A. Latar Belakang
Pisang merupakan salah satu komoditas buah yang penting di Indonesia. Pada
saat ini, pisang menduduki peringkat ke empat setelah padi, jagung dan gandum. Data
statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2009, luasan areal penanaman pisang
mencapai 119.018 hektar dengan jumlah produksi 6.373.533 ton tandan buah pisang.
Sementara itu, produktifitas pisang yang berhasil dicapai pada tahun 2009 adalah
sebesar 535,5 kuintal per hektar (Anonim, 2011). Data tersebut menunjukkan bahwa
produktifitas pisang di Indonesia cukup rendah. Pada kondisi yang optimal,
produktifitas tanaman pisang bisa mencapai 16 ton per hektar (Putra, 2010).
Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan di Indonesia. Luas dan
Produksi Pisang selalu menempati posisi pertama. Produksi pisang sebagian besar di
panen dari pertanaman kebun rakyat. Selain itu pisang mengandung vitamin dan
mineral esensial yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Oleh sebab itu maka
pengembangan pisang perlu mendapat perhatian yang lebih serius.
Pisang dapat tumbuh dari dataran rendah hingga ketinggian 1.300 m dari
permukaan laut. Hampir semua jenis tanah asalkan dikelola dengan baik dapat
digunakan untuk budidaya pisang. Pengembangan tanaman pisang semenjak beberapa
tahun belakangan ini mulai diarahkan pada lahan marginal, karena semakin berkurang
dan terbatasnya lahan subur. Salah 2 satu wilayah di Indonesia yang dapat dijadikan
sentra pembudidayaan tanaman pisang adalah NTB. Nusa Tenggara Barat (NTB)
beberapa tahun terakhir melakukan pengembangan pisang khususnya di lahan kering
karena potensi lahan kering NTB cukup luas dan belum dikelola secara optimal.
Pisang merupakan tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik
terhadap kekurangan air.
Usaha tani pisang cukup menguntungkan dan dapat memberikan pendapatan
petani secara kontinyu setiap bulannya. Seiring dengan itu peluang pemasaran pisang
juga terbuka luas baik untuk pasar lokal maupun pasar luar daerah (khususnya Bali)
dengan harga jual yang cukup tinggi dan stabil pada jenis-jenis pisang komersial. Hal
ini yang mendorong petani kuhusnya di Kabupaten Lombok Timur untuk banyak
mengembangkan tanaman pisang.
1
hama
dan
penyakit.
Berdasarkan
kondisi
tersebut,
TINJAUAN PUSTAKA
Asal dan Penyebaran Tanaman Pisang
Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah
tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sudah lama buah pisang menjadi
komoditas buah tropis yang sangat populer di dunia. Hal ini dikarenakan rasanya
lezat, gizinya tinggi, dan harganya relatif murah. Data ekspor pisang pada tahun 2003
adalah sebanyak 0,24 juta ton, sedangkan impor pisang mencapai 0,56 juta ton
(Anonim, 2011). Dengan demikian peluang untuk memproduksi pisang masih sangat
terbuka lebar.
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang.
Pusat produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar
Cirebon. Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia.
Walaupun demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok
pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Belanda,
Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 adalah ke Cina
(Anonim, 2011).
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan
Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang (Anonim, 2011).
Pisang adalah salah satu tanaman hortikultura yang paling penting di dunia. Pisang
(Musa spp.) dibudidayakan di lima benua di sekitar 120 negara. Saat ini, produksi
pisang di dunia diperkirakan mencapai 97,5 juta ton per tahun mencakup 10 juta
hektar (Mohamed, 2007).
Klasifikasi Tanaman Pisang
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut (Anonim, 2011):
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
Pisang merupakan salah satu dari berbagai jenis buahbuahan tropis yang berada dan banyak di kembangkan di
Indonesia. Syarat tumbuh yang toleran dalam lingkungan yang
luas dan juga teknik budidaya yang relatif mudah membuat
pisang banyak dibudidayakan. Dari segi harga, pisang termasuk
komoditas yang memiliki harga yang relatif stabil sehingga lebih
memberikan jaminan keuntungan.
Mempelajai morfologi pisang sangat berguna khusunya dalam
pelaksanaan budidaya tanaman. Pada umumnya, morfologi
tanaman dapat digunakan untuk menentukan pelaksanaan teknis
budidaya dan juga menentuan syarat tumbuh tanaman. Berikut
adalah cirri morfologi tanaman pisang untuk setiap organnya:
Akar
Sistem perakaran yang berada pada tanaman pisang umumnya
keluar dan tumbuh dari bongo (corm) bagian samping dan
bagian
bawah,
berakar
serabut,
dan
tidak
memiliki
akar
Batang
Batang psaing dibedakan menjadi dua macam yaitu batang asli
yang disebut bongo dan batang semu atau juga batang palsu.
