Anda di halaman 1dari 43
Kementerian DIREKTORAT JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Perindustrian “alan Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-63 Lental 9 Jakarta 12060 Katak Pes: 4478 JKSMG ‘elp.: 0216251127, 0216255509 Ext 4003 Fax. : 0215252078 sokrGarat Dicektorat Direktorat Drektorat jon BIM Ind Material Dasar Logam Ind. Kimia Dasar Ind, Tokstl & Aneka forex, 0216252482 _TeipfFax. 0215252185, ox O218253214 _TelplFax 0215274985 _TelplFax, 0218253704 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR NOMOR: 17/BIM/PER/ 11/2014 ‘TENTANG PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PERSYARATAN ZAT WARNA AZO, KADAR FORMALDEHIDA DAN KADAR LOGAM ‘TEREKSTRAKS! PADA KAIN UNTUK PAKAIAN BAYI SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR, Menimbang ; a bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 14 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 07/M-IND/PER/2/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Persyaratan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib, perlu menerbitkan Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Persyaratan Zat Warna ‘Azo, Kadar Formaldehida Dan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida Dan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib; Mengingat 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23/M Tahun 2014 tentang Pengangkatan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur; Menetapkan : Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 2. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor —105/M- IND/PER/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian; 3. Peraturan MenteriPerindustrian Nomor 64/M- IND/PER/7/2011 tentang Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan Di Lingkungan Kementerian Perindustrian; 4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 07/M- IND/PER/2/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida Dan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib; MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR TENTANG PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PERSYARATAN ZAT WARNA AZO, KADAR FORMALDEHIDA DAN KADAR LOGAM TEREKSTRAKSI PADA KAIN UNTUK PAKAIAN BAYI SECARA WAJIB. Pasal 1 Memberlakukan Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida Dan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur ini. Pasal 2 Petunjuk ‘Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan pedoman bagi Lembaga Sertifikasi Produk, Laboratorium Penguji, dan Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP} dalam pelaksanaan pemberlakuan dan pengawasan penerapan SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida Dan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain Untuk Pakaian Bayi Sccara Wajib. Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 Pasal 3 Dengan berlakunya Peraturan Direktur Jenderal ini, Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor 07/BIM/PER/5/2014 tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam ‘Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 November 2014 DIREKTUR JENDERAL ‘Tembusan Peraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada : NOVEONE % 10. 1 12, 13. 14, Menteri Perindustrian; Menteri Perdagangan; Kepala Badan Standardisasi Nasional; Direktur Jenderal Bea & Cukai, Kementerian Keuangan; Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan; Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan; Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, Kementerian Perdagangan; Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian; Kepala Dinas yang bertanggung jawab di bidang perindustrian Provinsi dan Kabupaten /Kota di seluruh Indonesia; Kepala Pusat Standardisasi, Kementerian Perindustrian; Kepala Balai Besar dan Balai Riset dan Standardisasi di lingkun} Perindustrian; Sekretaris Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian; Direktur Industri Tekstil dan Aneka, Kementerian Perindustrian; Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Kementerian Perindustrian; Pertinggal. Kementerian 3 LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI eo » eexnags 10. MANUFAKTUR NOMOR 17/BIM/PER/ 11/2014 TANGGAL 17 NOVEMBER 2014 PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PERSYARATAN ZAT WARNA AZO, KADAR FORMALDEHIDA DAN KADAR LOGAM TEREKSTRAKSI PADA KAIN UNTUK PAKAIAN BAYI BABI BAB IL BAB IIL BAB IV BAB V BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX LAMPIRAN SECARA WAJIB KETENTUAN UMUM LINGKUP PEMBERLAKUAN SNI PERSYARATAN ZAT WARNA AZO, KADAR FORMALDEHIDA DAN KADAR LOGAM TEREKSTRAKSI PADA KAIN UNTUK PAKAIAN BAYI SECARA WAJIB ‘TATA CARA MEMPEROLEH SERTIFIKAT PRODUK PENGGUNAAN TANDA SNI (SPPT-SNI). METODE PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN ‘TATA CARA PENANDAAN. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN. PENINDAKAN DAN PEMBERIAN SANKSI. PENUTUP. LAMPIRAN I DAFTAR JENIS PRODUK YANG AKAN DISERTIFIKASI LAMPIRAN II: ALUR PROSES SERTIFIKASI LAMPIRAN III : SURAT PERMOHONAN PERTIMBANGAN TEKNIS SPPT-SNI. LAMPIRAN IV DATA PEMOHON. PERTIMBANGAN ‘TEKNIS SPPT-SNI LAMPIRANV —: SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN PRODUK. LAMPIRAN VI SURAT PERTIMBANGAN TEKNIS SPPT-SNI LAMPIRAN VII: SURAT PERMOHONAN PENCATATAN (REGISTRASI) SPPT- SNI LAMPIRAN VIII; DATA PEMOHON PENCATATAN (REGISTRASI) UNTUK PRODUK DALAM NEGERL LAMPIRAN IX LAMPIRAN X LAMPIRAN XI LAMPIRAN XII LAMPIRAN XIII LAMPIRAN XIV LAMPIRAN XV LAMPIRAN XVI DATA PEMOHON PENCATATAN (REGISTRASI] UNTUK PRODUK IMPOR. SURAT PENCATATAN (REGISTRASI} SPPT-SNI. SURAT TUGAS PENGAWASAN PENERAPAN SNI BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH. LABEL CONTOH UuI. BERITA ACARA PENGAWASAN PENERAPAN SNI. DATA HASIL = PENGAWASAN PENERAPAN SNI. DAFTAR HADIR PENGAWASAN PENERAPAN SNL. DIREKTUR JENDERAL FESS INDUSTRI MANUFAKTUR PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PERSYARATAN ZAT WARNA AZO, KADAR FORMALDEHIDA DAN KADAR LOGAM TEREKSTRAKSI PADA KAIN UNTUK PAKAIAN BAYT SECARA WAJIB BABI KETENTUAN UMUM Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan: 1 9. 10. dae Pakaian Bayi adalah pakaian jadi berupa atasan, bawahan, terusan, pakaian dalam, jaket dan aksesori pakaian jadi, yang langsung bersentuhan dengan kulit, terbuat dari kain tenun dan kain rajut dari berbagai jenis serat dan campuran serat yang digunakan untuk bayi sampai usia 36 (tiga puluh enam) bulan. ‘Aksesori pakaian bayi adalah perlengkapan bayi dari kain yang berupa penutup kepala dan barang semacam itu, slaber, sarung tangan, sarung kaki, kaos kaki, bedong, popok, dan gurita. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI yang selanjutnya disebut SPPT- SNI adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk terhadap Pakaian Bayi yang sesuai dengan SNI. Lembaga Sertifikasi Produk, yang selanjutnya disingkat LSPro adalah lembaga yang ditunjuk Menteri untuk melakukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI untuk Pakaian Bayi. Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri untuk melakukan kegiatan pengujian terhadap contoh Pakaian Bayi sesuai spesilikasi/metode uji SN] Sertifikat/Laporan Hasil Uji (SHU/LHU) adalah sertifikat/laporan_hasil pengujian atas contoh Pakaian Bayi sesuai SNI 7617:2013/Amd1:2014. Petugas Pengambil Contoh (PPC)/ Sampling officer adalah petugas yang memiliki kompetensi pengambil contoh tekstil dan memiliki surat tugas dari LSPro dan/atau Laboratorium Uji atau instansi terkait lainnya. Petugas Pengawas Standar Produk yang selanjutnya disebut PPSP adalah Pegawai Negeri Sipil di pusat atau daerah yang bersertifikat PPSP yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan barang dan/atau jasa di lokasi produksi dan di luar lokasi kegiatan produksi yang SNinya telah diberlakukan secara wajib. Pelaku Usaha adalah produsen, pengusaha ritel, dan importir pakaian bayi. Produsen adalah perusahaan yang berbentuk badan usaha atau badan hukum yang memproduksi dan memasarkan Pakaian Bayi dengan menggunakan atau tanpa menggunakan mereknya. Pengusaha ritel adalah perusahaan yang berbentuk badan usaha atau badan hukum yang memasarkan Pakaian Bayi dengan menggunakan atau tanpa menggunakan mereknya 12. 13, 14. 15, 16. 17, 18. 19, Lampiran_ Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PERI11/2014 Importir adalah orang perorangan atau perusahaan yang berbentuk badan usaha atau badan hukum yang bertanggung jawab atas kegiatan impor produk Pakaian Bayi dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Surat Pencatatan (Registrasi) SPPT-SNI adalah dokumen yang diterbitkan oleh Direktur Pembina Industri sebagai kelengkapan untuk memperoleh SPPT-SNI Surat Pertimbangan Teknis SPPT SNI adalah dokumen yang diterbitkan sebagai pengecualian pemberlakuan SPPT SNI pada produk Pakaian Bayi asal impor apabila digunakan sebagai contoh uji permohonan SPPT SNI atau sebagai barang pameran. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian. Direktorat Jenderal Pembina Industri adalah Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian. Direktur Jenderal Pembina Industri adalah Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian. Direktur Pembina Industri adalah Direktur Industri Tekstil dan Ancka, Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur. Kepala BPKIMI adalah Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian. BAB IL LINGKUP PEMBERLAKUAN SNI_PERSYARATAN ZAT WARNA AZO, KADAR FORMALDEHIDA DAN KADAR LOGAM TEREKSTRAKSI PADA KAIN UNTUK 1 PAKAIAN BAY] SECARA WAJIB Persyaratan zat warna azo, kadar formaldehida dan kadar logam terekstraksi pada kain sesuai ketentuan SNI_7617:2013/Amd-1:2014 yang diatur lebih lanjut sebagai berikut: No| Jenisuji | Persyaratan | Keterangan 1 |Zatwarnaazo | Tidak — | e karsinogen digunakan? _ 2 |Kadar Tidak 7 formaldehida__|_terdeteksi?_| 3 | Kadar logam terekstraksi: 7 Cd (kadmium) [0,1 mg/kg | Maksimum ‘Cu(tembaga) | 25,0 mg/kg | Maksimum_ Pb (timbal) 0,2 mg/ ky Maksimum | Ni (nikel) LO mg/kg | Maksirmum 1 pila kurang dari 20 mg/kg dilaporkan “Tidak digunaken” 2 Bila kurang dari 20 mg/kg dilaporkan “Tidak terdeteksi” Lampiran Peraturan Dire! tur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 diberlakukan secara wajib pada pakaian bayi yang memiliki jenis dan nomor pos tarif (HS code) sebagai berikut: “Jenis Produk _ 10 ql 12 13 14 15 Garmen dan aksesori pakaian untuk bayi,rajutan atau kaitan. -Dari kapas -Dari serat sintetik -Dari bahan tekstil lainnya Garmen dan aksesori pakaian bayi -Dari kapas : - - T-shirt, kemeja, piyama, popok (diaper) dan barang semacam itu - - -Setelan, celana dan barang semacam itu ~~ -Lain-lain -Dari serat sintetik : - -Setelan, celana dan barang semacam itu - T-shirt, kemeja, piama, popok (diaper) dan barang semacam itu - - Aksesori pakaian - - Lain-lain - Dari bahan tekstil lainnya Handuk (pads) dan tampon saniter, popok dan pembebat popok untuk bayi dan barang semacam itu, dari bahan apapun - Lain-lain: - - Rajutan atau kaitan: - - - Dengan gumpalan kapas penyerap dari bahan tekstil ~-- Lain-lain - - Lain-lain: - - - Dengan gumpalan kapas penyerap dari bahan tekstil --- Lain-lain 6111,20.00.00 6111,.30,00.00 6111.90.00.00 6209.20.30.00 6209.20.90.10 6209.20.90.90 6209.30. 