OLEH :
SULFIANI PAGALA
B1C1 13 083 (KELAS B)
WARHAMNIATI AMIN
B1C1 13 098 (KELAS B)
ROSALIA BENYAMIN
B1C1 13 071 (KELAS B)
HAJARIA UNDE
B1C1 13 123 (KELAS B)
NURHAYANA
B1C1 13 119 (KELAS B)
SAHRUL FEBRIANSYAH
B1C1 13 075 (KELAS B)
NUZUL IBNU HAJAR
B1C1 13 060 (KELAS A)
MUH ISRAWAN SAPUTRA B1C1 13 050 (KELAS A)
ARUM SYAHFITRI
B1C1 13 009 (KELAS A)
AYI SAFITRI
B1C1 13 014 (KELAS A)
NIA KURNIAWATI
B1C1 13 053 (KELAS A)
DELA PUSPA MAWARNI LIO
B1C1 13 018 (KELAS A)
ANISA SULTRAWATI
B1C1 13 008 (KELAS A)
HASNIATI
B1C1 13 028 (KELAS A)
HERIANI
B1C1 13 030 (KELAS A)
RANDI
B1C1 13 065 (KELAS A)
KASHURITIASWARI
B1C1 13 037 (KELAS A)
NURLIAN
B1C1 13 058 (KELAS A)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015
PEMBAHASAN
pegawainya
lebih
berkeahlian
dan
lebih
mampu
mempertanggungjawabkan kinerjanya.
2. Menurut Graham & Hays (1991): public managemen are concerned with
efficiency,accountability,goal achlevement and dozen of other managerial
and technical question, Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan
sector public lebih efisien, akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih
mampu menangani berbagai masalah manajerial dan teknis.
pada
manajemen
keahlian
manajemen
professional
dalam
termasuk
klarifikasi
tujuan,
target,
dan
indikator-indikator
desentralistik dari unit-unit sektor publik. Pengenalan pada kompetisi yang lebih
besar dalam sektor publik, seperti penghematan dana dan pencapaian standar tinggi
lewat kontrak dan sejenisnya;
mengatasi
kelemahan-kelemahan
pada
sistem
sebelumnya
(sistem
negara atas layanan yang diberikan pemerintah. Juga pelayanan yang melibatkan
partisipasi publik meski dalam skala pasif saja.Di dalam sistem pemerintahan
dikenal istilah New Public Management yang merupakan paradigma baru pada
tahun 1990-an yang kosepnya terkait dengan manajemen kinerja sektor publik.
NPM pada awalnya lahir di negara-negara maju di Eropa dan Amerika. Namun,
negara-negara berkembang juga mulai menggunakan konsep ini
Negara
merupakan
alat
masyarakat
dalam
rangka
mempertahankan
Konsep New Public Management (NPM) ini dapat dipandang sebagai suatu
konsep baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien yang
dilakukan oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan konsep seperti
inilah maka Christopher Hood dari London School Of Economic (1995)
mengatakan bahwa New Public Management (NPM) mengubah cara-cara dan
model bisnis privat dan perkembangan pasar. Cara-cara legitimasi birokrasi public
untuk menyelamatkan prosedur dari diskresi administrasi tidak lagi dipraktikan oleh
New Public Management (NPM) dalam birokrasi pemerintahan.
Untuk lebih mewujudkan konsep New Public Management (NPM) dalam
birokrasi publik, maka diupayakan agar para pemimpin birokrasi meningkatkan
produktivitas dan menentukan alternatif cara-cara pelayan publik berdasarkan
perspektif ekonomi. Mereka didorong untuk memperbaiki dan mewujudkan
akuntabilitas publik kepada pelanggan, meningkatkan kinerja, restrukturisasi
lembaga birokrasi publik, merumuskan kembali misi organisasi, melakukan
streamlining proses dan prosedur birokrasi, dan melakukan desentralisasi proses
pengambilan kebijakan.
