Anda di halaman 1dari 28

18

BAB II
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PELAKSANAAN BADAN
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)
A. Pengertian Kebijakan Dan Kebijakan Pemerintah
1.

Pengertian Kebijakan
Istilah kebijakan yang dipergunakan adalah identik dengan istilah

kebijaksanaan yang lazim dipergunakan sehari hari dalam arti yang sempit
dalam hal ini diartikan kebijakan sama dengan kebijaksanaan dikurangi
kebajikan atau kebijaksanaan sama dengan kebijakan ditambah kebajikan .
Seorang raja atau penguasa yang bijaksana adalah yang memiliki baik sifat
sifat yang berdasarkan pada kebijakan maupun kebajikan atau dengan kata lain ia
telah banyak menjelmakan kebijaksanaan dalam bentuk kebijakan dan kebajikan.
Istilah administrasi dipergunakan dalam arti administrasi negara.
Kebijakan dalam praktik mempunyai 2 (dua) arti, yaitu sebagai berikut :
a.

Kebijakan dalam arti kebebasan, yang ada pada subjek tertentu (atau yang
disamakan dengan subjek). Untuk memiliki alternatif yang diterima sebagai
yang terbaik berdasarkan nilai nilai hidup bersama atau negara terrtentu
dalam penggunaan kekuasaan tertentu yang ada pada subjek tersebut dalam
mengatasi problematik manusia dalam hubungan dengan hidup bersama
dalam negara tersebut. Dengan kata lain, kebijakan adalah ruang lingkup
kebebasan tertentu dalam pengambilan alternatif yang diterima sebagai yang
terbaik berdasarkan nilai nilai masyarakat atau negara tertentu dalam

18
Universitas Sumatera Utara

19

mengatasi problematik manusia dalam rangkaian hidup bersama atau negara


tertentu pada waktu tertentu dan tempat tertentu.
b.

Kebijakan dalam arti kata keluar, untuk mengatasi problematik manusia


dalam hubungan dengan hidup bersama atau negara tertentu, sebagai hasil
penggunaan kebebasan memilih yang diterima sebagai yang terbaik
berdasarkan nilai nilai hidup bersama atau negara tertentu. Dengan kata
lain, jalan keluar dalam mengatasi problematik manusia yang dimaksud
sebagai hasil kebebasan dalam memilih sebagai yang terbaik dalam waktu
dan tempat berdasarkan nilai nilai masyarakat atau negara tertentu
Kebijakan secara teknis perlu dibedakan dari kebajikan. Keduanya berbeda

dalam tujuan, dasar eksistensi, dan pertanggungjawaban. Bagi orang awam,


kebijaksanaan, kebijakan, dan kebajikan dipergunakan secara bercampur baur
dengan tidak membedakannya secara terinci dan prinsipil.
a) Tujuan
Tujuan kebajikan adalah kepuasan atau ketentraman serta kepentingan dari
penentu dan pengambil putusan kebajikan sesuai seleranya.
Tujuan kebijakan adalah kepuasan atau ketentraman serta kepentingan dari
penentu dan pengambil putusan kebijakan dalam hubungan dengan kepuasan atau
ketentraman serta kepentingan dari yang dikenai kebijakan, yaitu rakyat.
Dalam negara modern demokrasi, rakyat adalah pemegang kedaulatan
dalam atau adalah pelaku negara. Dengan demikian, kebijakan administrasi tertuju
kepada rakyat serta demi kepentingan rakyat karena administrasi negara ada atau
diadakan demi kepentingan rakyat sebagai pelaku negara. Oleh karena itu, dalam

Universitas Sumatera Utara

20

negara modern demokrasi, tidak ada tempat bagi kebajikan untuk administrasi,
kebajikan administrasi hanya ada dalam negara penguasa.
b) Dasar eksistensi
Kebajikan berdasar pada kedaulatan adalah putusan yang terpuji karena
menyenangkan yang dikenai putusan, yaitu rakyat yang adalah objek. Status
kebajikan adalah sebagai rahmat atau karunia (hadiah) bagi yang dikenai.
Kebijakan berdasar pada kedaulatan limpahan atau kewajiban limpahan
atau kewajiban sebagai materi hukum. Dengan kata lain, ia berdasar pada
moralitas atau hukum.
Kebajikan adalah kebijakan yang baik dilihat dari sudut yang dikenai
kebijakan, yang tidak berdasarkan pada non hukum atau materi hukum pada
waktu dan tempat tertentu melainkan berdasarkan semata mata pada kekuatan
faktual.
c) Pertanggungjawaban
Pada kebijakan selalu terkait dengan pertanggungjawaban,

yaitu

pertanggungjawaban moral atau pertanggungjawaban hukum atau kedua- duanya.


Yang ideal adalah bahwa kebijakan itu dapat dipertanggungjawabkan baik secara
moral maupun secara hukum.
Pada kebajikan tidak terkait pertanggungjawaban. Pada kebajikan hanya
terkait kekaguman atau penghargaan terhadap kebaikan budi dari penentu
kebajikan.
Kebajikan adalah bentuk yang terpuji (yang mengagumkan) dari
kebijaksanaan yang irasional, sedangkan kebijakan adalah bentuk yang rasional.14
_____________________________________________________________
14

Willy D.S. Voll, Op.Cit. hal. 133-140

Universitas Sumatera Utara

21

2.

Pengertian Kebijakan Pemerintah


Didalam penyelenggaraan tugas tugas administrasi negara, pemerintah

banyak mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam berbagai bentuk seperti


beleidslijnen (garis garis kebijakan), het beleid (kebijakan), voorschtiften
(peraturan peraturan), richtlijnen (pedoman pedoman), regelingen (petunjuk
petunjuk),

circulaires

(surat

edaran),

resoluties

(resolusi

resolusi),

aanschrijvingen (intruksi intruksi), beleidsnotas (nota kebijakan), reglemen


(ministriele) (peraturan peraturan menteri), beschikkingen (keputusan
keputusan), en bekenmakingen (pengumuman pengumuman). Menurut Philipus
M. Hadjon, peraturan kebijakan pada hakikatnya merupakan produk dari
perbuatan tata usaha negara yang bertujuan naar buiten gebracht schricftelijk
beleid, yaitu menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis. Peraturan kebijakan
hanya berfungsi sebagai bagian dari operasional penyelenggaraan tugas tugas
pemerintahan, karenanya tidak dapat mengubah ataupun menyimpangi peraturan
perundang undangan. Peraturan ini adalah semacam hukum bayangan dari
undang undang atau hukum. Oleh karena itu, peraturan ini disebut pula dengan
istilah psudo-wetgeving (perundang undangan semu) atau spigelsrecht (hukum
bayangan / cermin).
Secara praktis kewenangan diskresioner administrasi negara yang
kemudian melahirkan peratutan kebijakan, mengandung dua aspek pokok;

Universitas Sumatera Utara

22

pertama, kebebasan menafsirkan mengenai ruang lingkup wewenang yang


dirumuskan dalam peraturan dasar wewenangnya. Aspek pertama ini lazim
dikenal dengan kebebasan menilai yang bersifat objektif. Kedua, kebebasan untuk
menentukan sendiri dengan cara bagaimana dan kapan wewenang yang dimiliki
administrasi negara itu dilaksanakan. Aspek kedua ini dikenal dengan kebebasan
menilai yang bersifat subjektif.
Bagir Manan menyebutkan ciri ciri peraturan kebijakan sebagai berikut :
a.

Peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundang undangan.

b.

Asas asas pembatasan dan penguji terhadap peraturan perundang


undangan tidak dapat diberlakukan pada peraturan kebijakan.

c.

Peraturan kebijakan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang


tidak ada dasar peraturan perundang undangan untuk membuat keputusan
peraturan kebijakan tersebut.

d.

Peraturan kebijakan dibuat berdasarkan Freies Ermessen dan ketiadaan


wewenang administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang
undangan.

e.

Pengujian terhadap peraturan kebijakan lebih diserahkan pada doelmatigheid


dan karena itu batu ujinya adalah asas asas umum pemerintahan yang baik.

f.

Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni
keputusan, intruksi, surat edaran, pengumuman dan lain lain, bahkan dapat
dijumpai dalam bentuk peraturan.15

______________________________________
15
Ridwan HR,Hukum Administrasi Negara,Edisi Revisi,PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2010,hal. 174-179

Universitas Sumatera Utara

23

Istilah pemerintah dan pemerintahan sering dikaitkan dan dipadankan


dengan istilah asing antara lain administratie, administration, bestuur, regeling,
dan government, dan dalam bahasa indonesia digunakan juga istilah
administrasi dan tata usaha negara.government menurut bahasa diartikan
dengan pemerintah.
Terdapat beberapa pengertian pemerintah menurut para ahli,antara lain
adalah :
a.

M. Solly Lubis Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, pemerintah diartikan dalam 2 (dua) pengertian, yaitu :
Pertama; pemerintah dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas pemerintah
adalah semua lembaga lembaga negara baik lembaga eksekutif, legislatif
maupun lembaga yudikatif. Dalam arti sempit pemerintah hanya lembaga
eksekutif saja.
Kedua; pemerintah dalam 3 (tiga) arti , yaitu :
1) Pemerintah adalah keseluruhan lembaga lembaga kekuasaan negara
2) Pemerintah diartikan lembaga eksekutif saja (Presiden - Republik), Raja
(Monorchie) dengan jajarannya/poros lurus.
3) Pemerintah dalam arti Top Administrator saja, seperti Vatikan Paus,
Soviet -

Eks Unisoviet, Presiden Presidensiil, Perdana Menteri

Parlementer.
Tegasnya pemerintah (government) adalah alat kelengkapan negara untuk
mencapai tujuan negara. Oleh karenanya, pemerintah seringkali menjadi
personifikasi sebuah negara.16
______________________________________
16
M.Solly Lubis,Diktat Kuliah Teori Hukum, Program Magister Ilmu Hukum Universitas
Sumatera Utara,2006,hal 28

Universitas Sumatera Utara

24

b. Menurut Wilson sebagaimana yang dikonstatir Ateng Syafrudin Pemerintah


adalah suatu kekuatan yang terorganisir yang merupakan hasil perbuatan
beberapa orang atau sekelompok orang yang dipersiapkan oleh suatu
organisasi untuk merealisir maksud maksudnya bersama referensi
referensi yang dapat menangani persoalan persoalan umum atau
masyarakat.
c.

Kuntjoro Purbopranoto berpendapat bahwa pemerintah dalam arti luas


adalah kegiatan negara dalam melaksanakan kekuasaan politiknya, mencakup
ketiga kekuasaan negara dalam ajaran trias politica yang digagas oleh
Mountesquieu yaitu : kekuasaan pembentukan undang undang (la puissance
legislative), kekuasaan pelaksana (la puissance executive), dan kekuasaan
peradilan (la puissance de juger).

d.

N.E Algra et al. mengemukakan pengertian pemerintah dalam arti sempit


yaitu bestuur, yang meliputi bagian tugas pemerintah yang tidak termasuk
tugas pembuatan undang undang (legislatif) atau tugas peradilan
(yudikatif).17
Dalam

menjalankan

kebijakan

pemerintah

dikenal

tiga

sumber

kewenangan pemerintah, yaitu atribusi, delegasi, dan , mandat. Ketiga


sumber wewenang pemerintah tersebut dibicarakan lebih lanjut dibawah ini :
a.

Atribusi
Kekuasaan pemerintah yang langsung diberikan undang undang disebut

atribusi. H.D. Van Wijk memberikan pengertian attributie atau atribusi

______________________________________
17
Irfan Fachruddin,Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan
Pemerintah,Cetakan Pertama, PT Alumni, Bandung, 2004,hal. 27-28

Universitas Sumatera Utara

25

adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang undang


kepada organ pemerintah.
Dijelaskan bahwa pembentukan perundang undangan yang dilakukan
baik oleh pembentuk undang undang orisinil (originaire wetgevers) maupun
pembentuk undang undang yang diwakilkan (gedelegeerde wetgevers)
memberikan kekuasaan kepada suatu organ pemerintah yang dibentuk pada
kesempatan itu atau kepada organ pemerintah yang sudah ada. Sebagaimana
dinyatakan berikut ini :
pembuat undang undang menciptakan suatu wewenang pemerintahan
yang baru dan menyerahkannya kepada suatu lembaga pemerintahan. Hal ini bisa
berupa lembaga pemerintahan yang telah ada, atau suatu lembaga pemerintahan
yang baru yang diciptakan pada kesempatan tersebut
Senada dengan rumusan H.D. Van Wijk, Indroharto mengemukakan
bahwa atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh suatu
ketentuan dalam perundang undangan baik yang diadakan oleh original
legislator ataupun delegated legislator.
b.

Delegasi
Delegasi menurut H.D Van Wijk adalah penyerahan wewenang

pemerintahan dari suatu badan atau pejabat pemerintah kepada badan atau pejabat
pemerintah yang lain. Setelah wewenang diserahkan, pemberi wewenang tidak
mempunyai wewenang lagi.

Universitas Sumatera Utara

26

c.

Mandat
Wewenang yang diperoleh melalui atribusi maupun delegasi dapat

dimandatkan kepada badan atau pegawai bawahan apabila pejabat yang


memperoleh wewenang itu tidak sanggup melakukan sendiri. H.D Van Wijk
menjelaskan arti dari mandat adalah een bestuursorgaan laat zijn bevoegdheid
namens hem uitoefenen door een ander yaitu suatu organ pemerintah
mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.18
Instrumen pemerintahan yang dimaksud dalam hal ini adalah alat alat
atau sarana sarana yang dipergunakan oleh pemerintah atau administrasi negara
dalam melaksanakan tugas tugasnya. Dalam menjalankan tugas tugas
pemerintahan, pemerintah atau administrasi negara melakukan berbagai tindakan
hukum, dengan menggunakan sarana transportasi dan komunikasi, gedung
gedung perkantoran, dan lain lain, yang terhimpun dalam publiek domain atau
kepunyaan publik. Disamping itu, pemerintah juga menggunakan berbagai
instrumen yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan
pemerintahan dan kemasyarakatan, seperti peraturan perundang undangan,
keputusan keputusan, peraturan kebijakan, perizinan, instrumen hukum
keperdataan, dan sebagainya. 19
Adapun

pemerintahan

sebagai

kumpulan

kesatuan

kesatuan

pemerintahan terdiri dari :


a.

Pribadi dan dewan dewan yang ditugaskan untuk melaksanakan wewenang


yang bersifat hukum publik (badan badan pemerintahan). Suatu badan

______________________________________
18
Ibid, hal. 49-53
19
Ridwan HR,op cit, hal. 125

Universitas Sumatera Utara

27

jadinya hanya memiliki wewenang jika dia diberikan suatu wewenang yang
secara emplisit (jelas) disahkan menurut hukum publik.
b.

Badan badan hukum menurut hukum perdata yang sesuai dan berdasarkan
hukum telah didirikan dan oleh karena itu harus dianggap sebagai termasuk
dalam pihak pemerintah (jawatan umum). Maka badan badan hukum ini
mempunyai wewenang untuk atas nama negara melaksanakan tindakan
tindakan hukum menurut hukum sipil. Selanjutnya yang dikategorikan dalam
pihak pemerintahan para pegawai negeri yang telah diangkat oleh negara
secara resmi dan para pekerja kontrak yang denganya pihak pemerintah telah
menandatangani kontrak kerja.20

B. Definisi Dan Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


1. Definisi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah
badan hukum yang dibentuk dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial. kemudian pada penjelasan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 Paragraf 11 mendefinisikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial yang
sekarang

telah

berjalan

dan

dimungkinkan

untuk

membentuk

badan

penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial.

______________________________________
20
Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Cetakan Kesembilan,
Gadjah Mada University Press,Yogyakarta,2005,hal. 10

Universitas Sumatera Utara

28

Tiga kriteria di bawah ini digunakan untuk menentukan bahwa Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum publik, yaitu:
1) Cara pendiriannya atau terjadinya badan hukum itu, diadakan dengan
konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (Negara) dengan
Undang-undang;
2) Lingkungan kerjanya, yaitu dalam melaksanakan tugasnya badan hukum
tersebut pada umumnya dengan publik dan bertindak dengan kedudukan yang
sama dengan publik;
3) Wewenangnya, badan hukum tersebut didirikan oleh penguasa Negara dan
diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan, atau peraturan yang
mengikat umum.21
2.

Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,


yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Pembentukan dan
pengoperasian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) melalui serangkaian
tahapan, yaitu:
1) Pengundangan Undang - Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004;
2) Pembacaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara No. 007/PUUIII/
2005 pada 31 Agustus 2005;

______________________________________
21
Asih Eka Putri,Loc.cit.

Universitas Sumatera Utara

29

3) Pengundangan Undang - Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 25 November 2011;
4) Pembubaran PT Askes dan PT Jamsostek pada 1 Januari 2014;
5) Pengoperasian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada 1 Januari
2014.
Rangkaian kronologis di atas terbagi atas dua kelompok peristiwa.
Peristiwa pertama adalah pembentukan dasar hukum Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) yang mencakup pengundangan Undang - Undang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi dan
pengundangan Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).22
Peristiwa kedua adalah transformasi badan penyelenggara jaminan sosial
dari badan hukum persero menjadi badan hukum publik Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Transformasi meliputi pembubaran PT Askes dan PT
Jamsostek tanpa likuidasi dan diikuti dengan pengoperasian Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Ketenagakerjaan. Komisaris dan Direksi PT Askes serta Komisaris dan
Direksi PT Jamsostek bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan
transformasi dan pendirian serta pengoperasikan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS). Di masa peralihan, keduanya bertugas :
1. Menyiapkan operasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk
penyelenggaraan program jaminan sosial sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
______________________________________
22
Ibid. hal. 10

Universitas Sumatera Utara

30

2. Menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban
Persero kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);
3.

Khusus untuk PT. Jamsostek, menyiapkan pengalihan program, aset,


liabilitas, hak dan kewajiban Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Jamsostek kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.23
Selanjutnya diulas pembentukan dasar hukum Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) secara kronologis waktu, yaitu :


19 Oktober 2004, Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diundangkan. Undang - Undang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) memberi dasar hukum bagi PT Jamsostek
(Persero), PT Taspen (Persero), PT Asabri (Persero) dan PT Askes Indonesia
(Persero) sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang - Undang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) memerintahkan penyesuaian semua
ketentuan yang mengatur keempat Persero tersebut dengan ketentuan Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Masa peralihan berlangsung
paling lama lima tahun, yang berakhir pada 19 Oktober 2009.24
31 Agustus 2005, Mahkamah Konstitusi (MK) membacakan putusannya
atas Perkara Nomor 007/PUU-III/2005 kepada publik pada 31 Agustus 2005.
Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Pasal 5 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)
Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang menyatakan bahwa keempat Persero tersebut sebagai Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), dinyatakan bertentangan dengan Undang -

______________________________________
23
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011.Op.Cit. Pasal 56 dan Pasal 61
24
Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004.Op.Cit.Pasal 52 ayat (1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

31

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat.
Mahkamah Konstitusi (MK) berpendapat bahwa Pasal 5 ayat (2), ayat (3)
dan ayat (4) Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menutup
peluang Pemerintah Daerah untuk mengembangkan suatu sub sistem jaminan
sosial nasional sesuai dengan kewenangan yang diturunkan dari ketentuan Pasal
18 ayat (2) dan ayat (5) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Selanjutnya, Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa Pasal 52 ayat
(2) Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tidak bertentangan
dengan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Namun Pasal 52 ayat (2) hanya
berfungsi untuk mengisi kekosongan hukum setelah dicabutnya Pasal 5 ayat (2),
ayat (3) dan ayat (4) Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
dan menjamin kepastian hukum karena belum ada Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) yang memenuhi persyaratan agar Undang - Undang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) dapat dilaksanakan.
Dengan dicabutnya ketentuan Pasal 5 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)
Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan hanya bertumpu
pada Pasal 52 ayat (2) maka status hukum PT (Persero) JAMSOSTEK, PT
(Persero) TASPEN, PT (Persero) ASABRI, dan PT ASKES Indonesia (Persero)
dalam posisi transisi. Akibatnya, keempat Persero tersebut harus ditetapkan
kembali sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dengan sebuah
Undang - Undang sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang
Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN): Badan Penyelenggara Jaminan

Universitas Sumatera Utara

32

Sosial harus dibentuk dengan Undang - Undang. Pembentukan Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ini dibatasi sebagai badan penyelenggara
jaminan sosial nasional yang berada di tingkat pusat.
Pada 25 November 2011, Pemerintah mengundangkan Undang - Undang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu Undang - Undang Nomor 24
Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diundangkan
sebagai pelaksanaan ketentuan Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 ayat (2) pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
atas Perkara No. 007/PUU-III/2005. Undang Undang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS), yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Ketenagakerjaan berkedudukan dan berkantor di ibu kota Negara Republik
Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dapat mempunyai kantor
perwakilan di provinsi dan kantor cabang di kabupaten/kota.
Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
membubarkan PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) tanpa melalui
proses likuidasi, dan dilanjutkan dengan mengubah kelembagaan Persero menjadi
badan hukum publik. Peserta, program, aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban
PT Askes (Persero) dialihkan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan, dan dari PT Jamsostek (Persero) kepada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Undang - Undang Badan Penyelenggara

Universitas Sumatera Utara

33

Jaminan Sosial (BPJS) mengatur organ dan tata kelola Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) menetapkan modal awal Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan;
masing - masing paling banyak Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) yang
bersumber dari APBN. Modal awal dari Pemerintah merupakan kekayaan Negara
yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Undang - Undang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menangguhkan pengalihan program program yang diselenggarakan oleh PT Asabri (Persero) dan PT Taspen (Persero)
ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan paling lambat
hingga tahun 2029.
a.

BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan

hukum publik

yang

bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi

menyelenggarakan program jaminan kesehatan.25


Pada 1 Januari 2014 Pemerintah mengoperasikan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan atas perintah Undang - Undang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pada saat Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial BPJS Kesehatan mulai beroperasi, terjadi serangkaian peristiwa sebagai
berikut :
1.

PT. Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan
liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi aset

______________________________________
25
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011.Op.Cit.Pasal 7 ayat (1dan 2) dan Pasal 9 ayat
(1)

Universitas Sumatera Utara

34

dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan;
2.

semua pegawai PT. Askes (Persero) menjadi pegawai Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan;

3.

Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham
mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT. Askes (Persero) setelah
dilakukan audit oleh kantor akuntan publik;

4.

Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan laporan posisi keuangan
pembuka dana jaminan kesehatan.26
Sejak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan beroperasi

menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional, terjadi pengalihan


program-program pelayanan kesehatan perorangan kepada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial BPJS Kesehatan.
Mulai 1 Januari 2014 terjadi pengalihan program sebagai berikut :
1.

Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program jaminan


kesehatan masyarakat (Jamkesmas);

2. Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian


Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan
kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu
berkaitan dengan kegiatan operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan
Presiden;

______________________________________
26
Ibid.pasal 60 ayat (3)

Universitas Sumatera Utara

35

3.

PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan


pemeliharaan kesehatan.27

b.

BPJS Ketenagakerjaan
Badan

Penyelenggara

Jaminan

Sosial

Ketenagakerjaan

(BPJS)

Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada


Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.28
Pada 1 Januari 2014, Pemerintah mengubah PT Jamsostek (Persero)
menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atas
perintah Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pada
saat PT Jamsostek berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014, terjadi serangkaian peristiwa sebagai
berikut:
1.

PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi.

2.

Semua aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero)
dialihkan

kepada

Badan

Penyelenggara

Jaminan

Sosial

(BPJS)

menjadi

pegawai

Badan

Ketenagakerjaan.
3.

Semua

pegawai

PT

Jamsostek

(Persero)

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.


4.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku Rapat Umum Pemegang
Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Jamsostek
(Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik.

______________________________________
27
Ibid.pasal 60 ayat (2)
28
Ibid.pasal 7 ayat (1 dan 2) dan pasal 9 ayat (2)

Universitas Sumatera Utara

36

5.

Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Jamsostek dan laporan posisi keuangan
pembuka Dana Jaminan Ketenagakerjaan.
Badan

Penyelenggara

Jaminan

Sosial

(BPJS)

Ketenagakerjaan

melanjutkan penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan


kematian dan jaminan hari tua yang selama ini telah diselenggarakan oleh PT
Jamsostek, termasuk menerima peserta baru sampai dengan 30 Juni 2015.
Pada 1 Juli 2015, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program
jaminan kematian dan program jaminan hari tua dan program jaminan pensiun
sesuai dengan ketentuan Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) bagi peserta selain peserta program yang dikelola oleh PT Asabri
(Persero) dan PT Taspen (Persero).
Pada 31 Desember 2029, PT Asabri (Persero) dan PT Taspen (Persero)
mengalihkan kepesertaan Pegawai Negeri Sipil, Prajurit TNI dan Anggota POLRI
ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menyelenggarakan
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua dan
jaminan pensiun sesuai dengan ketentuan Undang - Undang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) bagi seluruh pekerja di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

37

C. Organ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Organ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terdiri atas Dewan
Pengawas dan Direksi. Keduanya mempunyai fungsi, tugas dan wewenang yang
berbeda. Meskipun demikian, organ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
wajib bekerja secara integratif dalam mengelola program-program jaminan sosial
nasional. Di tangan Dewan Pengawas dan Direksi baik buruknya kinerja Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ditentukan.29
1.

Dewan Pengawas
Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang profesional yang

mencerminkan unsur-unsur pemangku kepentingan jaminan sosial, yaitu terdiri


atas :
a.

dua orang unsur pemerintah

b.

dua orang unsur pekerja

c.

dua orang unsur pemberi kerja

d.

satu orang unsur tokoh masyarakat


Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Salah seorang dari anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan
Pengawas oleh Presiden. Anggota Dewan Pengawas diangkat untuk jangka waktu
5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk satu kali masa
jabatan berikutnya.
Dewan Pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan
tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dalam melaksanakan fungsi
tersebut, Dewan Pengawas bertugas untuk :
______________________________________
29
ibid, pasal 20

Universitas Sumatera Utara

38

a.

Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (BPJS) dan kinerja Direksi;

b.

Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan


Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;

c.

Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai


kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS);

d.

Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan jaminan sosial sebagai


bagian dari laporan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kepada
Presiden dengan tembusan kepada Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Dewan

Pengawas berwenang untuk :


a.

Menetapkan rencana kerja anggaran tahunan Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (BPJS);

b.

Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;

c.

Mengakses

data

dan

informasi

mengenai

penyelenggaraan

Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);


d.

Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja


Direksi.

2.

Direksi
Direksi terdiri atas paling sedikit lima orang anggota yang berasal dari

unsur profesional. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.


Presiden menetapkan salah seorang dari anggota Direksi sebagai Direktur Utama.

Universitas Sumatera Utara

39

Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan
untuk diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang menjamin peserta untuk
mendapat manfaat sesuai dengan haknya.
Dalam melaksanakan fungsi tersebut Direksi bertugas untuk :
a.

Melaksanakan pengelolaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi;

b.

Mewakili Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di dalam dan di luar


pengadilan;

c.

Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk


melaksanakan fungsinya.
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas Direksi berwenang untuk :

a.

Melaksanakan wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);

b.

Menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata kerja
organisasi, dan sistem kepegawaian;

c.

Menyelenggarakan manajemen kepegawaian Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (BPJS), termasuk mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan
pegawai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), serta menetapkan
penghasilan pegawai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);

d.

Mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan Pengawas dan


Direksi;

Universitas Sumatera Utara

40

e.

Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka
penyelenggaraan tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dengan
memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas;

f.

Melakukan pemindahtanganan aset tetap Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (BPJS) paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah)
dengan persetujuan Dewan Pengawas;

g.

Melakukan pemindahtanganan aset tetap Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (BPJS) lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah)
sampai dengan Rp500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah) dengan
persetujuan Presiden;

h.

Melakukan pemindahtanganan aset tetap Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (BPJS) lebih dari Rp500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah)
dengan persetujuan DPR RI.

