Anda di halaman 1dari 8

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaingan yang menelilingi

gigi dan melekat pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi
sehingga tidak telepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri atas gingiva
tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum. Setiap jaringan memainkan
peranan penting dalam memeliahara kesehatan dan fungsi dai periodontal.
Keadaan jaingan periodontal sangat bervaiasi, bergantung atau dipengaruhi oleh
morfologi gigi, fungsi, maupun usia (Hiranya dkk, 2002).
Deposit atau lapisan yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan
jika dibiarkan akan dapat merusak jaingan periodontal dapat dikelompokkan
menjadi bebrapa yaitu acquired pelicle, material alba, debris makanan, plak gigi,
dental stain dan kalkulus (Hiranya dkk, 2002).
a) Plak gigi
Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada pemukaan gigi,
terdiri atas mikroorganisme yang bekembang baik dalam suatu matrik
inteseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Plak gigi
biasanya mulai terbentuk pada sepertiga pemukaan gingival dan pada
permukaan gigi yang cacat dan kasar
a) Mekanisme pembentukan plak gigi
Proses tebentuknya plak gigi terdiri atas dua tahap, yaitu tahap
pembentukan lapisan acquied pelicle, dan tahap proliferasi bakteri. Setelah
terbentuk adanya acquired peliclebaktei mulai berproliferasi disertai dengan
pembentukan matriks interbakterial yang terdiri atas polisakarida ekstaseluler
yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu S. mutans, s. bovis, s. sanguis, s.
salivarius sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri
atas jenis kokus pada tahap awal poliferasi bakteri. Bakteri tidak membentuk
lapisan kontinu diatas permukaan acquied pellicle, melainkan menjadi suatu
kelompok kecil yang tepisah. Suasana lingkungan pada lapisan plak masih
bersifat aerob sehingga hanya mikroorganisme aerob dan fakultatif yang dapat
tumbuh dan berkembang biak. Setelah kolonisasi pertama oleh steptokokus,
bebagai jenis mikroorganisme lain memasuki plak. Pada keadaan ini dengan
bertambahnya umur plak, terjadi pegeseran bakteri didalam plak. Menuut

kresse, keadaan ini dapat terjadi karena bekurangnya jumlah makanan didalam
plak sehingga tejadi kompetisi diantaa bakteri dan dapat membatasi
pertumbuhan bakteri. Terhambatnya pertumbuhan bakteri, selain disebabkan
oleh berkurangnya bahan makanan juga disebabkan oleh gas gas sebagai hasil
metabolisme yang bersifat toksik bagi bakteri, yang dapat menghmbat
petumbuhan bakteri tetentu. Sementara hasil metabolisme yang lain
meyebakan ransangan terhadap pertumbuhan baktei veilonella dn hal ini
menyebabkan meningkatnya polisakarida ekstraseluler. Pada tahap kedua, jika
kebersihan gigi dan mulut diabaikan, dua samapa empat hari, kokus gram
negatif

dan

bacillus

akan

bertambah

jumlahnya.

Pada

hai

kelima

fusobacterium, aactynomyces, dan veillonella yang aerob akan bertambah


jumlahnya. Pada tahap ketiga, ematangan plak, pada hari ketujuh ditandai
dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta, dan vibrio sementara jenis filmen
terus betambah, dengan peningkatan paling menonjol Actinomyces naeslundi.
Pada hari keuapuluh delapan dan keduapuluh sembilan, steptokokus akan teus
betambah jumlahnya (Newman,et all., 2015).

(Newman,et all., 2015).


b) Kalkulus gigi
Kalkulus merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang tebentuk
dan melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya di dalam
mulut, misalnya restorasi pada gigi geligi tiuan. Kalkulus adalah plak
terkalsifikasi. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak seing
ditemukan pada gigi pemanen anak usia muda. Meskipun demikian, pada
anak usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar
rongga mulut, dan pada hapir seluruh rongga mulut dewasa (Manson et, all.,
1993).
Jenis Jenis Kalkulus
Kalkulus supragingival
Adalah kalkulus yang melekat erat pada permukaan mahkota gigi
mulai dai puncak gingival magin dan dapat dilihat. Kalkulus ini
bewana putih kekuningan, konsistensinya keras sepeti batu tanah liat
yang mudah dilepaskan dri npermukaan gigi dengan alat scaler. Wana
kalkulus dapat dipengaruhi oleh pigmen sis makanan atau dari
merokok. Kalkulus supagingiva dapat tejadi pada satu gigi,

sekelompok gigi maupun seluruh gigi (Manson et, all., 1993).


