Laporan Pendahuluan Katarak
Laporan Pendahuluan Katarak
KATARAK
1. DEFINISI KATARAK
Katarak merupakan keadaan dimana pada lensa mata atau kapsula lentis terjadi
kekeruhan (opasitas) yang berangsur-angsur (Kowalak, 2011)
Katarak adalah Kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan
tajam penglihatan penderita berkurang. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes
(air terjun) karena pada awalnya katarak dipikirkan sebagai cairan yang mengalir dari
otak ke depan lensa.
Katarak menyebabkan
penglihatan
menjadi
buram/berkabut.
Katark
ini
merupakan suatu keadaan patologik lensa dimna lensa menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air
terjun atau kabut. Kondisi ini termasuk dalam penurunan fngsi progresif dan
menyebabkan ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000)
2. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
a. Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi, yang
mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh (Katarak Senilis)
b. Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alkohol,
kurang vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik
karena mengandung timbal
c. Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, bahan
kimia yang merusak lensa (Katarak Traumatik)
d. Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan (Katarak
Kongenital)
e. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus
f.
(Katarak komplikata)
Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin , klorpromazin, ergotamine,
pilokarpin)
3. KLASIFIKASI KATARAK
a. Katarak Perkembangan/pertumbuhan
Katarak Kongenital dan juvenil disebut juga katarak perkembangan/pertumbuhan
karena secara biologik serat lensa masih dalam perkembangannya. Kekeruhan
sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak
meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.
Letak
kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi gangguan pada kehidupan janin.
Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular,
katrak polaris posterior (piramidalis posterior, kutub posterior), polaris anterior
(piramidalis anterior, kutub anterior), katrak inti (katarak nuklearis), dan katrak
sutural.
embriologik
permulaan
terdapat
kekeruhan
pada
lensa
bagian
belakang.
memerlukan tindakan.
Katarak Sutural
tidak
teratur
seperti
bercak-bercak
yang
di
korteks
anterior
atau
posterior.
indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan
uji bayangan iris akan positif.
2) Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan
lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan
lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi
dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini
akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik
mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit
glaukoma. Uji bayangan iris pada keadaan ini positif.
3) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama-sama hasil disintegrasi
melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa
akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke
depan dan bilik mata depan akan mempunyai
kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium
ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat
perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji
bayangan iris akan terlihat negatif.
4) Katarak Hipermatur
Marupakan proses degenerasi lanjut lensa
sehingga korteks mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan
mencairnya
korteks,
tenggelam
ke
arah
morgagni).
Lensa
nukleus
bawah
yang
lensa
(katarak
mengecil
akan
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow Test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopositif
Penyulit
Glaukoma
Uveitis + Glaukoma
d. Katarak Komplikata
katarak
komplikata.
Penyakit
intraokular
yang
sering
pengidap
diabetes,
skelosis
nuklear
senillis,
kelainan
e. Katarak Sekunder
Katarak sekunder atau sering disebut after cataract yaitu katarak yang
timbul
Katarak Trauma
Kekeruhan lensa akibat ruda paksa atau katarak traumadapat terjadi
akibat ruda paksa tumpul atau tajam. Ruda paksa ini dapat mengkibatkan
katarak pada satu mata atau monokular katarak. Pengobatan pada katarak
trauma bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang.
Penyulit yang dapat terjadi dapat dalam bentuk glaukoma lensa yang
mencembung atau uveitis akibat lensa keluar melalui kapsul lensa.
4. MANIFESTASI KLINIS
b)
Fotofobia
c)
Penglihatan ganda
d)
e)
f)
g)
cahaya
Mengganggu penglihatan
5. PATOFISIOLOGI
(terlampir)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 - 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif.
b. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi
bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
c. Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1.
Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICCE)
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2.
Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE)
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan.
TEKNIK PEMBEDAHAN EKSTRAKSI LENSA
Jenis Ekstraksi Lensa :
1.
Lensa tetap di dalam bola mata : Couching : tidak pernah dilakukan lagi
2.
3.
4.
Manual SICS, insisi 5-6 mm, ekstraksi inti lensa utuh atau difragmentasi lebih dulu.
5.
mm dengan foldable-IOL
Namun saat ini yang sering digunakan adalah ECCE (Extra Capsular Cataract
Extraction) atau EKEK dan ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK.
ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Pada ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK , lensa diangkat
dengan meninggalkan kapsulnya. Indikasi ECCE melalui ekspresi nukleus prosedur utama
pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat,
kemampuan ahli bedah dan densitas nukleus. ECCE yang melibatkan pengeluaran nukleus
dan korteks lensa melalui kapsula anterior, meninggalkan kapsula posterior. Prosedur ini
memiliki beberapa keuntungan dibanding ICCE karena dilakukan dengan insisi yang lebih
kecil, maka trauma endothelium kornea lebih sedikit, astigmatisma berkurang, jahitannya
lebih stabil dan aman. Kapsula posterior yang intak akan mengurangi resiko keluarnya
vitreous intraoperatif, posisi fiksasi IOL lebih baik secara anatomi, mengurangi angka
kejadian edema makular, kerusakan retina dan edema kornea, mengurangi mobilitas iris dan
vitreous yang terjadi dengan pergerakan saccus (endophtalmodenesis), adanya barrier
restriksi perpindahan molekul aquous dan vitreous, mengurangi akses bakteri terhadap
cavitas vitreous untuk endophtalmitis dan mengeleminasi komplikasi jangka panjang dan
pendek yang berhubungan dengan lengketnya vitreous dengan iris, kornea dan tempat
insisi.
Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus dan
materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur yang
aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi merupakan prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi
nukleus lensa menggunakan gelombang ultrasonik (40.000 MHz) kemudian diaspirasi.
Komplikasi yang berkaitan dengan jahitan lebih rendah karena insisinya kecil dan rehabilitasi
visualnya lebih cepat
Merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa beserta
kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi.
Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan prosedur ini, yaitu menghancurkan
semua lensa tanpa meninggalkan kapsul yang keruh ataupun sisanya, dapat dilakukan
dengan peralatan yang tidak terlalu canggih, merehabilitasi visual dengan cepat
menggunakan spestacle +10,00 Dioptri. Namun juga terdapat kerugian karena insisi yang
terlalu lebar, 160-180 sehingga penyembuhan akan lama, begitupun rehabilitasi visualnya,
dapat menginduksi astigmatisma, inkaserasi iris, dan inkaserasi vitreous serta adanya
infiltrasi di tempat jahitan. Edema kornea, trauma endotel kornea dan edema makula lebih
sering terjadi dibandingkan dengan prosedur ECCE.
Keuntungan ICCE:
Tehnik telah dikenal lebih lama, sehingga sangat dipahami oleh ahli bedah mata
Instrumen lebih murah dan sederhana, dapat dilakukan dalam kondisi yang minimal.
Kerugian ICCE:
Tidak dapat dilakukan insersi IOL PC di bilik mata belakang
Tidak dapat dilakukan untuk penderita berumur kurang dari 35 tahun,
(sebab ligamen kapsulo-hyaloid masih intak dan alfa-khemotripsin tidak dapat
mencapai jaringan ini).
Sering terjadi komplikasi vitreous pada segmen anterior, inkarserasi iris, glaucoma
blok pupil, kerusakan endotel di superior
Angka kejadian Irvine-Gass syndrome (=CME), 50 % terjadi sementara, 2 4%
terjadi CME yang menetap.
Ablasio retina lebih tinggi dibanding ECCE
Rehabilitasi visus dicapai lebih lambat, sering terjadi astigmatisme against the rule
B. ECCE
Indikasi ECCE: Hard nuclei-cataract (grade 5, lihat lampiran) dan katarak pada bayi
Keuntungan ECCE:
Dapat insersi IOL PC
Jarang komplikasi vitreous di BMD (dibanding ICCE)
Angka kejadian CME dan ablasio retina lebih jarang (dibanding ICCE)
Bila terjadi ablasio retina, lebih mudah diatasi dan prognosis lebih baik
Tidak dapat dilakukan pada penderita dengan uveitis khronis yang aktif
C. SICS
Indikasi SICS: Insisi 5-6 mm untuk katarak slightly hard- moderately hard (grade 2 dan
3, lihat lampiran)
Keuntungan SICS:
Lebih murah dibanding fako-emulsifikasi
Komplikasi seperti nucleus tenggelam ke vitreous dan keratopati bulosa lebih sedikit
Jika dilakukan seorang yang ahli, operasi hanya membutuhkan waktu 6 8 menit
dan hampir tidak tergantung dari kekerasan nukleus
Kerugian SICS:
Insisi lebih lebar dari pada fako-emulsifikasi.
Komplikasi kornea lebih sering dari pada fako-emulsifikasi
D. FAKO-EMULSIFIKASI
Indikasi fako-emulsifikasi : Insisi kecil pada katarak slightly hard moderately hard
(grade 2 dan 3)
Keuntungan fako-emulsifikasi:
BMD selalu terbentuk
Insisi kecil
Astigmatisme menurun
Kerugian fako-emulsifikasi:
Instrumen mahal
ECCE
Tehnik
Fako-emulsifikasi
Lensektomi
ICCE
Bayi
+++
+++
Anak2
+++
+++
+++
Dewasa Muda
+++
+++
Dewasa
+++
+++
Tua
+++
+++
Grade 5
+++
Uveitis khronis
+++
PHPV
+++
Luksasi lensa
+++
Insisi kecil
+++
+++
+++
Disalin dari: Packard RBS, Kinnear FC: Manual of Cataract and Intra-ocular Lens Surgery, Churchill
ECCE
Fako-emulsifikasi
Catarex
Lebar insisi
6 10 mm
Lama operasi
30 45 menit
Learning curve
Sedang
Trauma operasi
Besar
Keuntungan
/ Penyembuhan
Kerugian
tidak tepat / tidak
sempurna
Jaringan parut
luas, astigmatisme
tinggi
Kapsul anterior (-)
memungkinkan
IOL migrasi
3 5 mm
20 30 menit
Lama
Sedang
Indikasi:
katarak Grade 2,3
dan 4
1 2 mm
10 menit
Minimal
Ringan/tidak ada
Sembuh cepat
dan indikasi
semua grade
Astigmatisme (-),
Kerusakan
kerusakan
jaringan sekitar
jaringan (-)
operasi
Kapsul anterior
Kapsul anterior (-) tetap ada dan
memungkinkan
berfungsi, IOL
IOL migrasi
stabil
Injectable IOL,
Akomodasi (-)
memungkinkan
Akomodasi (-)
akomodasi
Disalin dari : Sorensen JT, Mirhashemi S, Mittelstein M: Easier, Less invasive Cataract
Surgery, Optex Ophthalmologics Inc, http://www.atlan.com/catarex/, January/25/02
DAFTAR PUSTAKA
Akura J, Kaneda S, Hatta S, Matsuura K: Manual sutureless cataract surgery using a Claw
vectis, J Cataract Refract Surg, vol 26, April, pp.491-496, 2000
American Academy of Ophthalmology: Lens and Cataract, section 11, 1997-1998, pp. 3-5,
77-117
Gutie`rrez-Carmona FJ: Manual Multi-phacofragmentation thtrough a 3.2 mm clear corneal
incision, J Cataract Refract Surg, vol 26, October, pp.1523-1528, 2000
Ilyas,
Sidharta;
Mailangkay;
Taim,
Hilman;
Saman,Raman;
Simarmata,Monang;
Widodo,Purbo. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi
kedua. Sagung Seto. Jakarto. 2002.
Ilyas,Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ketiga. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta. 2006.
Ilyas,Sidharta. Katarak lensa mata Keruh. Glosari Sinopsis. Cerakan Kedua. Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2007.
LAPORAN PENDAHULUAN
KATARAK
DEPARTEMEN SURGIKAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Surgikal
Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
OLEH :
RATIH KUMALASARI
150070300011025
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2016