Bongol berada di pangkal batang semu dan berada di bawah
permukaan tanah serta memiliki banyak mata tunas yang
merupakan calon anakan tanaman pisang dan merupakan
tempat tumbuhnya akar. Batang semu tersusun atas pelepahpelapah daun yang saling menutupi, tumbuh tegak dan kokoh,
serta berada di atas permukaan tanah.
Daun
Bentuk daun pisang pada umumnya panjang, lonjong, dengan
lebar yang tidak sama, bagian ujung daun tumpul, dan tepinya
tersusun rata. Letak daun terpencar dan tersusun dalam tangkai
yang berukuran relatif panjang dengan helai daun yang mudah
robek.
Bunga
Bunga pisang atau yang sering disebut dengan jantung pisang
keluar dari ujung batang. Susunan bunga tersusun atas daundaun pelindung yang saling menutupi dan bunga-bunganya
terletak
pada
tiap
ketiak
di
antara
daun
pelindng
dan
sisir
dan
tiap
sisir
terdapat
6-22
buah
pisang
buah
pisang
bervariasi
tergantung
PEMUPUKAN
Pembentukan struktur tanah yang baik merupakan modal bagi perbaikan sifat
fisik tanah yang lain. Sifat-sifat fisik tanah yang diperbaiki akibat terbentuknya
struktur tanah yang baik seperti perbaikan porositas tanah, perbaikan permeabilitas
tanah serta perbaikan dari pada tata udara tanah.
Perbaikan dari struktur tanah juga akan berpengaruh langsung terhadap
perkembangan
akar
tanaman.
Pada lahan
kering
dengan
makin
baiknya
sedikit kekurangan air menentukan masa musim pertumbuhan tanaman, berarti lama
waktu pertanaman dapat dibudidayakan secara tadah hujan.
Unsur-unsur hara dan suplai air yang optimum sangat diperlukan untuk menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik. Kalium adalah salah satu unsur
hara makro yangdiperlukan beberapa tanaman. Kalium berperan sebagai katalisator
dab translokasi pati, gula dan lemak; meningkatkan kualitas hasil; menjaga ketegaran
tanaman; membuat tanaman tahan terhadap serangan OPT; serta merangsang
pertumbuhan akar (Kurniasari, 1994).
Pupuk adalah bahan yang diberikan pada tanaman baik langsung maupun
tidak langsung, untuk mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau
memperbaiki kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Sedangkan
pemupukan artinya 6
pemberian pupuk pada tanaman atau tanah dan substrat
lainnya. Pemupukan bertujuan untuk memperoleh produksi yang
tinggi dan bernilai dengan memperbaiki penyediaan hara sambil
mempertahankan
atau
memperbaiki
kesuburan
tanah
tanpa
merusak lingkungan.
Penetapan macam dan jumlah pupuk sangat dipengaruhi oleh: 1) jenis
tanaman yang akan diusahakan, ini berhubungan dengan nilai ekonomi, angkutan
hara dan kemampuan serap tanaman, 2) keadaan kimia tanah, sehubungan dengan
jumlah hara yang tersedia dan, 3) keadaan fisik tanah, sehubungan dengan aerasi
tanah. Keadaan fisik ini berpengaruh terhadap pemakaian pupuk.
Bahan organik berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan dan
akan dilepaskan kedalam larutan tanah dan disediakan bagi tanah. Bahan organik
yang berada di dalam atau di atas permukaan tanah juga akan melindungi dan
membantu mengatur suhu dan kelembaban tanah.
Penambahan bahan organik ke dalam tanah liat berat dapat memperbaiki
drainase, dan pada tanah berpasir dapat memperbaiki daya simpan air. Bahan organik
juga dapat berfungsi sebagai stabilisator dengan jalan merangsang jasad mikro
mampu menghasilkan bahan yang dapat mengikat partikel-partikel tanah. Bahan
organik memberikan beberapa keuntungan meliputi pengurangan toksisitas Al dan
Mn dengan membentuk kompleks Al- bahan organik yang tidak beracun,
menyediakan dan menambah unsur hara N, P, K dan S melalui mineralisasi,
Phospat (P)
1. Pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
2. Merangsang pembungaan dan pembuahan
3. Merangsang pertumbuhan akar
4. Merangsang pembentukan biji
5. Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
6. Tanaman yang kekurangan unsur P gejalanya: pembentukan buah/dan biji
berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat)
Kalium ( K )
1. Berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan
mineral termasuk air.
2. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
3. Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya: batang dan daun menjadi
lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung
daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
Sulfur
1. Membantu pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau.
10
cendrung
lebih
baik
dibandingkan
dengan
paket
tanaman
pisang.