Kalkulus subgingival
Kalkulus subgingiva adalah kalkulus yang beada dibawah batas
gingival margin, biasanya terdapat pada saku gusi dan tidak dapat
terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan
perluasannya haus dilakukan probing dengan probe, biasanya padat
dan keras, warna coklat tua atau hijau kehitaman. Konsistensinya
seperti kepala korek api dan melekat erat pada pemukaan gigi.
Bentuk kalkulus subgingiva dapat dibagi menjadi deposit noduler dan
spining yang keras, berbentuk cincin atau ledge yang mengelilingi
gigi, berbentuk jari yang meluas sampai dasa saku, bentuk bulat dan
terlokalisasi (Manson et, all., 1993).

Proses tejadinya kalkulus


Kalkulus adalah Plak bakteri yang

temineralisasi tetapi tidak

semua plak termineralisasi. Kalkulus supragingiva jarang telihat pada


permukaan bukal mola bawah, tetapi seing ditemukan pada permukaan
bukal molar atas yang berlawanan dengan muara duktus parotis
(Newman,et all., 2015).
Presipitasi garam garam mineral sudah dpat dilihat hanya beberapa
jam setelah deposisi plak, meski umumnya keadan ini berlangsung 2-14
hari setelah terbentuknya plak. Mineral pada kalkulus supragingival beasal
dari saliva, sedangkan pada kalkulus subgingiva beasal dari eksudat cairan
gingiva. Pada plak yang bau terbentuk, konsistensi kalsium dan ion
fosfornya sangat tinggi. Umumnya konsentrasi kalsium pada plak sekitar
20 kali lebih besar daripada di saliva, tetapi tidak terlihat adanya kistal
apatit. Selain itu, juga terlihat bahwa kristal hidroksipatit terbentuk
spontan di dalam saliva. beberapa teori memperkenalkan mekanisme
minealisasi awal, diantaanya adalah :
a) Saliva dapat dianggap sebagai larutan jenuh yang tidak stabil dari
kalsium fosfat. Karena tegangan CO2 relatif lebih rendah di dalam
mulut, CO2 akan kelua dari saliva bersama dengan deposisi kalsium
fosfat yang tidak mudah larut.
b) Selama tidur, alian saliva bekurang dan amonik berbentuk dari uea
saliva, menaikkan pH yang memungkinkan terjadinya pengendapan
kalsium fosfat.
c) Protein dapat mempertahankan konsentasi kalsium yang lebih tinggi
tetapi jika saliva berkontak dengan gigi, protein akan dikeluarkan dari
larutan yang menyebabkan pengendapan kalsium dan fosfor
(Newman,et all., 2015).
Perlekatan Kalkulus
Cara perlekatan kalkulus ke permukaan akar, adalah sebagai berikut :

Dengan bantuan acquired pellicle


Dengan cara penetrasi kedalam sementum dan dentin
Pada daeah sementum dan dentin yang resobsi dan tidak diperbaiki

yang menjadi terbuka kaena resesi.


Interlocking atau saling mengunci antarkristal (Newman,et all., 2015).

Klasifikasi alat periodontal


Alat peiodontal didesain untuk tujuan tertentu, seperti untuk mengambil
kalkulus, menghaluskan permukaan akar, mengkuretase gingival, dan untuk
membuang jaringan yang nekrotik. Tiap alat periodontal yang dipakai secara
manual biasanya terdiri atas 3 bagian : handle (pegangan), shank (leher), dan
working end ( sisi aktif alat) (Hiranya dkk, 2002). Alat periodontal diantaranya
adalah :

Probe Periodontal
Digunakan untuk menguku kedalaman saku gusi dan untuk menentukan
konfigurasinya. Gambaran umum probe adalah suatu alat yang ujungnya
mengerucut atau membulat yang mempunyai bats berukuan milimeter.
Ketika digunakan untuk mengukur saku gusi, probe dimasukkan dengan
tekanan ringan atau tanpa tekanan dan hati hati hingga mencpai dasa saku
gusi, leher probe diarahkan hingga sejaja dengan sumbu panjang gigi.
Bebeapa titik pengukuan dipilih untuk menentukan dalamnya perlekatan

sepanjang permukaan gigi (Hiranya dkk, 2002).


Eksplorer / sonde
Alat untuk mengetahui luas atau batas kalkulus subgingiva dan kaies seta
mengecek kedaan akar gigi setelah dilakukan root planning (Hiranya dkk,

2002).
Alat skeler
Digunakan untuk membersihkan karang gigi dan untuk melakukan oot
planning. Skeler mempunyai 2 ukuan yaitu makro skeler yang digunakan
untuk mengambil kalkulus supragingiva, dan mikro skeler yang digunakan
untuk mengambil kalkulus subgingiva.berdasarkan cara penggunaanya
skeler dibedakan menjadi skeler manual yaitu skeler yang digerakkan

dengan tangan biasa dan skeler ultrasonik skeler yang digerakkan oleh
listrik (Hiranya dkk, 2002). Macam macam skeler manual, yaitu :
1) Sickle
Mempunyai bentuk seperti bulan sabit. Working end-nya mempunyai
permukan datar dan dua sisi potong yang mengerucut dan membentuk
sudut lancip pada ujungnya. Sickle digunakan untuk mengambil
kalkulus supragingiva pada permukaan proksimal gigi anteroposteior
(Hiranya dkk, 2002).
2) Kuret
Mempunyai bentuk seperti sendok dan digunakan untuk mengambil
kalkulus subgingiva, menghaluskan permukaan akar dari jaingan
nekrotik, dan mengkuret jaringan lunak yang nekrotik pada dinding
pocket. Kuret mempunyai dua sisi potong yang bertemu pada ujung alat
dengan bentuk membulat. Dibanding dengan sickle, kuret lebih tipis
dan tiak mempunyai ujung yang tajam, sehinga dapatmencapai pocket
yang lebih dalam, dan trauma yang ditimbulkan dari jaringan lunak
bersifat minimal. Terdapat dua jenis kuret, yaitu : kuret universal dan
kuet area spesifik. Kuret universal memiliki sisi potong yang dapat
dimasukkan pada sebgian besar aea gigi geligi dengan cara mengubah
dan mengadaptasikan jai jari, fulkrum dan posisi tangan opeator.
Ukuran sisi potong, panjang maupun lekukan leher dapat bervaiasi,
tetapipermukaan diantara kedua sisi potongnya membentuk sudut 90 o
(tegak luus) dengan lehe yang paling bawah jika dilihat dai ujungnya.
Sedangkan kuret area spesifik misalnya kuret gracey adalah satu set
kuret yang terdiri dari beberapa instrumen yang didesain dan diberi
lekukan untuk dapat beradaptasi pada aea anatomis tetentu pada gigi
geligi (Hiranya dkk, 2002).
3) Hoe
Adalah alat skeler yang mempunyai bentuk sepei cangkul. Digunakan
untuk meratakan dan menghaluskan permukaan akar sehingga bebas
dari sisa sisa kalkulus dan semen. Bagian potongnya membengkok 99 o
sisi potongnya dibevel 45o. Tangkai pisaunya sedikit membelok
sehingga memungkinkan masuk lebih dalam mencapai akar gigi tanpa

merusak jaringan lunak didekatnya. Hoe digunakan dengan cara tangkai


dimasukkan hingga mencapai dasar saku periodontal, kemudian
instrumen diaktivasi dengan gerakan menarik yang cukup uat keaah
mahkota sepanjang akar (Hiranya dkk, 2002).
4) File
Adalah alt skeler yang mempunyai bentuk seperti kikir. Fungsi
utamanya adalah untuk menghancurkan kalkulus yang besar. Filedapat
menyebabkan permukaan aka menjadi kasar jika penggunaannya tidak
tepat.
5) Chisel
Chisel didesain untuk bagian gigi proksimal anterior. Mempunyai
bentuk seperti pahat. Chisel dimasukkan dari permukaan labial. Adanya
lekukan dibagian tangkainya menyebabkan alat ini stabil keika masuk
kebagian poksimal dan sisi potongnya dapat mencapai kalkulus tanpa

membuat tarikan pada gigi. Alat ini diaktifkan dengan cara mendorong.
Alat poles
Adalah alat yang digunakan untuk memoles permukaan gigi yang telah
dilakukan root planninhg. Tujuan poles adalah untuk mendapatkan
permukaan gigi yang betul betul halus untuk mencegah terbentuknya
kalkulus kembali. Macam macam alat poles yaitu :
1) Rubber cups
Adalah alat poles yang tebuat dari bahan karet berbentuk sepeti
mangkok dengan atau tanpa susunan sepeti jari roda pada cekungannya.
Pada penggunaannya dapat disetai pasta poles yang mengandung
flouride dan usahakan tetap lembap untuk mengurangi panas ketika
cups berputar.
2) Brittle brush
Brittle brush berbentuk seperti mangkuk atau roda. Penggunaaanya
tebatas pada mahkota gigi menggunakan pasta poles.
3) Dental tape
Digunakan untuk memoles permukaan proksimal yang tidak tercapai
dengan alat poles lainnya. Pita dimasukkan kedaerah interpoksimal
dengan arah sejajar dengan sumbu panjang gigi dan digerakan dengan
arah labiolingual. Hindari menyebabkan luka pada gingiva. Setelah

dipoles, daerah tersebut dibesihkan dengan air hangat untuk


menghilangkan sisa sisa bahan pasta.

DAFTAR PUSTAKA
Hiranya,M.P., Eliza, Herjuliyanti, Neneng, Nurjannah. 2009. Ilmu Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC.
Manson, J.D dan B.M Eley.1993.Buku Ajar periodontologi ed.2. Alih Bahasa drg.
Anastasia S. Jakarta : Hipokrates.
Newman, Takei, Klokkevold, Carranza. 2015. Carranzas Clinical Periodontolgy,
12th. St.louis, Missouri: saunders elsevier,inc.

Anda mungkin juga menyukai