi sebagai pilihan yang endogen dengan
pilihan organisasi, kontraktor, struktur keuangan. Sepertinya terobosan akan sulit untuk
dicapai, tetapi faktor penting dapat diletakan dengan menekankan hubungan antara teori
dantes empiris dan dengan menyelidiki inter dan intra industri variasi dalam metode
akuntansi dan pilihan organisasi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai