Bab Iii
Bab Iii
DASAR TEORI
22
23
air tambang yang harus diatasi. Besar curah hujan dapat dinyatakan sebagai
volume air hujan yang jatuh pada suatu areal tertentu. Oleh karena itu, besarnya
curah hujan dapat dinyatakan dalam meter kubik per satuan luas, secara umum
dinyatakan dalam mm.
Pengamatan curah hujan dilakukan oleh alat penakar curah hujan. Angka-angka
curah hujan yang diperoleh sebelum di terapkan dalam rencana pengandalian air
permukaan, harus diolah terlebih dahulu.
3.2.2 Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang relatif
singkat, dinyatakan dalam mm/jam, mm/menit, mm/detik. Intensitas curah hujan
biasanya dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam, yang artinya tinggi
atau kedalaman yang terjadi dalam waktu satu jam adalah sekian mm. Besarnya
curah hujan 1 (satu) jam dihitung dengan cara Partial Series, yaitu data curah
hujan dalam satu jam maka perhitungan intensitas curah hujan satu jam dilakukan
dengan menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut:
R24 24
I
R 24 24 m
24 t
I=
24
2/3
(t)
(3.1)
dimana :
I
R24
24
Intensitas
Hujan sangat
lemah
Hujan lemah
Hujan normal
0,02
0,02 - 0,5
0,05 - 0,25
Hujan deras
0,25 1
Hujan sangat
deras
Kondisi
Curah Hujan
>1
1 jam
24 jam
<1
1 s/d 5
5 s/d 10
10 s/d 20
>20
<5
5 s/d 20
20 s/d 50
50 s/d 100
>100
25
26
Dalam infiltrasi juga dikenal dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan laju
infiltrasi, yang dinyatakan dalam mm/jam. Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi
maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu, sedangkan laju infiltrasi adalah
kecepatan inflitrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan intensitas
hujan.
Tanah-tanah yang bertekstur kasar menciptakan struktur tanah yang
ringan. Sebaliknya tanah-tanah yang terbentuk atau tersusun dari tekstur
tanah yang halus menyebabkan terbentuknya tanah-tanah yang bertekstur berat.
Tanah dengan struktur tanah yang berat mempunyai jumlah pori halus yang
banyak dan miskin akan pori besar. Sebaliknya tanah yang ringan mengandung
banyak pori besar dan sedikit pori halus. Dengan demikian kapasitas infiltrasi dari
kedua jenis tanah tersebut akan berbeda pula, yaitu tanah yang berstruktur
ringan kapasitas infiltrasinya akan lebih besar dibandingkan dengan tanah yang
berstruktur berat (Saifuddin, 1986).
Laju infiltrasi berbeda menurut jenis tanahnya seperti pada tabel berikut:
Table 3.3 Laju Infiltrasi Menurut Jenis Tanah
Jenis Tanah
memperkirakan volume total aliran permukaan atau air hujan yang hilang karena
terinfiltrasi. Indeks infiltrasi adalah laju rerata kehilangan air karena infiltrasi,
sedemikian sehingga volume air hujan yang lebih dari laju tersebut adalah sama
dengan aliaran permukaan. Indeks inflitrasi dapat di rummuskan sebagai berikut :
27
PQ
Tr
..
(3.2)
dimana :
Tr
28
Q=0,278 x C x I x A
(3.3)
Q=0,278 x C x I x A dimana :
Q
= debit puncak yang ditumbalkan oleh hujan dengan intensitas, durasi dan
frekuensi tertentu (m3 /detik)
= koefisien limpasan
Tutupan
Koefisien Limpasan
Sawah , rawa
Hutan , perkebunan
0,2
0,3
0,4
Hutan , perkebunan
Perumahan
Tumbuhan yang jarang
0,4
0,5
0,6
0,7
Hutan
Perumahan , kebun
Tumbuhan yang jarang
0,6
0,7
0,8
0,9
n
< 3%
3% - 15%
>15%
29
Q=v x A
..
(3.4)
Dimana :
Q
v=
2h
g
(3.5)
s
t
(3.6)
A
reng
Tembe
30
Sudut Juring
360 0
3.
4.
5.
sudut Juring
3600
(3.7)
(3.8)
(3.9)