Vigoda dan Keban (Pasolong, 2007:34), mengungkapkan bahwa ada 7 (tujuh)
prinsip-prinsip NPM, yaitu:
1. Pemanfaatan manajemen professional dalam sektor publik
2. Penggunaan indikator kinerja
3. Penekanan yang lebih besar pada kontrol output
4. Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil
5. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi
6. Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen
7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan
sumber daya
f. Pentingnya New Public Management
Tema sentral dalam manajemen public adalah upaya mereformasi sector public
agar tujuan yang dicapai lebih efektif,efesien dan ekonomis,semata-mata hanya
menunjukan kepada kita tentang hubungan antara Negara (the state) dan pasar (the
market) dan tekanan lebih eksplisit ditujukan pada adanya dominasi preferensi
individu terhadap penyediaan barang dan jasa atas preferensi kolektif. Kita perlu
menyadari bahwa pemerintahan yang modern itu bukan hanya sekedar mencapai
tujuan efisiensi tetapi tentang hubungan akuntabilitas terhadap Negara dengan
warga Negaranya yaitu warga meminta agar tidak diperlakukan hanya sebagai
konsumen dan pelanggan tetapi mereka juga memiliki hak untuk menuntut
pemerintahannya bertanggung jawab atas tindakan yang diambil atau kegagalan
dalam bertindak /melakukan sesuatu.
Warga Negara menghendaki pemberian pelayanan yang efisien ,pengenaan
pajak yang rendah dsb,tetapi mereka juga menginginkan agar hak-haknya
dilindungi,suaranya didengar,nilai-nilai dan preferensinya dihargai sanksi mutlak
yang ada ditangan warga Negara atas rendahnya mutu pelayanan yang diperoleh
adalah dengan menolak dan menuntut mundur kepada mereka yang secara politis
bertanggung jawab atas penyediaan pelayanan yang bermutu rendah dan tidak
sesuai
dengan
kebutuhan
warga
Negara.
Penyediaan
anggaran
yang
mengeluarkan
prosedur
dan
definisi
baku
dan
kemudian
Oleh karena itu berangkat dari cita-cita mekanisme pasar yang diusung oleh
paradigma new public management diperlukan sebuah proses filterisasi terlebih
dahulu bagi paradigma ini sebelum diterapkan dalam konteks Indonesia. Karena
berbagai mimpi tentang mekanisme pasar yang coba diusung oleh new public
management atau birokrasi pasar hanya akan bisa dan mungkin berlaku dalam
kondisi masyarakat yang telah mapan baik secara ekonomi maupun secara politik.
Jika mimpi new public management ini diterapkan dalam konteks Indonesia maka
kondisi yang tercipta adalah sebuah konteks pelayanan dimana uang sebagai
parameter utama pelayanan. Kemudian dalam posisi ini hanya mereka yang
mempunyai kekuatan ekonomilah yang akan mampu dan dengan mudah mengakses
dan menerima berbagai pelayanan publik. Sedangkan di pihak lain yakni pihakpihak yang tidak mempunyai kekuatan modal akan kesulitan mendapatkan
pelayanan dan dinomorduakan dalam proses pemberian pelayanan.
Hal ini tentunya berlawanan dengan peran birokrasi sebagai salah satu alat
negara yang bertugas untuk melayani masyarakat. Karena yang terjadi adalah
negara hanya memperhatikan mereka yang memiliki kapasitas ekonomi yang secara
logis sudah hidup diatas kemapanan dan yang miskin akan semakin terpinggirkan.
Sehingga dengan demikian menjadi jelas bagaimana sulitnya paradigma ini jika
diterapkan dalam konteks Indonesia. Yang mana jika tetap berani diterapkan akan
bisa dipikirkan seberapa kompleks persoalan permasalah yang akan muncul dalam
dikemudian hari.
Berbagai pelaksanaan di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia,
new public management justru menghadapi berbagai permasalahan serupa seperti
yang terlampir di atas. Bahkan lebih jauh melihat berbagai fenomena yang terjadi
dalam sistem birokrasi Indonesia berkaitan dengan penerapan paradigma new
public management. adanya muatan neo-lib dalam berbagai penyelenggaran
kebijakan publik yang ditawarkan oleh paradigma new public management. Di
mana semangat kapitalis mulai merasuki berbagai kebijakan-kebijakan yang diambil
dengan cara menjual belikan aset-aset negara, yang secara mendasar memiliki peran
paling penting dalam proses pelayanan terhadap masyarakat. Kemudian yang terjadi
adalah pasar mendominasi seluruh berbagai kebijakan yang ada dan mekanisme
pasar menjadi sebuah tuntutan paling utama dalam proses pelayanan. Karena itu
dari berbagai hal ini dapat di katakan bahwa sebaik apapun berbagai kebijakan yang
ditawarkan oleh new public management, paradigma ini tetap tidak dapat diterapkan
sepenuhnya dalam konteks dan kondisi Indonesia saat ini.