10.00 6209.30.30.00 6209.30.40.00 6209.30.90.00 6209.90.00.00 ex.9619.00.91.10 | ex.9619,00.91.90 ex.9619.00.99.10 x.9619.00.99.90 Pakaian bayi dengan nomor pos tarif/HS code ex. 9619.00 merupakan produk yang diperuntukkan bagi bayi hingga usia 36 bulan. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 07/M-IND/PER/2/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib berlaku sejak tanggal 17 Mei 2014 yang merupakan tanggal pendaftaran dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB/ BC 2.0) Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIMIPER/11/2014 BAB IIL TATA CARA MEMPEROLEH SERTIFIKAT PRODUK PENGGUNAAN TANDA SNI (SPPT-SNI) A, Pemohon SPPT-SNI 1, Permohonan SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi secara wajib ditujukan kepada LSPro yang ditunjuk Menteri. 2. Pemohon SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terckstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi adalah a. Produsen Pakaian Bayi Dalam Negeri; b, Pengusaha ritel;atau c. Importir 3. Pemohon SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi sebagaimana dimaksud pada angka 2 selanjutnya disebut Pelaku Usaha. 4. Legalitas keberadaan pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada angka 2 dibuktikan dengan perizinan berdasarkan peraturan perundang-undangan. B. Proses Sertifikasi I. Pelaku usaha yang mengajukan permohonan SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar logam terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi, wajib: 1. memenuhi persyaratan administrasi, dengan menunjukkan dokumen asli (hard file atau e-file) serta menyerahkan foto copy dokumen berupa: a. Surat Izin Usaha Industri ((UI)/‘Tanda Daftar Industri atau_Izin Usaha lain yang sctara dari Kementerian Teknis/Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Pemerintah Daerah yang membidangi usaha industri pakaian jadi, untuk produsen dalam negeri; b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (PDP), untuk pengusaha ritel; c. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (DP), Angka Pengenal Importir (API), Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK), dan Importir Terdaftar (IT), untuk importir; d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Daftar lot produksi pakaian bayi yang akan disertifikasi untuk Produsen dalam negeri dan Pengusaha ritel yang sckurang- kurangnya mencantumkan informasi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Tabel A; Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 {, Dokumen impor berupa Packing List pakaian bayi impor yang akan disertifikasi yang sekurang-kurangnya mencantumkan. informasi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Tabel B dan Bill of Lading (B/L) ; g. Surat pernyataan jaminan untuk tidak mengedarkan Pakaian Bayi pada saat proses pengujian. 2. Menyerahkan Surat Pencatatan (Registrasi) SPPT-SNI dari Direktorat Jenderal Pembina Industri pada saat pengambilan SPPT-SNI di LSPro. 3. Memenuhi ketentuan Sertifikasi: a. Pakaian Bayi dari produksi dalam negeri wajib diuji_ sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab II oleh Laboratorium Penguji yang ditunjuk Menteri dan ditunjuk LSPro. b. Pakaian Bayi sebagaimana dimaksud pada huruf a yang menjadi contoh uji diambil dari 1 (satu) lot produksi yang merupakan hasil produksi selama 6 (enam) bulan. c. Pakaian Bayi asal impor wajib diuji sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab Il oleh Laboratorium Penguji yang ditunjuk Menteri dan ditunjuk LSPro. d. Contoh Pakaian Bayi impor sebagaimana dimaksud pada huruf diambil: 1) dari jumlah barang yang akan diberangkatkan ke Indonesia; dan 2) dilakukan pada setiap pengapalan/ shipment. €. Hasil uji contoh Pakaian Bayi sebagaimana dimaksud pada huruf b dan d dituangkan dalam Sertifikat/Laporan Hasil Uji (SHU/LHU) yang sekurang-kurangnya mencantumkan: 1) nomor Berita Acara Pengambilan Contoh (BAPC) 2) nama merek; 3) negara asal pakaian bayi; 4) nama dan alamat pelaku usaha; 5) nama Laboratorium Penguji; 6) tanggal pengujian; 7) hasil pengujian yang telah memenuhi parameter SNI yang dilakukan olch laboratoriun penguji; 8) kesimpulan hasil uji f LSPro sebagaimana dimaksud pada huruf a dan c merupakan LSPro yang ditunjuk Menteri Il. Ketentuan terkait SPPT-SNI: a. LSPro menerbitkan SPPT-SNI untuk: 1) setiap 1 (satu) lot produksi yang merupakan hasil produksi selama 6 (enam) bulan bagi produk Pakaian Bayi hasil produksi dalam negeri ;atau 2) setiap pengapalan/shipment bagi produk Pakaian Bayi impor. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor: 17/BIM/PER/11/2014 b. Jaminan mutu Pakaian Bayi berdasarkan SPPT-SNI yang diterbitkan merupakan jaminan kualitas produk pada saat Pakaian Bayi sebagaimana dimaksud pada Bab II dalam keadaan baru dan diperlakukan dengan baik sesuai ketentuan penyimpanan. c. Segala biaya yang ditimbulkan dalam rangka_penerbitan SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam ‘Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi merupakan tanggung jawab pelaku usaha. d. Jangka waktu penerbitan SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi yaitu 5 (lima) hari kerja setelah semua persyaratan termasuk SHU/LHU diterima dengan lengkap dan benar. e. Alur proses penerbitan SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi scbagaimana tercantum pada Lampiran Il Petunjuk ‘Teknis ini. f. Dalam satu SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi dapat memuat lebih dari satu Merek produk. g. LSPro wajib memberitahukan dan menyampaikan kepada Kepala BPKIMI, kepada Direktur Jenderal Pembina Industri, Kementerian Perindustrian dan Pelaku usaha tentang : 1) SPPT-SNI yang telah diterbitkan; 2) Penolakan pemberian SPPT-SNI_ bila tidak memenuhi