Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK
1. DEFINISI KATARAK
Katarak merupakan keadaan dimana pada lensa mata atau kapsula lentis terjadi
kekeruhan (opasitas) yang berangsur-angsur (Kowalak, 2011)
Katarak adalah Kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan
tajam penglihatan penderita berkurang. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes
(air terjun) karena pada awalnya katarak dipikirkan sebagai cairan yang mengalir dari
otak ke depan lensa.
Katarak menyebabkan

penglihatan

menjadi

buram/berkabut.

Katark

ini

merupakan suatu keadaan patologik lensa dimna lensa menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air
terjun atau kabut. Kondisi ini termasuk dalam penurunan fngsi progresif dan
menyebabkan ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000)
2. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
a. Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi, yang
mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh (Katarak Senilis)
b. Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alkohol,
kurang vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik
karena mengandung timbal
c. Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, bahan
kimia yang merusak lensa (Katarak Traumatik)
d. Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan (Katarak
Kongenital)
e. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus
f.

(Katarak komplikata)
Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin , klorpromazin, ergotamine,
pilokarpin)

3. KLASIFIKASI KATARAK
a. Katarak Perkembangan/pertumbuhan
Katarak Kongenital dan juvenil disebut juga katarak perkembangan/pertumbuhan
karena secara biologik serat lensa masih dalam perkembangannya. Kekeruhan
sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak
meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.

Letak

kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi gangguan pada kehidupan janin.
Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular,
katrak polaris posterior (piramidalis posterior, kutub posterior), polaris anterior

(piramidalis anterior, kutub anterior), katrak inti (katarak nuklearis), dan katrak
sutural.

Katarak Lamelar atau Zonular


Di dalam perkembangan

embriologik

permulaan

terdapat

perkembangan serat lensa maka akan terlihat bagian lensa sentral


yang lebih jernih. Kemudian terdapat serat lensa keruh dalam kapsul
lensa. Kekeruhan berbatas tegas dengan bagian perifer tetap bening.
Katarak lamelar ini mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara
dominan, katarak biasanya bilateral.
Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir. Kekeruhan dapat
menutupi seluruh celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering
dapat mengganggu penglihatan.
Gangguan penglihatan pada katarak zonular tergantung pada derajat
kekeruhan lensa. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak
dapat terlihat pada pemeriksaan oftalmoskopi maka perlu dilakukan

aspirasi dan irigasi lensa.


Katarak Polaris Posterior
Katarak polaris posterior disebabkan menetapnya selubung vaskular
lensa. Kadang-kadang terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga
mengakibatkan

kekeruhan

pada

lensa

bagian

belakang.

Pengobatannya dengan melakukan pembedahan lensa.


Katarak Polaris Anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan
lensa dalam perkembangan embrional. Hal ini juga mengakibatkan
terlambatnya pembentukan bilik mata depan pada perkembangan
embrional. Pada kelainan yang terdapat di dalam bilik mata depan
yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan
seperti piramid. Katarak polaris anterior berjalan tidak progresif.
Pengobatan sangat tergantung keadaan kelainan. Bila sangat
mengganggu tajam penglihatan atau tidak terlihatnya fundus pada

pemeriksaan oftalmoskopi maka dilakukan pembedahan.


Katarak Nuklear
Katarak semacam ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga
karang. Kekeruhan terletak di daerah nukleus lensa. Sering hanya
merupakan kekeruhan berbentuk titik-titik.
Gangguan terjadi pada waktu kehamilan 3 bulan pertama. Biasanya
bilateral dan berjalan tidak progresif, biasanya herediter dan bersifat
dominan. Tidak mengganggu tajam penglihatan.
Pengobatan, bila tidak mengganggu tajam penglihatan maka tidak

memerlukan tindakan.
Katarak Sutural

Katarak sutural merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal,


bersifat statis, terjadi bilateral dan familial.
Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media penglihatan
maka ia tidak akan mengganggu penglihatan. Biasanya tidak
dilakukan tindakan.
b. Katarak Juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah
lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan
serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan
disebut sebagai soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari
suatu gejala penyakit keturunan lain.
Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan menimbulkan
ambliopia. Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan
sehari-hari. Hasil tindakan pembedahan sangat bergantung pada usia penderita,
bentuk katarak apakah mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah
disertai kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi
media penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.
c. Katarak Senil
Perubahan yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan
berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa
sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai
terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam benuk keluhan
presbiopia.
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan
kupuliform.
Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi
sklerotik. Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih
kekuningan menjadi cokelat dan kemudian menjadi kehitaman.

Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.


Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi
cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa.
Pada keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru

untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.


Katarak Kupuliform
Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal
atau nuklear. Kekeruhan dapat terlihat di lapis korteks posterior dan

dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap


kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering sukar
dibedakan dengan katarak komplikata.
Katarak Senil dapat dibagai atas 4 Stadium :
1) Katarak Insipien
Kekeruhan yang

tidak

teratur

seperti

bercak-bercak

yang

membentuk gerigi dasar di perifer dan daerah jernih


membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan
daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya
teletak

di

korteks

anterior

atau

posterior.

Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila


pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena

indeks

refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan
uji bayangan iris akan positif.
2) Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan
lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan
lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi
dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini
akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik
mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit
glaukoma. Uji bayangan iris pada keadaan ini positif.
3) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama-sama hasil disintegrasi
melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa
akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke
depan dan bilik mata depan akan mempunyai
kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium
ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat
perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji
bayangan iris akan terlihat negatif.

4) Katarak Hipermatur
Marupakan proses degenerasi lanjut lensa
sehingga korteks mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan
mencairnya

korteks,

tenggelam

ke

arah

morgagni).

Lensa

nukleus
bawah

yang

lensa
(katarak

mengecil

akan

mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris


memberikan gambaran pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat
menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom
fakolitik.

Perbedaan Stadium Katarak Senilis


Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan Lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik Mata Depan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut Bilik Mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow Test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopositif

Penyulit

Glaukoma

Uveitis + Glaukoma

d. Katarak Komplikata

Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat


menimbulkan

katarak

komplikata.

Penyakit

intraokular

yang

sering

menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina,


miopia tinggi dan lain-lain. Biasanya kelainan terdapat pada satu mata.
Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan
metabolisme lensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada tempat
iris melekat dengan lensa (sinekia posterior) yang dapat berkembang
mengenai seluruh lensa.
Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa
titik-titik yang tersebar sehingga dinamakan katarak pungtata subkapsular
diseminata anterior atau dapat disebut menurut penemunya katarak Vogt.
Katarak ini bersifat reversibel dan dapat hilang bila tekanan bola mata sudah
terkontrol.
Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak komplikata.
Pada katarak komplikata yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah
bila kekeruhannya sudah mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita
memerlukan penglihatan binokular atau kosmetik.
Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa
ekstrakapsular. Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi perifer.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata,
walaupun kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini biasanya btimbul pada
usia yang lebih muda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak
adalah diabetes melitus, hipoparatiroid, miotonia distrofia, tetani infantil dan
lain-lain.
Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas
yaitu kekeruhan yang tersebar halus seperti tebaran kapas di dalam masa
lensa. Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran
belakang lensa, sedang pada penyakit umum lain akan terlihat tanda
degenerasi pada lensa yang mengenai seluruh lapis lensa. Pengobatan pada
katarak komplikatan dilakukan bila sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu:
-

Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia yang


nyata. Pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul
lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa,
kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal
kembali.

Pasien diabetes juvenille da tua tidak terkontrol. Katarak akanterjadi


serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake

atau bentuk piring subkapsuler.


Katarak pada pasien diabetes dewasa. Gambaran secara histologik
dan biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.
Katarak Diabetes Sejati
Pada diabetes juvenillis yang parah kadang-kadang timbul katarak
bilateral secara akut. Lensa mungkin menjadi opak total selama
beberapa minggu.Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju
subkapsuler yang sebagian jernih dengan pengobatan.
Katarak Senillis pada Pasien Diabetes
Pada

pengidap

diabetes,

skelosis

nuklear

senillis,

kelainan

subkapsuler posterior, dan kekeruhan korteks terjadi lebih sering dan


lebih dini.Terapi yang diberikan pada pasien diabetes melitus dengan
komplikasi katarak adalah kontrol kadar gula darah dan bedah
katarak. Bedah katarak bertujuan untuk mengangkat lensa dengan
prosedur intrakapsular dan ekstrakapsular

e. Katarak Sekunder
Katarak sekunder atau sering disebut after cataract yaitu katarak yang
timbul

beberapa bulan setelah ekstraksi katarak ekstakapsular atau setelah

emulsifikasi fako; berupa penebalan kapsul posterior proliferasi sel-sel radang


pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila mengganggu tajam penglihatan
penebalan tersebut dibuka dengan sayatan sinar laser, memakai alat Nd. YAG
laser.
f.

Katarak Trauma
Kekeruhan lensa akibat ruda paksa atau katarak traumadapat terjadi
akibat ruda paksa tumpul atau tajam. Ruda paksa ini dapat mengkibatkan
katarak pada satu mata atau monokular katarak. Pengobatan pada katarak
trauma bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang.
Penyulit yang dapat terjadi dapat dalam bentuk glaukoma lensa yang
mencembung atau uveitis akibat lensa keluar melalui kapsul lensa.

4. MANIFESTASI KLINIS

Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai


gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
a)

Penglihatan kabur dan berkabut

b)

Fotofobia

c)

Penglihatan ganda

d)

Kesulitan melihat di waktu malam

e)

Sering berganti kacamata

f)

Perlu penerangan lebih terang untuk membaca

g)

Seperti ada titik gelap didepan mata

Gejala Klinis katarak menurut tempat terjadinya sesuai anatomi lensa :


a. Katarak Inti/Nuclear
Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat ,dan untuk

melihat dekat melepas kaca mata nya


Penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning , lensa

akan lebih coklat


Menyetir malam silau dan sukar
b. Katarak Kortikal
Kekeruhan putih dimulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan
Penglihatan jauh dan dekat terganggu
Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
c. Katarak Subscapular
Kekeruhan kecil mulai dibawah kapsul lensa, tepat jalan sinar masuk
Dapat terlihat pada kedua mata
Mengganggu saat membaca
Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber

cahaya
Mengganggu penglihatan

5. PATOFISIOLOGI
(terlampir)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 - 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif.
b. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi
bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
c. Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1.
Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICCE)
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2.
Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE)
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan.
TEKNIK PEMBEDAHAN EKSTRAKSI LENSA
Jenis Ekstraksi Lensa :
1.

Lensa tetap di dalam bola mata : Couching : tidak pernah dilakukan lagi

2.

Lensa utuh diekstraksi : ICCE, insisi 12 mm atau 180 derajat

3.

Ekstraksi inti lensa : ECCE, insisi 8 mm atau 160 derajat

4.

Manual SICS, insisi 5-6 mm, ekstraksi inti lensa utuh atau difragmentasi lebih dulu.

5.

Fako-emulsifikasi, insisi 5-6 mm bila menggunakan IOL non-foldable atau 3,2-3,5

mm dengan foldable-IOL
Namun saat ini yang sering digunakan adalah ECCE (Extra Capsular Cataract
Extraction) atau EKEK dan ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK.
ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Pada ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK , lensa diangkat
dengan meninggalkan kapsulnya. Indikasi ECCE melalui ekspresi nukleus prosedur utama
pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat,
kemampuan ahli bedah dan densitas nukleus. ECCE yang melibatkan pengeluaran nukleus
dan korteks lensa melalui kapsula anterior, meninggalkan kapsula posterior. Prosedur ini
memiliki beberapa keuntungan dibanding ICCE karena dilakukan dengan insisi yang lebih
kecil, maka trauma endothelium kornea lebih sedikit, astigmatisma berkurang, jahitannya
lebih stabil dan aman. Kapsula posterior yang intak akan mengurangi resiko keluarnya
vitreous intraoperatif, posisi fiksasi IOL lebih baik secara anatomi, mengurangi angka
kejadian edema makular, kerusakan retina dan edema kornea, mengurangi mobilitas iris dan
vitreous yang terjadi dengan pergerakan saccus (endophtalmodenesis), adanya barrier
restriksi perpindahan molekul aquous dan vitreous, mengurangi akses bakteri terhadap
cavitas vitreous untuk endophtalmitis dan mengeleminasi komplikasi jangka panjang dan
pendek yang berhubungan dengan lengketnya vitreous dengan iris, kornea dan tempat
insisi.
Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus dan
materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur yang
aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi merupakan prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi
nukleus lensa menggunakan gelombang ultrasonik (40.000 MHz) kemudian diaspirasi.
Komplikasi yang berkaitan dengan jahitan lebih rendah karena insisinya kecil dan rehabilitasi
visualnya lebih cepat

ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK

Merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa beserta
kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi.
Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan prosedur ini, yaitu menghancurkan
semua lensa tanpa meninggalkan kapsul yang keruh ataupun sisanya, dapat dilakukan
dengan peralatan yang tidak terlalu canggih, merehabilitasi visual dengan cepat
menggunakan spestacle +10,00 Dioptri. Namun juga terdapat kerugian karena insisi yang
terlalu lebar, 160-180 sehingga penyembuhan akan lama, begitupun rehabilitasi visualnya,
dapat menginduksi astigmatisma, inkaserasi iris, dan inkaserasi vitreous serta adanya
infiltrasi di tempat jahitan. Edema kornea, trauma endotel kornea dan edema makula lebih
sering terjadi dibandingkan dengan prosedur ECCE.

INDIKASI, KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN :


A. ICCE
Indikasi ICCE:
Dislokasi lensa atau fasilitas operasi yang tidak memungkinkan untuk operasi yang lain..

Keuntungan ICCE:
Tehnik telah dikenal lebih lama, sehingga sangat dipahami oleh ahli bedah mata

Tidak mungkin terjadi katarak sekunder

Instrumen lebih murah dan sederhana, dapat dilakukan dalam kondisi yang minimal.

Merupakan pilihan tehnik operasi untuk lensa dengan sub-luksasi

Kerugian ICCE:
Tidak dapat dilakukan insersi IOL PC di bilik mata belakang
Tidak dapat dilakukan untuk penderita berumur kurang dari 35 tahun,
(sebab ligamen kapsulo-hyaloid masih intak dan alfa-khemotripsin tidak dapat
mencapai jaringan ini).
Sering terjadi komplikasi vitreous pada segmen anterior, inkarserasi iris, glaucoma
blok pupil, kerusakan endotel di superior
Angka kejadian Irvine-Gass syndrome (=CME), 50 % terjadi sementara, 2 4%
terjadi CME yang menetap.
Ablasio retina lebih tinggi dibanding ECCE

Penyembuhan luka lebih lama

Rehabilitasi visus dicapai lebih lambat, sering terjadi astigmatisme against the rule

B. ECCE
Indikasi ECCE: Hard nuclei-cataract (grade 5, lihat lampiran) dan katarak pada bayi

Keuntungan ECCE:
Dapat insersi IOL PC
Jarang komplikasi vitreous di BMD (dibanding ICCE)

Angka kejadian CME dan ablasio retina lebih jarang (dibanding ICCE)

Bila terjadi ablasio retina, lebih mudah diatasi dan prognosis lebih baik

Dapat dilakukan pada penderita umur < 40 tahun


Kerugian ECCE

Perlu learning curve lebih lama (dibanding ICCE)

10 50 % terjadi katarak sekunder setelah 3 5 tahun

Tidak dapat dilakukan pada penderita dengan uveitis khronis yang aktif

C. SICS
Indikasi SICS: Insisi 5-6 mm untuk katarak slightly hard- moderately hard (grade 2 dan
3, lihat lampiran)

Keuntungan SICS:
Lebih murah dibanding fako-emulsifikasi

Astigmatisme lebih kecil dibanding ECCE

Rehabilitasi tajam penglihatan hampir sama dibanding fako-emulsifikasi

Komplikasi seperti nucleus tenggelam ke vitreous dan keratopati bulosa lebih sedikit

Jika dilakukan seorang yang ahli, operasi hanya membutuhkan waktu 6 8 menit
dan hampir tidak tergantung dari kekerasan nukleus
Kerugian SICS:
Insisi lebih lebar dari pada fako-emulsifikasi.
Komplikasi kornea lebih sering dari pada fako-emulsifikasi

D. FAKO-EMULSIFIKASI
Indikasi fako-emulsifikasi : Insisi kecil pada katarak slightly hard moderately hard
(grade 2 dan 3)

Keuntungan fako-emulsifikasi:
BMD selalu terbentuk

Insisi kecil

Astigmatisme menurun

Penutupan luka mudah

Rehabilitasi tajam penglihatan cepat

Kerugian fako-emulsifikasi:
Instrumen mahal

Tidak semua senter mempunyai alat fako-emulsifikasi.

Beaya pemeliharaan alat lebih tinggi.

Learning curve lebih lama

PEMILIHAN TEHNIK EKSTRAKSI

ECCE

Tehnik
Fako-emulsifikasi

Lensektomi

ICCE

Bayi

+++

+++

Anak2

+++

+++

+++

Dewasa Muda

+++

+++

Dewasa

+++

+++

Tua

+++

+++

Grade 5

+++

Uveitis khronis

+++

PHPV

+++

Luksasi lensa

+++

Insisi kecil

+++

+++

+++
Disalin dari: Packard RBS, Kinnear FC: Manual of Cataract and Intra-ocular Lens Surgery, Churchill

Livingstone, Longman Group (FE) Ltd, 1st ed, 1991, pp. 5

ECCE

Fako-emulsifikasi

Catarex

Lebar insisi
6 10 mm
Lama operasi
30 45 menit
Learning curve
Sedang
Trauma operasi
Besar
Keuntungan
/ Penyembuhan
Kerugian
tidak tepat / tidak
sempurna
Jaringan parut
luas, astigmatisme
tinggi
Kapsul anterior (-)
memungkinkan
IOL migrasi

3 5 mm
20 30 menit
Lama
Sedang
Indikasi:
katarak Grade 2,3
dan 4

1 2 mm
10 menit
Minimal
Ringan/tidak ada
Sembuh cepat
dan indikasi
semua grade
Astigmatisme (-),
Kerusakan
kerusakan
jaringan sekitar
jaringan (-)
operasi
Kapsul anterior
Kapsul anterior (-) tetap ada dan
memungkinkan
berfungsi, IOL
IOL migrasi
stabil
Injectable IOL,
Akomodasi (-)
memungkinkan
Akomodasi (-)
akomodasi
Disalin dari : Sorensen JT, Mirhashemi S, Mittelstein M: Easier, Less invasive Cataract
Surgery, Optex Ophthalmologics Inc, http://www.atlan.com/catarex/, January/25/02

DAFTAR PUSTAKA

Akura J, Kaneda S, Hatta S, Matsuura K: Manual sutureless cataract surgery using a Claw
vectis, J Cataract Refract Surg, vol 26, April, pp.491-496, 2000
American Academy of Ophthalmology: Lens and Cataract, section 11, 1997-1998, pp. 3-5,
77-117
Gutie`rrez-Carmona FJ: Manual Multi-phacofragmentation thtrough a 3.2 mm clear corneal
incision, J Cataract Refract Surg, vol 26, October, pp.1523-1528, 2000
Ilyas,

Sidharta;

Mailangkay;

Taim,

Hilman;

Saman,Raman;

Simarmata,Monang;

Widodo,Purbo. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi
kedua. Sagung Seto. Jakarto. 2002.
Ilyas,Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ketiga. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta. 2006.

Ilyas,Sidharta. Katarak lensa mata Keruh. Glosari Sinopsis. Cerakan Kedua. Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2007.

Kimura H, Kuroda S, Mizoguchi N, Terauchi H, Matsumura M, Nagata M: Extracapsular


cataract extraction with a sutureless incision for dense cataract, J Cataract Refract Surg, vol
25, September, pp.1275-1279, 1999
Radjamin, Tamin, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.
Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya. 1984.
Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi Empat belas.
KDT. Jakarta. 2006.

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK
DEPARTEMEN SURGIKAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Surgikal
Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

OLEH :
RATIH KUMALASARI
150070300011025

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2016

Anda mungkin juga menyukai