B. Old Public Management
a. Teori Klasik
Paradigma lama manajemen pemerintahan di Negara kita dipengaruhi oleh
sekumpulan konsep tentang pengorganisasian yang telah dikembangkan pada akhir
tahun 1800-an, sekarang dikenal sebagai teori klasik. Pengaruh teori klasik yang kuat
terhadap pengorganisasian tersebut tetap sangat besar. Efeknya dapat terlihat dalam
berbagai seluk beluk organisasi yang sebenarnya.
Pengorganisasian yang berdasarkan birokrasi dan beberapa komponen lainnya dari
teori klasik keberadaannya telah ada pada ratusan tahun. Seperti contohnya, yaitu adanya
birokrasi-birokrasi besar pada zaman Mesir Kuno yang dikembangkan sepenuhnya di
Cina dan juga di Kerajaan Romawi. Manajemen pemerintahan kita telah memiliki
birokrasi tersebut, walaupun selama ratusan tahun belum mengenal namanya. Mengenai
analisis pengorganisasian secara tertulis yang diberikan oleh para ahli teori klasik baru
dimulai pada Abad ini. Sebelumnya, walaupun konsep-konsep klasik sering digunakan,
telah dilakukan sedikit penelitian yang umum mengenai analisis pengorganisasian secara
tertulis tersebut.Teori klasik berkembang dalam tiga jalur yaitu birokrasi, teori
administrative, dan manajemen secara ilmiah. Pemahaman mengenai ketiga jalur ini
adalah sebagai berikut:
1. Birokrasi
Birokrasi telah dikembangkan dalam berbagai bagian oleh para ahli sosiologi, yang
secara luas mengusahakan menjadi suatu yang ilmiah, memisahkannya dari
pandangan yang deskriptif. Salah satunya adalah Max Weber yang telah
mengembangkan teori Tipe Ideal Organisasi yang disebutnya Birokrasi, yang
menggambarkan kegiatan organisasi yang didasarkan pada sejumlah hubungan
wewenang. Jadi birokrasi adalah bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian
kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci
dan sejumlah hubungan impersonal. Dalam praktek desain organisasi ideal
mengalami adaptasi, tetapi jiwanya masih tetap melekat pada pembentukan organisasi
pemerintahan. Organisasi ideal menurut Max Weber dapat dilukiskan dalam Gambar
1 dibawah ini: Organisasi Ideal menurut Max Weber.
Ciri-ciri organisasi tersebut adalah: Pertama tiap organisasi mempunyai tujuan.
Tujuan biasanya ditunjukkan dalam sasaran atau sekelompok sasaran yang
diharapkan dapat dicapai oleh organisasi. Kedua, tiap organisasi terdiri dari
orang-orang. Setiap organisasi memerlukan orang-orang supaya dapat melakukan
pekerjaan yang diperlukan oleh organisasi untuk mencapai sasaran. Ketiga, semua
menyusun struktur yang disengaja, sehingga semua anggota organisasi dapat
melakukan pekerjaan mereka. Struktur itu mungkin terbuka dan fleksibel dengan
tidak ada garis pembatas yang jelas dan pasti terhadaptugas tugas atau aturan ketat
terhadap pengaturan pekerjaan manapun atau yang merupakan jaringan yang
sederhana dengan hubungan yang longgar. Atau suatu jaringan yang ketat dengan
pengaturan dengan deskripsi pekerjaan yang memiliki batasan yang jelas dan
seksama dan sejumlah anggota yang memiliki kewenangan atas para anggota
organisasi lainnya.
2. Teori Manajemen Administratif
Teori administratif merupakan komponen kedua dari teori organisasi klasik.
Pelopor teoritikus administrasi Mooney dan Reiley menyatakan bahwa organisasi
dalam pengertian formal adalah tata tertib, sehingga membutuhkan pengorganisasian
dan prosedur ketatatertiban. Tata tertib dianggap sebagai pondasi organisasi formal.
Seperti teori birokrasi, jalur ini juga menegaskan obyektifitas, rasionalitas, kepastian,
hierarki, dan keahlian. Henry Fayol selaku pelopor teori manajemen administratif
menganggap yang penting dalam organisasi adalah pada tingkatan teratas, karena
segala sesuatu dapat berjalan baik jika para manajer dapat menggerakkan organisasi
sesuai prinsip-prinsip manajemen. Henry Fayol bukanlah orang pertama yang
mempelajari dan menyelidiki perilaku manajerial, tetapi dia merupakan orang
pertama yang menjadikan hal itu sebuah sistem. Fayol mencetuskan 14 prinsip yang
terkenal, yaitu:
1. Spesialisasi/pembagian kerja. Dengan adanya spesialisasi ini diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi.
2. Wewenang. Wewenang adalah hak dari para manajer untuk memberi perintah dan
juga berhak menuntut kepatuhan dari yang diperintah. Wewenang disatu pihak
menimbulkan tanggung jawab kepada pihak lain, yaitu tanggung jawab untuk
melaksanakan perintah. Ada dua macam wewenang yaitu: wewenang formal dan
wewenang pribadi. Wewenang formal adalah wewenang yang didapat dari
atasannya untuk memberi perintah kepada orang lain. Wewenang pribadi adalah
wewenang yang didapat oleh seseorang karena pengetahuannya, pengalamannya,
dan sebagainya.
3. Disiplin. Prinsip ini menekankan bahwa anggota organisasi harus menghormati
aturan dan kesepakatan yang mengatur organisasi itu.
4. Kesatuan Komando. Setiap orang dalam organisasi hanya menerima perintah
dari satu atasan saja.
5. Kesatuan arah. Hanya ada satu orang pimpinan dengan satu rencana untuk
semua kegiatan kelompok organisasi dalam mencapai tujuannya.
harus dilakukan. Sistem ini sangat efektif untuk meningkatkan efisiensi kerja, karena
adanya penghematan waktu yang sangat besar.
3. Teori Organisasi Neo Klasik
Teori organisasi neo klasik merupakan teori yang menjembatani peralihan dari
teori klasik ke teori organisasi modern. Teori ini timbul karena mulai tampak gejalagejala tidak puas dikalangan pekerja akibat penerapan teori organisasi dan
manajemen klasik. Penerapan teori klasik membuat manusia yang bekerja bagaikan
mesin, tidak memperhatikan perasaan. Fokus utama dari teori neo klasik adalah
manusia harus dipandang sebagai mahluk yang berperasaan, bukan sebagai mesin
saja, seperti pandangan teori klasik. Teori organisasi neo klasik memiliki 2 macam
aliran, yaitu: (1) aliran perilaku dengan pendekatan teoritis dan empiris, (2) aliran
kuantitatif.
a) Aliran perilaku dengan Pendekatan Teoritis
Menurut Munstenberg, sesungguhnya manusia itu memiliki kesamaan, secara
psikologis manusia akan bekerja dengan senang hati jika ada manfaat yang
diperolehnya dari pekerjaan tersebut dan tidak menemui hambatan psikologis, seperti
rasa takut, rasa tertekan, dan sebagainya. Menurut Barnard, perusahaan akan dapat
tetap bertahan jika dia dapat menjaga keseimbangan antara tujuan organisasi dan
tujuan individu yang bekerja di sana, Hal inilah yang disebut sebagai teori
keseimbangan (Balance Theory). Jika karyawan tidak puas, maka mereka akan lari ke
organisasi informal atau keluar dari perusahaan tersebut. Herbert Simon memiliki
pendapat sedikit berbeda mengenai hal yang harus diseimbangkan. Menurut Simon,
keseimbangan terjadi bila Inducement yang ditawarkan organisasi seimbang dengan
kontribusi yang diberikan oleh anggota organisasi untuk organisasinya. Inducement
terdiri dari tiga hal, yaitu tujuan organisasi, insentif yang diterima karyawan, serta
nilai (values) yang ditawarkan organisasi.