persyaratan sertifikasi;dan 3) Pelimpahan SPPT-SNI kepada LSPro yang ditunjuk (jika LSPro yang menerbitkan SPPT-SNI tidak ditunjuk lagi); selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterbitkannya penetapan sebagaimana dimaksud h. Pelimpahan SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada huruf g angka 3) dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan. i, Untuk Pakaian Bayi asal impor, LSPro wajib memberitahukan dan menyampaikan copy SPPT-SNI kepada surveyor. Daftar produk industri dalam negeri/packing list produk impor wajib direvisi sesuai perubahan jumlah produk yang disertifikasi dalam rangka penerbitan SPPT-SNI k. LSPro bertanggung jawab terhadap SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam ‘Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi yang diterbitkan sesuai dengan ketentuan pencrapan SNI yang diberlakukan secara wajib dan peraturan perundang-undangan. |. SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain untuk Pakaian Bayi hasil produksi dalam negeri yang diterbitkan berlaku selama 6 bulan. 6 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor ; 17/BIM/PER/11/2014 m. SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain untuk Pakaian Bayi asal impor yang diterbitkan berlaku bagi Pakaian Bayi yang termasuk dalam jumlah yang dikapalkan n. SPPT-SNI yang telah diterbitkan sebelum _diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 07/M-IND/PER/2/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia _ (SNI) Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldchida dan Kadar Logam Terekstraksi Pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib pada tanggal 17 Mci 2014, masih tetap berlaku dengan ketentuan sebagai berikut: 1) untuk SPPT-SNI produk industri dalam negeri yang diterbitkan berdasarkan sistim sertifikasi tipe 1b, tetap berlaku sampai masa berlakunya berakhii 2) untuk SPPT-SNI produk impor yang diterbitkan berdasarkan sistim sertifikasi tipe 1b, tetap berlaku pada sejumlah barang yang telah disertifikasi; dan 3) untuk SPPT-SNI produk industri dalam negeri dan produk impor yang diterbitkan berdasarkan sistim sertifikasi tipe 5, masih berlaku sampai survailen berikutnya. o. Pakaian Bayi yang masih berada di gudang /toko pelaku usaha, sejak pemberlakuan SNI Wajib harus memperoleh SPPT-SNI selambat-lambatnya tanggal 17 Mei 2015 dengan ketentuan sebagai berikut: 1) SPPT-SNI hanya berlaku untuk jumlah Pakaian Bayi yang berada di dalam gudang /toko; 2) proses sertifikasi mengacu pada BAB III; 3) pengambilan contoh dilakukan di gudang /toko. C. Pertimbangan Teknis SPPT-SNI 1. 2. 3, Surat Pertimbangan Teknis SPPT-SNI merupakan rekomendasi dari Direktorat Jenderal Pembina Industri yang diterbitkan sebagai pengecualian pemberlakuan SPPT-SNI pada produk Pakaian Bayi asal impor apabila digunakan sebagai: a. contoh uji permohonan SPPT SNI; atau b. barang pameran. Pertimbangan Teknis sebagaimana dimaksud pada angka 1 hanya berlaku untuk 1 (satu) kali importasi. ‘Tahapan memperoleh Pertimbangan Teknis sebagai berikut: a. Mengajukan Surat Permohonan Pertimbangan Teknis SPPT-SNI dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran If Petunjuk Teknis ini yang dilengkapi dengan: 1) Data Pelaku Usaha Pertimbangan Teknis (sebagaimana terlampir pada Lampiran IV); 2)Surat Pernyataan’ Penggunaan Produk (sebagaimana terlampir pada Lampiran V); 3) fotokopi izin usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; 7 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 4) fotokopi Angka Pengenal Importir (API), Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK), dan Importir Terdaftar (IT), untuk importir; 5) fotokopi NPWP; 6) fotokopi legalisir formulir pendaftaran pameran (hanya untuk keperluan barang pameran). b. Direktorat Jenderal Pembina Industri menerbitkan Pertimbangan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VI selambat- lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya Permohonan Pertimbangan Teknis yang telah memenuhi persyaratan secara lengkap dan benar. c. Bagi permohonan yang belum memenuhi kelengkapan persyaratan sclambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan, Direktur Pembina Industri mengeluarkan Surat Permintaan Kelengkapan Persyaratan. d. Permohonan dianggap batal apabila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya Surat Permintaan Kelengkapan Persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak dipenuhi oleh pemohon. BAB IV METODE PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN A. Pengambilan Contoh 1. Tujuan a. Metode Pengambilan Contoh ini merupakan tata cara pengambilan contoh pakaian bayi yang diperlukan untuk mendukung penerapan pemberlakuan NI 7617:2013/Amd-1:2014 Persyaratan Zat Warna ‘Azo, Kadar Formaldchida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain ‘untuk Pakaian Bayi secara wajib berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 07/M-IND/PER/2/2014. b. Metode Pengambilan Contoh ini merupakan pedoman_ bagi Petugas Pengambil Contoh (PPC), Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP} dan Petugas Laboratorium Penguji dalam melaksanakan pengambilan contoh dan pengujian pakaian bayi dalam rangka penerbitan SPPT-SNI. c. Metode Pengambilan Contoh ini diterapkan pada: 1) pengambilan contoh uji dalam rangka penerbitan SPPT SNI oleh LSPro untuk Produsen dalam negeri dan Pengusaha ritel dilakukan di pabrik; 2) pengambilan contoh uji untuk setiap pengapalan/shipment dalam rangka penerbitan SPPT SNI oleh LSPro untuk produk impor; dan 3) pengambilan contoh uji dalam rangka pengawasan standar di pabrik dan/atau di luar pabrik oleh Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP). Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 2. Ruang Lingkup a. Ruang lingkup metode pengambilan contoh mencakup ketentuan- ketentuan, peralatan, jumlah contoh yang diambil, pelaksanaan pengambilan contoh, pengemasan contoh uji, pengiriman contoh uji dan dokumen terkait. Ruang lingkup pengujian Pakaian Bayi mencakup standar SNI scbagaimana dimaksud dalam Bab 1 3. Ketentuan-ketentuan. a. Suatu Pakaian Bayi termasuk dalam 1 (satu) kelompok produk jika memenuhi kesamaan dalam kriteria sebagai berikut: 1) Jenis bahan atau komposisi bahan/serat; 2) Warna utama;dan 3) Merek Warna utama adalah warna yang paling banyak digunakan pada 1 (satu) jenis produk pakaian bayi, terdiri dari 9 (sembilan) kelompok warna, yaitu : putih, merah, kuning, hijau, biru, orange, hitam, coklat dan ungu. Dalam hal terdapat merek yang berbeda-beda dalam 1 (satu) populasi namun pelaku usaha dapat membuktikan kepada LSPro bahwa kain yang digunakan adalah sama, maka pengelompokan produk pakaian bayi hanya berdasarkan jenis bahan dan warna utama. Dalam hal produk pakaian bayi tidak dapat ditentukan warna utamanya maka dikategorikan sebagai kelompok warna “multi”. ‘Tahapan Pengambilan contoh untuk produk dalam negeri/impor yang memiliki lebih dari 1 (satu) kelompok produk dilakukan dengan ketentuan: 1) pengambilan contoh uji : a) contoh uji untuk produk dalam negeri diambil dari lot/batch yang mewakili hasil produksi selama 6 bulan; b) contoh uji untuk produk impor merupakan produk yang akan dickspor pada setiap pengapalan (shipment). 2) jumlah contoh uji: a) berdasarkan sampling plan, setiap kelompok produk diambil 2 (dua) set contoh uji, dengan perincian 1 (satu) set contoh uji dikirim ke laboratorium uji dan 1(satu) set contoh uji disimpan oleh pelaku usaha sebagai arsip sampai SPPT SNI diterbitkan. Lempiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 b) jumlah minimal dalam setiap 1 (satu) set contoh uji sebagai berikut: - Untuk produk dengan luas satu sisi permukaan < 100 cm?, diambil contoh uji sebanyak 6 (enam) buah atau 3 (tiga) pasang (untuk kaos kaki dan kaos tangan); - Untuk produk dengan Juas satu sisi permukaan > 100 cm?, diambil contoh uji sebanyak 3 (tiga) buah. 3) cara pengambilan contoh mengikuti metode random sampling f, Pengambilan contoh dalam rangka penerbitan SPPT-SNI dilakukan oleh Petugas Pengambil Contoh (PPC) dengan kriteria minimal sebagai berikut: 1) telah mengikuti pelatihan Petugas Pengambil Contoh (PPC) produk TPT;dan 2) memiliki pengalaman minimal 1 (satu) kali di bidang pengambilan contoh TPT. g. Pengambilan contoh dalam rangka pengawasan dilakukan oleh Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP) dan Petugas Pengambil Contoh (PPC) dengan kriteria paling sedikit sebagai berikut: 1) telah mengikuti pelatihan PPSP; dan 2) telah mengikuti pelatihan Petugas Pengambil Contoh (PPC) produk TPT. h. PPC dan PPSP harus membuat rencana pengambilan contoh (sampling plan). Pengambilan contoh oleh Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP) dalam rangka pengawasan dilakukan di pabrik (gudang produksi) dan/atau di luar pabrik. j. LSPro dan/atau Laboratorium Penguji yang tidak memiliki Petugas Pengambil Contoh (PPC)/Sampling Officer di Negara asal impor, harus menunjuk pihak ketiga/surveyor independen sebagai PPC yang memenuhi ketentuan huruf f untuk pengambilan contoh produk impor. k, Pengclompokan Pakaian Bayi berdasarkan ketentuan pada huruf a harus dilakukan oleh petugas pengambil contoh (PPC) sebelum pengambilan contoh. 1. Berita Acara Pengambilan Contoh harus ditandatangani oleh PPC dan PPSP serta wakil dari pelaku usaha atau yang bertanggung jawab m, Petugas Pengambil Contoh (PPC) harus dilengkapi minimal dengan dokumen yang terdiri dari 1) Surat tugas pengambilan contoh; 2) Rencana pengambilan contoh (sampling plan); 10 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PERI11/2014 3) Berita acara pengambilan contoh, sekurang-kurangnya terdiri dari; a) Label Contoh Uji; b) Pedoman PPC;dan ©) Daftar barang. 4, Pelaksanaan Pengambilan Contoh: a, Dalam Rangka Sertifikasi oleh LSPro langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu: 1) Petugas Pengambil Contoh (PPC) diberikan kebebasan oleh pelaku usaha untuk melakukan pengambilan contoh; 2) pengambilan contoh dilakukan sesuai ketentuan angka 3; 3) pengambilan contoh selesai apabila jumlah contoh sesuai dengan yang diperlukan; 4) memasukkan contoh tersebut ke dalam kemasan kemudian memberi Label Contoh Uji dan disegel sesuai peruntukannya, yaitu satu set untuk dikirim ke laboratorium uji dan satu set lagi untuk arsip perusahaan /importir; 5) memberi penandaan pada seluruh populasi, baik kardus yang telah diambil contohnya maupun yang tidak diambil, dengan tujuan agar populasi tidak berubah; 6) membuat Berita Acara Pengambilan Contoh masing-masing dibuat rangkap empat; 7) Berita Acara Pengambilan Contoh dan Label Contoh Uji tersebut ditandatangani oleh PPC dan wakil dari pelaku usaha atau yang bertanggung jawab; 8} Berita Acara Pengambilan Contoh dan Label Contoh Uji di cap/stempel pelaku usaha; 9) Berita Acara Pengambilan Contoh diberikan untuk LSPro, pelaku usaha, laboratorium penguji, dan PPC. Dalam rangka pengawasan standar produk oleh PPSP, langkah- langkah yang harus dilakukan: 1) Petugas Pengambil Contoh (PPC) dan PPSP diberikan kebebasan oleh pelaku usaha untuk melakukan pengambilan contoh; 2) pengambilan contoh dilakukan secara acak/random sampling sebanyak 2 (dua) buah dari populasi untuk 1 (satu) set; 3) pengambilan contoh selesai apabila jumlah contoh sesuai dengan yang diperlukan; 4) memasukkan contoh tersebut ke dalam kemasan kemudian diberi label contoh uji dan disegel sesuai peruntukannya, yaitu 1 (satu) set untuk dikirim ke laboratorium uji dan 1 (satu) set lagi untuk arsip pelaku usaha; ul LampiranPeraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 5) membuat Berita Acara Pengambilan Contoh masing-masing dibuat rangkap empat; 6) Berita Acara Pengambilan Contoh dan Label Contoh Uji tersebut ditandatangani oleh PPC dan PPSP dan wakil dari pelaku usaha atau yang bertanggung jawab; 7) Berita Acara Pengambilan Contoh dan Label Contoh Uji di cap/stempel pelaku usaha; 8) Berita Acara Pengambilan Contoh diberikan untuk PPSP, pelaku usaha, laboratorium penguji, dan PPC; 9) Berita Acara Pengambilan Contoh oleh PPSP diberikan kepada Direktorat Jenderal Pembina. 5. Pengemasan Contoh Uji Contoh uji dikemas dengan plastik transparan yang tertutup dan disegel, kemudian diberikan label contoh uji. 6. Pengiriman Contoh Uji a. Dalam rangka penerbitan SPPT-SNI, contoh uji dikirim oleh pelaku usaha secara langsung ke laboratorium uji dengan melampirkan Berita Acara Pengambilan Contoh (BAPC). b. Dalam rangka pengawasan, contoh uji dibawa langsung oleh PPSP, B. Pengujian Contoh 1. Seluruh parameter pengujian dapat dilakukan secara komposit, maksimal 3 (tiga) warna dalam 1 (satu) jenis bahan atau komposisi bahan/serat dengan 1 (satu) kelompok yang sama. 2. Pengujian secara komposit dapat dilakukan pada kelompok yang berbeda dengan 1 (satu) jenis bahan atau komposisi bahan/serat. 3. Apabila hasil pengujian secara komposit gagal, maka dapat diuji secara individu warna terhadap produk dengan kelompok yang berbeda. 4. Metode uji yang digunakan dalam rangka penerbitan SPPT SNI Pakaian Bayi adalah a. untuk parameter zat warna azo menggunakan _standar EN 14362-1:2012/ISO 24362-1:2014 dan EN 14362-3:2012/ ISO 24362-3:2014; b. untuk parameter formaldehida menggunakan SNI ISO 14184-1:2013;dan c. untuk parameter logam terekstrasi menggunakan SNI 7334:2009. 5. Untuk Pakaian Bayi bermotif, pengujian untuk parameter zat warna azo dilakukan bila a. luas warna motif tunggal berukuran lebih dari 5 cm%; dan/atau b. luas warna motif cetak berulang berukuran kurang dari 5 cm? dan dicetak seluas kain. 12 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 6. Dalam hal terdapat gradasi warna pada 1 (satu) kelompok warna utama pada motif cetak produk pakaian bayi, maka pengujian hanya dilakukan terhadap salah satu warna dari gradasi warna tersebut. 7. Untuk kain yang berwarna putih dan kain yang berwarna pastel tidak dilakukan pengujian untuk parameter zat warna azo. 8. Dalam hal kain yang digunakan untuk pakaian bayi telah memiliki Sertifikat Hasil Uji (SHU) atau SPPT-SNI_ yang sesuai dengan ketentuan SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab Il serta tidak terjadi proses tambahan pada kain dimaksud, dan hal tersebut dapat dibuktikan oleh pelaku usaha kepada LSPro, maka kain dimaksud tidak diuji 9. Bagian pakaian bayi yang tidak dilakukan pengujian adalah rib, bis, bordir, renda, kancing, ritsleting, pita, label, dan boneka. BAB V. TATA CARA PENANDAAN Perusahaan yang telah memperoleh SPPT-SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain untuk Pakaian Bayi wajib mencantumkan tanda “SNI” pada setiap produk pada posisi yang mudah dibaca dan dengan penandaan yang tidak mudah hilang. ‘Tanda SNI pada Pakaian Bayi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dengan bentuk gambar sebagai berikut: wn a SNI7617:2013, Kode LSPro. Hologram NRP/NPB. (min. 1,5 em x 1,5 em) Penandaan “SNI” berbentuk bujur sangkar tercetak nyata di atas hologram berwarna perak berukuran minimal 1,5 cm x 1,5 em, di dalamnya tercetak Nomor SNL ‘Tanda SNI berhologram ditempatkan dengan cara ditag atau ditempel pada produk/label produk. Di bawah tanda SNI berhologram dicetak Kode LSPro dan NRP/NPB. ‘Tanda SNI berhologram sebagaimana dimaksud pada angka 4 dicetak sebanyak jumlah produk yang disertifikasi dalam SPPT-SNI 13 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PERI11/2014 Kegiatan penandaan SNI harus dilakukan sebelum produk dipasarkan. ‘Tanda SNI berhologram sebagaimana tercantum pada Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor 07/BIM/PER/5/2014 tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib yang telah dicetak, masih berlaku dan dapat digunakan. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pembinaan 1. Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka penerapan SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi secara wajib dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pembina Industri. 2. Direktur Jenderal Pembina Industri dapat melimpahkan pembinaan dan pengawasan kepada Direktur Pembina industri. 3. Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan_ industri dalam menerapkan SNI wajib melalui + a, sosialisasi atas pemberlakuan SNI wajib dan/atau terdapat perubahan; b. _ verifikasi dan evaluasi pencrapan SPPT-SNI; dan/atau cc. _pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI 4. Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada angka 3 dilakukan melalui a, pelatihan peningkatan sumber daya manusia dalam peningkatan mutu produk; b. _ sosialisasi pemberlakuan dan penerapan SNI Wajib; dan/atau c. bimbingan teknis mutu produk. 5. Verifikasi dan Evaluasi terkait penerapan SNI dilakukan melalui : a. inventarisasi dan verifikasi data produsen terkait rencana pelaksanaan monitoring penerapan SNI; b. inventarisasi data Lembaga Penilai Kesesuaian serta pihak terkait dalam penerapan SNI; analisa dampak pemberlakuan SNI secara wajib bagi produsen dalam negeri; d. penerbitan Surat Pencatatan (Registrasi) SPPT-SNI sebagai salah satu persyaratan penerbitan SPPT-SNI. 6. Surat Pencatatan (Registrasi) SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada angka 5 diterbitkan berdasarkan permohonan pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada Bab Ill huruf B.1.2 . 14 Lampiran_ Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor: 17/BIM/PER/11/2014 7. Permohonan Surat Pencatatan (Registrasi) SPPT-SNI a. Pelaku usaha mengajukan permohonan Surat Pencatatan (Registrasi) SPPT-SNI yang ditujukan kepada Direktur Pembina Industri dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VII Petunjuk Teknis ini. b. Permohonan Surat Pencatatan (Registrasi) SPPT-SNI diajukan oleh: 1) produsen dalam negeri; 2) pengusaha ritel;atau 3) importir c, Surat permohonan wajib ditandatangani oleh Direktur Perusahaan atau pejabat setingkat Direktur sebagai penanggung jawab; d. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf c yang diajukan oleh: 1) Produsen dalam negeri atau Pengusaha retail, wajib menginformasikan Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang akan melakukan sertifikasi yang dilengkapi dengan: a) Surat Permohonan Pencatatan (Registrasi) scbagaimana tercantum pada Lampiran VII Petunjuk Teknis ini; b) Data pelaku usaha Pencatatan (Registrasi) scbagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Petunjuk Teknis ini; ¢) copy formulir permohonan SPPT-SNI yang telah diisi oleh pemohon dan dilegalisasi oleh LSPro yang bersangkutan atau surat sejenis; d) copy NPWP; ¢) copy surat Izin Usaha Industri ([UI)/Tanda Daftar Industri atau Izin Usaha lain yang setara dari Kementerian ‘Teknis/Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Pemerintah Daerah yang membidangi usaha industri pakaian jadi, untuk produsen dalam negeri 1) copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), untuk pengusaha ritel 2) Daftar jenis produk yang akan disertifikasi (Lampiran 1 tabel A); 2) Importir, wajib menginformasikan — Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang akan melakukan sertifikasi yang dilengkapi dengan: a) Surat Permohonan Pencatatan (Registrasi) sebagaimana tercantum pada Lampiran VII Petunjuk Teknis ini; b) Data pelaku usaha sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX Petunjuk Teknis ini; ©) Copy formulir permohonan SPPT-SNI yang telah diisi oleh pemohon dan dilegalisasi oleh LSPro yang bersangkutan; d) Copy NPWP; e) Copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Angka Pengenal Importir (API], Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK}, dan Importir Terdaftar un); 15 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 1) Daftar produk yang akan diimpor/ packing list (Lampiran | tabel B) Direktur Pembina Industri dapat melakukan __verifikasi kemampuan dan kelayakan pemohon dalam penerapan SNI. Berdasarkan hasil penelitian dan/atau verifikasi atas kebenaran permohonan, Direktur Pembina Industri mengeluarkan Surat Pencatatan (Registrasi) SPPT-SNI sebagaimana dimaksud dalam Lampiran X selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak dokumen permohonan Surat Pencatatan (Registrasi) SPPT-SNI diterima secara lengkap dan benar. B. Pengawasan it Dalam melaksanakan pengawasan SNI wajib, Pejabat Direktorat Jenderal Pembina Industri menugaskan Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP) untuk melakukan pemeriksaan dan ufji petik produl pakaian bayi di pabrik dan di luar pabrik Pejabat Direktorat Jenderal Pembina Industri menugaskan PPSP berdasarkan Surat Tugas dengan menggunakan —Formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XI Petunjuk Teknis ini untuk melakukan pengawasan pemberlakuan dan penerapan SNI secara wajib sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam satu tahun. Objek Pengawasan PPSP terdiri dari a b, c. da. Produsen dalam negeris Pengusaha ritel; Importir; dan Pakaian Bayi. Pengawasan dapat dilakukan 3 (tiga) bulan setelah pemberlakuan SNI secata wajib atau setelah tanggal 17 Agustus 2014. Lingkup Pengawasan penerapan SNI terdiri dari: a. Pengawasan di pabrik: 2) Verifikka 1) Pemeriksaan keabsahan dokumen perizinan, meliputi : a) Pemeriksaan dokumen perizinan usaha industri; b) Pemeriksaan SPPT-SNI;dan ¢) Pemeriksaan Sertifikat/laporan Hasil Uji Laboratorium Pengujian. terhadap penandaan SNI pada produk dan kemasan meliputi: a) Tanda SNI; b) Nama LSPro; ©) Nama/merek dagang; 3) Pemeriksaan hasil uji_petik mutu barang sesuai dengan persyaratan mutu SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab Il 4) Penilaian kesesuaian mutu produk sesuai SNI_scbagaimana dimaksud dalam Bab II dilakukan_ melalui pengambilan contoh uji, dengan metode pengambilan contoh uji_secara acak/ random sampling. 16 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor: 17/BIM/PER/11/2014 b. Pengawasan di luar pabrik 1) Obyek Pengawasan yaitu: a) Pakaian Bayi yang terdapat di distributor, pedagang/toko, dan gudang importir; b) Pengusaha ritel;dan cc) Importir. 2) Pengawasan terhadap pengusaha ritel dan importir dilakukan dengan memverifikasi kebenaran dokumen perizinan dan/atau dokumen SPPT-SNI. 3) Pengawasan kesesuaian mutu produk dengan SNI yang diberlakukan secara wajib dilaksanakan dengan pengujian contoh produk pada laboratorium uji yang ditunjuk Menteri. 4) Cara pengambilan contoh di luar pabrik dilakukan dengan membeli produk di distributor, gudang importir, toko/di pasar secara acak yang dibuktikan dengan tanda bukti pembelian. 5) Contoh produk diuji sesuai dengan SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab II di laboratorium penguji yang ditunjuk Menteri. 6) PPSP melakukan pengawasan terhadap mutu produk dan penandaan SNI pada produk. 