Pemberian
nitrogen
pada
belerang
memiliki
pengaruh
yang
baik
terhadap
11
O : (Kontrol)
A : (Kompos 20 kg/pohon/aplikasi)
25,08 a
50,60 b
29,00 b
25,58 a
54,70 c
38,60 c
27,08 a
66,10 d
41,90 c
25,75 a
68,60 d
40,70 c
g /pohon/aplikasi)
C : (ZA 200 g + SP36 200 g + KCl 100 g
/pohon/aplikasi)
D : (Urea 200 g + SP36 150 g + kompos 10
kg /pohon/aplikasi)
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang didampingi huruf yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 % (berlaku untuk tabel-tabel
berikutnya)
Tabel 3. 2 Pertambahan diameter batang pisang setiap pengamatan
pada beberapa perlakuan paket pemupukan
12
Perlakuan
O : (Kontrol)
A : (Kompos 20 kg/pohon/aplikasi)
1,17 b
3,39 b
2,26 b
1,25 b
3,82 c
2,62 b
1,18 b
4,52 d
2,87 b
1,19 b
4,72 d
2,99 b
/pohon/aplikasi)
C : (ZA 200 g + SP36 200 g + KCl 100 g
/pohon/aplikasi)
D : (Urea 200 g + SP36 150 g + kompos 10
kg /pohon/aplikasi)
Tabel 3. 3 Pertambahan jumlah daun di setiap pengamatan pada
beberapa perlakuan paket pemupukan
Perlakuan
O : (Kontrol)
A : (Kompos 20 kg/pohon/aplikasi)
3,67 a
4,17 a
4,42 a
4,00 a
4,50 a
4,92 b
3,83 a
4,25 a
4,92 b
4,83 b
4,83 a
4,92 b
/pohon/aplikasi)
C : (ZA 200 g + SP36 200 g + KCl 100 g
/pohon/aplikasi)
D : (Urea 200 g + SP36 150 g + kompos 10
kg /pohon/aplikasi)
13
O : (Kontrol)
(anakan)
Pengamatan ke
1
2
0,00 a
0,00 a
3
0,00 a
A : (Kompos 20 kg/pohon/aplikasi)
0,00 a
0,00 a
0,00 a
0,00 a
0,00 a
0,17 b
0,00 a
0,25 b
0,58 b
0,00 b
0,50 b
0,75 b
/pohon/aplikasi)
C : (ZA 200 g + SP36 200 g + KCl 100 g
/pohon/aplikasi)
D : (Urea 200 g + SP36 150 g + kompos 10
kg /pohon/aplikasi)
Efisiensi pemupukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sebaiknya dikombinasikan antara pupuk
organik dan anorganik, seperti pada perlakuan Urea 200 g + SP36
150 g + kompos 10 kg/pohon/aplikasi. Pada penelitian terlihat
bahwaperlakuan Urea 200 g + SP36 150 g + kompos 10 kg
/pohon/aplikasi umumnya tidak berbeda dengan perlakuan ZA 200 g
+ SP36 200 g + KCl 100 g /pohon/aplikasi pada beberapa peubah
yang diamati. Ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan organik
berpengaruh baik terhadap kerja bahan an organik. Pada paket
pemupukan di perlakuan Urea 200 g + SP36 150 g + kompos 10
kg/pohon/aplikasi tidak terdapat pupuk KCl tetapi terdapat pupuk
kompos (organik), karena bahan organik mempunyai peranan
penting dalam menentukan ketersediaan kalium dalam tanah.
14
PENUTUP
Kesimpulan
1. Paket pemupukan ZA 200 g + SP36 200 g + KCl 100 g/pohon/aplikasi) dan
Urea 200 g + SP36 150 g + kompos 10 kg/pohon/aplikasi menunjukkan
pertumbuhan vegetatif tanaman pisang terbaik.
2. Urea 200 g + SP36 150 g + kompos 10 kg/pohon/aplikasi lebih efisien untuk
diterapkan ditingkat petani.
3. Pengaruh unsur nitrogen pada pupuk ZA lebih baik dibandingkan dengan
bentuk Urea untuk pertumbuhan vegetatif tanaman pisang.
4. Metode pemupukan yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif
tanaman pisang perlu dipadukan antara penggunaan pupuk organik dan
anorganik.
Saran
Pemupukan
perkembangan
dapat
tanaman
meningkatkan
apabila
pertumbuhan
disesuaikan
dengan
dan
dosis
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Fungsi Pupuk ZA Bagi Tanaman Kita. <http://banyuagung.
wordpress.com/2009/07/30/fungsi-pupuk-za-bagi-tanaman-kita/>. Diakses tanggal 21
April 2012.
Limin, S.H. 1992. Respon Jagung Manis (Zea mays Saccharata Surt) Terhadap
pemberian Kotoran Ayam, Posfat dan Dolomit Pada tanah gambut Pedalaman.
Mineral dan Kapur dengan Gambut Pedalaman. Dalam Proseding Kongres II HGI,
Jakarta.
Mohamed, A. and El-Sawy. 2007. Morphological and molecular characterization of
some banana Micro-propagated variants. International journal of agriculture &
biology 9: 707-714.
16
17