04011281320029
1. Apa hubungan usia, riwayat multipara, dan keadaan ekonomi dengan keluhan pada kasus?
Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta (Manuaba,2010), bahwa kejadian
preeklampsia semakin meningkat pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu, karena pada
usia kehamilan lebih dari 28 minggu kadar fibrinogen meningkat dan lebih meningkat
lagi pada ibu yang terkena preklampsia.
Grande multipara termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi, karena komplikasi
bisa terjadi baik saat hamil atau melahirkan. Beberapa risiko komplikasi yang mungkin
terjadi antara lain perdarahan ante partum, (pendarahan yang terjadi setelah usia
kandungan 28 minggu), solustio plasentae (lepasnya sebagian atau semua plasenta dari
rahim), plasenta previa (jalan lahir tertutup plasenta), spontaneus abortion (keguguran),
danintrauterine growth retadation (IUGR).
Grande multipara juga bisa berakibat komplikasi pada persalinan, antara lain
dengan
meningkatkan
risiko
terjadinya uterine
atony (perdarahan
pasca
melahirkan), ruptur uteri (robeknya dinding rahim), serta malpresentation (bayi salah
posisi lahir).Wanita multipara yang mengalami preeklampsia beresiko tinggi mengalami
kekambuhan preeklampsia pada kehamilan berikutnya dibandingkan nulipara yang
mengalami preeklampsia.
Masalah pada kasus ini: Usia lanjut (extreme age), preterm+presbo, grande multipara,
uncontrolled hypertension, short interval frequencies, superimposed preeclampsia,
BOH, kondisi ekonomi, obesitas.
Usia ibu
Wanita yang usianya lebih tua memiliki tingkat risiko komplikasi melahirkan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang lebih muda. Bagi wanita yang berusia diatas 35 tahun,
selain fisik mulai melemah, juga kemungkinan munculnya berbagai risiko gangguan
kesehatan.
Menurut Wahyudi (2000), saat terbaik bagi seorang perempuan untuk hamil adalah saat
berusia 20-35 tahun, sel telur telah diproduksi sejak lahir namun baru terjadi ovulasi ketika
masa pubertas. Sel telur yang berhasil keluar hanya satu setiap bulan, ini menunjukkan
adanya unsur seleksi yang terjadi sehingga diasumsikan sel telur yang berhasil keluar
adalah sel telur yang unggul. Oleh karena itu semakin lanjut usia maka kualitas sel telur
sudah berkurang hingga berakibat juga menurunnya kualitas keturunan yang dihasilkan.
Faktor usia ini dapat menyebabkan tenjadinya perubahan pada jaringan alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, preeklampsia diakibatkan karena
tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sehingga pada usia 35
preeklampsia.
Jarak kehamilan
Faktor risiko yang berhubungan dengan preeklampsia antara lain adalah jarak kehamilan
dan merupakan salah satu faktor risiko untuk kehamilan berisiko. Risiko terhadap
kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan < 2 atau > 5 tahun dan
jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-5 tahun. Jarak kelahiran anak sebelumnya
kurang dari 2 tahun, maka rahim atau organ-organ reproduksi ibu belum kembali
kekondisi semula dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Sedangkan jika jarak antara
dua kehamilan > 5 tahun, maka risiko terjadinya preeklampsia dan eklampsia juga sangat
besar. Hal tersebut dikarenakan terjadinya proses degeneratif atau melemahnya kekuatan
fungsi-fungsi otot uterus dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada proses persalinan
apabila terjadi kehamilan lagi
2. Bagaimana tatalaksana awal pada kasus?
ALGORITMA TATALAKSANA SINDROMA HELLP
Umur kehamilan
< 32 minggu
Pemberian Kortikoste
Observasi res
Pantau pasien
Terminasi
perfusi
uteroplasenta
sehingga
menimbulkan
insufiensi
plasenta,
pembuluh
darah
pada
dasar
leher.
Akumulasi
ini
kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat
insersinya.
Penglihatan Kabur
Jawab:
invasi trofoblast pada lapisan otot a.spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya Lapisan otot tetap kaku dan keras Lumen tidak distensi
dan dilatasi Arteri spiralis relatif berkonstriksi Kegagalan
remodeling a.spiralis aliran darah uteroplasenta Hipoksia dan
iskemia plasenta Iskemia menghasilkan oksidan Merusak membran
sel, nukeolus, dan protein sel Disfungsi endotel Gangguan
metabolisme prostaglandin, aggregasi trombosit pada sisi endotel yg rusak,
endotelin prostasiklin dan tromboksan Vasokontriksi Spasme
arteri retina Gangguan penglihatan (blurred vision)
Malaise
Jawab:
Malaise merupakan salah satu gejala pada PEB maupun sindroma HELLP.
Pada sindroma HELLP, 90% penderita akan mengeluh malaise.
Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC
sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu
hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik
diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan
pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI,
2008).
TUJUAN ANC
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3.
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
KEBIJAKAN PROGRAM
1.
yaitu:
1.
2.
3.
Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat
satu bulan.
2.
3.
4.
5.
melaksanakan perawatan kehamilan maksimal 13 sampai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu l kali
pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat
kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan
masing- masing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dikatakan teratur jika ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilan 4 kali kunjungan, kurang teratur : pemeriksaan kehamilan 2-3 kali
kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali
kunjungan (WHO, 2006).
PELAYANAN ANC
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Saifudin, 2006).
Bidan harus dapat mengenali perubahan yang mungkin terjadi, sehingga kelainan yang
ada dapat dikenali lebih dini. Ibu diberi tahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat bersalin,
juga perawatan bayi dan menyusui (Mansjoer, 2005).
Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama
kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya.
Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya. Suami perlu
diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil.
2. Anamnesis
Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari pertama haid
terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya
teratur + 28 hari dengan menggunakan rumus Naegele.
Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk primigravida
gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu. Nausea
biasanya hilang pada kehamilannya 12-14 mingggu.
Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang
pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti penyakit jantung,
paru, ginjal, diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan, keluarga,
sosial, obstetri, kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin ada pada ibu.
3. Pemeriksaan umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan umum, status gizi
dan tanda vital. Pada mata dinilai ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak
mata, dan kloasma gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa pula
jantung, paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.
4. Pemeriksaan Obstetri
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan
kandung kemih. Kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi
kanan ibu.
5. Pemeriksaan luar
Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai
dinding perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut
akibat perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa
digosokkan dahulu.
Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4 tahap. Pada
pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada
Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga
usia kehamilan dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus uteri dapat ditentukan
dengan pita pengukur. Bandingkan usia kehamilan yang didapat dengan hari pertama haid
terakhir. Selain itu, tentukan pula bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba sebagai benda
keras dan bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat.
Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan posisi punggung
pada bayi letak memanjang. Pada letak lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III
menentukan bagian janin yang berada di bawah.
Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada di bawah, juga bagian kepala
yang telah masuk pintu atas panggul (PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen
kepala.
Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural atau doppler.
Dengan stetoskop monoaural BJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan
Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu.
Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak janin, persentase janin,
kondisi janin, serta taksiran berat janin.
Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack. Perhitungan penting
sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan. Rumus
tersebut:
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) N) X 155.
1.
2.
3.
6. Pemeriksaan dalam
Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum dengan
larutan antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau tumor.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan sekret
vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk dan jari tengah. Raba
adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina. Periksa adanya massa di adneksa dan
parametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah,
panjang, porsio, dan pembukaan servik. Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan cara
palpasi bimanual.
Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan 8
minggu sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala bayi
atau tinju orang dewasa.
7. Pemeriksaan panggul
Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu karena jaringan
dalam rongga panggul lebih lunak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk
dan jari tengah ke dalam liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk
merabanya. Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari menelusuri
linea inominata kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan bagian yang teraba. Raba lengkung
sakrum dan tentukan apakah spina iskiadika kiri dan kanan menonjol ke dalam. Raba dinding
pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah dan tentukan panjang distansia interspinarum.
Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke dalam simfisis dan tentukan besar sudut yang dibentuk
antara os pubis kiri dan kanan.
8. Pemeriksaan laboratorium
Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung
leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa.
2.
3.
Kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini.
a. Paritas
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari
pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.
b. Usia
Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada
orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi
maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih
berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.
2. Faktor eksternal
a. Pengetahuan
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan
kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
c. Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi
yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang
timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi
dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan
energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
d. Sosial budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam
memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri
dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap
menyimpang.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan dan bantuan, disini
dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat
untuk melakukan kunjungan ulang.
Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami
mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran
bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri,
berdoa untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan
(Harymawan, 2007)