6. Dalam melaksanakan pengawasan SNI, PPSP dapat memiliki kewenangan untuk melakukan penelusuran proses penandaan pada pakaian bayi secara menyeluruh. Dalam melaksanakan pengawasan, PPSP wajib mempersiapkan Dokumen Pengawasan yang terdiri dari: a. Surat Tugas Pengawasan Penerapan SNI di pabrik dan di luar pabrik sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XI Petunjuk Teknis ini; b. Berita Acara Pengambilan Contoh sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XII Petunjuk Teknis ini; c. Label Contoh Uji sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XIII Petunjuk Teknis ini; d. Berita Acara Pengawasan Penerapan SNI di pabrik dan di luar pabrik sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XIV Petunjuk Teknis ini; e. Data Hasil Pengawasan Penerapan SNI di pabrik dan di luar pabrik sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XV Petunjuk Teknis ini; f. Daftar Hadir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XVI Petunjuk Teknis ini g. Surat Pengantar ke Laboratorium Uji dari Direktur Pembina Industri. h. Laporan Hasil Pengawasan Penerapan SNI di pabrik dan di Iuar pabrik Pengawasan penerapan SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib a. Di pabrik; Direktur Pembina Industri dapat berkoordinasi dengan Kepala Dinas yang membidangi Industri di Provinsi dan Kabupaten /Kota; 17 Lampiran_ Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIMIPER/11/2014 b. Di luar pabrik; dengan pembelian produk dari distributor atau penjual. 9, Pelaksanaan pengawasan penerapan SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi Sccara Wajib dilakukan oleh PPSP baik yang di pusat maupun di daerah berdasarkan Surat Tugas Pengawasan SNI dari Pejabat Direktorat Jenderal Pembina Industri. 10, Pengawasan terhadap Pakaian Bayi sebagaimana dimaksud dalam Bab Il dilakukan dengan cara pemeriksaan mutu melalui pengambilan contoh oleh PPC di pabrik dan di luar pabrik. li. Hasil pemeriksaan dan pengujian contoh dituangkan dalam Berita ‘Acara Pengawasan oleh PPSP dan disampaikan kepada Direktur Pembina Industri untuk dilakukan evaluasi. 12. Evaluasi hasil pengawasan dari Direktur Pembina Industri dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pembina Industri. BAB VII TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN Evaluasi hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti melalui: 1 Pembinaan a. Apabila hasil pengawasan oleh PPSP tidak sesuai dengan persyaratan SNI, maka Direktur Jenderal Pembina Industri memberikan teguran secara tertulis kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran. Teguran dimaksud berisi: 1) Permintaan perbaikan kualitas produk pada produsen sesuai ketentuan pemberlakuan SNI secara wajibjatau 2) Permintaan penarikan produk yang tidak sesuai SNI pada produsen bagi produk dalam negeri atau pada importir bagi produk impor. b. Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK), Direktur Jenderal Pembina Industri menyampaikan laporan hasil pengawasan olch PPSP kepada Kepala BPKIMI untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Dalam melakukan pembinaan Direktur Jenderal Pembina Industri dapat berkoordinasi dengan Kepala BPKIMI, Dinas Pembina bidang industri pada Pemerintah Propinsi dan atau Kabupaten/Kota, LSPro penerbit SPPT-SNI dan instansi terkait. Publikasi ‘Tindakan publikasi dilakukan guna memberikan sosialisasi, informasi dan pemahaman terhadap masyarakat atas penerapan SNI secara wajib. Publikasi dilakukan pada: 1. Ketaatan penerapan SNI oleh produsen atau pelaku usaha lainnya serta pihak terkait; atau 18, Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 17/BIM/PER/11/2014 2. Pelanggaran atas ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib oleh pelaku usaha dan pihak terkait guna memberikan efek jera dan rasa malu, Publikasi dapat dilakukan melalui pemberian penghargaan dan atau pemuatan berita dalam media cetak dan elektronik. BAB VII PENINDAKAN DAN PEMBERIAN SANKSI 1. Penindakan. Penindakan atas pakaian bayi yang beredar dan tidak memenuhi SNI dimulai 1 (satu) tahun setelah pemberlakuan atau mulai tanggal 17 Mei 2015 setelah dilakukan pengawasan dan pembinaan. Pemberian sanksi Setelah dilakukan pengawasan khusus dan langkah pembinaan pada pelaku usaha, namun pelaku usaha yang bersangkutan masih melakukan pelanggaran, maka Direktur Jenderal Pembina Industri berkoordinasi dengan Kepala BPKIMI, Instansi Pemerintah lainnya, LSPro penerbit SPPT-SNI dan aparat penegak hukum setempat melakukan penegakan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. BAB IX PENUTUP Petunjuk Teknis Penerapan SNI Persyaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar logam Terekstraksi pada Kain Untuk Pakaian Bayi Secara Wajib ini merupakan salah satu pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. 19 LAMPIRAN I DAFTAR JENIS PRODUK YANG AKAN DISERTIFIKASI Tabel Lot/Batch Produksi Industri Dalam Negeri Nomor Referensi: ] Merek ] Warna Utama’ | Tlustrasi Produk”? [Nox] tot/ Baich | Unit | Deskeipst | Komposisi Barang | Bahan Balu (per unit) ‘OTAL | aoe Apabila produk pakaian bayi tidak dapat ditentakan warna utamanya maka dikategorikan sebagai kelompok warna “multi” ”! Untuk produk yang telah diproduksi dilampirkan foto produk B. Tabel Packing List dari Importir Reference Number: No] load] ] Unite | Goods Raw — [ Brand | Main Colour? | HS | County | Picture Cartons Description | _ Materiat (per unit) | Code | of Origin | of Composition | _ product TOTAL EEE - = *) Apabila produk pakaian bayi tidak dapat ditentukan warna utamanya maka dikategorikan sebagai kelompok warna “multi”

Anda mungkin juga menyukai