Oleh :
Mudjiono
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan usul penelitian tindakan kelas dengan judul
sifatnya
membangun
menyampaikan terima kasih , dengan demikian penelitian ini dan laporannya kelak
akan lebih sempurna lagi di kemudian hari.
Jakarta,
November
Peneliti,
( Mudjiono)
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dunia sekarang yang begitu pesat dan
menyatakan
bahwa
tujuan
pendidikan
nasional
adalah
untuk
menngembangkan potensi peserta pendidik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan pendidikan yang
bersifat dinamis, demokratis dan keterbukaan yang menuntut adanya kemampuan
untuk berpikir logis, memiliki kreatifitas, trampil dan memiliki akhlak mulia.
Tuntutan dunia pendidikan sekarang ini mengharuskan guru memiliii kemampuan
untuk mendesain proses pembelajaran yang baik dan efektif dengan berorientasi pada
penigkatan mutu peserta didik sehingga rumusan tujuan yang telah direncanakan oleh
semua komponen pendidikan dapat tercapai secara maksimal.. Salah satu variabel
yang harus dikuasai guru adalah desain proses pembelajaran yang mengedepankan
aktifitas dan keterlibatan siswa dalam kelas, mulai dari persiapan, proses, sampai
pada evaluasi pembelajaran.
Kemampuan
dalam
persiapan
pembelajaran,
guru
harus
mempunyai
begitu, sampai saat ini mata pelajaran fisika masih menakutkan dan menjadi momok
bagi sebagian peserta didik. Hal ini dikarenakan mata pelajaran tersebut mempunya
banyak teori dan hukum-hukum serta rumus yang sulit untuk dipecahkan. Disamping
itu kurangnya pendekatan yang dilakukan secara psikologis oleh guru dalam
membimbing para siswa. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah strategis bagi
guru fisika untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang dapat
merangsang dan menarik minat para siswa.
Pembelajaran yang menarik mungkin hanya dapat dilakukan apabila
menggunakan metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai
pula dengan materi pembelajarannya. Pengembagan metode pembelajaran berujung
pada pola komprehensif yang memiliki sturktur tertentu, yang lazim disebut model
pembelajaran. Saat ini pengembangan model pembelajaran telah sampai pasa tahap
umum maupun spesifik yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan tingkat
perkembangan siswa.
Sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang lebih baik dari model yang lain,
tetapi model pembelajaran yang paling baik adalah model yang sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai dan tingkat perkembangan siswa. Dengan
mengembangkan model yang mengacu pada kedua hal tersebut diharapkan proses
pembalajaran akan lebih efekti dan hasil pembalajarnnya pun akan meningkat.
Sehingga pengembangan model pembelajaran harus ditujukan ke arah keberhasilan
siswa dalam mempelajari suatu materi yang dibuktikan dengan hasil belajar yang
tinggi.
C.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dirumuskan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah :
1.
lebih
mengingkat
setelah
dilakukan
SMAN 29 Jakarta
pembelajaran
dengan
D.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka yang
E.
Manfaat Penelitian
2. Dengan penelitian tindakan kelas ini dapat diketahui strategi atau model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam rangka menigkatkan
mutu pembelajaran bagi siswa.
3. Bagi para guru agar dapat mengembangkan pembelajaran dengan
menerapkan berbagai bentuk pendekatan / metode atau model
pembelajaran yang bervariasi.
4. Sebagai pendekatan yang lebih baik bagi siswa untuk lebih memahami
konsep fisika secara benar dan orperasional.
5. Sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para peneliti lainnya untuk
mengembangkan model pembelajaran fisika pada masa mendatang.
6. Bagi peneliti merupakan pegangan untuk meningkatkan inovasi
mengajar fisika lebih lanjut.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar seperti yang dikemukakan di atas mengandung dua
makna yang satu sama lainnya saling berhubungan, yaitu kata hasil dan kata belajar.
a. Pengertian Hasil
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia hasil diartikan sebgai sesuatu yang
telah dicapai dan yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. (Purwadarmita,
1984 : 781) bahwa : Hasil mengandung arti pendapatan, sesuatu yang diciptakan
(Santoso, Prianto : 147). Selanjutnya dikemukakan oleh (Bahri, 1994 : 14) bahwa :
Hasil adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan
diciptakan baik secara individual maupun kelompok.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dietandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk, seperti terjadi perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku,
keterampilan, kebiasaan serta perbahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang
sedang belajar. Menurut Mouly (1973), Belajar pada hakikatnya adalah proses
perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Selaras dengan
dalam
kelas
hanya
menunggu
uraian
guru
kemudian
mencatat
dan
menghafalkannya.
Apa yang dikemukakan dari paparan di atas dapat dideskripsikan bahwa belajar
adalah proses akrif yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Belajar adalah
proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah
suatu proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses tersebut melaluin
pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan melalui
2.
atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pembelajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau
materi pembelajaran itu diekelola.
Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana memperoleh dan memproses
pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik siswa dalam
pengelolaan pesan sehingga tercapai sasaran belajar atau tujuan pembelajaran
meluputi prilaku yang diharapkan dapat dicapai, kriteria keberhasilan yang ditentukan
dan situasi kondisi untuk membentuk perilaku dengan kriteria yang diinginkan.
Seperti yang ditekankan oleh John Dowey dalam bukunya Dimyanti (1996 :
116) bahwa :
Oleh karena belajar menganggap apa yang harus dikerjakan murid-murid
untuk diri sendiri, maka inisiatif harus datang dari murid-murid sendiri. Guru adalah
pembimbing dan pengarah, yang mengemudi perahu, tetapi tenaga untuk
mengerjakan perahu tersebut haruslah berasal daru murid yang belajar.
dunia real atau dapat dibayangkan oleh siswa. Pada pendekatan kontekstual/ realistik
proses lebih diutamakan, sebab dengan proses yang baik akan diperoleh produk yang
baik dengan probabilitas tinggi.
Pembelajaran itu akan sangat berharga bagi siswa jika masalah yang disajikan
tidak jauh dari pengalaman merekat atau dapat dibayangkan oleh mereka atau mereka
melihatnya berguna dalam kehidupan mereke. Dengan memberi konteks pada
konsep-konsep matemati. Konsep-konsep itu tidak lagi dirasakan oleh siswa sebagai
yang abstrak tetapi merupakan sesuatu yang bernilai aplikatif.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni konsruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi
dan penilaian yang sebenarnya. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan
kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurukulum apa saja, budang studi apa
saja dan kelas yang bagaimanapn keadaannya.
Ketujuh komponen pembelajaran kontekstual akan diuraikan sebagai berikut :
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme
merupakan
landawan
berpikir
(filosophy)
pendekatan
konsturkvisme, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman yang nyata.
Landasan
berpikir
konstruktivisme
lebih
menekankan
pada
strategi
Inquiry
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontesktual.
Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari Bertanya. Bertanya
Masyarakat Belajar
Konsep masyarakan belajar menyarankan agar hasil pembelajaran yang
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Untuk itu dalam proses pembelajaran
diharapkan guru membentuk kelompok-kelompok belajar bagi siswa.
5.
Pemodelan
Dalam pembelajaran konteksutal diperlukan adanya pemodelan.. Maksudnya
dalam sebuah pembelajaran keterampilan datau pengetahuan tertentu harus ada model
yang dapat ditiru. Misalnya guru memperagakan bagaimana cara mengerjakan
sesuatu.
6.
Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang telah dilakukan pada masa yang lalu.
7.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
dilaksanakan oleh peneliti di SMAN 28 Jakarta selama lebih kurang 2 bulan. Adapun
yang menjadi objek penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI MIPA dengan
jumlah siswa 36 orang terdiri dari 20 orang perempuan dan 16 orang laki-laki.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 MP.
B.
Untuk menjawab permasalahan ada beberapa faktor yang diselidiki sebagai berikut :
1.
Faktor siswa; melihat kehadiran, keaktifan siswa serta kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah atau persolan dalam mata pelajaran fisika dalam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
2.
C.
Siklus I
1.
Perencanaan Tindakan
a. Menelaah kurikulum
b. Membuat rencana pembelajaran berbasis kontekstual teaching and learning (CTL)
c. Mengembangkan
alat-alat
bantu
pengajaran
dalam
rangka
optimalisasi
Siklus II :
1. Merumuskan tindakan selanjutnya (siklus II) berdasarkan hasil refleksi
tindakan pada siklus I
2. Pelaksanaan tindakan
3. Analisis dari hasil eveluasi
4. Refleksi kegiatan
D.
yakni dengan menggunakan tes awal, tes akhir setiap siklus, melakukan observasi,
serta tanggapan balik terhadap pelaksanaan pembelajaran kontekstual.
E.
Selanjutnya jenis kualitatif data yang diperoleh akan digunakan data kategori.
Kriteria untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik kategorisasi yang
disesuaikan dengan sistem penilaian .
F.
Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan ini adalah terjadi perubahan
keaktifasn siswa dalam proses pembelajaran dan kenaikan nilai rata-rata hasil belajar
yang signifikan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
No
Jenis Kegiatan
Studi literatur
Meyusun proposal
-Memperiapkan alat
Pelaksanaan penelitian
-Membuat specimen
-Pengujian spesimen
Penulisan tesis
-Penyusunan laporan