D. Fungsi, Tugas, Wewenang, Kewajiban Dan Hak Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (BPJS)

1.

Fungsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

menentukan bahwa, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan


berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan
menurut

Undang

Undang

Sistem

Jaminan

Sosial

Nasional

(SJSN)

diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip


ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara

41

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menurut Undang
Undang

Badan

Penyelenggara

Jaminan

Sosial

(BPJS)

berfungsi

menyelenggarakan (empat) program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja,


jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
2.

Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Dalam

melaksanakan

fungsi

sebagaimana

tersebut

diatas

Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bertugas untuk :


a.

Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;

b.

Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;

c.

Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;

d.

Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;

e.

Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;

f.

Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai


dengan ketentuan program jaminan sosial;

g.

Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial


kepada peserta dan masyarakat.

3.

Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berwenang :


a.

Menagih pembayaran iuran;

b.

Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka
panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,

Universitas Sumatera Utara

42

kehati - hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;


c.

Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi


kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan sosial nasional;

d.

Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran


fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Pemerintah;

e.

Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

f.

Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang


tidak memenuhi kewajibannya;

g.

Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai


ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang - Undangan;

h.

Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan


program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran iuran dalam arti meminta pembayaran

dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran,


kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi
administratif yang diberikan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
memperkuat kedudukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai
badan hukum publik.

Universitas Sumatera Utara

43

4.

Kewajiban Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (BPJS) berkewajiban untuk :
a.

Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta. Yang dimaksud dengan


nomor identitas tunggal adalah nomor yang diberikan secara khusus oleh
BPJS kepada setiap peserta untuk menjamin tertib administrasi atas hak dan
kewajiban setiap peserta. Nomor identitas tunggal berlaku untuk semua
program jaminan sosial;

b.

Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (BPJS) untuk sebesar - besarnya kepentingan peserta;

c.

Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai


kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya.
Informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) mencakup informasi mengenai jumlah aset dan
liabilitas, penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap Dana Jaminan Sosial,
dan/ atau jumlah aset dan liabilitas, penerimaan dan pengeluaran Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);

d.

Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan Undang - Undang


Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN);

e.

Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk


mengikuti ketentuan yang berlaku;

Universitas Sumatera Utara

44

f.

Memberikan

informasi

kepada

peserta

mengenai

prosedur

untuk

mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban;


g.

Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo Jaminan Hari Tua


(JHT) dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

h.

Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu)


kali dalam 1 (satu) tahun;

i.

Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang


lazim dan berlaku umum;

j.

Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam


penyelenggaraan jaminan sosial;

k.

Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara


berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

l.

Kewajiban - Kewajiban Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tersebut


berkaitan dengan tata kelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
sebagai badan hukum publik.

5.

Hak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

menentukan bahwa dalam melaksanakan kewenangannya, Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (BPJS) berhak :
a.

Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang


bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan / atau sumber lainnya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang - Undangan;

Universitas Sumatera Utara

45

b.

Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan


sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).
Dalam Penjelasan Pasal 12 huruf a Undang - Undang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dikemukakan bahwa yang dimaksud


dengan dana operasional adalah bagian dari akumulasi iuran jaminan sosial dan
hasil pengembangannya yang dapat digunakan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) untuk membiayai kegiatan operasional penyelenggaraan program
jaminan sosial.
Mengenai hak memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
program jaminan sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) setiap 6
(enam) bulan, dimaksudkan agar Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
memperoleh umpan balik sebagai bahan untuk melakukan tindakan korektif
memperbaiki

penyelenggaraan

program

jaminan

sosial.

Perbaikan

penyelenggaraan program akan memberikan dampak pada pelayanan yang


semakin baik kepada peserta.
Dari 11 (sebelas) kewajiban yang diatur dalam Undang - Undang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), lima di antaranya menyangkut kewajiban
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) memberikan informasi. Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik memang
mewajibkan badan publik untuk mengumumkan informasi publik yang meliputi
informasi yang berkaitan dengan badan publik, informasi mengenai kegiatan dan
kinerja badan publik, informasi mengenai laporan keuangan, dan informasi lain
yang diatur dalam Peraturan Perundang Undangan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai