Aku - LP Chronic Kidney Disease
Aku - LP Chronic Kidney Disease
1. DEFINISI
Menurut Brunner & Suddart (2002), gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap
akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain dalam darah.
Menurut Corwin (2009), gagal ginjal kronis adalah destruksi struktur ginjal yang
progresif dan terus-menerus. Gagal ginjal kronis dapat timbul dari hamper semua
penyakit. Selain itu pada individu yang rentan, nefropati analgesic, destruksi papilla
ginjal yang terkait dengan pamakaian harian obat-obatan analgesic selama bertahuntahun dapat menyebabkan gagal ginjal kronis. Apa pun sebabnya, terjadi perburukan
fungsi ginjal secara progresif yang ditandai dengan penurunan GFR yang progresif.
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria.
Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika
nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m, sebagai berikut:
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
Kelainan patologik
Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m selama > 3 bulan dengan atau
tanpa kerusakan ginjal (Chonchol, 2005)
Fisiologi Ginjal
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah
dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.
Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan
reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus
ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem
pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2005).
Price dan Wilson (2005) menjelaskan secara singkat fungsi utama ginjal yaitu :
-
Fungsi Eksresi
A. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mili Osmol dengan
mengubah-ubah ekresi air.
derajat
keasaman/pH
plasma
sekitar
7,4
dengan
Bekerja sebagai jalur eksretori untuk sebagian besar obat. Fungsi Non
eksresi
Sistem eksresi terdiri atas dua buah ginjal dan saluran keluar urin. Ginjal
sendiri mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri yang masuk ke medialnya.
Ginjal akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah dan mengubahnya
menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Dari ureter, urin
akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan
keinginan mikturisi dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung
dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2001).
Unit fungsional ginjal terkecil yang mampu menghasilkan urin disebut nefron.
Tiap ginjal bisa tersusun atas 1 juta nefron yang saling disatukan oleh jaringan ikat.
Nefron ginjal terbagi 2 jenis, nefron kortikal yang lengkung Henlenya hanya sedikit
masuk medula dan memiliki kapiler peritubular, dan nefron jukstamedulari yang
lengkung Henlenya panjang ke dalam medulla dan memiliki Vasa Recta. Vasa Recta
adalah susunan kapiler yang panjang mengikuti bentuk tubulus dan lengkung Henle.
Secara makroskopis, korteks ginjal akan terlihat berbintik-bintik karena adanya
glomerulus, sementara medula akan terlihat bergaris-garis karena adanya lengkung
Henle dan tubulus pengumpul (Sherwood, 2001).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah
besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman.
Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga
konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan
plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak
difiltrasi. Kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan
dieksresi. Setiap proses filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus
diatur menurut kebutuhan tubuh (Guyton, 2007).
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal kronis adalah pengelompokan gagal ginjal berdasarkan
penyebabnya. Menurut Suharyanto dan Madjid (2009), gagal ginjal kronis dapat
diklasifikasikan berdasarkan sebabnya, yaitu sebagai berikut :
Tabel Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis
Klasifikasi Penyakit
Penyakit infeksi dan peradangan
Penyakit vaskuler hipertesif
Penyakit
Pielonefritis kronik, Glomerulonefritis
Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis
Gangguan
kongenital
heredite
Penyakit metabolik
ginjal
Diabetes
Nefropati toksi
Hipertiroidisme
Penyalahgunaan
Nefropati obstruksi
timbale
Saluran
Melitus,
kemih
Gout
Disease,
analgesic,
Nefropati
bagian
atas:
kalkuli,
3. Stadium III dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia --- Sekitar 90% dari
massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang
masih utuh. Nilai GFR hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN
akan meningkat dengan mencolok. Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu
oliguri karena kegagalan glomerulus, sindrom uremik.
Menurut The Kidney Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) (dalam Desita, 2010),
gagal ginjal kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan tahapan penyakit dari waktu ke
waktu sebagai berikut :
pengobatan
kita
membutuhkan
akanmembutuhkan
persiapan.
tindakan
untuk
Bila
kita
memilih
memperbesar
dan
kelainan,
glomerulonefritis
dibedakan
primer
dan
sekunder.
melitus
merupakan
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya.
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan
sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang
menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang
Air merupakan cairan yang sangat penting di dalam tubuh. Lebih kurang 68%
berat tubuh terdiri dari air. Minum air putih dalam jumlah cukup setiap hari adalah
cara perawatan tubuh terbaik. Air ini sebagai simpanan cairan dalam tubuh.
Sebab bila tubuh tidak menerima air dalam jumlah yang cukup, tubuh akan
mengalami dehidrasi. Di mulai dengan simpanan air tubuh yang menurunan
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Organ-organ tubuh yang vital juga sangat peka terhadap kekurangan air, salah
satunya adalah ginjal. Ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik bila tidak cukup
air.
Pada proses penyaringan zat-zat racun, ginjal melakukannya lebih dari 15 kali
setiap jam, hal ini membutuhkan jumlah air yang banyak sebelum diedarkan ke
dalam darah. Bila tidak cukup cairan atau kurang minum, ginjal tidak dapat
bekerja dengan sempurna maka bahan-bahan yang beredar dalam tubuh tidak
dapat dikeluarkan dengan baik sehingga dapat menimbulkan keracunan darah
dan menyebabkan penyakit ginjal.
e. Environment
Cuaca panas dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ginjal. Jika seseorang
bekerja di dalam ruangan yang bersuhu panas, hal ini dapat mempengaruhi
kesehatan ginjalnya. Yang terjadi adalah berkurangnya aliran atau peredaran
darah ke ginjal dengan akibat gangguan penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh
ginjal dan pada ginjal yang rusak hal ini akan membahayakan.
.
Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat
lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita
akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau
tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan
yang berada dalam tubuh.
Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi
coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa
bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air
kecil di tengah malam.
Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami
oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi.
Sulit tidur: Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupun restless legs.
Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang ahli ginjal
hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik serta terapi
terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Selain itu
sangat disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk mendapatkan
perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini biasanya akan diminta
untuk menjaga kecukupan protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada
dalam makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap rendah
penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu penderita juga harus membatasi
asupan kalsium apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan
kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat
biasanya juga dianjurkan bagi penderita yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol
minuman diperlukan selain pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.
4) Stadium 4
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 hampir sama dengan stadium 3,
yaitu:
Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat
lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita
akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau
tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan
yang berada dalam tubuh.
Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi
coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa
bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air
kecil di tengah malam.
Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami
oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi.
Sulit tidur: Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi tidak
terasa seperti biasanya.
Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau
pernafasan yang tidak enak.
Sulit berkonsentrasi
Nausea.
Sakit kepala.
Merasa lelah.
Gatal gatal.
Kram otot
Neurologi
Kelemahan
dan
keletihan,
konfusi,
ketidakmampuan
Kardiovaskular
pericardium,
tamponade
jantung,
hyperkalemia,
hiperlipidemia
Pulmonar
takipneu,
pernapasan
tipe
kussmaul,
uremic
pneumonitis.
Gastrointestinal
Hematologi
Reproduksi
Muskuloskeletal
6. PATHWAY
(Terlampir)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium
Untuk menentukan ada tidaknya
kegawatan,
menentukan
derajat
GGK,
Rasio protein atau albumin terhadap kreatinin dalam contoh urin pertama
Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload),
Dewasa
Anak
Bayi baru lahir: 0,8-1,4 mg/dL; Bayi: 0,7-1,7 mg/dL; 2-6 tahun: 0,3-0,6
mg/dL, 27-54 mol/L (unit SI); Anak yang lebih besar: 0,4-1,2 mg/dL,
36-106 mol/L (unit SI; nilai sedikit meningkat sesuai umur karena otototot yang kuat)
Lansia mempunyai kadar yang lebih rendah karena berkurangnya kekuatan otototot dan menurunnya produksi kreatinin
Nilai kritis
Meningkat pada: gagal ginjal, chronic nephritis, urinary tract obstruction, muscle
disease (seperti gigantisme, acromegaly, myasthenia gravis), CHF, shock.
Menurun pada: orang tua, orang-orang dengan ukuran tubuh kecil massa otot
yang menurun, muscle atrophy atau inadequat dietary protein.
2.
propanolol
(Inderal),
rifampin
(Rifadin),
spironolactone
4.
5.
Seseorang yang memiliki penyakit ginjal kronik, dapat memiliki stadium yang
berbeda. Klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju fltrasi glomerulus. Stadium
yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah.
Nilai GFR dan klasifikasi stadium penyakit ginjal kronik
Nilai ini dihitung dengan rumus Cockcroft-Gault atau MDRD
(modification of diet in renal disease) sebagai berikut :
(140-Umur) x Berat Badan
Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ------------------------------- x (0,85,
jika wanita)
(ml/menit)
72 x Kreatinin Serum
-1,154
Ultrasonografi (USG)
USG adalah suatu prosedur diagnostik yang digunakan untuk melihat struktur
jaringan tubuh atau analisa bentuk gelombang dari Doppler. Pemeriksaan
ultrasound yang disebut tranduser diletakkan di atas permukaan kulit atau di atas
rongga tubuh untuk menghasilkan sebuah sorotan ultrasound di dalam jaringan.
Gelombang
bunyi
yang
direfleksikan
atau
gema
dari
jaringan
dapat
ditransformasikan oleh sebuah komputer ke dalam skan, grafik, atau bunyi yang
dapat didengar (Doppler).
Ultrasound dapat mendeteksi kelainan jaringan (massa, kista, edema, batu).
Ultrasound tak dapat digunakan untuk menentukan kelainan tulang atau organorgan yang berisi udara. Pemeriksaan ini relatif murah dan tidak menyebabkan
bahaya bagi klien.
Nilai rujukan
Angiografi
Istilah angiografi (pemeriksaan terhadap pembuluh-pembuluh darah) dan
arteriografi (pemeriksaan terhadap arteri) digunakan tumpang tindih. Kateter
dimasukkan ke dalam arteri femoralis atau brakhialis dan zat kontras disuntikkan
untuk memudahkan penglihatan terhadap pembuluh darah. Angiografi berguna
untuk mengevaluasi pembuluh darah dan untuk mengidentifikasi vaskularisasi yang
abnormal karena adanya tumor. Pemeriksaan ini dilakukan bila CT (tomografi
komputer) atau skrining radionukleid memberi kesan adanya kelainan pembuluh
darah.
Pada ginjal: pemeriksaan ini memungkinkan penglihatan terhadap pembuluh
dan parenkim ginjal. Aortogram dapat dilakukan dengan angiografi ginjal untuk
mendeteksi kelainan pembuluh di aorta dan untuk memperlihatkan hubungan arteri
ginjal ke aorta. Sehingga hasilnya dapat digunakan untuk mengetahui penyebab
gagal ginjal.
Nilai rujukan
Struktur dan pembuluh darah normal
Nilai kritis
Pembuluh darah pada ginjal mengalami kelainan terutama pembuluh arteri ginjal ke
aorta.
8. PENATALAKSANAAN
TERAPI UMUM
- Istirahat (pasien dapat rawat inap di rumah sakit/rawat jalan)
- Penanganan Nutrisi pada pasien ini
Tujuan :
o Mencegah defisiensi
o Mengontrol edema dan elektrolit serum
o Mencegah osteodistrofi ginjal
o
Menyediakan diet yang enak dan menarik
Catatan : Protein Dialisis :Diet rendah protein (1,2-1,3g/kgBB)
1) Cairan dan Elektrolit
Pertama diberikan sampai dengan 3000ml IV, lalu diberikan sampai diuresis cukup
40-70ml/jam
Cairan dibatasi bila ada :
langsung,
Receptor
AT1
hiperkalemia)
Gagal jantung kongestif Terjadi penimbunan cairan dan natrium karena itu di
berikan pembatasan asupan natrium/ diberikan diuretik mis.(furosemid,bumetamid dan torsemid)
sangat
berbahaya
karena
meningkatkan
resiko
terjadinya
gangguan irama jantung dan cardiac arrest. Jika kadar kalium terlalu tinggi, maka
diberikan natrium polisteren sulfonat untuk mengikat kalium, sehingga kalium dapat
dibuang bersama
tinja.Hiperkalemi
akut
diberikan
insulin
dan
dekstrose
Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus di berikan intravena , bila pH < 7.3.
Serum bikarbonat < 20mEq/L
b) Anemia normokrom normositer
Anemia ini berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi
hormone eritropoeitin ( ESF= erythropoietic stimulating factors) Anemia
normokom normositer ini refrakter terhadap obat hematinik
a. Rekombinant human erithropoietin (r-HuEPO) merupakan obat pilihan
utama R/Eprex 30-50 U per kgBB
b. Alternative lain hormon androgen dan preparat cobalt
c) Hipertensi
Diberikan ACEI atau CCB (Calcium Channel Blocker).
Terapi pengganti ginjal
a) Dialisis
Terapi ini di tujukan untuk mengganti faal ginjal sebagai ekskresi.
Dialisis dianggap perlu dimulai bila dijumpai salah satu hal dibawah ini :
Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
K serum > 6 mEq/L
Ureum darah > 200 mg/dL
pH darah < 7,1
Anuria berkepanjangan ( > 5 hari)
Fluid overloaded
b) Hemodialisis
Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam tabung
ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah.
Darah pasien di pompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi
oleh
selaput
semipermeabel
buatan
dengan
kompartemen
dialisat.
mirip
serum normal
dan tidak
akan
mengalami
perubahan
konsentrasi
karena
zat
yang
terlarut
kompartemen
cairan dialisat. Perpindahan air ini disebut ultrafiltrasi. Selama proses dialisis
pasien akan terpajang dengan cairan dialisat sebanyak 120-150 liter setiap
c) Dialisis Peritoneal
Yakni
menggunakan
semipermeabel.
menggunakan
Melalui
kateter
membran
membran
peritoneum
tersebut
darah
yang
difiltrasi.
bersifat
Dengan
douglasi. Setiap kali 2 liter cairan dialisis masuk kedalam peritoneum melalui
kateter
tersebut.
membran peritoneum dan akan masuk kedalam cairan dialisat dan dari sana
akan dikeluarkan dari tubuh. Setiap cairan dialisat yang sudah dikeluarkan
diganti dengan cairan dialisat baru.Tiap 1 liter cairan dialisat mengandung :
5.650 gram NaCL,0,294 gram CaCL2 ,0,153 gram MgCL2 ,4.880 gram Na
Laktat dan 15.000 gram glukosa. Heparin ditambahkan dalam cairan dialisis
d) Transplantasi Ginjal
Tranplantasi ginjal telah menjadi terapi pengganti pada GGK tahap
akhir, dengan transplantasi ginjal dapat mengatasi seluruh jenis penurunan
fungsi ginjal yakni faal ekskresi dan faal endokrin, sehingga tercapai tingkat
kesegaran jasmani yang lebih
baik
hidup.Keberhasilan
ginjal
trasplantasi
yang
akan meningkatkan
dipengaruhi
harapan
oleh faktor-fakto
yang
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiper kalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan
masukan diit berlebih.
2. Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Edema paru terjadi akibat penimbunancairan serosa atau serosanguinosa yang
berlebihan di ruang interstisial dan alveolus paru-paru. Hal ini timbul karena ginjal
tidak dapat mensekresi urin dan garam dalam jumlah cukup.
9. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
10. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
kelamin,
agama,
pendidikan,
pekerjaan,
status
perkawinan,
wanita
timbul
gangguan
menstruasi,
gangguan
ovulasi
sampaiamenorea.
Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit)
terjadi penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh
hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan
obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic
lemak, dan gangguan metabolism vitamin D.
7) Sistem Perkemihan ; Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri,
terjadi penurunan libido berat
8) Sistem pencernaan ; Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia,
dan diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut,
dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake
nutrisi dari kebutuhan.
9) Sistem Muskuloskeletal ; Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala,
kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/
berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area
ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit
jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia
dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
b. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
c. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan
natrium.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan
yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d kurangnya
f.
g.
h.
i.
informasi kesehatan.
Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan invasive
PK: Insuf Renal
PK : Anemia
Sindrom defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.
3. Rencana Keperawatan
No
1
Diagnosa
Intoleransi aktivitas
B.d
ketidakseimbangan
suplai & kebutuhan
O2
Kelebihan volume
cairan
b.d.
mekanisme
pengaturan
melemah
Tujuan/KH
Setelah dilakukan askep
... jam Klien dapat
menoleransi aktivitas
& melakukan ADL dgn
baik
Kriteria Hasil:
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik dgn TD,
HR, RR yang sesuai
Warna
kulit
normal,hangat&kering
Memverbalisasikan
pentingnya
aktivitas
secara bertahap
Mengekspresikan
pengertian pentingnya
keseimbangan latihan
& istirahat
toleransi aktivitas
Setelah dilakukan askep
..... jam pola nafas
klien
menunjukkan
ventilasi yg adekuat
dg kriteria :
Tidak ada dispnea
Kedalaman nafas
normal
Tidak ada retraksi
dada / penggunaan
otot
bantuan
pernafasan
Intervensi
NIC: Toleransi aktivitas
Tentukan penyebab intoleransi
aktivitas
&
tentukan
apakah
penyebab dari fisik, psikis/motivasi
Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat
klien sehari-hari
aktivitas secara bertahap,
biarkan klien berpartisipasi dapat
perubahan
posisi,
berpindah&perawatan diri
Pastikan klien mengubah posisi
secara bertahap. Monitor gejala
intoleransi aktivitas
Ketika membantu klien berdiri,
observasi gejala intoleransi spt
mual, pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
Lakukan latihan ROM jika klien
tidak dapat menoleransi aktivitas
Monitor Pernafasan:
Monitor irama, kedalaman dan
frekuensi pernafasan.
Perhatikan pergerakan dada.
Auskultasi bunyi nafas
Monitor
peningkatan
ketdkmampuan
istirahat,
kecemasan dan seseg nafas.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kurang
pengetahuan
tentang
penyakit
dan pengobatannya
b.d.
kurangnya
sumber informasi
PK: Anemia
pelayanan
Tanyakan kembali pengetahuan
klien tentang penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
Setelah dilakukan askep Kontrol infeksi
... jam risiko infeksi Ajarkan tehnik mencuci tangan
terkontrol dg KH:
Ajarkan tanda-tanda infeksi
Bebas dari tanda- Laporkan dokter segera bila ada
tanda infeksi
tanda infeksi
Angka leukosit
Batasi pengunjung
normal
Cuci
tangan
sebelum
dan
Ps mengatakan tahu
sesudah merawat ps
tentang tanda-tanda
Tingkatkan masukan gizi yang
dan gejala infeksi
cukup
Anjurkan istirahat cukup
Pastikan penanganan aseptic
daerah IV
Berikan PEN-KES tentang risk
infeksi
Proteksi infeksi:
Monitor tanda dan gejala infeksi
Pantau hasil laboratorium
Amati faktor-faktor yang bisa
meningkatkan infeksi
Monitor VS
Setelah dilakukan askep Pantau tanda dan gejala insuf
... jam Perawat akan
renal ( peningkatan TD, urine <30
menangani atau
cc/jam, peningkatan BJ urine,
mengurangi
peningkatan natrium urine, BUN
komplikasi dari insuf
Creat, kalium, pospat dan amonia,
renal
edema).
Timbang BB jika memungkinkan
Catat balance cairan
Sesuaikan pemasukan cairan
setiap hari = cairan yang keluar +
300 500 ml/hr
Berikan
dorongan
untuk
pembatasan masukan cairan yang
ketat : 800-1000 cc/24 jam. Atau
haluaran urin / 24 jam + 500cc
Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian diet, rendah
natrium (2-4g/hr)
Pantau tanda dan gejala asidosis
metabolik ( pernafasan dangkal
cepat, sakit kepala, mual muntah,
Ph rendah, letargi)
Kolaborasi dengan timkes lain
dalam therapinya
Pantau perdarahan, anemia,
hipoalbuminemia
Kebersihan
diri
pasien terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC
Corwin, J Elizabeth. 2009. Buku Saku PAtofisiologi. Jakarta: EGC
Kapantow, Nova. 2008. Bahan Ajar Ilmu Gizi Klinik. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran,
Universitas Sam Ratulangi. Manado
Lintong, Poppy M. 2005. Ginjal Dan Saluran Kencing Bagian Bawah. Bagian Patologi
Anatomi FK.UNSRAT. Manado
Mubin, Halim. 2007. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi
EGC. Jakarta.
Nurko, Saul. 2006. Anemia in chronic kidney disease: Causes, diagnosis, treatment.
Cleveland Clinic Journal of Medicine. 73(3): 289-97
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Balai Penerbitan Dep. IPP. FKUI. Jakarta
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Reeves, Charlene J, Gayle Roux, and Robin Lockhart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi Pertama. Terj. Joko Setyono. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.2. Jakarta : EGC
Soeparman. 1993. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Sukandar, Enday. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi
Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK.UNPAD. Bandung.
Sukandar, Enday. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi Ilmiah
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK.UNPAD. Bandung.
Wantiyah. 2010. Penatalaksanaan Pasien dengan Hemodialisa dalam Konteks Asuhan
Keperawatan. FIK Universitas Indonesia.
pruritus
Gangguan
Integritas
urokrom tertimbun di
kulit
perubahan
warna kulit Kulit
PATOFISIOLOGI
Enchepalopati
Toksisitas ureum di otak
Penurunan kesadaran
Faktor yg dapat dimodifikasi:
Faktor yg tidak dapat dimodifikasi:
DM, hipertensi, merokok, obstruksi
Herediter, Usia >60, Jenis
saluran kemih
kelamin,
Ras
Mual
Ggn. asam - basa
Gangguan nutrisi
Muntah
Penurunan aliran darah renal
Primary kidney disease
Kerusakan sel
Asidosis metabolik
gangguan pola nafas
Kerusakan
ginjal
karena
penyakit
lain
kelebihan
payah
jantung
Produksi
eritrosit
beban
hipertrofi
yg
memproduksi
Cardiac
Metab.anaerob
Asam
Suplai
fatigue
laktat
OEPO
2
Anemia
BUN
Kerusakan
Penurunan
Chronic
Hipertrofi
Kerusakan
kidney
fungsi
nefron
filtrasi
nefron
disease
yang
nefron
glomerulus
lebih
tersisa
(CKD)
lanjut
Serum
creatinine
edema
retensi
edema
paru
Na
Produksi
ggn.
pertukaran
gas
Obstruksi
outflow
urine
intoleransi
aktivitas
volume
cairan
kiri kiri
ventrikel
naik
EPO
output
PATOFISIOLOGI CKD
infeksi
vaskuler
zat toksik
tertimbun ginjal
anemia
GFR turun
GGK
retensi Na
gastritis
mual, muntah
edema
(kelebihan volume cairan)
iritasi lambung
infeksi
resiko gangguan nutrisi
preload naik
intoleransi aktivitas
suplai O2 kasar turun
payah jantungbendungan
kiri
atrium kiri naik
COP turun
- hematemesis
hipertrofi ventrikel kiri
Aktivasi RAA metab. anaerob
syncope
edema paru
- melena
(kehilangan
kesadaran)
retensi Na & H2O
naik
timb.
as. laktat naik
anemia
gang. pertukaran gas
kelebihan vol. cairan
- fatigue
intoleransi aktivitas
- nyeri sendi